Anda di halaman 1dari 13

AKTIVITAS MASYARAKAT DESA DENGAN KOTA BERIKUT

DENGAN KETERGANTUNGAN KE DUANYA DI WILAYAH


TANGERANG

Aktivitas Pedesaan Aktivitas Perkotaan


Masyarakat Perkotaan, Aspek Positif & Aspek Negatif Masyarakat memiliki arti yaitu
sekumpulan makhluk hidup yang menempati daerah yang memiliki aturan norma yang harus
dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. Masyarakat kota adalah sekumpulan manusia dalam
jumlah besar yang berinteraksi dalam sebuah daerah besar.
Dimana dalam melakukan interaksi tersebut pemerintah sebagai pemimpin dari
kelompok tersebut membuat peraturan – peraturan. Tujuan dari peraturan – peraturan yang
dibuat oleh pemerintah adalah sebagai pembatas kegiatan perseorangan.
Dalam melakukan kegiatan di dalam kelompok tersebut, setiap individu atau perorangan
harus mengerti apa peraturan yang berlaku di daerah yang mereka tempati atau tempat yang
mereka pijaki. Seperti saat anda berkendara di jalan raya, di perpustakaan, dan lain
sebagainya.
Tetapi kehidupan masyarakat kota sekarang kebanyakan tidak mengikuti peraturan
yang ada disekitar lingkungan mereka. Seperti kehidupan masyarakat di kota Jakarta. saat
anda berkendara, pernahkan anda melihat para pengendara sepeda motor berhenti dibelakang
garis separator lampu merah? Saya rasa tidak. Atau pernahkah anda melihat para pengendara
melintas di jalur khusus busway? Saya rasa sering, walaupun tidak dalam keadaan macet.
Dalam hal ini manusia diperlukan pembelajaran “Bagaimana menahan kesabaran dalam
berlalu lintas?”. Tetapi pemerintah masih saja kurang baik dalam memelihara ketertiban lalu
lintas. Berbeda dengan halnya peraturan berlalu lintas di Amerika. Setiap jalan atau jalur,
diberikan peraturan berupa kecepatan maksimal, bahkan ada parkir khusus untuk penyandang
cacat. Ini hanya sebagian kecil contoh dari kehidupan masyarakat kota.
Kehidupan masyarakat kota yang di Indonesia sudah masuk golongan parah atau
merah. Bagaimana kehidupan masyarakat kota Di Indonesia bisa baik jika pemerintahannya
saja tidak bisa memberikan contoh yang baik. Saya pernah melihat di jalan, sebuah mobil
dengan plat berwarna merah melintas di jalur busway. Apa yang anda pikir sekilas? Mungkin
terngiang “Padahal pemerintah yang melarang berkendara di jalur busway, kenapa mereka
lewat ya?”. Apakah benar kata – kata saya? Saya rasa benar. Ini hanya sebagian kecil, sangat
kecil dari semua kesalahan yang pernah dibuat oleh pemerintah.
Dalam pembahasan ini kita membahas tentang masyarakat kota dan masyarakat desa ,
Masyarakat kota adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang
mungkin bisa dikatakan lebih maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu
hal yang dicita-citakan . Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat
tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari itu masyarakat
kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran, pergaulan dan pekerjaan yang
hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat di desa . Masyarakat desa adalah
sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang
sangat berbeda dengan masyarakat kota. Karena desa adalah kebalikan dari kota, tingkat
solidaritas yang masih sangat tinggi , serta tingkat kegengsian yang sedikit , serta tingkat
kekeluargaan yang masih ada, pergaulan, pemikiran, serta pekerjaan yang berbeda dengan
kota. Masyarakat kota terkadang memikirkan kegengsian yang sangat tinggi, karena mereka
ingin memiliki sesuatu tanpa melihat apa yang sesuai ia miliki, sedang untuk masalah
solidaritas, kota terkadang memikirkan individu mereka saja. Pemikiran yang berbeda dengan
desa, pergaulan dikota yang sangat rawan bisa dikatakan sangat bebas, dan banyak ditemukan
di banyak daerah,
Pekerjaan dikotapun bisa dikatakan sangat mudah ditemukan apabila kita mempunyai
kemampuan yang diinginkan dunia usaha, karena berbagai macam pekerjaan terdapat di kota,
rasa nyaman, tentram, dan damaipun sulit untuk ditemukan karena di kota cenderung bising
karena kendaraan atau suara pabrik-pabrik besar, tempat yang hijau dan sejukpun sulit
ditemukan, karena di kota sudah jarang sekali adanya pohon sebagai penghasil oxygen.
