Anda di halaman 1dari 10

KERAJAAN TULANG BAWANG

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalwat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang ......................................................... 2
B. Kehidupan Sosial Budaya ..................................................................... 4
C. Kehidupan Agama ................................................................................ 4
D. Kehidupan Ekonomi ............................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 6
B. Saran ..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri
di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang,
Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan
keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang pernah
mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang
peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang
P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau
Sumatera). Namun Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat.
Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M.
Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang
Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan
ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa)
kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie
(Sriwijaya), nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada
catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun
yang diketahui oleh penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang
menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa
dalam komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti
Trah. Hingga saat ini belum diketemukan benda-benda arkeologis yang
mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini..

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Kerajaan Tulang Bawang?
2. Bagaimana kehidupan sosial budaya Kerajaan Tulang Bawang?
3. Bagaimana kehidupan agama Kerajaan Tulang Bawang?
4. Bagaimana kehidupan ekonomi Kerajaan Tulang Bawang?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang


Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri
di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang,
Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan
keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang pernah
mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang
peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang
P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau
Sumatera). Namun Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat.
Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M.
Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang
Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan
ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa)
kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie
(Sriwijaya), nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada
catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun
yang diketahui oleh penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang
menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa
dalam komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti
Trah. Hingga saat ini belum diketemukan benda benda arkeologis yang
mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini.
Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di
Nusantara. Tidak banyak catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang
kerajaan ini. Sebab, ketika Che-Li-P‘o Chie (Kerajaan Sriwijaya) berkembang,
nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru pudar. Menurut catatan
Tiongkok kuno, sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu dan
peziarah bernama Fa-Hien (337-422), ketika melakukan pelayaran ke India dan

2
3

Srilangka, terdampar dan pernah singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang


P‘o-Hwang (Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman Chrqse (Sumatera).
Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok
bernama I-Tsing yang pernah singgah di Swarna Dwipa (Sumatera). Tempat
yang disinggahinya ternyata merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika
itu, ia sempat melihat daerah bernama Selapon. Ia kemudian memberi nama
daerah itu dengan istilah Tola P‘ohwang. Sebutan Tola P‘ohwang diambil dari
ejaan Sela-pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang pujangga menjadi
berbunyi so-la-po-un. Orang China umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing,
yang merupakan pendatang dari China Tartar dan lidahnya tidak bisa
menyebutkan So, maka ejaan yang familiar baginya adalah To. Sehingga, kata
solapun atau selapon disebutkan dengan sebutan Tola P‘ohwang. Lama
kelamaan, sebutan itu menjadi Tolang Powang atau kemudian menjadi Tulang
Bawang.
Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan
Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan
Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak
dapat menerima ajaran tersebut, sehingga mereka kemudian menyingkir ke
Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo
dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis.
Pada abad ke-7, nama Tola P‘ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang
kemudian dikenal dengan nama Lampung.
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana
pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang,
yaitu antara Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km
dari pusat Kota Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini
terletak di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung
Sekitar abad ke-15, Kota Manggala dan alur Sungai Tulang Bawang
dikenal sebagai pusat perdagangan yang berkembang pesat, terutama dengan
komoditi pertanian lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan
kepada serikat dagang kolonial Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie)
4

lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-


pedagang Banten. Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring
dengan perkembangan zaman, Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga
“Boom” atau tempat bersandarnya kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru
Nusantara. Namun, cerita tentang kemajuan komoditi yang satu ini hanya
tinggal rekaman sejarah saja.
Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem pemerintahan
yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi
nama Kabupaten Tulang Bawang, namun sistem dan struktur pemerintahannya
disesuaikan dengan perkembangan politik modern.

B. Kehidupan Sosial Budaya


Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat
Tulang Bawang masih tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai
membuat kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren. Dalam
perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih
ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15,
daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di
Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam merupakan produk pertanian
yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang kehidupan sosial-budaya
masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses pengumpulan data.

C. Kehidupan Agama
Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama
Islam yang sudah berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh Animisme
Hindu nampaknya sampai pada dewasa ini masih belum juga dapat dikuras
habis. Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan di pedalaman hal
ini masih dipraktikkan oleh Rakyat di sana. Mereka masih meyakinkan bahwa
Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap mengawasi anak-cucunya
di mana saja berada. Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar,
gunung-gunung besar mempunyai penunggu dan penjaganya, inilah yang
dinamakan Animisme.
5

D. Kehidupan Ekonomi
Semua alat-alat pertanian seperti: pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi,
demikian juga alat senjata: tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini
dari besi? Diatas telah penulis singgung pada tahun 671 Pendeta Tiongkok I
Tsing pernah mengadakan pencatatan-pencatatan tentang Kerajaan Tulang
Bawang, bahwa didapatinya Rakyat di sana sudah maju, pandai membuat gula
dan membuat besi.
Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-
senjata dari besi adalah dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang
asalnya, malahan di Pagar Dewa sekarang ini masih ada pandai besi (tukang
membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut keterangan
Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda mengakui atas
kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya
tepaannya. bahkan di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-
senjata ini yang dikenal hanya Pagar Dewalah tempat pembuatan sarung badik
yang terbaik, berita ini sampai sekarang masih disebut-sebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri
di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang,
Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan
keterangan mengenai kerajaan ini. Dalam perkembangan selanjutnya,
kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan
ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang dikenal
sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara.
Mereka masih meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja
masih tetap mengawasi anak-cucunya di mana saja berada. Mereka masih
meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai
penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan Animisme.

B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://diyananurfa.blogspot.co.id/2014/11/kerajaan-buleleng-tulang-bawang-
dan.html

http://melayuonline.com/ind/history/dig/408/kerajaan-tulang-bawang

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tulang_Bawang

http://northmelanesian.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kerajaan-tulang-bawang-
lampung.html

http://tulangbawangkab.go.id/?page_id=223

Anda mungkin juga menyukai