1. Faktor utama yang mendorong orang-orang barat datang ke dunia timur adalah
keinginan untuk :
Faktor utama : Penguasaan daerah penghasil rempah-rempah
31. Strategi Belanda yang paling berhasil dalam menghadapi perlawanan dari
penguasa lokal bangsa Indonesia yaitu dengan melakukan politik...
Pecah Belah / Adu Domba
32. Pada tahun 1526 dan 1527 Kesultanan Demak menyerang Sunda Kelapa yang
Faktor sosial budaya yang ikut melatar belakangi serangan Kesultanan Demak ke
(Politik)
Kelapa (Ekonomi)
Dari data di atas yang bukan merupakan ciri-ciri perjuangan rakyat Indonesia
34. Salah satu perang besar yang pernah terjadi antara rakyat indonesia dengan
belanda yaitu perang diponegoro. Adapun sebab khusus terjadinya perang ini
Diponegoro dengan rencana Belanda (VOC) akan membangun jalan kereta api.
35. Home
Sejarah
Perjanjian Bongaya
Perjanjian Bongaya
Sejarah Tidak ada Komentar
Save
Perjanjian Bongaya atau disebut juga perjanjian Bongaja terjadi pada tanggal 18
November 1667 di daerah Bungaya. Perjanjian ini merupakan perjanjian perdamaian
antara pihak Kesultanan Gowa dengan VOC Belanda, Kesultanan Gowa diwakili oleh
Sultan Hasanuddin sedangkan VOC diwakili laksamana Cornelis Speelman.
Perjanjian Bongaya merupakan perjanjian berisi untuk mengatur antara hubungan
Kerajaan Gowa dan VOC Belanda.
Dalam Perjanjian Bongaya ini Belanda yang membuat perjanjian dan kerajaan Gowa
sangat dirugikan. Perjanjian Bongaya merupakan pejanjian yang dipaksakan VOC
Belanda kepada Kerajaan Gowa dan sangat merugikan Kerajaan Gowa sehingga
keuntungan besar bagi pihak Belanda. Walaupun Perjanjian Bongaya
(perdamaian) telah diadakan namun perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap
berlangsung.
Mapasomba putra Hasannudin sebagai penerus perlawanan terhadap VOC Belanda.
Dalam menghadapi rakyat Makasar, pihak Belanda terus menyerang dengan
pasukannya secara besar-besaran.
Daftar Isi:
Latar Belakang Perjanjian Bongaya
Isi Perjanjian Bongaya
LATAR BELAKANG PERJANJIAN BONGAYA
via: blogspot.com
Menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur karena Makasar memiliki letak
wilayah strategis, sekaligus menjadi penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku.
Pengaruh Hindu-Buddha di daerah ini cukup lemah sehingga kebudayaan Islam cukup
berkembang dengan pesat di kawasan ini. Sulawesi Selatan memiliki jiwa niaga yang
cukup tinggi, sehingga disini membuat perahu merupakan salah satu kebudayaan
berlayar.
Kerajaan Makasar mengalami masa keemasan ketika Sultan Hasanudin berkuasa yaitu
sekitar tahun 1654 s.d 1660. Pada masa ini Kerajaan Makasar menguasai jalur
perdagangan khususnya Indonesia Timur.
Kesuksesan Kerajaan Makasar (Gowa Tallo) tidak selalu berjalan mulus, persaingan
dengan Kerajaan Bone yang lama dan terlibatnya VOC Belanda sehingga terjadi
perang Makasar dari tahun 1660 s.d 1669.
Maluku merupakan sumber utama VOC Belanda yang segan dibawah standar Somba
Opu, namun ketergiuran VOC Belanda maka dari itu Belanda ingin merebut kota
dagang Somba Opu.
Pada akhir tahun 1667 akhirnya Kerajaan Makassar menyerah dan Sultan Hasanuddin
dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang isinya sangat merugikan
Makasar.
1. Perjanjian Bongaya yang ditandatangani oleh Karaeng Poppa beserta Hindia pada
tanggal 19 Agustus 1660, harus diberlakukan pada tanggal 2 Desember 1660.
2. Seluruh pejabat serta masyarakay eropa harus diserahkan ke kepada Laksamana
Cornelis Speelman.
3. Alat, meriam, uang beserta barang yang tersisa dari kapal Walvisch dan Leeuwin
harus di serahkan ke Kompeni.
4. Yang terbukti bersalah membunuh orang belanda harus diadili dengan hukuman
setimpal.
5. Raja dan bangsawan makasar pada musim berikutnya harus membayar ganti rugi
kepada kompeni.
6. Bangsa Inggris dan Portugis harus di usir dari Makasar
7. Bangsa eropa tidak diperbolehkan masuk ke Makasar.
8. Hanya Kompeni yang bebas berdagang di Makasar.
9. Kompeni bebas dari bea dan pajak impor ekspor.
10. Rakyat makasar tidak diperbolehkan berlayar kecuali Bali, pantai Jawa, Batavia,
Banten, Jambi, Palembang, Johor, dan juga Kalimantan. Berlayar dengan
menggunakan surat izin dari Komandan Belanda Makasar.
11. Seluruh benteng pantai Makasar harus dihancurkan kecuali Sombaopu.
12. Benteng Ujung Pandang diserahkan kepada Kompeni.
13. Koin Batavia harus berlaku di Makasar.
14. Raja beserta Bangsawan Makasar harus menyerahkan uang dengan nilai seribu budak
proa dan juga wanita.
15. Raja beserta bangsawan makasar tidak mencampuri urusan Bima.
16. Raja Bima dan Karaeng Bontomarannu harus diserahkan ke kompeni.
17. Orang-orang yang diambil dari Sultan Buntung harus dikembalikan.