Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alfina Zidannajiyah

NIM : 20102021068

Kelas : A2/HI 2020

Mata Kuliah : Pengantar Sosiologi (Makalah Tentang Kebudayaan di

Tempat Tinggal)

Tradisi Syawalan di Kota Semarang

Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Semarang

juga termasuk dalam lima kota metropolitan yang ada di Indonesia. Di

tengah modernisasi yang terus berjalan di Kota Semarang, masih banyak

tradisi budaya dan adat istiadat yang rutin dilakukan oleh masyarakatnya,

salah satunya adalah tradisi Syawalan.


Syawalan merupakan tradisi yang biasanya dilakukan oleh

masyarakat Semarang yang identik dengan ketupat. Tradisi ini di adakan

setiap satu tahun sekali. Syawalan di adakan untuk merayakan datangnya

bulan Syawal yang datang setelah tujuh hari perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Syawalan juga dapat di artikan sebagai wujud rasa syukur masyarakat

atas berlimpahnya rezeki yang diberikan Allah kepada kita semua.

Acara ini diawali kembang api dan petasan di depan masjid-masjid

sesudah sholat subuh. Kemudian warga berdatangan menuju masjid

sambil membawa berbagai makanan khususnya Ketupat dan Opor karena

masih berada pada suasana Lebaran. Namun tak jarang juga warga

membawa makanan lain seperti jajanan pasar, gado-gado, dan berbagai

macam makanan lainnya. Ketika warga sampai di masjid, anak-anak

berbondong-bondong datang untuk mengambil ketupat yang di sediakan

warga yang juga terkadang berisikan sejumlah uang.

Setelah warga berkumpul di serambi masjid, kemudian di adakan

pembukaan terlebih dahulu oleh tokoh agama setempat. Tokoh agama ini

menyampaikan sepatah dua patah kata mengajak warga untuk bersyukur

atas rezeki yang berlimpah selama ini. Kemudian dilanjutkan dengan doa

bersama yang dipimpin oleh salah satu tokoh agama setempat. Setelah

itu dilanjutkan dengan makan bersama hidangan yang telah dibawa dari

rumah.
Kemudian setelah selesai makan, anak-anak kembali berebutan

untuk mengambil ketupat yang masih tersisa. Memang biasanya di dalam

ketupat ini juga diisi uang oleh warga yang membawanya. Tak hanya

ketupat saja yang masih tersisa, orang-orang dewasa biasanya

mengambil makanan yang bernama ‘Lepet’. Makanan ini sangat identik

sekali dengan Idul Fitri karena namanya yang juga mengandung arti

‘Kesalahan’. Dapat disimpulkan bahwa arti dari ‘Lepet’ adalah saling

memaafkan kesalahan yang telah berlalu.

Setelah semua makanan habis, para lelaki membersihkan tempat

yang telah digunakan. Sementara para wanita mencuci peralatan yang

telah digunakan untuk makan. Kemudian setelah itu kami semua pulang

ke rumah masing-masing.

Jadi, tradisi Syawalan ini adalah tradisi tahunan yang

diselenggarakan oleh warga Kota Semarang di daerah tempat tinggal

masing-masing. Tradisi ini bertujuan untuk menyambut datangnya Bulan

Syawal sekaligus untuk mempererat tali persaudaraan antar warga dan

bentuk rasa syukur kepada Alla SWT atas rezeki yang telah diberikan

pada kita semua.

Anda mungkin juga menyukai