Anda di halaman 1dari 2

Kesenian dalam Kebudayaan Sulawesi Selatan:

seni tari atau seni gerak (pencak dan tari)

Kesenian Sulawesi Selatan dikenal sebagai kebudayaan tinggi dalam konteks


kekinian. Karena pada dasarnya seni tidak hanya menyentuh beberapa aspek kehidupan tetapi
lebih dari itu dia mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap lingkungan sekitar dan
psikologis. Di Sulsel terdapat banyak etnis dan suku tapi yang paling mayoritas adalah Suku
Makassar, Bugis dan Toraja. Demikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari, ketiga etnis
tersebut lebih dominan.
Selain itu, untuk rumah adat di Sulsel yang berasal dari ketiga daerah Makassar,
Bugis dan Tana Toraja memiliki arsitektur yang hampir sama bentuknya. Rumah-rumah
tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada memiliki kolong
dibawahnya. Ada juga kesenian daerah lainnya yang sering dipentaskan pada acara tertentu,
yakni Tari Pakarena dan Tari Empat Etnis yang menunjukkan keberagaman etnis budaya
Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar di Sulawesi Selatan yang merupakan Tari Tradisional.

Tari Tradisional
Tarian di provinsi ini bisa dibilang cukup beragam karena adat istiadat dan suku yang ada di
Sulawesi Selatan itu sendiri.
1. Tari Kipas Pakarena
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang satu ini merupakan satu diantara kesenian
paling terkenal di masyarakat Indonesia. Tari Kipas Pakarena merupakan tarian
tradisional dari daerah Goa, Sulawesi Selatan. Tarian ini dimainkan di acara-acara yang
sifatnya menghibur dan tak jarang juga dilakukan untuk melengkapi upacara adat. Dalam
pertunjukan, Tari Kipas Pakarena ditampilan dengan jumlah penari sebanyak 5 hingga 7
orang dan dengan menggunakan busana adat serta diiringi alat musik Gondrong Rinci
(perpaduan antara gendrang dan seruling). Menurut mitos yang beredar di masyarakat,
tarian ini berawal dari perpisahan antara penghuni negeri khayangan dengan penghuni
bumi.
2. Tari Pa’Gellu
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang satu ini berasal dari daerah Toraja. Tarian ini
biasa ditampilkan pada upacara adat khusus masyarakat Toraja yang disebut Ma’Bua.
Ma’Bua sendiri biasanya berkaitan dengan upacara pentasbihan pada rumah adat Toraja.
Namun seiring mengikuti zaman, tarian Ma’Gellu ini akhirnya dapat dinikmati pada pesta
perkawinan, syukuran panen, hingga penerimaan tamu yang dianggap terhormat.
3. Tari Gandrang Bulo
Tari Gandrang Bulo juga termasuk salah satu kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang
hingga saat ini masih dilestarikan. Kata “Gandrang Bulo” sendiri berarti tabuhan bambu.
Tarian ini mengandung unsur humor dengan lawakan yang terkesan mengkritik isu
politik, sosial dan budaya. Namun lawakan yang digunakan pun masih terkesan
menghibur sehingga dianggap bisa menghipnotis penonton untuk tertawa bersama
sepanjang pementasan Tari Gandrang Bulo.
4. Tari Pajoge
Istilah “Pajoge” dalam bahasa suku Bugis di Sulawesi Selatan dikenal mengandung tiga
makna, yaitu sebagai tarian, pertunjukkan, dan sebagai istilah untuk menyebut penari.
Tarian ini biasanya khusus dipertontonkan di kalangan istana maupun ningrat. Tari
Pajoge dibagi menjadi dua jenis, yakni Pajoge Makkunrai dan Pajoge Angkong. Pajoge
Makkunrai ditarikan oleh wanita-wanita cantik, sementara Pajoge Akong ditarikan oleh
waria. Di lingkungan masyarakat sendiri, Pajoge Makkunrai lah yang banyak
dipentaskan.Sebab pada zaman dulu, tarian ini biasanya dilakukan di tengah para
penonton, terutama kaum lelaki.
5. Tari Pattennung
Tarian ini punya makna unik, yang mana Tari Pattennung konon menceritakan tentang
kebiasaan wanita Toraja dalam menenun benang menjadi kain. Lewat tarian ini,
masyarakat suku Bugis yang ada di Sulawesi Selatan ingin memperlihatkan bagaimana
semestinya sikap seorang wanita ketika menenun, yakni harus sabar, gigih, dan teliti.
Ketika menarikannya, penari Pattennung mesti menggunakan baju Bodong Panjang,
Lipaq Sabbe, Curak Lakba, serta hiasan-hiasan lain yang merupakan pakaian adat khas
Sulawesi Selatan. Penari juga diiringi suling dan gendang yang membuat tarian ini
tampak lebih memukau.

Anda mungkin juga menyukai