Anda di halaman 1dari 18

1.

Sejarah sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu, dan Seni

1.Sejarah sebagai peristiwa

Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam
pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang
kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa yang telah terjadi pada masa
lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa tersebut, yang dapat kita
amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa. 

Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta,


kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau
tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa
tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa.
Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang
lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang
terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan
prediksi kejadian yang akan datang.

2.Sejarah sebagai kisah

Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan
dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah
yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian
berbagai ahli yang kemudian menulisnya. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan
harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi. Sementara itu,
untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan
tertentu. 

Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali
berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Menyusun kisah
sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah
yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan
penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan
menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak
sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup kehidupan
manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.

3.Sejarah sebagai ilmu

Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun
secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran
mengenai peristiwa masa lampau. 

Menurut C.E. Berry, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak lebih.
Adapun menurut York Powell, sejarah bukanlah hanya sekadar suatu cerita indah, instruktif,
dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan secara keilmuan dengan menggunakan
metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. 
Kebenaran itu dapat dibuktikan dari dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya
sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu sebab sejarah memiliki syarat-
syarat ilmu, antara lain ada masalah yang menjadi objek, ada metode, tersusun secara
sistematis, menggunakan pemikiran yang rasional, dan kebenaran bersifat objektif.

Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu dapat memenuhinya, dikarenakan:

a.objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;

b.adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;

c.kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;

d.kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik
(penilaian) yang sistematis;

e.fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda.
Kebenaran hanya "milik" peristiwa ini sendiri. Namun kebenaran fauna adalah juga objektif,
maksudnya kebenaran harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui oleh banyak sejarawan
dan masyarakat luas.

4.Sejarah sebagai seni

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah  George Macauly Travelyan. Ia menyatakan
bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi
dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda.
Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer,dan Mill menyebutkan bahwa metode dan
sikap ilmiah pengetahuan alam dapat  dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa
memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern,
menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam
adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak
mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.

Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta
sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan
dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik,
dan isinya mudah dimengerti. 
Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa
sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh
karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali
kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain
elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni..

2. Konsep-konsep Dasar Sejarah 


1. Periodisasi sejarah
Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya .
dalam rentang waktu itulah sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan
perubahan dalam kehidupan manusia yang sangat banyak . mengkaji semua peristiwa sejarah
yang luas dan panjang secara rinci sangatlah susah, untuk itulah maka digunakan pemisahan
yang biasanya didasarkan pada momentum tertentu. Suatu momentum yang dapat
memberikan petunjuk adanya karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dengan
kurun waktu lainnya . hal itulah yang dinamakan dengan periodisasi sejarah. Contoh
periodisasi sejarah dalam masyarakat tradisional biasanya di dasarkan pada kurun waktu
kekuasaan raja
Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa zaman yaitu: 
….. –  400       Zaman Prasejarah Indonesia
400 – 1500 Zaman Pengaruh Hindu-Budha dan Pertumbuhan Islam
1500 – 1670 Zaman Kerajaan Islam dan Mulai masuknya Pengaruh Barat serta Perluasan
Pengaruh VOC
1670 – 1800 Masa penjajahan oleh VOC
1800 – 1811 Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels
1811 – 1816 Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles (Inggris)
Tujuan di buatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang
lainnya , karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal
yang pokok 
3. Kronologi sejarah
Karena kompleksnya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada
setiap kurun waktu , maka peristiwa –peristiawa tersebut terlebih dahulu harus
dikelompokan berdasarkan bentuk atau jenis tertentu (periodisasi) . setelah itu barulah
disusun secara kronologis (berdasarkan urutan waktu kejadian). Tujuan dibuatnya
kronologi dalam sejarah adalah agar penyusunan berbagai peristiwa sejarah dalam
periodisasi tertentu tidak tumpangtindih atau rancu dengan metode lainnya. Kronologi
sejarah berarti sesuai dengan urutan waktu kejadian dari peristiwa sejarah tersebut,
sehingga tidak berlangsung secara loncat-loncat. Walaupun demikian susunan
kejadian berdasarkan urutan waktu tersebut harus tetap berkisinambungan dan
menunnjukan kuasalitas (sebab-akibat). Penyusunan peristiwa berdasarkan urutan
waktu tanpa adanya hubungan sebab akibat dinamakan kronik , bukan sebagai
sejarah.
3. bentuk / jenis sumber sejarah
a.      Berdasarkan Bentuk dan Wujud
Berdasarkan bentuk dan wujudnya ini, sumber sejarah dapat dibedakan atas sumber
tertulis, lisan, dan sumber benda.

Sumber tertulis adalah keterangan tentang peristiwa masa lalu yang disampaikan
secara tertulis dengan mengguakan media tulis sepeti batu dan kertas. Sumber terulis dengan
menggunakan  batu disebut prasasti. Di Indonesia, sumber tertulis berupa prasasti sangat
banyak. Dari keterangan prasasti itulah kita mengetahui adanya Kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur dan Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat. Keduanya dipercaya sebagai
kerajaan tertua di Indonesia, dan keduanya menganut agama Hindu. Reflika sumber tertulis
berupa prasasti tersebut kini tersimpan di dalam Museum Nasional di Jakarta.
Penemuan kertas menggantikan batu sebagai media penulisan. Informasi yang
diiberikan media kertas lebih banyak dan lebih lengkap bila dibandingkan media batu.
Tulisan pejabat VOC dan pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi sumber tertulis yang
dijadikan dasar untuk merekonstruksi masa lalu bangsa Indonesia pada abad ke-16 hingga
abad ke-19. Informasi tertulis itu dapat berupa cerita, laporan pertanggungjawaban pada akhir
masa jabatan, atau laporan pejabat kepada atasanya tentang suatu peristiwa yang terjadi di
wilayahnya. Sebagai contoh misalnya Arsip Belanda yang berupa surat tanah masa Kolonial.
Kini data atau sumber tertlulis dengan menggunakan media kertas tersebut disimpan di dalam
Arsip Nasional Republik Indonesia.
 

Sumber sejarah tidak semuanya ditulis. Sumber sejarah semacam ini disebut sebagai
sumber lisan. Cara memperolehnya yaitu dengan melalui teknik wawancara kepada pelaku
atau saksi sejarah. Pelaku sejarah adalah orang yang secara langsung terlibat dalam
peristiwa sejarah. Sebagai contoh pelaku sejarah dalam perjuangan kemerdekaan, proklamasi
kemerdekaan, peristiwa Gerakan 30 September 1965, dan sebagainya.
Saksi sejarah ialah orang yang mengetahui suatu peristiwa sejarah, tetapi tidak terlibat
secara langsung. Misalnya petani yang menyaksikan pertempuran pada masa perang
kemerdekaan, atau masyarakat sekitar tempat tinggal Presiden Sekarno di jalan Pegangsaan
Timur yang menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945, atau orang-orang yang menyaksikan sekitar peristiwa Gerakan 30 September 1965
maupun Reformasi tahun 1998. Arsip Nasional Republik Indonesia memiliki banyak
rekaman hasil wawancara mereka terhadap pelaku sejarah. Hasil wawancara itu dapat
dimanfaatkan untuk pelajaran sumber lisan.

Sumber benda (Artefak) merupakan benda-benda peninggalan sejarah. Benda-benda


ini antara lain gedung, benteng pertahanan, candi, perhiasan, peralatan perang, gerabah,
manik-manik dan sebagainya. Untuk mengetahui usiabenda-benda sejarah dapat diketahui
dengan tiga cara. Pertama secara tipologi, yaitu menentukan usia benda berdasarkan pada
bentuk atau tipenya. Kedua secara stratigrafi, yaitu menentukan usia benda berdasarkan usia
lapisan tanah tempat benda ditemukan (lapisan tanah pada tingkat paling bawah
menunjukkan usia benda semakin tua). Ketiga secara kimiawai, yaitu menentukan usia benda
sejarah berdasarkan pada unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya.
b. Berdasarkan Sifat
Sumber sejarah dilihat dari sifatnya dapat dibedakan menjadi sumber sejarah primer,
sekunder, dan tersier.

