Jl. Hankam Raya No. 89, RT.7/RW.4, Cilangkap, Cipayung, RT.7/RW.4, Cipayung, Kec.
Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13870
Perang adalah sebuah aksi dari fisik dan juga non fisik maupun kondisi permusuhan
dengan adanya kekerasan yang biasanya terjadi antara dua ataupun lebih kelompok manusia.
Peperangan dilakukan untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.
Perang adalah turunan dari sifat dasar manusia yang tetap ada sampai sekarang
memelihara dominasi dan juga persaingan untuk sarana memperkuat diri dengan cara
menundukan pihak musuh.
Pangeran Diponegoro merupakan anak yang berasal dari golongan ningrat yang biasanya
hidupnya penuh dengan kenyamanan dan juga istimewa, namun pangeran Diponegoro lebih
tertarik untuk kehidupan yang merakyat dan memiliki kesetaraan dengan rakyat. Ia juga memilih
untuk tinggal di luar keraton yaitu memilih untuk tinggal di desa Tegalrejo.
Gemar minum anggur bersama dengan para orang-orang Eropa namun tak
menjadikannya sebagai kelebihan yang berlebihan.
Kebiasaan Pangeran Diponegoro yang suka mengunyah sirih .
Mengoleksi emas dan juga berlian dan benda berharga miliknya adalah batu akik hitam
yang disimpan dalam pembungkus emas.
Kesenangannya ialah memelihara burung dan juga berkebun, membangun kebun dengan
menanam bunga, sayuran, dan juga ada buah-buahan dan pepohonan yang hijau.
Penyebab terjadinya perang Diponegoro dilandasi oleh dua alasan yaitu sebab umum dan
juga sebab khusus. Berikut ini sebab-sebab umum yang membuat terjadinya perlawanan
Diponegoro diantaranya sebagai berikut :
1. Timbulnya rasa kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang
tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Wilayah kesultanan Mataram yang semakin sempit dan para raja sebagai pengusaha Pribumi
yang mulai kehilangan kedaulatan.
3. Belanda ikut campur tangan dalam masalah kesultanan.
4. Sebagian dari bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat istiadat
dari keraton.
5. Para bangsawan juga merasa kecewa karena Belanda telah menghapus sistem penyewaan
tanah oleh para bangsawan kepada petani yang mulai terjadi pada tahun 1824.
6. Kehidupan rakyat yang semakin menderita dan juga disuruh kerja paksa dan harus membayar
berbagai macam pajak.
a. Pajak tanah
b. Pajak jumlah pintu
c. Pajak ternak
d. Pajak pindah rumah
e. Pajak pindah nama
f. Pajak menyewa tanah atau menerima jabatan
Dan pemasangan Patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan juga
makam para leluhur pangeran Diponegoro di Tegalrejo, pemasangan ini terjadi tanpa izin dari
kerajaan sehingga ditentang oleh Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro tersingkir dari kekuasaan karena telah menolak untuk berkompromi
dengan Belanda dan lebih memilih untuk ke Tegalrejo dan memusatkan perhatian pada
perkembangan keagamaan. Hal ini membuat Pangeran marah dan membangun pertahanan di
Selarong dan dukungan kepada Pangeran Diponegoro datang dari mana-mana membuat pasukan
Pangeran Diponegoro menjadi lebih kuat.
Untuk menghadapi perang Diponegoro, Belanda harus menarik pasukan yang sedang
bergejolak diwilayah Sumatera Barat. Pada saat itu Belanda juga sedang menghadapi perang
besar yaitu perang padri. akhirnya Belanda harus melawan kedua belah pihak yang belakangan
bersatu untuk berbalik melawan kolonial Belanda.
Pada tanggal 28 Maret 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di
Magelang Melemahnya kedudukan Diponegoro, menyebabkan ia menerima tawaran untuk
perundingan dengan Belanda Di Magelang. Perundingan inipun gagal dalam mencapai kata
sepakat. Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan di Manado kemudian dipindahkan ke
Makassar. Perang Dipenogoro yang berlangsung selama 5 tahun membawa dampak yang
membuat kekuasaan wilayah yogyakarta dan Surakarta berkurang, dan banyak menguras kas
Belanda.