Masyarakat desa tidak memikirkan kegensian tetapi justru memiliki tingkat rasa kekeluargaan
yang tinggi, dalam model pemikiranpun tidak semodern masyarakat kota, karena dibatasi
dengan pekerjaan yang menjadi faktor utama dalam mencukupi kebutuhan hidup, karena desa
bisa dikatakan hanya berisi dari kegiatan pertanian yang manjadi pekerjaan dan sumber
utama untuk memenuhi kelangsungan hidup mereka, dalam hal kenyamanan hidup, desa
memiliki nilai yang sangat baik, karena desa memiliki nilai dari sektor daerah, tidak dapat
dipungkiri lagi daerah desa sangat nyaman dan tentram, damai, sejahtera, serta daerahnya pun
dihiasi oleh pemandangan yang masih indah dan asri.
Ciri masyarakat perkotaan :
1.      Lebih padat
2.      Heterogen
3.      Mobilitasnya tinggi
4.      Lebih menghargai waktu (tidak tergantung pada alam)
5.      Daya saing (kompetisi) yang tinggi dan menimbulkan individual listik.
Ciri masyarakat pedesaan :
1.      Lebih longgar
2.       Homogen
3.      Pola hidup sederhana
4.      Tergantung pada alam
5.      Hubungan antar warganya lebih mendalam
Adapun ulasan diatas dapat dijadikan acuan untuk para pembaca agar dapat mengetahui serta
memahami karakteristik masyarakat desa dan masyarakat kota untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungannya dengan baik
HUBUNGAN DESA DAN KOTA
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama
sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat
hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan.
Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan
seperti beras, sayur¬mayur, daging dan ikan.Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi
jenis¬jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek¬proyek
perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak.
Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk
bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu
masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang
tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti
bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-
obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga-
tenaga yang melayani bidang¬bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat
dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga di bidang medis atau kesehatan,
montir¬montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang mampu memberikan
bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan
darat. Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya
beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan.
Padahal, luas lahan pertanian sulit bertambah, terutama di daerah yang sudah lama
berkembang seperti pulau Jawa. Peningkatan hasil pertanian hanya dapat diusahakan melalui
intensifikasi budi daya di bidang ini. Akan tetapi, pertambahan hasil pangan yang diperoleh
melalui upaya intensifikasi ini, tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk,
sehingga pada suatu saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan penduduknya saja, tidak kelebihan yang dapat dijual lagi. Dalam keadaan
semacam ini, kotaterpaksa memenuhi kebutuhan pangannya dari daerah lain, bahkan kadang-
kadang terpaksa mengimpor dari luar negeri. Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi
dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat
banyak orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap. Mereka ini merupakan
kelompok pengangguran, baik sebagai pengangguran penuh maupun setengah pengangguran.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a)      Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling
membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi
merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b) Sebab-sebab Urbanisasi
1. Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya
(Push factors)
1.      Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap
dikota(pull factors) Hal – hal yang termasuk push factor antara lain :
a.       Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b.      Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c.       Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat
sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d.      Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e.      Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama,
kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain
dikota.
Hal – hal yang termasuk pull factor antara lain :
a.       Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih
mudah untuk mendapatkan penghasilan
b.      Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah
menjadi industri kerajinan.
c.        Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah
didapat.
d.      Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e.       Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau
untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
Aspek Positif dan Negatif
Untuk menujang aktifitasseta memberika suasana aman, nyaman dan tentram pada
warganya,kata harus menyediakan berbagai fasilitas untuk mengatasi berbagai masalah yang
terjadi pada warganya.
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan
dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen-komponen yang
memebentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat
ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Secara umum dapat
dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
·         Wisma  : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
·         Karya   : Untuk penyediaan lapangan kerja.
·         Marga   : Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
·         Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
·         Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas
umum.
Kelima unsur kota ini merupakan pola pokok dari kompone-komponen perkotaan yang
kuantitas dan kualitanya kemudian dirinci di dalam perencanaan suatu kota tersebut sesuai
dengan kebutuhan yang spesifik untuk kota tersebut pada saat sekarang dan masa yang akan
datang.
a.       Untuk itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka
pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya .
b.      Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan
dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
c.       Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka
kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru.
d.      Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para
pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat
bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya .
Oleh karena itu maka kebijakan perencanaan dan pengembangan kota harus dapat
dilihatdalam kerangka pendakatan yang luas yaitu pendakatan regiolal. Rumasan
pengembangan kota tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota sebagai berikut:
1)      Menakan angka kelahiran
2)      Mengalihkan pusat pengembangan pabrik ke pinggiran kota
3)       Membendung urbanisasi
4)       Menderikan kota satelit di mana pembukaan usaha sedikit rendah
5)      Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa yang telah ada di
sekitar kota besar
6)      Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyain pekerjaan
Kota secara internal pada hakikatnya merupakan suatu organisme, yakni kesatuan integral
dari tiga komponen, meliputi “Penduduk, kegiatan usaha dan wadah” ruang fisiknya. Ketiga
saling berkait, pengaruh-mempengaruhi, oleh karenanya suatu pengembangan yang tidak
seimbangan antara ketiganya, akab menimbulkan kondisi kota yang tidak positif, antara lain
semakain menurunya kualitas hidup masyarakat kota. Dengan kata lain, suat pengembangan
kota harus mengarah pada penyesuaian lingkungan fisik ruang kota dengan pengembangan
sosial dan kegiatan usaha masyarakat kota.
Fungsi eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm kerangka
wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun
nasional.
Masyarakat Pedesaan Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah
aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah
pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh
Kepala Desa, sedangkan di Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut Kepala Kampung atau
Petinggi.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain,
misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, di Bali disebut dengan istilah
banjar dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung.
Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan
karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan
penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.
HAKIKAT DAN SIFAT MASYARAKAT PEDESAAN.
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat In¬donesia lebih dari
80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan
yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai
masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang
kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian dan
keruwetan atau kekusutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir
tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh
ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh
sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat
gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-
orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan
masyarakat yang adem ayem.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam
gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan
penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.
1)      Dalam hal ini kita jumpai gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :
Konflik ( Pertengkaran) Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat
yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar
dalam masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap
hari mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang tetangganya secara terus-menerus
dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar amat banyak sehingga kemungkinan
terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah
tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu
rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
2)   Kontraversi (pertentangan) Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-
konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna
(black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan)
ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
3)    Kompetisi (Persiapan) Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-
manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai
saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa
positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk
meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila
persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-
kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya
menambah ketegangan dalam masyarakat.
4)      Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang
tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas
masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa
adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat
bahwa orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat
sambutan yang sangat dari para ahli. Karena pada umumnya masyarakat sudah bekerja keras.
Tetapi para ahli lebih untuk memberikan perangsang-perangsang yang dapat menarik
aktivitas masyarakat pedesaan dan hal ini dipandang sangat perlu. Dan dijaga agar cara dan
irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan untuk menghindari masa-
masa kosong bekerja karena berhubungan dengan keadaan musim/iklim di Indonesia).
Menurut Mubiyarto petani Indonesia mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a.       Petani itu tidak kolot, tidak bodoh atau tidak malas. Mereka sudah bekerja keras sebisa-
bisanya agar tidak mati kelaparan.
b.      Sifat hidup penduduk desa atau para petani kecil (petani gurem) dengan rata-rata luas
sawah ± 0,5 ha yang serba kekurangan adalah nrimo (menyerah kepada takdir) karena merasa
tidak berdaya.
Melanjutkan pandangan orang kota terhadap desa itu bukan tempat bekerja melainkan untuk
ketentraman adalah tidak tepat karena justru bekerja keras merupakan kebiasaan petani agar
dapat hidup.
Menurut BF. Hosolitz bahwa untuk membangun suatu masyarakat yang ekonominya
terbelakang itu harus dapat menyediakan suatu sistem perangsang yang dapat menarik suatu
aktivitas warga masyarakat itu dan harus sedemikian rupa sehingga dapat memperbesar
kegiatan orang bekerja, memperbesar keinginan orang untuk menghemat, menabung,
keberanian mengambil resiko, dalam hal mengubah secara revolusioner cara-cara yang lama
yang kurang produktif.
Fungsi desa adalah sebagai berikut:
Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
3 Unsur unsur Desa
Daerah Tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis
Penduduk Jumlah penduduk, pertambahan penduduk, pertambahan penduduk, persebaran
penduduk dan mata pencaharian penduduk Tata Kehidupan Pola tata pergaulan dan ikatan
ikatan pergaulan warga desa termasuk seluk beluk kehidupan masyarakat desa
URBANISASI DAN URBANISME
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau juga bisa disebut
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.proses urbanisasi bisa
dikatakan terjadi disetiap negara di dunia,bai pada negara yang sudah maju ataupun sampe
negara yang miskin.
Urbanisme Dalam kepustakaan geografi pandangan seorang geografiwan terhadap
“urbanisasi” ini ialah sebuah kota sebagai sesuatu yang integral, dan untuk memiliki
pengaruh atau merupakan unsur yang dominan dalam sistem keruangan yang lebih luas tanpa
mengabaikan adanya jalinan yang erat antara aspek politik, sosial dan aspek ekonomi dengan
wilayah di sekitarnya. sedangkan istilah “urbanisme” dikaitkan dengan perilaku hidup atau
cara hidup di kota. Proses urbanisasi dapat tejadi dengan lambat maupun dengan cepat,karena
tergantung dari pada keadaan masyarakat yang bersangkutan .proses itu terjadi dengan
menyangkut dua aspek,yaitu:
Perubahannya masyarakat desa menjadi masyarakat kota Bertambahnya penduduk
kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk yang berasal dari desa-desa . Berdasarkan
proses diatas ,maka ada beberapa aspek yang menyebabkan suatu daerah tempat tinggal
mempunyai penduduk yang baik.Artinya aadalah sebab suatu daerah mempunyai daya tarik
sedemikian rupa,sengingga orang orang pendatang makin banyak.suatu persekutuan hidup
dan kesatuan sosial didasarkan atas 2 macam prinsip :
1.      Prinsip hubungan kekerabatan
2.      Prinsip hubungan tinggal dekat/teritorial.
Prinsip ini tidak lengkap apabila yang mengikat adanya aktivitas tidak diikut sertakan ,yaitu:
1. Tujuan khusus yang ditentukan oleh faktor ekologis.
2.      Prinsip yang datang dari “atas” oleh aturan dan undang undang.
Lingkungan hubungan yang ditentukan oleh berbagai prinsip tersebut hubungannya saling
terjaring,yang batas batasnya berbeda- beda: mungkin dengan pola konsentris,artinya
hubungan tiap individu dimulai dengan lingkungan kecil mencakup kerabat dan tetangga
dekat.
PERBEDAAN MASYARAKAT DESA DENGAN MASYARAKAT KOTA
Masyarakat desa Masyarakat desa memiliki hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam dibanding masyarakat kota. Biasanya mereka hidup berkelompok dan mayoritas
bermata pencaharian petani. Pekerjaan di luar pertanian hanya sekedar sampingan, meskipun
ada pula sebagian kecil yang berstatus pegawai negeri, TNI, POLRI, maupun karyawan
swasta, namun persentasenya relatif kecil.
Kepala desa, tokoh masyarakat dan golongan kaum tua lebih dominant berpengaruh
dan memegang peranan penting sera menjadi tokoh panutan bagi warga setempat san
keputusan – keputusannya sangat mengikat bahkan telah dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari – hari dan menjadi adat setempat.
Rasa persatuan sangat kuat san menimbulkan saling kenal mengenal dan saling tolong
menolong atau gotong royong dalam segala hal. Alat komunikasi sangat kurang sehingga
komunikasi yang berkembang cenderung sangat sederhana bahkan desas – desus, kasak –
kusuk masih menjadi kebiasaan dan sangat cepat diterima oleh masyarakat, meskipun hal itu
biasanya dilakukan pasa hal-hal yang mengarah negatif. Masyarakat Kota Kehidupan
masyarakat kota, cenderung mengarah individual dan kurang mengenal antara warga yang
satu dengan lainnya meskipun tempat tinggalnya berdekatan. Rasa persatuan tolong
menolong dan gotong royong mulai pudar dan kepedulian social cenderung berkurang.
Perbedaan masyarakat desa dan masyarakat kota Perbedaan masyarakat kota dengan
masyarakat desa adalah sebagai berikut :
1.      Masyarakat kota memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Terdapat spesialisasi dari variasi pekerjaan
b.      .Penduduknya padat dan bersifat heterogen.
c.       Norma-norma yang berlaku tidak terlalu mengikat.
d.      Kurangnya kontrol sosial dari masyarakat karena sifat gotong royong mulai
menrun.
2.      Masyarakat desa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Jumlah penduduk tidak terlalu padat dan bersifat homogen.
b.      Kontrol sosial masih tinggi.
c.       Sifat gotong royong masih kuat; dan
d.      Sifat kekeluargaannya masih ada.
Perbedaan masyarakat kota dengan masyarakat di desa, misalnya ketika membuat
rumah di desa dilakukan dengan gotong royong sedang di kota pada umumnya dilakukan
dengan membayar tukang. Hubungan sosial kemasyarakatan di desa dalam satu desa antara
satu RT atau RW terjadi saling mengenal, sedangkan di kota sudah mulai hilang hubungan
sosial kemasyarakatannya misalnya antara satu RT dengan RT yang lainnya pada umumnya
tidak saling mengenal.
