Anda di halaman 1dari 4

Perang Batak

Mengapa terjadi Perang Batak?

Setelah Perang Padri berakhir, yaitu perang belanda melawan kaum Padri dari Sumatera
Barat, Belanda terus memperluas wilayah kekuasaan dan Belanda mulai memasuki
tanah Batak seperti Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Siporok bahkan sampai
Tapanuli. Dan hal ini merupakan ancaman bagi Raja Batak, yaitu Sisingamangaraja XII.
Masuknya Belanda ini juga disertai penyebaran agama Kristen. Penyebaran agama
kristen ini ditolak karena dikhawatirkan akan menghilangkan tatanan tradisional dan
bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun menurun. Untuk menghilangkan
kekristenan ini tahun 1877 Raja Sisingamangaraja XII berkampanye keliling daerah-
daerah untuk mengimbau agar ,asyarakat mengusir para zending yang memaksa
agama Kristen kepada penduduk.
Akibat kampenye tersebut Raja Sisingamangaraja XII telah memicu kemarahan Belanda.
Bahkan ada penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-pos zending di Silindung.
Pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda mengirim pasukan ke
Silindung dengan alasan melindungi zending dan terjadilah
Perang Batak. Alasan untuk melindungi para zending ini
merupakan alasan yang dibuat-buat karena jelas Belanda ingin
mengusasai seluruh tanah Batak.
Pertempuran pertama terjadi di Bahal Batu.
Belanda dibawah pimpinan Kapten Schelten menuju Bahal Batu
dan rakyat Batak di bawah pimpinan langsung Raja
Sisingamangaraja XII. Pasukan Batak berusaha memberi
perlawanan sekuat tenaga tetapi kekuatan pasukan Batak
tidak seimbang dengan Belanda, sehingga pasukan
Sisingamangaraja XII ditarik mundur. Akibatnya pertempuran
sampai merembet ke daerah lain, seperti Butar. Dengan
gerakan mundur tersebut pasukan Batak juga melakukan
penyerangan pada pos-pos Belanda yang lain.
Perang Batak semakin meluas ke daerah-daerah lain. Setelah berhasil
menggagalkan serangan rakyat Batak, Belanda mulai menuju ke
Bakkara yang merupakan benteng dan istana Kerajaan
Sisingamangaraja. Dengan jumlah pasukan yang besar Belanda
berhasil mengepung Bakkara yang menyebabkan Raja
Sisingamangaraja dan sisa pasukannya mengasingkan diri ke daerang
Parangian di bagian selatan Danau Toba. Tak sampai disitu, Belanda
terus memerintahkan pasukannya untuk memburu Raja
Sisingamangaraja XII. Beberapa daerah tempat Raja dan
rombongannya bersembunyi sudah dikuasai Belnada. Sampai pada
akhirnya Raja dan rombongannya berpindah tempat ke daerah Dani
dan Belanda mengetahuinya. Lalu tanggal 17 Juni 1907 Belanda
memerintahkan untuk menangkap Raja dan rombongannya.
Dan pada penangkapan ini Raja Sisingamangaraja masih menyerang
balik walaupun dalam keadaan yang tidak memungkinkan sehingga
pada akhirnya beliau meninggal bersama putrinya Lopian dan kedua
puteranya Sultan Nagari dan Pantuan.
Daerah Pengungsian Raja Sisingamangaraja XII dan
rombongan

Anda mungkin juga menyukai