Berkebalikan dari perang yang dipimpin oleh Raden Ronggo sekitar 15 tahun
sebelumnya, pasukan Jawa juga menempatkan masyarakat Tionghoa di tanah Jawa sebagai target
penyerangan. Namun, meskipun Pangeran Diponegoro secara tegas melarang pasukannya untuk
bersekutu dengan masyarakat Tionghoa, sebagian pasukan Jawa yang berada di pesisir utara
(sekitar Rembang dan Lasem) menerima bantuan dari penduduk Tionghoa setempat yang rata-
rata beragama Islam.
Menurut KBBI
perang/pe·rang/ n adalah:
1. Permusuhan antara dua negara (yang dilatar belakangi oleh perbedaan bangsa, agama,
suku, dan sebagainya): kedua negara itu dalam keadaan perang (berseteru saling
memperebutkan kekuasaan wilayah,dll)
2. Pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih (tentara, laskar,
pemberontak, dan sebagainya): tidak lama kemudian kedua pasukan itu sudah terlibat
dalam perang sengit;
3. Perkelahian; konflik: Perang batu;
4. cara mengungkapkan permusuhan: Perang ideologi; Perang bermalaikat, sabung berjuara,
pb Tuhanlah yang menentukan kalah menang;
Menurut Kusumaatmadja,
Seperti yang dikutip oleh Haryomataram, perang adalah suatu keadaan dimana suatu
negara atau lebih terlibat dalam suatu persengketaan bersenjata, disertai dengan suatu pernyataan
niat salah satu pihak lain.
Perang Diponegoro adalah perang yang terjadi selama lima tahun antara tahum 1825-
1830. Perang ini disebut juga perang Jawa. Perang ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Awal
mula terjadinya perang Diponegoro adalah karena Belanda memasang patok di tanah milik
Pangeran Diponegoro di desa Tegalrejo.
Pada saat melawan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya
dan memusatkan pertahanannya di Goa Selarong. Pada puncak peperangan, Belanda yang mulai
kewalahan menghadapi peperangan mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu.
Pada tahun 1827 Belanda menggunakan strategi benteng. Strategi yang digunakan oleh
Belanda berhasil menangkap Kyai Maja kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima
utamanya Sentot Ali Basya menyerahkan diri kepada Belanda.
Pada tanggal 28 Maret 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di
Magelang. Disana, Pangeran Diponegoro menyatakan bahwa ia menyerahkan diri dengan syarat
sisa pasukannya di lepaskan. Lalu Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan di Manado
kemudian di pindahkan di Makasar hingga wafatnya pada 8 Januari 1855. Perang pun
dilanjutkan oleh puteranya yaitu Pangeran Joned, Ki Sudewo, Diponingrat, dan Diponegoro
Anom. Namun sayangnya usaha yang di lakukan puteranya bernasib tragis. Diponingrat dan
Diponegoro Anom dibuang ke Ambon dan Ki Sudewo dan Pangeran Joned terbunuh saat
peperangan, berakhirlah perang Diponegoro.
Inilah salah satu sejarah yang terjadi di negeri tercinta, yang menggambarkan keberanian
para pejuang kita. Keberanian dan kegigihan para pahlawan membuat negeri ini terbebaskan dari
penjajahan, berakhirnya penjajahan dimuka bumi, berakhir juga segala kesengsaraan dan
penderitaan rakyat.
Kita sebagai generasi bangsa jangan pernah melupakan jasa para pahlawan yang telah
mengorbankan jiwa dan raga demi negeri tercinta. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga
persatuan dan kesatuan, kemerdekaan dan kedamaian abadi di negeri ini, Semoga artikel ini
bermanfaat dan terima kasih.