Anda di halaman 1dari 6

Latar belakang perang batak

Perlawanan rakyat Tapanuli melawan belanda disebabkan oleh


agama Batak kuno yang dianut masyarakat terancam oleh
kehadiran agama Kristen. Sisingamangaraja XII sebagai raja
Batak menolak adanya upaya penyebaran agama Kristen yang
dilakukan oleh misionaris Belanda di wilayah Batak. Hal
tersebut dilakukan karena Sisingamangaraja khawatir
kepercayaan dan tradisi animisme rakyat Batak akan terkikis
oleh perkembangan agama Kristen.
Faktor terjadi nya perang batak
yaitu timbulya kemarahan Si Singamangaraja XII  selaku Raja Batak yang
tidak sudi atas penempatan pasukan Belanda di Tarutung sehingga
wilayah kekuasaannya yang merdeka di tanah Batak semakin berkurang
(dimana hampir seluruh Sumatera yang sudah dikuasai Belanda, kecuali
Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka di bawah
pimpinan Raja Sisingamangaraja XII).   Jawaban panjang   Batak
merupakan nama kawasan dan sekaligus nama suku yang terletak di
Pulau Sumatera. Suku Batak terdiri dari beberapa sub-suku, seperti: Batak
Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Mandailing,
dan Batak Pakpak.   Perang Batak atau perang Tapanuli atau dikenal juga
dengan perang Si Singamangaraja XII dimulai dari tahun 1878 – 1907.
Perang ini terjadi di tanah Batak yang terletak di Pulau Sumatera. Perang
ini terjadi selama 29 tahun. Perang batak ini terjadi disebabkan kedatangan
bangsa Belanda ke pedalaman tanah Batak yang masih merdeka dimana
pada waktu itu dipimpin oleh Raja Si Singamangaraja XII yang memiliki
nama asli Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela sebagai ahli
keturunan dari Si Singa Mangaraja XI. Raja Si Singamangaraja XII sendiri
merupakan gelar resmi yang disandangnya selaku pemimpin tanah Batak.
Setelah perang berakhir di tanah Batak, Pemerintah Kolonial Belanda
kemudian melakukan kerja rodi di wilayah taklukannya. Banyak orang
Batak yang tewas ditambah lagi dengan banyak kerugian harta benda,
rumah – rumah hancur dibakar, dan terjadinya pergeseran dalam bidang
keagamaan dari agama Parmalim dan kepercayaan Animisme-Dinamisme
pada agama Kristen.
PEMIMPIN PERANG BATAK
Selama tiga dekade Raja Sisingamangaraja XII memimpin perjuangan
melawan penjajah Belanda di wilayah Tapanuli, Sumatera Utara
(Sumut). Raja Sisingamangaraja XII yang memiliki nama asli Patuan
Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela, salah satu bangsawan di negeri ini
yang memimpin perjuangan untuk mempertahankan Tanah Airnya dan
tidak pernah mau kompromi dan diplomasi dengan penjajah. Patuan
Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela, lahir tahun 1848 ditepian Danau
Toba Bakkara (saat ini Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumut).
Sebagaimana leluhurnya, gelar Raja dan kepemimpinan selalu
diturunkan secara turun-temurun. Ketika Patuan Bosar Ompu Pulo Batu
Sinambela masih muda berusia 22 tahun, beliau dinobatkan menjadi
Raja Sisingamangaraja XII, persisnya tahun 1871. Namun ajal
menjemput, sang Raja Sisingamangaraja wafat 17 Juni 1907, saat
penjajah Belanda menemukan keberadaan sang Raja dan langsung
melakukan serangan secara membabibuta dengan mempergunakan
senjata api. Dalam peristiwa itu, salah seorang putri sang Raja, yakni
Putri Lopian beserta 2 orang putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi
gugur bersama. Melihat keadaan itu, sebagai seorang bapak, sang Raja
Sisingamangaraja spontan menolong anaknya. Akan tetapi, sikap
spontan dan kasih sayang yang ditunjukkan sang Raja itu, justru
mendatangkan marabahaya bagi dirinya sendiri. Pasalnya, sang Raja
sewaktu merangkul anak putrinya, Putri Lopian yang sudah berlumuran
darah, beliau tidak menyadari lagi bahwa dada beliau berpantang
terhadap darah manusia.
Van daalen gotfried
Yang pertama adalah vandaalen gotfried mengapa ia di jadikan salah
satu tokoh yang berperan dalam perang batak karena ia pada saat itu
adalah gubernur militer aceh dan pada saat perang itu terjadi di pimpin
oleh sisingamaraja XII yang pada saat itu aceh di bawah kekuasaan
beliau

Kapten hans cristoffel


Yang kedua adalah kapten hans cristoffel atau yang bisa di sebut
dengan kapten marsoe pemburu sisingamaraja XII yang pada
saatvperang batak ia yang memimpin pasukan belanda yang tak jarang
kena serangan dari pasukan batak

Pendeta nomennsen
Baik yang ketiga adalah pendeta nomennsen mengapa ia menjadi tokoh
di perang batak ini karena setelah perang batak berakhir beliaulah
penginjil di tanah batak dan dalam ketekunan nya beliau membantu
masyarakat dalam Pendidikan ,Kesehatan dan mengajarkan iman
Kristen
Tempat terjadinya perang batak
Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara,
seperti di Bahal Batu, Siborong-borong, Balige Laguboti dan Lumban
Julu.
Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasai
Bakkara, pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak. Akibat
penyerangan ini, Sisingamangaraja XII terpaksa pindah ke Dairi Pakpak.
Pada tahun 1904, pasukan Belanda, di bawah pimpinan Van Daalen
dari Aceh Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara ,
Apa apa

Perlawanan balik pihak belanda


 Pasukan Marsose di bawah pimpinan Kapten Hans Christoffel berhasil
menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII serta dua orang
anaknya, sementara itu Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya
berhasil melarikan diri ke hutan Simsim. Ia menolak tawaran untuk
menyerah, dan dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907,
Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua
orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Gugurnya
Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Batak .

Hasil perang batak


 Pada akhirnya, hasil perlawanan yang dilakukan Sisingamangaraja XII
beserta segenap masyarakat Batak mengalami kekalahan. Taktik licik yang
dilakukan Belanda dengan upaya menangkap Boru Sagala, istri
Sisingamangaraja XII dan dua anaknya, menyebabkan Sisingamangaraja
XII mengalami beban psikologi yang berat. 17 Juni 1907 Sisingamangaraja
XII meninggal dalam perlawanan terakhirnya di Aik Sibulbulon (Dairi)
karena tertembak timah panas tepat di dadanya. Kedua putra dan seorang
putrinya ikut gugur di tangan Belanda. Dengan begitu usailah Perang
Batak.
Dampak dari perang batak

Banyak menibulkan korban jiwa, menimbulkan kerusakan pada rumah


rumah
a). Bidang Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda.
b). Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil
perkebunannya seperti tembakau.
c). Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang
menyebabkan berubahnya keyakinan masyarakat sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai