Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia (1811-1816)

Inggris atau negara dengan julukan "The Black Country" (banyak sekali industri)
merupakan salah satu negara yang pernah menjajah di Indonesia (Nusantara saat itu). Pada
artikel sebelumnya, kita telah mengulas mengenai sejarah penjajahan Belanda / Hindia
Belanda yang terkenal dengan kongsi dagangnya bernama VOC dan juga kebijakan terkenal
dengan sebutan Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel).
Selain penjajahan Belanda, ada juga artikel menarik lainnya terkait dengan
negara yang pernah menjajah di Indonesia selain Belanda dan Inggris, yaitu
mengenai masa pendudukan atau penjajahan Jepang di Indonesia. Bagi yang belum
membacanya silahkan baca juga, agar wawasan kita semakin luas. Kembali ke topik
pembahasan mengenai perkembangan kolonialisme Inggris di Indonesia, berikut ini
penjelasan mengenai pembahasan tersebut secara singkat dan jelas.

Thomas Stamford Raffles

Latar Belakang Penjajahan Inggris di Indonesia


Sebuah pendudukan atau penjajahan yang dilakukan oleh sebuah kekuatan
besar suatu negara terhadap negara atau daerah lain tentu memiliki sebab atau latar
belakangnya. Lantas, apa latar belakang penjajahan Inggris di Indonesia? berikut ini
beberapa hal yang menyebabkan Inggris menduduki Indonesia (Nusantara), meliputi
1. Contingental Stelsel
Contngental Stelsel merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Perancis
pada masa Napoleon, kebijakan tersebut dikeluarkan untuk memblokade
perdagangan Inggris di Eropa. Kebijakan diterapkan pada tahun 1806. Pada saat itu,
Inggris merupakan negara industri yang sedang berkembang pesat sehingga
membutuhkan daerah pemasaran yang luas. Dari kebijakan tersebut, Inggris
kemudian menjadikan India dan Indonesia sebagai daerah tempat pemasaran
barang-barang hasil Industri.
2. Penyerbuan Inggris di Pulau Jawa
Pada saat Belanda menguasai Nusantara, tepatnya pada masa pemerintahan
Daendels, Inggris menyerbu Pulau Jawa. Daendels kemudian dipanggil kembali ke
Belanda, kekuasaannya digantikan dengan Gubernur Jenderal Janssens. Tetapi
serangan yang dilakukan oleh pihak Inggris ternyata membuat Belanda menyerah.
Dari kekalahan tersebut kemudian dibuatlah Kapitulasi Tuntang / Perjanjian
Toentang yang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811. Isi dari perjanjian
tersebut meliputi :
 Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada pihak Inggris
 Semua tentara Belanda menjadi tawanan pihak Inggris
 Semua hutang pemerintah Belanda bukan tanggung jawab pihak Inggris
 Seluruh pegawai Belanda yang mau bekerjasama dengan Inggris dapat
memegang kembali Jabatannya
Awal Mula Inggris di Indonesia
Setelah perjanjian ditandatangani, maka pada tanggal 18 September 1811
merupakan tanggal dimulainya penjajahan atau kekuasaan Inggris di Indonesia
(Nusantara). Thomas Stamford Raffles kemudian diangkat menjadi penguasa oleh
Lord Minto (Raja Muda). Pusat pemerintahan kolonialisme Inggris di Indonesia
berada di kota Batavia. Setelah menjadi penguasa baru di Hindia, Raffles kemudian
melakukan langkah-langkah agar kedudukan Inggris di tanah jajahan lebih kuat.
Raffles berpegang pada 3 prinsip dalam rangka untuk menjalankan
pemerintahannya.
 Pertama : Segala penyerahan wajib dan juga kerja rodi dihapuskan,
kemudian digantikan dengan penanaman bebas oleh rakyat.
 Kedua : Para bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintahan kolonial dan
pemungutan pajak yang dilakukan oleh bupati dihapuskan.
 Ketiga : Dalam kegiatan penanaman bebas, tanah merupakan miliki
pemerintah dan rakyat atau petani penggarap dianggap sebagai penyewa
tanah.
Kebijakan Masa Pemerintahan Thomas S. Raffles
Kebijakan dalam Bidang Pemerintahan
1. Pulau Jawa di Bagi menjadi 16 Karesidenan
2. Untuk memperkuat kekuasaannya, Raffles menjalin hubungan baik dengan
para pangeran dan penguasa yang membenci Belanda.
3. Bupati-bupati atau penguasa pribumi dijadikan sebagai pegawai
pemerintahan kolonial dibawah kekuasaan pemerintah pusat.
4. Mengubah sistem pemerintahan pribumi dengan sistem pemerintahan
kolonial.
Kebijakan dalam Bidang Sosial dan Ekonomi
 Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi
 Pelaksanaan sistem sewa tanah atau bisa disebut dengan land rent
 Penghapusan perbudakan dan kerja rodi
Kebijakan dalam Bidang Hukum
1. Hukum peradilan masa Raffles lebih baik dari pada masa penguasaan
Daendels
2. Raffles lebih berdasar pada besar kecilnya suatu kesalahan
3. Sementara Daendels berdasar pada ras warna kulit
4. Raffles beranggapan bahwa pengadilan merupakan benteng untuk
memperoleh keadilan, maka harus ada benteng yang sama bagi setiap warga
Akhir Masa Pemerintahan Thomas S. Raffles
Perkembangan kolonialisme Inggris di Indonesia pada masa pemerintahan
Thomas S. Raffles ternyata tidak berlangsung cukup lama. Tepatnya pada tahun
1816 atau 5 tahun setelah perjanjian Belanda dan Inggris, penjajahan / penguasaan
berakhir. Apa sebabnya? Berakhirnya kekuasaan Inggris disebabkan karena kondisi
politik di Eropa mulai memanas. Hal ini disebabkan karena penguasa besar pada
saat itu Napoleon Bonaparte berhasil dikalahkan oleh raja-raja di Eropa pada tahun
1814.

