Anda di halaman 1dari 9

latar belakang pd II yang menyebabkan jepang masuk ke indonesia

BEBERAPA KEMENANGAN JEPANG DAN PROSES MASUKNYA KE


INDONESIA

Beberapa Kemenangan Jepang

Perang Dunia II di medan Asia-Pasifik diawali oleh Jepang dengan membom secara
tiba-tiba terhadap pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour di
Pasifik tanggal 7 Desember 1941. Lima jam setelah penyerangan itu, Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van Starkenborg Stachouwer menyatakan perang
terhadap Jepang. Jepang dalam waktu singkat melakukan serbuan ke selatan yakni
pada tanggal 8 Desember 1941 menyerbu lapangan terbang Clark Field dan lapangan
Iba di Pulau Luzon Filipina. Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut Jepang
melanjutkan menduduki P. Hainan, Hongkong, dan Bangkok. Hongkong merupakan
pos terdepan bagi Inggris di Asia. Pada tanggal 10 Desember 1941 Jepang menduduki
Pulau Luzon dan Bataan di Filipina dengan mendapat perlawanan sengit dari pasukan
Amerika yang dibantu sukarelawan Filipina. Kemudian pada tanggal 16 Desember
1941 Jepang berhasil menduduki Birma (Myanmar) dan akhirnya pada tanggal 20
Desember 1991 Jepang menduduki Davao di Filipina.

Meletusnya Perang Asia Pasifik diawali dengan serangan Jepang ke Pangkalan


Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember
1941. Keesok harinya, yakni tanggal 8 Desember 1941, Amerika Serikat, Inggris, dan
Belanda mengumumkan perang kepada Jepang sehingga berkobarlah Perang Asia
Pasifik. Jepang yang sebelumnya telah menyerbu Cina (1937) dan Indocina dengan
taktik gerak cepat melanjutkaqn serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai,
Burma, Malaya, Filipina, dan Hindia Belanda (Indonesia).

Untuk menghadapi agresi dan ofensif militer Jepang, pihak Sekutu membentuk
pasukan gabungan yang dalam komando ABDACOM (American, British, Dutch, and
Australia Command = gabungan tentara Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan
Australia) di bawah pimpinan Letjen H. Ter Poorten yang juga menjabat Panglima
Tentara Hindia Belanda (KNIL).
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Di awali dengan menguasai
Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin,
Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam
waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang.

Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang
Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang
di bawah pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati
menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan
oleh kekuasaan Kemaharajaan Jepang. Berbeda dengan zaman Belanda yang
merupakan pemerintahan sipil maka zaman Jepang merupakan pemerintahan militer.
Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kekuasaan berikut
ini.

1. Tentara XVI (Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura
yang berpusat di Jakarta.

2. Tentara XXV (Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang


berpusat di Bukittinggi.

3. Armada Selatan II (Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan,


Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.

Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf


tentara/armada dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan kantornya
disebut gunseikanbu.

1. KETERKAITAN PD II DENGAN MASUKNYA JEPANG KE INDONESIA

Perang dunia ke dua terjadi tahun 1939-1945. Terjadinya Perang Dunia II secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi
Belanda Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah oleh
Jepang. Masa pendudukan Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai kebijakan
Jepang di Indonesia diarahkan untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk
ikut mendukung kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga
berpengaruh bagi Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang kalah
menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan
“Vacuum of Power” (kekosongan kekuasaan). Jepang sudah menyerah berarti tidak
mempunyai hak memerintah Indonesia, sementara Sekutu, saat itu belum datang.
Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaan.

rute masuknya jepang ke Indonesia dan tempat yang disinggahi

Kronologi Masuknya Jepang ke Indonesia

Tanggal 8 Desember 1941 : secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia Tenggara dan
membom Pearl Harbor, yaitu pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika di
Pasifik. Tanggal 11 Januari 1942 : tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan
Timur, dan esok harinya (12 Januari 1942) Komandan Belanda di pulau itu menyerah.
Tanggal 24 Januari 1942 : Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-2 jatuh
ke tangan tentara Jepang Tanggal 29 Januari 1942 : Pontianak berhasil diduduki
oleh Jepang Tanggal 3 Februari 1942 : Samarinda diduduki Jepang Tanggal 5
Februari 1942 : sesampainya di Kotabangun, tentara Jepang melanjutkan
penyerbuannya ke lapangan terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh
tentara Hindia Belanda (KNIL). Tanggal 10 Februari 1942 : dengan berhasil
direbutnya lapangan terbang itu, maka dengan mudah pula Banjarmasin diduduki oleh
tentara Jepang Tanggal 14 Februari 1942 : diturunkan pasukan paying di Palembang.
Dua hari kemudian (16 Februari 1942) Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki.
Dengan jatuhnya Palembang itu sebagai sumber minyak, maka terbukalah Pulau Jawa
bagi tentara Jepang. Di dalam menghadapi ofensif Jepang, pernah dibentuk suatu
komando gabungan oleh pihak Serikat, yakni yang disebut ABDACOM (American
British Dutch Australian Command) yang markas besarnya ada di Lembang, dekat
Bandung dengan panglimanya Jenderal H. Ter Poorten diangkat sebagai panglima
tentara Hindia Belanda (KNIL). Pada akhir Februari 1942 Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Tjarda van Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung disertai oleh pejabat-
pejabat tinggi pemerintah. Pada masa itu Hotel Homman dan Preanger penuh dengan
pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda. Tanggal 1 Maret 1942 : tentara ke-16
Jepang berhasil mendarat di 3 tempat sekaligus yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan
(Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Tengah). Tanggal 1 Maret 1942 : Jepang telah
mendaratkan satu detasemen yang dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan
kekuatan 5000 orang di Eretan, sebelah Barat Cirebon. Pada hari yang sama, Kolonel
Shoji telah berhasil menduduki Subang.

Tanggal 2 Maret 1942 : tentara Hindia Belanda berusaha merebut Subang


kembali, tetapi ternyata mereka tidak berhasil. Serangan balasan kedua atas Subang
dicoba pada tanggal 3 Maret 1942 dan sekali lagi, tentara Hindia Belanda berhasil
dipukul mundur. Tanggal 4 Maret 1942 : untuk terakhir kalinya tentara Hindia
Belanda mengadakan serangan dalam usaha merebut Kalijati dan mengalami
kegagalan. Tanggal 5 Maret 1942 : ibu kota Batavia (Jakarta) diumumkan
sebagai ‘Kota Terbuka’ yang berarti bahwa kota itu tidak akan dipertahankan oleh
pihak Belanda. Segera setelah jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka, tentara
ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg
(Bogor). Pada tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari Kalijati untuk
menyerbu Bandung dari arah utara. Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater,
sehingga tentara Hindia Belanda mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut
sebagai pertahanan terakhir. Tetapi tempat ini pun tidak berhasil dipertahankan
sehingga pada tanggal 7 Maret 1942 dikuasai oleh tentara Jepang. Tak lama sesudah
berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang, maka pada tanggal 7 Maret
1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar Bandung meminta penyerahan lokal dari
pihak Belanda ini kepada Jenderal Imamura tetapi tuntutannya adalah penyerahan
total daripada semua pasukan Serikat di Jawa (dan bagian Indonesia lainnya).
Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat di
Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di bawah Pimpinan Letnan Jenderal
Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah peemrintahan Hindia
Belanda di Indonesia dan dengan resmi mulailah kekuatan pendudukan Jepang di
Indonesia.

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN JEPANG DI
INDONESIA
Semenjak ditandatanginya Perjanjian Kalijati antara Jenderal Immamura dari Jepang dengan
Jenderal Ter Poorten yang menjadi wakil Belanda. secara langsung wilayah Indonesia menjadi
daerah pendudukan Jepang. Sejak tanggal 8 Maret 1942, Hindia Belanda menjadi salah satu bagian
dari kekaisaran Jepang. Kemudian Jepang mengambil berbagai kebijakan yang mengatur
kehidupan di Indonesia. Baik itu dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Jepang ingin
menghilangkan kebudayaan barat di Indonesia. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia antara lain:
Aspek Kehidupan Politik
Pemerintah militer Jepang melarang berdirinya partai-partai politik di Indonesia. Semua organisai
politik yang tumbuh pada zaman Belanda dibubarkan kecuali Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).
MIAI tidak dibubarkan oleh Jepang karena pada prinsipnya Jepang dan MIAI sama, yaitu menolak
Barat. Kegiatan politik Pergerakan Nasional Indonesia dikendalikan oleh Jepang dengan tujuan
untuk membantu Jepang dalam perang. Jepang berusaha untuk mengerahkan semua orang demi
usaha perangnya.

Organisasi propaganda Jepang giat melancarkan propaganda yang pada pokoknya Jepang
mengobarkan perang Asia Pacifik Timur Raya dalam rangka membebaskan Asia dan
mempersatukan bangsa-bangsa Asia di dalam lingkungan kemakmuran berasama Asia Timur Raya
di bawah pimpinan Jepang. Untuk mengurus pergerakan, maka Jepang mengeluarkan undang-
undang no. 2 tanggal 8 Maret 1942, isinya, melarang orang-orang Indonesia memperbincangkan
soal-soal pergerakan atau propaganda. Untuk mengawasi pelaksanaan UU tersebut Jepang
membentuk Kempetai (Polisi Rahasia Jepang) dengan hukuman siksaan atau hukuman mati bagi
orang yang melanggar.

Aspek Kehidupan Ekonomi


Kegiatan ekomoni masyarakat Indonesia pada masa Jepang diarahkan untuk kepentingan Jepang.
Jepang berusaha untuk menguasai dan mendapatkan semua sumber-sumber bahan mentah untuk
industri Jepang. Jepang dalam rangka untuk mewujudkan ambisinya melaksanakan konsep
ekonomi Hakko ichiu bahwa Jepang berkeinginan untuk menjadikan seluruh kawasn Asia Pacifik
ada di bawah kendali Jepang dengan Asia Pacifik Timur Raya.

Pemerintah pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk menjalankan


ekonomi. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan sekutu disita dan perusahaan vital
seperti pertambangan, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerontah
Jepang. Jepang juga mengadakan pembatasan-pembatasan dan penguasaan alat-alat produksi
yang merupakan ciri ekonomi perang. Sistim autarki artinya setiap daerah harus mencukupi
kebutuhan sendiri serta harus dapat menunjang kebutuhan perang. Selain itu juga rakyat masih
dibebani pekerjaan yang bersifat wajib. Rakyat dipaksa untuk dijadikan romusha untuk membuat
jalan dan pangkalan perang.

Aspek Kehidupan Pendidikan


Kegiatan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang mengalami penurunan yang drasts.
Penurunan itu meliputi jumlah sekolah, jumlah murid, dan jumlah guru. Pada zaman Jepang untuk
sekolah dasar hanya ada satu macam yaitu sekolah dasar lima tahun, sistem pengajaran dan
kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan perang. Murid-murid diwajibkan
masuk organisasi murid (pelajar yang disebut Gakutotai) mereka wajib mengikuti pelatihan dasar
kemiliteran, juga wajib melakukan kerja bhakti (kinrohosy) antara lain mengumpulkan bahan-bahan
yang diperlukan untuk perang, misalnya menanam pohon jarak, menyiangi sawah, membasmi
hama.

Jepang juga menanamkan semangat Nippon Sieshin (semangat Jepang). Para pelajar wajib hafal
lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, upacara bendera yang disertai seikeirie (penghormatan
terhadap kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit). Untuk para
guru, Jepang mewajibkan untuk mengikuti kursus-kursus bahasa Jepang. Mereka yang lulus ujian
diberi tunjangan tambahan. Melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang
akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi kemakmuran bersama Asia Timur Raya (Hakko
ichiu) dan Jepang sebagai pemimpinnya.

Pada tahun 1944 Jepang memberi wewenang kepada Jawa Hokokai untuk membuka sekolah-
sekolah baru, sementara pihak swasta dibolehkan membuka sekolah kejuruan dan bahasa. Para
guru juga diwajibkan untuk mengikuti dasar kemiliteran dan indoktrinasi. Sekolah-sekolah yang ada
pada waktu itu adalah :

1. Koo Kumin Gakku (Sekolah Rakyat) 6 tahun


2. Tyu Gakku (SMP untuk pria) 3 tahun
3. Dyoo Gankku (SMP untuk putri) 3 tahun
4. Sekolah Menengah Tinggi
5. Djan Sihan Gakku (SGB)
6. Kooto Sihan Gakku (SGA)
7. Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran)
8. Shika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi)
9. Kagyo Dai Gakku (Sekolah Tinggi teknik)
10. kenkoku Gakuin (Akademi Pamongpraja)
Aspek Kehidupan Militer
Pada bulan April 1943 didirikan dua organisasi pemuda Seinendan (Barisan Pemuda) dan Keibodan
(Pembantu Polisi) yang langsung di bawah Gunseikan. Seinendan dimaksudkan sebagai tenaga
cadangan perang, mereka diberikan pelatihan dasar militer. Anggota seinendan adalah pemuda
yang berusia 14-22 tahun. Mereka yang lebih tua dimasukkan ke dalam Keibodan. Para pemuda
Indonesia diberi kesempatan pula untuk dididik menjadi pembantu prajurit perang (Heiho). Tugas
Heiho adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti mengangkat perlengkapan militer dan
memasak. Karena Jepang kekurangan tenaga kemudian Heiho ini diikutkan dalam pertempuran
atau masuk pasukan tempur.

Pada tanggal 3 Oktober 1943, dikeluarkan keputusan tentang pembentukan tentara pribumi yang
diberi nama Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air (Boei Gyugun) disingkat PETA. Perhatian para
pemuda untuk masuk Peta cukup besar, terutama pemuda yang sudah tergabung dalam Seinendan
atau Gakutotei. Anggota Peta berasal dari berbagai golongan masyarakat. Bersamaan dengan
pembentukan Peta di Jawa, di Sumatra dibentuk tetara sukarela yang disebut Gyugun. Manfaat
utama yang diperoleh bagi para pemuda-pemuda Indonesia dalam Peta dan gyugun adalah
gemblengan fisik dan semangat cinta tanah air, serta kepercayaan diri yang besar. Kaum nasionalis
mengarahan mereka untuk kepentingan perjuangan. Peranan mereka amat besar pada masa awal
kemerdekaan.

Aspek Kehidupan Birokrasi


Bulan Agustus 1942 keluar UU No. 27 tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetsu yang
mengakhiri pemerintahan sementara, diganti pemerintahan militer dan diadakan penggantian
pegawai sipil Indonesia dengan pemerintahan sipil Jepang. Berdasarkan UU tersebut, pulau Jawa
dijadikan sumber perbekalan perang di wilayah Selatan. Untuk itu dibentuklah daerah Syu
(Karesidenan), Syi (Kotamdaya), Ken (Kabupaten), Gum (Kewedenan), Son (Kecamatan), Ku
(Kelurahan/Desa), Syu merupakan daerah otonomi di bawah Shucokan (Gubernur). Seteleh Jepang
melemah dalam perang pacifik, tenaga bangsa Indonesia kembali sebagai penasehat militer.
Dibentuk badan pertimbangan pusat (Chou Sangi In) dalam karesidenan dan kota praja dibentuk
Syu dan Tokubetsu Syi Sangi Kai. Pemerintah militer disebut Gum Sheikan yang dijabat kepala staf
tentara.

Aspek Kehidupan Kebudayaan


Di bidang kebudayaan para seniman diberi fasilitas yang cukup, umumnya seni panggung
diperbolehkan keliling desa untuk menghibur rakyat, selain itu bioskop keliling sampai ke desa-desa
kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan patriotisme dan memuji Dai Nippon. Pada masa
pendudukan Jepang, rakyat diharuskan melaksanakan Seikeri. Seikerei adalah upacara untuk
memberikan penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukan badan kearah
matahari terbit.

Di samping bahasa Jepang, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat selama masa
pendudukan Jepang. Usaha memperkaya perbendaharaan bahasa dilakukan oleh para ahli bahasa
dengan membentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. Nama kota yang
menggunakan bahasa asing diganti dengan nama yang ada dalam bahasa Indonesia, misalnya
Batavia diganti dengan nama Jakarta. Gerakan indonesianisasi justri memicu dintingkatkannya
pengajaran Bahasa Jepang. Bahkan dianjurkan untuk diberikan tunjangan-tunjangan istimewa
kepada mereka yang telah menunjukkan kecakapan menggunakan bahasa Jepang pada tingkat I, II,
III, IV dan V (sesuai dengan pengumuman Gunseikanbu tanggal 27 Juli 1943).

organisasi bentukan jepang di indonesia

Pada masa kedudukan Jepang, Indonesia dilarang untung membuat organisasi.


Sehingga Jepang membuat organisasi sebagai berikut:

A. Gerakan A3

Organisasi ini adalah organisasi pertama yang dibuat Jepang pada Maret 1942 diketuai
oleh Mr. Syamsuddin. Yang dimaksud dengan gerakan A3 adalah Nippon Cahaya Asia,
Nippon Pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia. Gerakan ini bertujuan untuk
kemakmuran bersama, namun organisasi ini tidak bertahan lama.

