Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Nikmat, dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul, Rendahnya kesadaran generasi muda terhadap budaya daerah dan budaya
nasional.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Guru PPKN yang telah membantu saya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi banyak orang dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.

Koto Gaek, 24 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi tentang generasi muda yang berkembang dimasyarakat saat ini selalu
berkaitan dengan konteks politik. Misalkan “generasi muda penerus bangsa”.
Penyematan kata tersebut sudah tidak asing lagi di masyarakat umum. Sedangkan
pada dasarnya kata generasi muda bisa diartikan sebagai masa peralihan dari anak
anak menuju dewasa atau remaja dengan berkembangnya keadaan fisik dan non fisik.
terutama yang paling berpengaruh adalah peralihan secara non fisik atau pola pikir,
cara pandang dan emosional. Mengenai persepsi yang berkembang di masyarakat
tentang arti sessungguhnya kata “generasi muda” memang masih belum ada
kesepakatan antara para ahli sosiologi.
Generasi muda tidak lepas dari segala pengaruh dari tren dan budaya kekinian.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur
yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaanperbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
B. Rumusan Masalah
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain. Dari budaya ini timbul berbagai permasalahan salah satunya dari
generasi muda saat ini, diantaranya:
1. Permasalahan apa saja yang terjai akibat adanya perbedaan budaya?
2. Apa penyebab generasi muda saat ini kurang memahami budaya bahkan
meninggalkan budaya daerah?
3. Bagaimana mengatasi rendahnya kesadaran generasi muda pada saat ini
terhadap budaya daerah dan budaya naional?
C. Penyelesaina Masalah
Diharapkan dengan adanya perumusan masalah ini generasi muda dapat:
1. Memahami permasalahan yang terjadi akibat adanya perbedaan budaya
2. Mengetahui penyebab generasi muda saat ini kurang memahami budaya
bahkan meninggalkan budaya daerah.
3. Mengetahui cara mengatasi rendahnya kesadaran generasi muda pada saat ini
terhadap budaya daerah dan budaya naional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rendahnya Kesadaran Generasi Muda terhadap Budaya Daerah dan Budaya


Nasional
Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal
timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana
akibat perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa, nasionalisme, dan patriotisme. Ancaman dari luar timbul sebagai akibat
pengaruh negatif globalisasi, salah satunya adalah Rendahnya Kesadaran Generasi
Muda terhadap Budaya Daerah dan Budaya Nasional.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaanperbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya dipelajari.
Budaya nasional sesungguhnya bisa berupa sumbangan dari budaya lokal,
sehingga sumbangan dari beberapa kebudayaan lokal dari berbagai wilayah
tersebutlah akhirnya tergabung menjadi satu ciri khas yang kemudian menjadi
kebudayaan lokal dari berbagai wilayah tersebutlah akhirnya tergabung menjadi satu
ciri khas yang kemudian menjadi kebudayaan nasional.

Karya seni dari peradaban mesir kuno


www.id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Pengembangan kebudayaan nasional Indonesia merupakan tanggung jawab
dari semua warga negara Indonesia. Pranoto (2005, hlm. 236) mengatakan bahwa
warna budaya sama dengan kita, budaya rendah juga budaya kita, budaya tinggi juga
budaya kita. Sehingga budaya tidak pernah lepas dengan campur tangan kita. Budaya
nasional pun akan berkembang apabila masyarakat memiliki kesadaran dan
kepedulian terhadap budaya daerah.

Lukisan musisi wanita Persia dari


Istana Hasht-Behesht (Istana 8 surga)
www.id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Namun pada dewasa ini, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap


budaya daerah sudah menurun bahkan ada pula yang tidak mengetahui budaya apa
saja yang ada disekitar wilayah tempat tinggalnya. Kurangnya kesadaran dan
kepedulian masyarakat terhadap budaya daerah menyebabkan hasil kebudayaan
diklaim oleh negara lain seperti lagu “rasa sayange”, tari pendet, batik, reog ponorogo,
dan wayang kulit. Selain itu, generasi muda yang seharusnya menjadi pewaris
kebudayaan bahkan kurang peduli dan terbuka terhadap budaya asing yang masuk ke
Indonesia.
Kurangnya kepedulian generasi muda ditunjukkan dari hasil penelitian
Balitbang Malang pada tahun 2008 dalam (Fatkhurrokhim, 2014) bahwa generasi
muda yang sangat berminat sebesar 17,625%, berminat sebesar 26,625%, tidak
berminat sebesar 42,75%, dan sangat tidak berminat sebesar 13,25%. Hal tersebut
menunjukkan rendahnya minat remaja terhadap kesenian tradisional yang ada di
Kabupaten Malang. Selain itu, keterbukaan generasi muda di Indonesia terhadap
budaya asing ditunjukkan dalam hasil penelitian Litbang Kompas pada tahun 2013
yang ditunjukkan bahwa generasi muda lebih mengenal kesenian modern sebesar 84%
dan kesenian tradisional 15,7%, dan ketertarikan generasi muda pada kesenian modern
sebesar 56,2% dan kesenian tradisional 43,1%. Penelitian Litbang “Kompas”
dilakukan kepada 313 responden pelajar SMA yang dipilih secara acak dari Jakarta,
Yogjakarta, Surabaya, Manado, Makassar, Denpasar, Bandung, Medan, Palembang,
Banjarmasin, Pontianak, dan Semarang. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
sebagian generasi muda cenderung lebih tertarik pada kesenian modern daripada
kesenian tradisional yang ada di Indonesia.
B. Staregi Mengatasi Rendahnya Kesadaran Generasi Muda terhadap Budaya
Daerah dan Budaya Nasional
Budaya lokal atau budaya daerah yang dimiliki oleh suatu daerah harus dapat
dilestarikan dengan baik. Untuk melestarikannya harus dapat dimulai dari sendiri
terlebih dahulu. Melestarikan budaya lokal merupakan salah satu wujud rasa bangga
kita terhadap bangsa Indonesia. Cara Memelihara dan Melestarikan Budaya Daerah:
1. Mau Mempelajari Budaya Tersebut.
Kita seharusnya mau mempelajari budaya daerah, mulai dulu dari budaya
daerah sendiri baik mengenal atau lebih bagus jika kita mempraktikannya.
Contoh : Bagi yang di Jawa dapat mempelajari mengenai wayang atau gamelan
2. Mempraktikkan penggunaan bahasa daerah dengan baik dan benar.
Bahasa daerah merupakan bagian dari budaya uang harus dijaga
kelestariannya. Maksud dari kelestarian di sini adalah penggunaannya haruslah
tetap baik dan benar. Jika kita bercakap dengan orang dari daerah lain di
Indonesia maka gunakanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
3. Menghilangkan perasaan gengsi.
Dengan menghilangkan perasaan gengsi dalam diri untuk dapat melestarikan
kebudayaan sendiri.
4. Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme.
Primordialisme ini adalah rasa bangga yang berlebihan terhadap suatu hal atau
terhadap diri sendiri. Nah, sifat primordialisme ini jika berkembang
menyeluruh di masyarakat akan menyebabkan etnosentrisme, yaitu
menganggap suku sendiri lebih hebat dan merendahkan suku bangsa lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Tiongkok.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya perbedaan budaya dan perkembangan budaya,
generasi muda Indonesia tetap mencintai budaya lokal. Mengikuti perkembangan
masa kini dengan tidak melupakan budaya sendiri adalah salah satu bentuk contoh
pelestarian budaya. Semoga budaya Indonesia tidak punah akan perkembangan
zaman.

Anda mungkin juga menyukai