Dari kekalahan tersebut kemudian memunculkan apa yang disebut dengan


"Convention of London" atau perjanjian lanjutan antara Belanda dan Inggris. Salah
satu poin penting mengenai perjanjian tersebut adalah Belanda menerima kembali
daerah jajahan yang sebelumnya diserahkan kepada pihak Inggris dalam perjanjian
Tuntang. Dari penyerahan tersebut, maka kekuasaan Inggris di Indonesia /
Nusantara / Hindia berakhir dan dilanjutkan kembali oleh Belanda.
Tahun 1816 Kepulauan Nusantara kembali dikuasai oleh Belanda setelah
sebelumnya dikuasai oleh Inggris. Tanah Hindia diperintah oleh badan baru yang
diberi nama Komisaris Jenderal. Komisaris Jenderal ini dibentuk oleh Pangeran
Willem VI yang terdiri atas tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout (ketua),
Arnold Ardiaan Buyskes (anggota), dan Alexander Gerard Philip Baron Van der
Capellen (anggota). Dengan tugas utama menormalisasikan keadaan di Hindia
Belanda.

Sementara itu perdebatan antar kaum liberal dan kaum konservatif terkait
dengan pengelolaan tanah jajahan untuk mendatangkan keuntungan sebesar-
besarnya belum mencapai titik temu. Kaum liberal berkeyakinan bahwa pengelolaan
negeri jajahan akan mendatangkan keuntungan yang besar bila diserahkan kepada
swasta, dan rakyat diberi kebebasan dalam menanam. Sedang kelompok konservatif
berpendapat pengelolaan tanah jajahan akan menghasilkan keuntungan apabila
langsung ditangani pemerintah dengan pengawasan yang ketat.

A. Kebijakan Jalan Tengah


Kebijakan jalan tengah adalah kebijakan yang merupakan jalan tengah yang
diambil diantara pertentangan kaum liberal dan kaum konservatif dalam mengelola
tanah jajahan di Indonesia. Ketiga Komisaris sepakat menerapkan kebijakan jalan
tengah yaitu eksploitasi kekayaan ditanah jajahan langsung ditangani oleh
pemerintah Hindia Belanda.

Namun kebijakan ini tidak berjalan mulus. Akhirnya pada 22 Desember 1818
Pemerintah memberlakukan UU yang menegaskan bahwa penguasa tertinggi
ditanah jajahan adalah Gubernur Jenderal. Van der Capellen ditunjuk sebagai
Gubernur Jenderal.

Ia ingin melanjutkan strategi jalan tengah. Tetapi kebijakan Van der Capellen
itu berkembang ke arah sewa tanah dengan penghapus peran penguasa tradisional
(bupati dan para penguasa setempat). Kemudian Van der Capellen juga menarik
pajak tetap yang sangat memberatkan rakyat. Timbul banyak protes dan mendorong
terjadinya perlawanan. Kemudian ia dipanggil pulang dan digantikan oleh Du Bus
Gisignies. Kebijakan De Bus tidak berhasil karena rakyat tetap miskin sehingga tidak
mampu menyediakan barangbarang yang diekspor.

B. Sistem Tanam Paksa


Tahun 1829 seorang tokoh bernama Johannes Van den Bosch mengajukan
kepada raja Belanda usulan yang berkaitan dengan cara melaksanakan politik
kolonial Belanda di Hindia. Van den Bosch berpendapat untuk memperbaiki
ekonomi, di tanah jajahan harus dilakukan penanaman tanaman yang dapat laku
dijual di pasar dunia. Konsep Bosch itulah kemudian dikenal dengan Cultuur stelsel
atau tanam paksa.
 Ketentuan Tanam Paksa
Raja Willem tertarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van den Bosch
tersebut. Tahun 1830 Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di
Jawa. Secara rinci beberapa ketentuan Tanam Paksa itu termuat pada Lembaran
Negara (Staatsblad) Tahun 1834 No. 22. Ketentuan-ketentuan itu antara lain sebagai
berikut.

1. Penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya untuk pelaksanaan Tanam Paksa.


2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan Tanam Paksa tidak
boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3. Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman Tanam Paksa tidak
boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4. Tanah yang disediakan untuk tanaman Tanam Paksa dibebaskan dari pembayaran
pajak tanah.
5. Hasil tanaman yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa wajib diserahkan
kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika harga atau nilai hasil tanaman ditaksir
melebihi pajak tanah yang harus dibayarkan oleh rakyat, maka kelebihannya akan
dikembalikan kepada rakyat.
6. Kegagalan panen yang bukan disebabkan oleh kesalahan rakyat petani, menjadi
tanggungan pemerintah.
7. Penduduk desa yang bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa
berada di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedang pegawai-
pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum.
8. Penduduk yang bukan petani, diwajibkan bekerja di perkebunan atau pabrik-pabrik
milik pemerintah selama 65 hari dalam satu tahun.

 Pelaksanaan Tanam Paksa


Tanam Paksa dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Sistem tanam paksa harus menggunakan organisasi desa
2. Pengerahan tenaga kerja melalui sambatan, gotong royong, gugur gunung
3. Peran kepala desa sangat sentral sebagai penggerak petani, penghubung dengan
atasan dan pejabat pemerintah

Tanam paksa yang dilaksanakan telah membawa penderitaan rakyat. Banyak


pekerja yang jatuh sakit. Mereka dipaksa fokus bekerja untuk Tanam Paksa, sehingga
nasib diri sendiri dan keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian timbul bahaya
kelaparan dan kematian di berbagai daerah. Misalnya di Cirebon (1843 - 1844), di
Demak (tahun 1849) dan Grobogan pada tahun 1850.

Walaupun banyak merugikan rakyat, namun Tanam Paksa juga memiliki beberapa
dampak positif bagi rakyat, diantaranya adalah dikenalkan tanaman jenis baru untuk
ekspor, dibangun saluran irigasi, dan dibangun jaringan rel kereta api. Sedangkan
dampak negatifnya adalah sebagai berikut.
1. Pelaksanaan tanam paksa tidak sesuai dengan peraturan
2. Terjadi tindak korupsi dari pegawai dan pejabat dan rakyat sangat menderita
3. Para pekerja jatuh sakit dan terjadi bahaya kelaparan
4. Hindia Belanda mengeruk keuntungan 832 jt gulden 1831- 1877

C.SistemUsahaSwasta
Masyarakat Belanda mulai mempertimbangkan baik buruk dan untung
ruginya Tanam Paksa. Timbullah pro dan kontra mengenai pelaksanaan Tanam
Paksa. Pihak yang pro Tanam Paksa tetap adalah kelompok konservatif dan para
pegawai pemerintah, sedangkan yang kontra adalah mereka dipengaruhi oleh ajaran
agama dan penganut asas liberalisme.

Setelah kaum liberal mendapatkan kemenangan politik di Parlemen (Staten


Generaal). Parlemen memiliki peranan lebih besar dalam urusan tanah jajahan.
Sesuai dengan asas liberalisme, maka kaum liberal menuntut adanya perubahan
dan pembaruan. Kaum liberal menuntut pelaksanaan Tanam Paksa di Hindia
Belanda diakhiri.

Hal tersebut didorong oleh terbitnya dua buah buku pada tahun 1860 yakni
buku Max Havelaar tulisan Edward Douwes Dekker dengan nama samarannya
Multatuli, dan buku berjudul Suiker Contractor (Kontrak-kontrak Gula) tulisan Frans
van de Pute. Secara berangsur-angsur Tanam Paksa mulai dihapus dan mulai
diterapkan sistem politik ekonomi liberal.

Penetapan pelaksanan sistem politik ekonomi liberal memberikan peluang


pihak swasta untuk ikut mengembangkan perekonomian di tanah jajahan. Seiring
dengan upaya pembaruan dalam menangani perekonomian di negeri jajahan,
Belanda telah mengeluarkan berbagai ketentuan dan peraturan perundang-
undangan.

1. Tahun 1864 dikeluarkan Undang-undang Perbendaharaan Negara (Comptabiliet


Wet). Berdasarkan Undang-undang ini setiap anggaran belanja Hindia Belanda
harus diketahui dan disahkan oleh Parlemen.
2. Undang-undang Gula (Suiker Wet). Undang-undang ini antara lain mengatur tentang
monopoli tanaman tebu oleh pemerintah yang kemudian secara bertahap akan
diserahkan kepada pihak swasta.
3. Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870. Undang-Undang ini
mengatur tentang prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan. Di dalam undang-
undang itu ditegaskan, antara lain : Pertama, Tanah di negeri jajahan di Hindia
Belanda dibagi menjadi dua. Pertama, milik pribumi berupa persawahan, kebun,dll.
Kedua tanah hutan pegunungan, dll milik pemerintah. Kedua, Pemerintah
mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah. Ketiga, Pihak swasta dapat menyewa
tanah. Tanah pemerintah disewa sampai 75 tahun, tanah penduduk sampai 5 tahun
Sejak UU Agraria, pihak swasta banyak emasuki tanah jajahan di Hindia
Belanda. Munculnya imperalisme modern, kapitalisme di Hindia Belanda. Tanah
jajahan berfungsi sebagai: tempat mendapat bahan mentah dan penanaman modal
asing, tempat pemasaran hasil industri dari Eropa, dan penyedia tenaga kerja yang
murah.

Sisi positif kebijakan ini antara lain pada tahun 1873 dibangun serangkaian
jalan kereta api, tahun 1872 dibangun pelabuhan tanjung priok, Belawan, Teluk Bayur,
dan 1883 maskapai tembakau Deli memprakarsai pembangunan jalan kereta api.
Sedangkaan dampak negatifnya adalah pelaksanaan usaha swasta membawa
penderitaan bagi rakyat bumiputera, pertanian merosot, rakyat kerja paksa dan
membayar pajak

D. Masuknya Agama Kristen


Perkembangan agama Kristen di Indonesia secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Dalam
kenyataannya agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan berkembang di berbagai
daerah. Bahkan di daerah Indonesia bagian Timur seperti di Papua, daerah Minahasa,
Timor, Nusa Tenggara Timur, juga daerah Tapanuli di Sumatera, agama Kristen
menjadi mayoritas.

Pada tahun 650 agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah


(Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad ke-9 Kedah berkembang menjadi
pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur pelayaran yang menghubungkan India-
Aceh-Barus- Nias-melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan terus ke Cina. Jalur inilah yang
disebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara.

Agama Kristen (Katolik dan Protestan) masuk dengan cara damai melalui
kegiatan pelayaran dan perdagangan. Agama ini tumbuh di daerah-daerah pantai di
Semenanjung Malaya dan juga pantai barat di Sumatera.

Kedatangan bangsa-bangsa Barat itu semakin memantapkan dan


mempercepat penyebaran agama Kristen di Indonesia. Orang-orang Portugis
menyebarkan agama Kristen Katolik (selanjutnya disebut Katolik). Orangorang
Belanda membawa agama Kristen Protestan (selanjutnya disebut Kristen).

Agama Katolik dan Kristen berkembang di daerah-daerah Papua, wilayah


Timur Kepulauan Indonesia pada umumnya, Sulawesi Utara dan tanah Batak di
Sumatera. Singkatnya agama Katholik dan Kristen dapat berkembang di berbagai
tempat di Indonesia, termasuk di Batavia dan Jawa pada umumnya. Bahkan di Jawa
ada sebutan Kristen Jawa.
ANTARA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
(PERKEMBANGAN KOLONIALISME DI
INDONESIA)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.VERELLA ANJORA BR GINTING
2.RHEINA ELSA BR SEBAYANG
3.NIA ARBINA BR SEBAYANG
4.FATIMAH INTAN AZURA BR PINEM
5.AMALIA TRISNA BR GINTING
6.IRMA MAHARANI BR TARIGAN
7.RAMA DANIEL SIAGIAN
8.IKHSAN ALFARIZHI

SMA NEGERI 1 TIGABINANGA


T.A.2018/2019
E. KESIMPULAN
Aktivitas penjelajahan samudera ini dalam rangka untuk menemukan dunia
baru, aktivitas penemuan dunia baru ini tidak terlepas dari motivasi dan
keinginannya untuk bertahan hidup memenuhi kepuasan dan kejayaan dalam
kehidupan di dunia, bahkan bukan sekedar motivasi tetapi juga muncul nafsu untuk
menguasai dunia baru itu demi memperoleh keuntungan ekonomi dan kejayaan
politik.
Daerah yang menghasilkan rempah-rempah adalah wilayah yang sangat
diperlukan oleh bangsa eropa hal ini karena bangsa eropa yang memang tinggal di
daerah dingin. Peristiwa jatuhnya konstantinopel di kawasan laut tengah pada tahun
1453 menjadi latar belakang peristiwa tersebut, adanya berbagai penemuan
dibidang teknologi, semangat melanjutkan Perang Salib.
Bangsa-bangsa Barat(Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris), mencari daerah
baru untuk memburu rempah-rempah melalui penjelajahan samudera atau jalur laut.
Dari konteks Indonesia, oranga-orang Spanyol datang ke Indonesia melalui jalur
timur, sedangkan Portugis melalui jalur barat, diikuti Belanda dan Inggris.
1. Portugis : Bartholomeus Diaz (Tanjung Harapan 1486), Vasco da
Gama (Calicut India 1498), Alfonso D’albuquerque )Malaka 151),
Antonio D’abreau dan Serao (Ternate-Maluku1512), Carbal (Brasilia)
2. Spanyol : Christophorus Colombus dan Amerigo Vespuci (Kep.
Bahama dan mengelilingi Amerika Utara), Pizarro (Peru). Hernando
Cortez (Mexico 1519), Ferdinand Magelhaenz (Kep. Massava
1486)/Philipina perjalanan dilanjutkan Kapten Sebastian Del Cano ke
Tidore Maluku(1521) dan pulang lewat jalan Portugia. Dialah yang
dapat membuktikan bahwa bumi itu bulat.
3. Inggris : Francis Drake(mengelilingi dunia 1577-1580), William
Dampier (pantai barat Australia), James Cook (pantai timus
Australia), Mattew Flinders (membuat peta Australia dan mengelilingi
benua Australia)
4. Belanda : Cornelis De Hautman (5 Juni 1596 di Sumatera dan 23 Juni
di Banten), Abel Tasman (Tasmania, Fiji dan Selandia Baru).
Jadi, Belanda ingin membeli rempah-rempah tetapi terjadinya monopoli
antara Belanda dan negara lainnyauntuk membeli rempah-rempah Indonesi.Untuk
menghidari persaingan antar pedagang satu bangsa dibentuklah kongsi dagang.
Misalnya Inggris membentuk EIC berpusat di India, Belanda mendirikan VOC di
Indonesia.
VOC atau VEREENIDGE OOST INDISCHE COMPAGNIE ialah perusahaan
dagang hindia timur yang dibentuk pada 20 Maret 1602 atas perakarsa dari 2 tokoh
Belanda yakni Pangeran Maurits, dan Johan Van Olden Barnevelt. Ada beberapa
tujuan yang membuat perusahaan dagang ini dibentuk antara lain :
 Menghindari persaingan yang tidak sehat antar sesama pedagang lain.
 Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan antar negara
eropa lainnya.
 Serta membantu pemerintah Belanda yang berjuang menghadapi Spanyol
yang masih menduduki Belanda.

Pembubaran VOC pada tanggal 31 Desember 1799 dengan utang 136,7


juta gulden.
Latar belakang pembubaran VOC
 Banyak penguasa VOC yang curang dan korup
 Banyak pengeluaran biaya peperangan
 Banyaknya gaji yang harus dibayar
 Pembayaran deviden
 Bertambahnya saingan dagang dari ASIA
 Perubahan politik di Belanda
 Banyaknya utang
 Berkembangnya liberalisme
Dominasi pemerintahan Belanda
Raffles mengakhiri pemerintahannya di Hindia pada tahun 1816. Dengan
demikian pada tahun 1816 kepulauan nusantara kembali dikuasi oleh Belanda.
1. Jalan tengah bersama Komisaris Jendral
2. Sistem Tanam Paksa
 Ketentuan Tanam Paksa
 Pelaksanaan Tanam Paksa
 Sistem Usaha Swasta
 Perkembangan Agama Kristen

Anda mungkin juga menyukai