B. PUTERA

Pada 16 April 1943, Putera dibentuk oleh Empat Serangkai. Organisasi ini dibuat
karena para pemimpin bangsa yang ingin menghadapi kekejaman militer Jepang.
Dibantu dengan proganda dari pihak Jepang, organisasi ini terbentuk dengan bertujuan
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan membujuk rasa nasionalis untuk
mengabdi dan untuk melawan Sekutu. Namun pihak Jepang merasa tidak diuntungkan,
organisasi ini hanya menguntungkan pihak Indonesia. Lalu, Jepang memutuskan untuk
membubarkan Putera.

C. Jawa Hokokai

Melalui Jawa Hokokai ini, tiga aspek (rela berkorban, memeprtebal persahabatan,
melaksanakan sesuatu yang membuahkan hasil) tradisi Jepang dituntut pula dari rakyat
Indonesia. Para pemimpin organisasi ini berada di bawah Gunseikan (kepala
pemerintahan militer) dan di tiap daerah dipimpin oleh Syucokan (Gubenur/Residen).
Dengan terbentuk Jawa Hokokai, maka kaum Nasionalis bangsa Indonesia mulai
tersisihkan dan terkendali dan merupakan kumpulan dari Hokokai/profesi, antara lain izi
Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian
Pendidik), Fujinkai (Oraganisasi Wanita) dan Keimin Bunko Syidosyo (pusat budaya).
Kegiatan Hokokai adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (ppenggerakan)
barangyang berguna untuk kepentingan perang.

D. Chou Sang In

Sebuah badan bertugas sebagai dewan pertimbangan pusat yang berada langsung
dibawah panglima tertinggi, tugasnya menyampaikan usul dari pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh pemerintah militer militer Jepang mengenai pemerintahan
pemerintahan dan politik.

Organisasi Semi militer Jepag sangatlah kuat. Oraganisasi ini telah bisa memusnakan
Sekutu di Indonesia. Kekuatannya lebih besar dari pada Belanda sehingga mudah
sekali untuk merebut dari tangan Sekutu. Berikut adalah organisasi semi militer Jepang.

A. Seinendan (Barisan pemuda)

Dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah
untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya. Namun, sebenarnya untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-
banyaknya.

B. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

Organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan.


Pembentukan Keibondan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang
berusaha agar tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Pada bulan Agustus 1943
dibentuk Fujinkai (Himpunan Wanita). Usia minimum dari anggota Funjinkai adalah 15
tahun. Wanita-wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan militer.

C. Syuisyitai (Barisan Pelopor)

Dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semi militer ini dibentuk sebagai
hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In ( Dewan Pertimbangan Pusat Barisan
Pelopor) dipimpin oleh Ir. Soekarno, sedangakan wakilnya yaitu R.P Suroso, Otto
Iskandardinatadan dr. Buntaran Martoatmojo. Organisasi ini menggunakan kesempatan
dengan sebaik-baiknya untuk menanamkan sara nasionalisme.

D. Funjikai ( Barisan Wanita )


Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara memngumpukan daa
wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.

E. Hizbullah

Tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan suka relawan pemuda Islam yang dalam
istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Tugasnya adalah sebagai pemuda
Islam dengan tugas dan program dan sebagai tentara cadangan dengan tuagas dan
program.

Organisasi semi militer hanyalah sebgai cadangan bagi Jepang. Pada intinya, mereka
membuat organisasi militer resmi, sebagai berikut:

A. Heiho

Heiho merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945 oleh
Bagian Angkatan Darat MarkasBesar Umum Kemaharajaan Jepang pada tanggal 2
September 1942. Heiho merupakan pasukan bentukan tentara Jepang pada masa
perang dunia II, dibentuk bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang
melawan sekutu. Organisasi ini merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan
perang dan dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang. Heiho dijadikan
sebagai tenaga kasar, bertugas mengumpulkan pajak dari rakyat.

B. PETA

Dibentukan pada tanggal 3 Oktoer 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend.
Kumakici Harada (Panglima Tentara ke-16) yang merupakan bawahan dari organisasi
Jepang. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer
Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan
tentara garis kedua. PETA bertugas sebagi mata-mata Jepang dan dibentuk bertujuan
untuk membantu tentara Jepang berperang melawan sekutu.

Anda mungkin juga menyukai