1.    Sumber Primer


Sumber primer disebut juga sumber utama atau sumber asli. Merupakan informasi
yang diperoleh secara langsung dari pelaku atau saksi peristiwa bersejarah. Contoh sumber
primer tertulis adalah arsip-arsip. Arsip dianggap sebagai sumber primer karena ditulis pada
saat terjadinya peristiwa yang dilaporkan.
Untuk sumber primer yang berupa keterangan lisan, contohnya antara lain adalah
naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sumber primer dapat menjadi sumber
utama untuk melihat dan memahami kebenaran terhadap kejadian masa lalu.

2.    Sumber Sekunder


Sumber sekunder berisi informasi atau keterangan yang diperoleh dari perantara,
tetapi tidak memiliki hubungan secara langsung terhadap terjadinya peristiwa sejarah.
Sumber ini disebut juga dengan sumber kedua. Contoh sumber sekunder tertulis adalah surat
kabar sumber yang ditulis oleh sejarawan berdasarkan sumber primer atau sumber yang
bukan merupakan kesaksian langsung pada periode sejarah yang diteliti oleh sejarawan.
3.    Sumber Tersier
Sumber tersier merupakan keterangan lisan yang diperoleh atau disampaikan oleh
pihak ketiga atau lebih. Pihak ketiga ini misalnya saksi ahli, yaitu seseorang yang memiliki
keahlian pada bidang tertentu. Contohnya ahli sejarah, ahli antropologi, dan ahli arkeologi.
Sumber sejarah menjadi sangat penting untuk mengetahui kabar kehidupan masa
lampau, hal ini dapat dilakukan melalui penelitian. Untuk merekontruksi kembali peristiwa-
peristiwa masa lampau menjadi suatu kisah diperlukan adanya sumber sejarah, bukti, serta
fakta-fakta sejarah. Dari sumber sejarah dapat diperoleh informasi yang menjelaskan tentang
terjadinya suatu peristiwa tertentu.
Sumber lisan : keterangan langsung dari saksi dari peristiwa yang terjadi masa lampau atau
dari oang
       yang menerima keterangan dari orang lain
       Umpama ; rekaman pidato, hasilwawancara, dan narasumber pelaku, atau saksi sejarah
2.    Sumber tertulis. Sumber yang di peroleh melalui peninggalan peninggalan tertulis
       Umpama ; prasasti, dokumen naskah, surat perjanjian , buku, makalah dll
3.    Sumber benda (artefak )  peninggalan benda benda budaya.
       Umpama ; bangunan prasati,patung sejata dll.
1. Langkah-langkah penelitian sejarah: Mencari Topik

Sebelum memulai sebuah penelitian, tentu pertama kali yang harus kita lakukan adalah
memilih dan menetapkan topik. Topik ini harus layak untuk dijadikan penelitian dan
usahakan bukan duplikasi dari penelitian lain.

Tujuannya apa?

Tujuan pemilihan topik ini supaya nantinya penelitian kita itu lebih terarah dan fokus pada
masalah-masalahnya. Nah untuk menemukan masalah-masalah tersebut bisa menggunakan :

1. What?
Apa yang akan kamu teliti?

2. Who?
Siapa saja yang akan kamu teliti?

Contoh kamu meneliti sejarah rumah tua yang angker. Kamu harus mencari orang yang
terlibat dalam rumah itu, entah juru kunci, masyarakat setempat, ketua RT dan lain
sebagainya.

3. Where?
Yang mau kamu teliti?

Meskipun pertanyaan ini digunakan untuk melakukan penelitian sejarah, namun kalau dilihat
dari ciri disiplin ilmu sejarah ini bisa menjadi aspek spasial atau kekurangannya. Spasial yang
dimaksud dini sini ialah berupa tempat. Jadi tempat atau geografis yang akan kita teliti harus
jelas secara real.

4. When?
When di sini berarti: kapan yang menyangkut waktu.

Dalam ciri dari langkah-langkah penelitian sejarah yang bagus, ialah adanya konteks waktu.
Contoh saja kalau ada data perubahan sosial di kota pada tahun 2006-2017. Penetapan waktu
ini harus dipertimbangkan dengan data akademis.

Dari pertanyaan diatas, nanti akan mengarahkan kita mencari sumber yang akan dijadikan
sebagai bahan penelitian.

2. Langkah-langkah penelitian sejarah: Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani,  heuriskein, artinya menemukan.

Jadi yang dimaksud dengan langkah heuristik adalah tahap untuk mencari, menemukan,
serta mengumpulkan sumber-sumber atau berbagai data yang relevan dengan topik
penelitian, guna untuk mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa
lampau.
Untuk menemukan sumber tersebut seorang sejarawan harus bisa mencarinya di berbagai
dokumen dengan :

 menggunakan metode kepustakaan atau arsip nasional


 bisa juga sejarawan mengunjungi situs sejarah
 melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan
lengkap juga dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran.

Sejarah yang terjadi pada masa lalu memiliki begitu banyak periode dan bagian (seperti
politik, ekonomi, social, dan budaya) sehingga memiliki sumber data yang beraneka ragam
sehingga perlu adanya klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.

Dokumen dokumen yang berhasil dikumpulkan merupakan data yang sangat berharga.
Dokumen tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk menelusuri peristiwa peristiwa
sejarah yang telah terjadi pada masa lalu.

Menurut sifatnya sumber sejarah terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Sumber sejarah primer

Sumber primer adalah sumber asli atau sumber yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, atau
yang dibuat oleh tangan pertama, misalnya seperti dokumen laporan kolonial.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber
utamanya, atau yang dibuat oleh tangan atau pihak kedua seperti buku, skripsi, dan tesis.

Jika sumber tertulis yang didapat dibuat sezaman dan setempat dengan kejadian sejarah
tersebut biasanya memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, sedangkan sumber tertulis
yang dibuat tidak sezaman dan tidak setempat lebih memerlukan kejelian para penelitinya.

Dan untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata dari suatu
kejadian.

Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa sejarah
tersebut tidak dapat dijadikan narasumber lisan.

3. Langkah-langkah penelitian sejarah: Verifikasi/kritik

Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah


memiliki arti pemeriksaan atau pengujian  terhadap kebenaran laporan tentang suatu
peristiwa sejarah.

Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut pada 2 aspek, yaitu :

 aspek ekstern
 aspek intern

Aspek ekstern membahas mengenai apakah sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan
harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, seperti waktu
pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen.

Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan
informasi yang diperlukan, misalnya berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.

Aspek ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

 Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?


 Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
 Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (integritas)?

Setelah mendapat kepastian bahwa sumber itu adalah sumber yang benar diperlukan dalam
bentuk asli dan masih utuh, kemudian dilakukan kritik intern.

Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung dalam sumber
dapat dipercaya. Kritik ini dilakukan dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan
membandingkan kesaksian-kesaksian dari berbagai sumber.

Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik pertama adalah

menentukan sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal).

langkah-langkah penelitian
sejarah itu?
Langkah-langkah penelitian sejarah antara lain sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata heurishein yang artinya memperoleh
atau menemukan. G.J. Reiner (1997) berpendapat bahwa heuristik merupakan suatu teknik
untuk mencari dan mengumpulkan sumber. Nah, dalam hal ini seorang sejarawan yang
sedang melakukan penelitian akan berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang
berupa jejak-jejak peristiwa sejarah.

Sebelum mengumpulkan jejak-jejak sejarah seorang peneliti diharuskan telah menentukan


dan memahami atau menguasai topik penelitiannya. Dengan kata lain, seorang peneliti harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang informasi peristiwa yang tengah diselidiki. Hal ini
dikarenakan jejak-jejak sejarah sangatlah beragam. Kita ingat bahwa sejarah terdiri dari
begitu banyak periode yang terbagi-bagi atas begitu banyak bidang seperti politik, sosial,
ekonomi, militer, budaya dan sebagainya. Nah, untuk mempermudah dalam penelitian, maka
dilakukan upaya penggolongan atau klasifikasi terhadap sumber sejarah yang dikumpulkan.

Sumber sejarah secara umum dapat dibedakan menjadi sumber sejarah primer (dibuat oleh
tangan pertama) dan sekunder (dibuat berdasarkan sumber tangan pertama). Sumber primer
harus ditentukan lebih dahulu (diutamakan). Kita bisa mencari sumber ini dengan
mengumpulkan keterangan para saksi mata sejarah yang ada dalam dokumen, catatan rapat,
arsip organisasi dan sebagainya. Selain itu kita juga bisa mengambil sumber primer dengan
cara meng-interview atau mewawancarai langsung si pelaku atau saksi sejarah yang masih
hidup. Nah, jika hal ini dirasa cukup sulit, maka pengumpulan sumber sejarah sekunder bisa
dilakukan. Sumber ini bisa di dapat dari majalah, buku-buku, koran dan sebagainya.

2. Verifikasi atau Kritik Sumber

Nah, setelah semua sumber sejarah terkumpul langkah penelitian sejarah selanjutnya yakni
proses verifikasi atau kritik sumber. Pada proses ini semua sumber sejarah akan diuji tentang
keasliannya dan kredibilitasnya.

a. Keaslian Sumber atau Otentisitas (kritik ekstern)

Seorang sejarawan atau peneliti dapat mengecek keaslian sumber sejarah dari segi fisiknya.
Misalnya jika sumber sejarah tersebut berupa tulisan, maka bisa dilakukan pengecekan usia
kertas atau tinta yang digunakan, bahan kertas, bahasa yang digunakan, gaya tulisan yang
digunakan dll. Hasil pengecekan akan dicocokkan dengan keadaan sesuai masa tejadinya
peristiwa sejarah yang sedang diteliti -apakah sama atau tidak?-.

b. Kesahihan Sumber atau Kredibilitas (kritik intern)

Kesaksian tokoh atau pelaku sejarah atau saksi sejarah merupakan hal pokok atau primer
untuk sebuah sumber sejarah namun bisa saja sumber sejarah yang satu ini mengalami
kesalahan atau kekeliruan. Gilbert J. Garraghan (Tahun 1957) berpendapat bahwa kekeliruan
saksi ini dapat disebabkan oleh dua hal yakni:

1) Kekeliruan saksi dalam menjelaskan, menginterpretasikan serta menarik kesimpulan dari


suatu sumber sejarah.

2) Kekeliruan dalam sumber formal yang digunakan.

Kekeliruan ini dapat disebabkan karena disengaja, keterangan saksi yang tidak bisa dipercaya
atau para saksi yang secara terbukti tidak jujur, tidak cermat atau tidak mampu menjelaskan
kesaksiannya dengan benar dan baik. Nah, untuk meminimalisir kekeliruan ini, maka seorang
peneliti harus menelusuri kredibilitas sumber berdasarkan proses-proses dalam kesaksian.

3. Interpretasi atau penafsiran

Interpretasi dalam sejarah merupakan penafsiran kembali terhadap suatu peristiwa sejarah
yang kemudian akan memberikan pandangan atau pendapat teoritis yang ilmiah. Interpretasi
atau penafsiran dapat dilakukan dengan cara menganalisis sejumlah fakta yang diperoleh dari
sumber-sumber sejarah yang telah diverifikasi sehingga nantinya akan diperoleh makna dan
hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya. Hasil dari interperetasi adalah
sejarah sebagai kisah yang isinya bisa saja bersifat subjektif antara peneliti yang satu dengan
peneliti lainnya meskipun topik yang diteliti sama.

4. Historiografi

Sebuah peristiwa sejarah itu berjalan secara berkesinambungan yang berarti bahwa bisa jadi
pada sebuah peristiwa akan bisa disusul dengan terjadinya peristiwa lainnya dan begitu
seterusnya sehingga membentuk semacam cerita yang tak terputus. Nah, di historiografi ini,
kisah yang panjang tersebut akan dipisahkan dalam beberapa periode dimana setiap periode
akan mengisahkan suatu kejadian yang khas.

Historiografi merupakan puncak dari sebuah penelitian sejarah dimana pada bagian akhir dari
ini, seorang peneliti atau sejahrawan akan menyusun suatu kisah sejarah sesuai kaedah
keilmuan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni kecermatan dalam penyusunan
kronologis, penafsiran sejarah harus seobjektif mungkin (walaupun sulit untuk dihindari),
penulisan sejarah harus mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah bahasa, peristiwa sejarah
mana sajakah yang dianggap patut untuk dicatat, menghubungkan peristiwa- peristiwa
tersebut satu sama lain dan penggunaan sumber-sumber.

Pemahaman tentang langkah-langkah penelitian sejarah ini sangat diperlukan oleh seseorang
yang hendak melakukan penelitian terhadap penelitian sejarah.

SEJARAH – KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA


Filed under: Uncategorized — Tinggalkan komentar

21 Februari 2011

KEHIDUPAN   AWAL  MASYARAKAT  INDONESIA

A. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan

1.Lingkungan Alam Kehidupan

Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangatlah

sederhana. Kehidupan mereka tak ubah seperti kelompok hewan karena

bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Pada masa ini manusia hidup di
alam bebas seperti di hutan, tepi-tepi sungai, goa, dan lembah. Keadaan berburu

mereka pun masih belum stabil dan sangat liar. Pada masa ini, mereka cenderung

berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnyalah baru mereka

menciptakan perahu.

2. Kehidupan Sosial

Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal

kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar 10-15 orang.

Mereka selalu hidup berpindah-pindah. Hubungan antar anggota kelompok

sangatlah erat. Mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta

mempertahankan hidup mereka. Masing-masing kelompok memiliki pemimpin dan

mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing .

3. Kehidupan Budaya

Pada masa ini mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat

pengeruk tanah dan lainnya. Para ahli menafsirkan pembuat alat tersebut ialah

jenis manusia Pithecanthropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum

(batu tua). Banyak di temukan di kali basoka, daerah Kabupaten Pacitan .

Penelitian ini di lakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki, dan R.P. Soejono (1953-

1954).Adapun benda-benda hasil kebudayan zaman tersebut ialah:

oKapak Perimbas

oKapak Penetak

oKapak Genggam

oPahat Genggam

oAlat serpih
oAlat-alat dari tulang

4. Kehidupan Ekonomi

Pada masa mengumpulkan makanan ini, mereka bekerja sama dalam upaya

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan anggota kelompok yang masih sedikit

mereka dapat dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya dari

alam bebas, saat persedian hutan habis mereka pindah ke daerah lainnya untuk

menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.

5. Kehidupan Kepercayaan Masyarakat

Pada masa ini mereka sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan

penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dengan sisteam penguburan

dan mereka sudah mempergunakan akal pikiran mereka walaupun hanya terbatas

hal-hal tertentu saja. Dengan penguburan terhadap orang yang baru meninggal

maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah

meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.

B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam

1.Lingkungan Alam Kehidupan

Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah

berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan

hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari

bagian hutan yang lain. Kemudian mereka mengulang pekerjaan membuka hutan,

demikian seterusnya. Namun dalam perkembangan berikutnya, manusia mulai

memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh


karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-

tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa lampau

itu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai

kemajuan.

2. Kehidupan Sosial

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang

cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal

tetap untuk mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan bahwa

manusia tidak bisa hidup sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat

pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan

bergotong royong.  Cara hidup bergotong royong itu bersifat agraris.

3. Kehidupan Ekonomi

Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan kehidupan masyarakat semakin

bertambah, namun tidak ada anggota masyarakat yang dapat memenuhi

kehidupannya sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi

kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang yang

disebut sistem barter. Sistem barter ini menjadi awal munculnya perdagangan atau

sistem perekonomian masyarakat. Untuk memperlancar kegiatan tersebut

dibutuhkan tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan antara

penjual dan pembeli yang disebut pasar.

4. Sistem Kepercayaan Masyarakat

Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin

bertambah. Mereka percaya bahwam orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke

suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau tetap berada di wilayah
di sekitar tempat tinggalnya sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk

dimintai bantuannya dalam kasus seperti menanggulangi wabah penyakit atau

mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang tempat tinggalnya. Di

Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek moyang terlihat melalui

peninggalan-peninggalan tugu-tugu batu atau bangunan-bangunan mengalithikum.

Bangunan-bangunan itu banyak ditemukan di tempat-tempat tinggi dari daerah

sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada

di tempat yang lebih tinggi.

5. Kehidupan Budaya

žPada masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam
seperti yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Contohnya:

1.Beliung Persegi

diduga digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan,

Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.

2. Kapak Lonjong

Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara, Kepulauan

Filipina, Taiwan dan Cina.

3. Mata Panah

Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah Papua.

4. Gerabah

Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan dan sebagai

alat untuk mencurahkan rasa seni. Ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.

6. Perhiasan

Pada masa bercocok tanam kebudayan, telah dikenal berbagai bentuk perhiasan.

Bahan dasarnya berasal dari lingkungan alam sekitar tempat tinggal mereka yaitu

seperti tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Perhiasaan yang dihasilkan
seperti kalung, gelang dan lain-lain. Disamping perhiasan tersebut juga ditemukan

kebudayaan yang terbuat dari batu besar atau Megalitikum pada masa kehidupan

masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan megalitikum erat kaitannya dengan

kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. Bangunan ini dibuat

berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana dan alam baka.

Contoh Bangunan Pada Masa Megalitikum

Menhir, adalah tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang,

ditemukan di daerah Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

Waruga, adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu

utuh. Ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

Dolmen, adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada

roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu.

Ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.

Punden berundak-undak, adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh

nenek moyang yang dibuat bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah Lebak Si

Beduk daerah Banten Selatan.

Sarkofagus, adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal).

Banyak ditemukan di Bali.

ž
Kubur batu, adalahb peti jenazah terbuat dari batu pipih. Banyak ditemukan di

daerah Kuningan, Jawa Barat.

Arca, arca dari masa megalitikum menggambarkan kehidupan binatang dan

manusia. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan

Jawa Timur.

C. Perkembangan Teknologi Masyarakat Awal Indonesia

1.Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia

Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan kebutuhannya

sendiri, meskipun tidak seluruhnya. Pengenalan teknologi pada masa itu terlihat

jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang

mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketika manusia mulai mengenal logam, manusia telah dapat menggunakan peralatan yang
terbuat dari logam, seperti peralatan rumah tangga, pertanian,

berburu, berkebun, dll. Tetapi dengan meluasnya penggunaan peralatan yang

terbuat dari logam, peralatan tersebut dibuat oleh orang yang ahli dibidangnya

yang disebut undagi dan tempat pembuatan alat tersebut disebut perundagian.

Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat Indonesia juga mulai mengenal

benda-benda yang terbuat dari logam dan perunggu. Hal ini terbukti karena

ditemukannya benda-benda dari perunggu di beberapa wilayah di Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan

teknologi manusia berkembang.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Masa perundagian adalah masa manusia telah mengenal logam. Masa perundagian

sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada


masa ini terjalin hubungan dengan daerah-daerah disekitar Indonesia. Hubungan

ini terjadi karena bahan-bahan dari logam yang tersedia menyebar di tempat-

tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan sistem barter.

Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya kerajaan-kerajaan di

Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan

dan keanekaragaman budaya Indonesia.

Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian.

Masyarakat persawahan terus berkembang dengan pesat termasuk pada aktivitas

ekonominya.

3. Kehidupan Budaya Masyarakat

Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya:

1.Nekara Perunggu

Fungsinya sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya, hujan dan sebagai

genderang perang. Banyak ditemukan di daerah timur Indonesia.

2. Kapak Perunggu

Ada yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang.

3. Bejana Perunggu

Bentuknya mirip gitar spanyol tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan

Sumatera

4. Arca Perunggu

Ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, Lumajang, Bogor dan Palembang.

5. Perhiasan

Ditemukan di daerah Bogor, Bali, Malang.

D. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia

1.Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang


Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari

kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada umunya

mereka hidup berpindah-pindah. Namun, dalam perkembangannya mereka mulai

menetap, menetap di goa-goa yang di tepi pantai atau di pedalaman.

Orang mulai memiliki pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang

meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih

baik.

Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman-zaman.

2. Kepercayaan Bersifat Animisme

Animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap

memiliki roh atau jiwa.

Awal munculnya kepercayaan ini didasari dari berbagai pengalaman masyarakat yang

bersangkutan.

Di samping itu muncul kepercayaan terhadap benda-benda pusaka yang dipandang

memiliki roh yang dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai hal yang

berkembang dalam masyarakat. Contohnya sebilah keris yang dianggap pusaka.

Kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.

3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme

Dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib.

Contohnya batu cincin dipandang mempuyai kekuatan untuk melemahkan lawan.

4. Kepercayaan Bersifat Monoisme

Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat. .

Anda mungkin juga menyukai