Interaksi merupakan hubungan timbal balik yang saling berpengaruh antara dua
wilayah atau lebih. Hubungan tersebut menimbulkan gejala, ketampakan, ataupun
permasalahan baru. Kota dan desa juga melakukan interaksi secara langsung maupun tidak
langsung. Interaksi itu disebut dengan interaksi wilayah. Misalnya, wilayah X merupakan
pedesaan dengan hasil sumber bahan pangan dan wilayah Y merupakan perkotaan sebagai
sentra industri pertanian. Beberapa jenis produk industri yang dihasilkan sebagai pendukung
kegiatan pertanian antara lain pupuk dan alat-alat pertanian. Perbedaan produk yang
dihasilkan tersebut merupakan bentuk dari interaksi desa dan kota.
Faktor-faktor interaksi desa dan kota Dilansir dari buku The Geography of Rural
Change (2014) karya Brian Ilbery, terdapat tiga faktor utama yang mendasari atau
memengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah yang dikemukakan oleh Edward Ullman.
Baca juga: Tata Sosial Masyarakat Desa Faktor tersebut sebagai berikut: Wilayah-wilayah
saling melengkapi Terdapat wilayah-wilayah yang berbeda dalam ketersediaan atau
kemampuan sumber daya. Di satu wilayah ada yang kelebihan sumber daya, di sisi lain
kekurangan jenis sumber daya alam tersebut. Copntohnya hasil pertanian. Adanya dua
wilayah yang surplus dan minus sumber daya sangat memperkuat terjadinya interaksi.
Artinya saling melengkapi kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai
produsen dan konsumen. Kesempatan untuk berintervensi Hal ini diartikan sebagai suatu
kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antarwilayah. Misalnya,
daerah X dan Y saling memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga bisa
berperan sebagai produsen dan konsumen. Namun, ada wilayah Z yang menyuplai kebutuhan
wilayah X dan Y, maka kekuatan interaksi wilayah X dan Y menjadi lemah. Dalam contoh
tersebut, wilayah Z berperan sebagai intervening area atau wilayah perantara. Intervening
opportunity bisa diartikan ebagai suatu hal atau keadaan yang dapat melemahkan jalinan
interaksi antarwilayah karena adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan.
Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang Faktor ini memengaruhi kekuatan
interaksi, karena memudahkan pemindahan manusia, barang, jasa, gagasan, dan informasi
antara satu wilayah dengan lainnya. Kemudahan pergerakan antarwilayah sangat berkaitan
dengan: Jarak antarwilayah, baik mutlak atau relatif Biaya transpoertassi Kemudahan dan
kelancaran prasarana dan sarana transportasi antar wilayah.
Wujud interaksi desa dan kota dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya Pergerakan gagasan dan informasi,
terutama dari kota ke desa Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah Pergerakan
manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, pendidikan, atau keperluan lainnya. Proses
interaksi secara terus menerus dapat menimbulkan pengaruh baik bagi wilayah pedesaan
maupun perkotaan. Pengaruh positif yang dapat timbul akibat adanya interaksi desa dan kota,
yaitu: Tingkat pengetahuan penduduk meningkat Adanya lembaga pendidikan di pedesaan
yang mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan penduduk untuk pembangunan desa.
Tingkat ketergantungan desa terhadap kota bisa berkurang. Melalui pengembangan prasarana
dan sarana tranportasi semakin membuka potensi pedesaan. Masuknya unsur-unsur teknologi
ke wilayah pedesaan secara efektif, sehingga meningkatkan produksi dan pengelolaan sumber
daya alam. Bagi masyarakat kota, terjadi distribusi barang-barang hasil pertanian,
perkebunan, dan barang-barang lain untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota.
Sedangkan, pengaruh negatif interaksi desa dan kota sebagai berikut: Gerakan
penduduk desa ke kota dapat memengaruhi jumlah penduduk desa usia produktif yang
diharapkan dapat membangun desanya. Banyak lahan pertanian desa yang terlantar karena
urbanisasi warga. Timbulnya gejala urbanisme Zona interaksi desa dan kota Semakin dekat
jarak desa dengan pusat kota, maka kekuatan interaksi desa dan kota semakin kuat. Berikut
zona interaksi desa dan kota: Pusat kota (city) Suburban, wilayah yang dekat dengan pusat
kota dan dihuni para penglaju Suburban fringe, wilayah yang melingkari suburban dan
peralihan dari desa menuju kota Urban fringe, wilayah batas kota yang memiliki sifat mirip
kota. Rural urban fringe, wilayah yang terletak antara kota dan desa Rural, wilayah yang
masih menitik beratkan dengan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai