Anda di halaman 1dari 23

ASSALAMU’ALAIKUM WR.

WB
KELOMPOK 7

Anggota :
Nibras sabila
SEJARAH KERAJAAN MAKASSAR
Kerajaan/Kesultanan Makassar ~ Di Sulawesi Selatan pada
awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal
adalah Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat
dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari
Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam
(1605) dan rakyat pun segera mengikutinya. Kerajaan Gowa
dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua
kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makassar,
agama Islam disebarkan ke berbagai daerah, bahkan sampai ke
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur..
PETA KERAJAAN MAKASAR GOWA DAN TALLO
A. KEHIDUPAN POLITIK

Makassar tumbuh menjadi pusat perdagangan di


Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan letak
Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung
antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Kerajaan Makassar
mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-
nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan
kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat
Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau. Keterampilan
membuat perahu phinisi merupakan salah satu aspek
dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat
Sulawesi Selatan.
Kapal Pinisi merupakan salah satu peninggalan
kebudayaan Kerajaan/Kesultanan Makassar
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660),
Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil
membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur
perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa
Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan
antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung
cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang
Makassar (1660-1669). Bone merupakan wilayah kekuasaan
Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka)
menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Perang ini
juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang
menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah
dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan.
Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin
dijuluki “Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda
sendiri. Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil
mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makassar.
Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian
Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda,
yaitu:

1.Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di


Makassar;
2.Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
3Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa
daerah di luar Makassar;
4.Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan
Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng
Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun
takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada putranya,
Mappasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat bekerja
sama, namun sebaliknya, ia meneruskan perjuangan ayahnya.
Rakyat Makassar marah atas keputusan Perjanjian Bongaya.
Perlawanan rakyat Makassar kian berkobar dan berlangsung
hampir dua tahun. Banyak pejuang Makassar pergi ke
daerahdaerah lain, seperti Banten, Madura, dan sebagainya
guna membantu daerah-daerah bersangkutan dalam upaya
mengusir VOC. Pejuang tersebut di antaranya Karaeng
Galesung, Monte Marano yang membantu perjuangan rakyat
di Jawa Timur.
Sementara itu Aru Palaka semakin leluasa untuk menguasai daerah
Soppeng dengan pengawasan dan pantauan dari VOC. Setelah
perjuangan rakyat Makassar benar-benar padam, Makassar pun
jatuh ke tangan VOC secara keseluruhan. Sebutan Makasar sebagai
pusat perdagangan bebas, lenyap begitu saja.
B. KEHIDUPAN EKONOMI

Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai karena letaknya di


tengahtengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan
Malaka. Pertumbuhan Makassar makin cepat setelah Malaka jatuh
ke tangan Portugis (1511), sedangkan Maluku dikuasai oleh
Portugis dan Belanda. Banyak pedagang dari Malaka, Aceh, dan
Maluku yang pindah ke Makassar. Para pedagang Makassar
membawa beras dan gula dari Jawa dan daerah Makassar sendiri ke
Maluku yang ditukarkan dengan rempah-rempah. Rempah-rempah
itu lalu dijual ke Malaka dan pulangnya membawa dagangan,
seperti kain dari India, sutra dan tembikar dari Cina, serta berlian
dari Banjar.
Makasar berkembang sebagai pelabuhan Internasional, sehingga
banyak pedagang Asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark
berdagang di Makasar. Dengan jenis perahu-perahunya seperti
Pinisi dan Lambo, pedagang-pedagang Makasar memegang
peranan penting dalam perdagangan di Indonesia. Hal ini
menyebabkan mereka berhadapan dengan Belanda yang
menimbulkan beberapa kali peperangan. Pihak Belanda yang
merasa berkuasa atas Maluku sebagai sumber rempah-rempah,
menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap sebab di Makasar
diperjualbelikan rempah-rempah yang berasal dari Maluku.
Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam wilayahnya
disusunlah hukum niaga dan perniagaan yang disebut Ade
Allopioping Bicarance Pabbalu'e dan sebuah naskah lontar karya
Amanna Gappa.
C. Kehidupan Sosial-budaya

Mengingat Makasar sebagai kerajaan maritim dengan


sumber kehidupan masyarakat pada aktivitas pelayaran
perdagangan maka sebagian besar kebudayaannya
dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil kebudayaan
yang terkenal dari Makasar adalah perahu Pinisi dan
Lambo. Selain itu juga berkembang kebudayaan lain
seperti seni bangun, seni sastra, seni suara dan
sebagainya
PENINGGALAN KERAJAAN MAKASAR
GOWA DAN TALLO
1. Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang) terletak di sebelah
tenggara kompleks makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru
Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini
2. Kompleks Makam Katangka kompleks ini terletak di
sebelah utara bukit Tamalate, merupakan area pemakaman raja-
raja Gowa
3. Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak
berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran.
4. Makam Syekh Yusuf kompleks makam ini terletak pada
dataran rendah Lakiung di sebelah barat Mésjid Katangka
5. Makam Raja-raja Tallo di Ujung Tanah pada
kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi
6. Benteng Somba Opu merupakan benteng induk yang
berfungsi sebagai pusat pertahanan utama dan pusat
pemerintahan kerajaan Gowa-Tallo. Dibangun atas perintah
Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Mangnguntungi
Tumaparisi Kallonna.
7. Benteng Ujungpandang (Ford Ratterdam) benteng ini
juga dirintis oleh Raja Gowa IX sebagai benteng pertahanan
pendamping kerajaan Gowa.

Anda mungkin juga menyukai