Anda di halaman 1dari 97

INTERAKSI KERUANGAN

II
DESA DAN
KOTA
Oleh :
Tanti prasetyati, m.pD
STANDAR
KOMPETENSI
3. Menganalisis wilayah dan perwilayahan
KOMPETENSI DASAR
3.1. Menganalisis pola persebaran, spasial,
hubungan serta interaksi spasial desa
dan kota
Menjelaskan pengertian
1 desa dan kota

Menjelaskan unsur-unsur desa


2

indikator 3 Menjelaskan potensi desa

Menjelaskan fungsi desa


4

Mengklasifikasikan desa
5
A STRUKTUR KERUANGAN
DESA
PENGERTIAN

DESA
Berasal dari Bahasa Sansekerta

DESHI
Yang
artinya
Tanah kelahiran / tanah tumpah
darah
Desa memiliki istilah yang beraneka ragam,
diantaranya :

Di Aceh = Gampong


Di Tapanuli = Huta
Di Sumatera Barat = Nagari
Di Bali = Banjar
Di Sulawesi Selatan = Wanus
PENGERTIAN
DESA
1.
Undang-undang No. 5 Th. 1979 Pasal 1
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan Negara kesatuan
Republik Indonesia.
PENGERTIAN
DESA
Desa adalah kesatuan hukum di mana
bertempat tinggal suatu masyarakat
yang berkuasa mengadakan
pemerintahan sendiri.

2. Sutardjo Kartohadikusumo
PENGERTIAN
DESA
Desa adalah keseluruhan
organisasi kehidupan sosial
di dalam daerah yang
terbatas.

3. William Ogburn dan M.E. Nimkoff


PENGERTIAN
DESA
Desa tidak hanya kumpulan
tempat tinggal, tetapi juga
kumpulan daerah pertanian
dengan batas-batas tertentu yang
luasnya 50 – 1.000 are

4. S.D. Misra
PENGERTIAN
DESA
Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang
dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sbb:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal
b. Adanya ikatan perasaan yang sama tentang
kebiasaan
c. Cara berusaha besifat agraris dan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, seperti iklim,
topografi, dan sumber daya alam

5.Paul H. Landis
PENGERTIAN
DESA
Desa merupakan hasil perwujudan geografis
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang
terdapat di suatu daerah serta memiliki
hubungan timbal balik dengan daerah lainnya.

6. R. Bintarto
CIRI – CIRI DESA
Pertama
Keenam
01 Kehidupan masyarakatnya sangat erat
dengan alam Proses sosialnya berjalan lambat dan
06
sosial kontrol ditentukan oleh moral dan
hukum informal
Kedua

02 Iklim dan cuaca mempunyai pengaruh


besar terhadap petani dalam menentukan
Ketujuh
musim tanam
Warga desa pada umumnya
berpendidikan rendah
07
Ketiga

03 Jumlah penduduknya tidak begitu besar Kedelapan

Keempat
Norma agama dan hukum adat masih kuat
08
04 Desa merupakan kesatuan sosial dan
kesatuan kerja
Kesembilan
Hubungan antar masyarakat desa
berdasarkan ikatan
09
Kelima paguyuban/kekeluargaan yang erat
(gemeinschaft)
05 Struktur perekonomian bersifat agraris
UNSUR –UNSUR DESA

WILAYAH PENDUDUK TATA


KEHIDUPAN

Meliputi lokasi atau Meliputi jumlah, tingkat Meliputi pola tata


letak, batas-batas kelahiran, tingkat pergaulan dan ikatan
wilayah, luas, keadaan kematian, pertumbuhan pergaulan, adat istiadat,
lahan, jenis tanah, serta penduduk, kepadatan, dan norma-norma yang
pola pemanfaatannya persebaran, dan mata berlaku di daerah
pencaharian penduduk tersebut
POTENSI DESA
Adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki desa dan merupakan modal
dasar yang perlu dikelola dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat desa
 Air
 Tanah
 Cuaca dan iklim
 Hewan ternak
 Sumber daya manusia POTENSI NON
A FISIK

 Aparatur pemerintahan desa


POTENSI B  Lembaga dan organisasi sosial
FISIK desa
 Masyarakat desa yang hidup
berdasarkan gotong royong
FUNGSI DESA

01 02 03
Sebagai Daerah Hinterland Sebagai Sumber Tenaga Kerja Sebagai Mitra Pembangunan
bagi Kota Bagi Kota
Yaitu merupakan daerah
belakang/penyuplai/penyokong
bahan makanan pokok bagi
masyarakat kota
KLASIFIKASI DESA
Berdasarkan Perkembangan
1 Masyarakatnya

Berdasarkan Mata
Pencaharian Penduduknya 2
Berdasarkan Luas wilayah
3
Berdasarkan Jumlah
Penduduk 4
Menurut Kolb & Brunner
5
KLASIFIKASI DESA
1. Berdasarkan Perkembangan Masyarakatnya
Adalah suatu desa yang hampir seluruh • Ciri-cirinya :
kebutuhan ekonomi masyarakatnya • Terisolasi
diperoleh dengan cara mengadakan sendiri Desa Swadaya • Kurang berkomunikasi dengan wilayah lain
• Adat istiadat bersifat mengikat
(Desa Tradisional) • Hubungan antar manusia sangat erat
• Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam
Ciri-ciri : • Teknologi yang digunakan masih sederhana
• Adat istiadat masyarakatnya sedang mengalami • Lembaga-lembaga sosial masih sederhana
perubahan
• Pengaruh dari luar mulai masuk ke masyarakat
desa dan mengakibatkan perubahan cara berpikir Adalah desa yang sedang mengalami
• Mata pencaharian penduduk mulai beragam transisi
• Produktivitas mulai meningkat
Desa Swakarya
• Pemerintahan desa mulai berkembang baik
dalam tugas maupun fungsinya Ciri-ciri :
• Sarana dan prasarana desa mulai meningkat • Adat istiadat masyarakat sudah tidak mengikat
• Hubungan antar manusia bersifat rasional
• Mata pencaharian penduduk beraneka ragam dan bergerak ke
Adalah desa yang telah maju sektor tersier
• Teknologi maju mulai digunakan
• Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk telah tinggi
Desa Swasembada • Lembaga sosial desa telah berfungsi
• Sarana dan prasarana desa tersedia dengan baik
KLASIFIKASI DESA
2. BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUKNYA

1 DESA PERTANIAN
Adalah desa yang sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
petani

DESA NELAYAN
Adalah desa yang sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian
2
sebagai nelayan

DESA INDUSTRI
3 Adalah desa yang sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
pekerja di bidang industri
KLASIFIKASI DESA
3. BERDASARKAN LUAS WILAYAH

01 02 03 04 05

DESA TERKECIL DESA KECIL DESA SEDANG DESA BESAR DESA TERBESAR

Desa yang Desa yang luasnya Desa yang Desa yang


luasnya < 2 km2 2 - 4 km2 luasnya 4 - 6 luasnya 6 - 8 Desa yang
km2 km2 luasnya 8 - 10
km2
KLASIFIKASI DESA
4. BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK

DESA TERKECIL
1 Berpenduduk < 800 orang

DESA TERBESAR DESA KECIL


Berpenduduk > 3.200 Berpenduduk 800 – 1.600
5 2
orang orang

DESA BESAR DESA SEDANG


Berpenduduk 2.400 – 3.200 Berpenduduk 1.600 – 2.400
orang 4 3
orang
KLASIFIKASI DESA
5. MENURUT KOLB & BRUNNER

01 02 03

DESA KECIL DESA SEDANG DESA BESAR


(SMALL VILLAGE) (MEDIUM VILLAGE) (LARGE VILLAGE)

Jumlah penduduknya 250 Jumlah penduduknya Jumlah penduduknya


– 1.000 jiwa 1.000 – 1.750 jiwa 1.750 – 2.000 jiwa
.
POLA PERSEBARAN / PERMUKIMAN DESA

Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pola Persebaran Permukiman Desa :

LOKASI FISIOLOGIS UNSUR AIR

01 Berkaitan dengan kondisi topografi / relief suatu


wilayah
Berkaitan dengan ketersediaan air.
04

02 KONDISI TANAH
Berkaitan dengan kesuburan tanah di suatu
wilayah
KEADAAN EKONOMI
Berkaitan dengan potensi ekonomi
suatu wilayah
05

03 IKLIM
Adalah kondisi temperatur yang dipengaruhi
oleh ketinggian tempat
KULTUR PENDUDUK
Berkaitan dengan budaya masyarakat
setempat
06
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

Menurut Bintarto
A
Menurut Daldjoeni
B
Menurut Paul H Landis
C
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

Pola Memanjang Jalan


01
Pola Memanjang Sungai
02
Menurut 03 Pola Memanjang Pantai

A Bintarto
04 Pola memanjang pantai dan sejajar jalan
kereta

05 Pola Radial

Pola Tersebar
06
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA
1. Pola Memanjang Jalan

A
Pola persebaran desa memanjang jalan terdapat di daerah yang
Menurut Bintarto arealnya datar  dan menghubungkan dua kota. Pola desa yang
memanjang bertujuan untuk mendekati prasarana transportasi
sehingga memudahkan untuk bepergian ke tempat lain apabila
ada keperluan. Selain itu juga memudahkan pergerakan barang
dan jasa.

Pada gambar di samping,


desa tersebut memiliki
pola linear memanjang
sepanjang jalan. Rumah-
rumah dibangun di tepi
jalan. Belakang rumah
merupakan lahan
garapan untuk kegiatan
pertanian.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA
2. Pola Memanjang Sungai

A
Pola desa ini memanfaatkan air sungai untuk berbagai keperluan.
Menurut Bintarto Permukiman memanjang sepanjang sungai ini banyak terdapat di
daerah dataran dengan aliran air sungai yang besar. Sungai
merupakan jalur transportasi utama di wilayah desa seperti ini
sehingga rumah-rumah dibangun sejajar dengan aliran sungai. Jika di
lihat dari atas akan terlihat memanjang mengikuti panjang sungai.

Contoh pada gambar


di samping adalah
Desa Limboeng
Betuah Terentang
Kubur Raya
Kalimantan Barat.
Permukiman
penduduk dibangun
sejajar memanjang
aliran sungai Kapuas.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA
3. Pola Memanjang Pantai

A
Di daerah-daerah pantai yang landai, pola persebaran desa
Menurut Bintarto biasanya memanjang mengikuti arah garis pantai. Desa
memanjang pantai merupakan desa nelayan yang mata
pencaharian penduduknya menangkap ikan di laut.

Pada gambar di
samping, desa Sungai
Cabang Bar di
Kecamatan Pantai
Lunci Sukamara
Kalimantan Tengah.
Permukiman penduduk
dibangun sejajar
dengan pantai.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA
4. Pola Memanjang Pantai dan Sejajar
Jalan Kereta Api
A Menurut Bintarto Pola persebaran desa semacam ini terdapat di daerah pantai
yang landai. Pada umumnya penduduknya bekerja sebagai
nelayan dan pedagang.  Karena daerahnya landai maka
pembangunan rel kereta mudah dilakukan.

Arah pengembangan permukiman pada desa


dengan pola seperti di samping adalah
menyamping sejajar pantai dan rel kereta. Desa
akan bertambah memanjang dan bisa jadi akan
bergabung dengan desa lain.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA
5. Pola Radial

A Menurut Bintarto Pola persebaran desa radial atau melingkar terdapat di daerah
gunung berapi, biasanya terletak di kanan kiri sungai-sungai
di lereng gunung tersebut.

Pada gambar di atas adalah contoh


desa yang terdapat di lereng
gunung Merapi. Desa-desa
melingkari puncak gunung dan
antara desa satu dengan yang lain
dibatasi oleh sungai atau jurang.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA
6. Pola Tersebar

A Menurut Bintarto Pola persebaran desa tersebar umumnya terdapat di daerah


yang homogen dengan kesuburan yang tidak merata, seperti
di pegunungan kapur (karst). Desa satu dengan yang lain
dihubungkan oleh jalan setapak.

Pada gambar di samping


merupakan contoh desa-
desa tersebar di daerah
Karst Gunungsewu
Kabupaten Gunungkidul
Daerah Istimewa
Yogyakarta. Antara desa
satu dengan yang lain
terpisahkan oleh bukit-
bukit kapur.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

1 Pola Desa Linier

Pola desa yang memanjang mengikuti


2 garis pantai
Menurut
B Daldjoeni
Pola Desa Terpusat
3

4 Pola desa yang mengelilingi fasilitas


tertentu
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

Menurut Daldjoeni
B
1. Pola Desa Linier Atau Memanjang
Mengikuti Jalur Jalan Raya Atau Alur Sungai.

Pola persebaran desa linier terletak di dataran rendah


dan umumnya sejajar dengan jalan raya yang memotong
sungai. Jika penduduk bertambah, maka dibuat jalan
baru mengelilingi desa untuk memudahkan pergerakan
barang dan jasa sehingga memudahkan mobilitas
manusia, barang, dan jasa.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

Menurut
B Daldjoeni

2. Pola desa yang memanjang


mengikuti garis pantai

Pola persebaran desa yang terletak di daerah pantai


landai.
Bentuk desa ini terjadi karena aktivitas manusia yang
mencari ikan dan hasil laut lainnya.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

Menurut
B Daldjoeni

3. Pola Desa Terpusat

Pola desa terpusat terdapat di wilayah pegunungan dan


dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan
yang sama. Umumnya, semua warga masyarakat di
daerah itu adalah kerabat atau keluarga.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

Menurut
B Daldjoeni

4. Pola Desa Yang Mengelilingi Fasilitas


Tertentu

Pola desa ini umumnya terletak di dataran rendah dan


memiliki fasilitas-fasilitas umum yang banyak
dimanfaatkan oleh penduduk setempat, misalnya mata air
danau, waduk, atau fasilitas lainnya.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

1  The Farm Village Type

2 The Nebulous Farm


Menurut
C Paul H Landis
3  The Arranged Isolated Farm
Type

4 The Pure Isolated Type


BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

 1. The Farm Village Type


Menurut
C Paul H Landis
Tipe desa yang penduduknya tinggal bersama di suatu tempat dengan lahan
pertanian di sekitarnya.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

  2. The Nebulous Farm Type


Menurut
C Paul H Landis
Tipe desa yang sebagian besar penduduknya tinggal bersama di suatu tempat dengan
lahan pertanian di sekitarnya, tetapi karena permukiman padat akibat pertumbuhan
penduduk maka sebagian penduduk mencari tempat di luar permukiman pokok.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

 3.  The Arranged Isolated Farm Type


Menurut
C
Tipe desa yang penduduknya bermukim di sepanjang jalan utama desa yang
Paul H Landis terpusat pada pusat perdagangan. Lahan pertanian berada di sekitar
permukiman. Jarak satu rumah dengan rumah lain tidak terlalu jauh.
BENTUK DAN POLA PERMUKIMAN DESA

 4. The Pure Isolated Type


Menurut
C Paul H Landis
Tipe desa yang penduduknya tinggal tersebar secara terpisah dengan lahan
pertanian masing-masing dan berpusat pada suatu pusat perdagangan.
B STRUKTUR
KERUANGAN KOTA
KOTA
PENGERTIAN KOTA
1
Menurut Prof. R.
Bintarto
Kota adalah sebuah bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan
nonalami dengan gejala pemusatan penduduk
yang cukup besar dan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah belakangnya.
2
Menurut Max Weber

Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat


memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di
pasar lokal. Suatu kota dicirikan oleh adanya pasar
sebagai benteng serta mempunyai hukum tersendiri
dan bersifat kosmopolitan
3
Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 2 Th. 1987 pasal
1
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan
penduduk yang mempunyai batasan administrasi
yang diatur dalam perundang-undangan, serta
permukiman yang telah memperlihatkan watak
dan ciri kehidupan perkotaan
CIRI-CIRI FISIK KOTA

Gedung-Gedung Sarana olah raga


perkantoran 1 5

Gedung-Gedung Alun-alun / Open


pemerintahan 2 Terdapat :
6 space. Untuk paru-paru
kota

Jaringan transportasi Pasar


3 7
Kompleks perumahan penduduk
Tempat parkir yang terdiri dari slum area,
kendaraan 4 8 permukiman masyarakat ekonomi
lemah, ekonomi menengah dan
elite
SLUM ( daerah kumuh)
Adalah daerah miskin dengan fasilitas hidup kurang memadai
Ciri-ciri slum area :
a. Contoh :
Merupakan permukiman yang didiami oleh warga kota yang gagal dalam bidang ekonomi
b. Merupakan daerah dengan lingkungan tidak sehat

AREA SLUM PERKOTAAN


c. Merupakan daerah yang didiami oleh banyak pengangguran
d. Penduduk di daerah ini emosinya tidak stabil
e. Warganya adalah migran dari desa ke kota
f. Tingkat kejahatan/kriminalitas tinggi
CIRI-CIRI SOSIAL
MASYARAKAT KOTA

Norma-norma adat dan


Heterogenitas sosial
1 5 keagamaan tidak begitu
ketat

Sikap hidup penduduk Pandangan hidup


individualis dan 2 6 masyarakat lebih
rasional
bersifat egois

Hubungan social Terdapat segregasi


bersifat gesselschaft 3 7 keruangan, yaitu
pemisahan yang dapat
menimbulkan
kelompok-kelompok
Mata pencaharian non-
atau kompleks-
agraris 4 kompleks tertentu
POTENSI KOTA

1 2 3 4
POTENSI POTENSI SOSIAL POTENSI POTENSI
EKONOMI POLITIK BUDAYA
Ditandai adanya : Ditandai adanya : Ditandai adanya : Ditandai adanya :
• Pasar • Tempat ibadah • Aparatur kota yang • Sarana pendidikan
• Bank • Rumah sakit menjalankan • Sarana kesenian
• Pusat • Tempat hiburan tugasnya dengan • Kegiatan yang
pebelanjaan • Badan-badan atau baik di dalam menyemarakkan
• Kawasan yayasan sosial melayani kota
industri • Organisasi sosial masyarakat
• Sarana • Lembaga-lembaga
transportasi politik
KLASIFIKASI KOTA
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUKNYA
KOTA Berpenduduk
MEGAPOLITA > 5.000.000
N
KOTA
Berpenduduk
METROPOLITA
1.000.000 –5.000.000 jiwa
NN
KOTA BESAR Berpenduduk
100.000 – 1.000.000.
KOTA
SEDANG Berpenduduk
50.000 – 100.000 jiwa
KOTA
KECIL Berpenduduk
20.000 – 50.000 jiwa
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN FUNGSINYA

1 2 3 4 5 6
KOTA PUSAT KOTA PUSAT KOTA PUSAT
KOTA PUSAT KOTA PUSAT KOTA PUSAT
PEMERINTAHA PERDAGANGA PENDIDIKA
PRODUKSI KEBUDAYAAN HIBURAN
N N N
Adalah kota yang Adalah kota yang memiliki Adalah kota yang Adalah kota yang di Adalah kota yang adalah kota yang
memiliki fungsi fungsi sebagai pusat memiliki fungsi dalamnya terdapat memiliki potensi budaya berfungsi sebagai
sebagai pusat perdagangan, baik untuk sebagai pusat berbagai sekolah atau lebih dominan pusat rekreasi yang
pemerintahan atau domestik maupun produksi atau perguruan tinggi dibandingkan dengan di dalamnya
sebagai ibu kota internasional. Biasanya pemasok. Baik yang berkualitas dan potensi yang lainnya. mengandung sesuatu
negara. Contoh: kota ini memiliki berupa bahan ternama. Contohnya Potensi budaya ini yang menarik bagi
Kota Jakarta pelabuhan yang besar atau mentah, barang Bandung, Yogyakarta berkaitan dengan orang luar untuk
infrastruktur transportasi setengah jadi, dan Surabaya.   adat/agama serta adanya dituju sebagai tempat
darat penghubung kota maupun barang jadi. pusat kerajaan di masa untuk berekreasi
yang baik. Contoh: Surabaya, lalu. Contoh :
Contoh: Hongkong, Gresik, dan Bontang Contoh : Las Vegas, Paris 
Jakarta, dan Singapura Yogyakarta dan Solo
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN PROSES PERKEMBANGAN KOTA
Oleh : Griffith Taylor (1958)
1. 2. 3. 4.
STADIUM INFANTILE STADIUM JUVENILE STADIUM MATURE STADIUM SENILE
Tahapan awal sebuah kota dimana Pada tahap ini, zona residensial Pada tahap ini, sudah terjadi Pada tahap ini, kota sudah
peraturan zonasi sudah dipisahkan dari zona pembagian antara zona terdegradasi baik dari segi
dan separasi belum dibuat. komersial. Terdapat pula residensial, komersial, dan fisik, sosial, maupun
Semuanya masih menyatu dalam beberapa zona industri kecil industrial pada kota. Peraturan potensial ekonominya.
satu zona besar yang disebut kota. zonasi kota juga sudah mulai • Disebut stadium
yang mulai beroperasi..
• Tidak terlihat adanya batas jelas dan terbentuk.
• Kelompok perumahan tua kemunduran kota
yang jelas antara daerah • Timbul daerah-daerah baru
mulai terdesak kelompok • terjadi karena kurang
permukiman dan perdagangan seperti daerah industri,
• Belum ada batas wilayah perumahan baru perdagangan serta perumahan
adanya pemeliharaan
daerah miskin dan daerah kaya • Terlihat pemisahan antara yang mengikuti rencana yang dapat disebabkan
• Toko dan perumahan pemilik daerah pertokoan dengan tertentu oleh faktor ekonomi
toko masih menjadi satu daerah perumahan • Mulai terlihat adanya atau politik
. • Munculnya kawasan pabrik perbedaan antara permukiman
kelas atas dan kelas bawah
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN KUALITAS PERKEMBANGAN KOTA
Oleh : Lewis Munford
Yaitu kota yang yaitu kota yang
perkembangan ekonomi kehidupannya penuh
Yaitu desa yang fase
dan industrinya semakin dengan kerawanan
perkembangannya
pesat. Ditandai oleh sosial,kemacetan,
sudah cukup pesat
orientasi kehidupan kekacauan pada
sehingga menunjukkan
ekonomi sebagian besar pelayanan umum
tanda-tanda peralihan
penduduknya yang hingga tingginya
dan perubahan dari desa
mengarah ke sektor angka kriminalitas..
menuju kota.
TAHAP industri   TAHAP TAHAP
POLIS MEGALOPOLIS NECROPOLIS

1 2 3 4 5 6
TAHAP TAHAP TAHAP
EOPOLIS METROPOLIS TYRANOPOLIS

Yaitu wilayah perkotaan Yaitu kota yang sedang menuju


Yaitu sebuah kota yang telah
yang terdiri dari beberapa keruntuhan, biasanya ditandai
berkembang, akan tetapi ciri-
kota metropolis yang dengan mulai berkurangnya
ciri masyarakatnya masih
jaraknya saling berdekatan masyarakat yang mendiami kota
argaris. Sumber penghidupan
sehingga terlihat seperti tersebut. Kota nekropolis biasa
utama masyarakat yang berada
satu jalur perkotaan yang juga dikenal dengan istilah kota
di kota pada fase polis yaitu
sangat besar. mati.
pertanian.
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN
KARAKTERISTIK 1
PERKEMBANGAN KOTA Stadium Pembentukan Inti Kota
Oleh : Lewis Munford • Tahap awal pembentukan CBD
• Pembangunan gedung-gedung sebagai
penggerak kegiatan mulai berkembang
• Secara fisik, kenampakan kota hanya meliputi
wilayah yang sempit
2
STADIUM FORMATIF
• Inti kota mulai berkembang akibat
perkembangan industri
• Perkembangan sektor industri,
transportasi dan perdagangan
• Perluasan kota terjadi di daerah Stadium Modern
• Makin majunya bidang teknologi
yang mempunyai aksesibilitas
tinggi
3 • Makin majunya teknologi transportasi dan
komunikasi menyebabkan seseorang tidak lagi
bergantung pada tempat tinggal yang harus dekat
dengan tempat kerja
STRUKTUR KERUANGAN
KOTA

Menurut Bintarto

Teori Konsentris  (Concentric


Theory)
Oleh : E.W. Burgess (1942)

Teori Sektoral (Sector Theory)


Oleh : Homer Hoyt (1939)

Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)


Oleh : C.D Harris dan E.I Ullman (1945)
STRUKTUR KERUANGAN
KOTA

KETERANGAN :
Menurut Bintarto 1. City
Adalah pusat kota atau inti kota
2. Suburban
Adalah suatu daerah yang lokasinya dekat dengan pusat kota,
biasanya mencakup daerah penglaju ( Commuter )
3. Suburban Fringe
Adalah daerah yang merupakan peralihan antara kota dan desa
4. Urban Fringe
Adalah daerah batas kota yang mempunyai sifat-sifat mirip
1 2 3 4 5 6
dengan kota kecuali inti kota
5. Rural Urban Fringe
Adalah daerah yang terletak diantara desa dan kota dengan
ditandai penggunaan lahan
campuran
6. Rural
Adalah daerah pedesaan
STRUKTUR KERUANGAN
KOTA

Teori Konsentris  (Concentric Theory)


Oleh : E.W. Burgess (1942) KETERANGAN :
1. Zona 1
Adalah Central Business Distric (CBD) atau
Daerah Pusat Kegiatan (DPK)
5
2. Zona 2
Zona of high
class residential
Adalah zona peralihan merupakan daerah
industri manufaktur dan industri ringan
3. Zona 3
6
Adalah permukiman kelas pekerja atau buruh
4. Zona 4
Adalah permukiman kelas menengah
5. Zona 5
Adalah permukiman kelas atas/elit
6. Zona 6
5. Zona of high class residential Adalah daerah penglaju
6. Commuter zone
STRUKTUR KERUANGAN
KOTA

Teori Sektoral (Sector Theory)


Oleh : Homer Hoyt (1939) Keterangan :
1. Central Business District (CBD)
Pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas
bangunan-bangunan kantor, hotel,
bank, bioskop, pasar dan pusat
perbelanjaan
2. Sektor kawasan industri ringan dan
perdagangan
3. Sektor permukiman kaum buruh
4. Sektor permukiman kaum menengah
5. Sektor permukiman elite, yaitu
kawasan tempat tinggal golongan atas
yang terdiri dari para eksekutif dan
pejabat
STRUKTUR KERUANGAN
KOTA

Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)


Oleh : C.D Harris dan E.I Ullman (1945)
Keterangan :
1. Central Business District (CBD)
2. Kawasan niaga dan industri ringan
3. Kawasan permukiman kaum buruh
4. Kawasan permukiman kelas
menengah
5. Kawasan permukiman kelas elite
6. Pusat industri berat
7. Pusat perbelanjaan di pinggiran kota
8. Permukiman Suburban
9. Industri Suburban
POLA TATA RUANG KOTA

Inti Kota (Core of City)

Selaput Inti Kota

Kota Satelit

Suburban
INTI KOTA (Core of City)
 Merupakan Pusat Deerah kegiatan (PDK) atau Central Business
District (CBD)
 Di pusat daerah kegiatan ini terdapat ruang-ruang kota berupa
pengelompokan/ kompleks pertokoan (pusat perbelanjaan), pusat
permukiman, pusat pemerintahan, perkantoran, setasiun kereta api,
terminal bus, pasar ,sekolah, dan tempat rekreasi

Pengelompokan dan penyebaran jenis kegiatan di kota


tergantung dari :
 Ruang yang tersedia di dalam kota
 Kebutuhan warga kota
 Tingkat teknologi
 Perencanaan kota
 Kondisi geografis setempat
INTI KOTA (Core of City)
Dengan adanya pengelompokan/kompleks-kompleks tersebut, akan terjadi beberapa unit
kegiatan sebagai berikut:
SENTRALISASI
Yaitu timbulnya suatu gejala mengelompok pada suatu titik atau tempat menjadi
pusat daerah kegiatan.
Cirinya : merupakan pusat keramaian dari kota pada siang hari, tetapi sepi pada
malam hari
NUKLEASI
Fungsinya mirip dengan pusat daerah kegiatan.

DESENTRALISASI
Yaitu timbulnya gejala untuk menjauhi titik utama sehingga
menimbulkan pusat-pusat baru

SEGREGASI
Yaitu kelompok-kelompok perumahan yg
terpisah satu sama lain karena perbedaan sosial,
ekonomi dan kebudayaan

.
SELAPUT INTI KOTA
Merupakan wilayah di luar Pusat daerah kegiatan
(PDK)
Terjadi karena : Inti kota tidak mampu menampung
jumlah penduduk beserta kegiatan-kegiatannya
sehingga inti kota mengalami perkembangan.

Perkembangan inti kota tersebut menimbulkan pusat


daerah kegiatan baru, kelompok perumahan yang
berbeda strata sosial, ekonomi, dan budayanya
KOTA SATELIT
Merupakan wilayah yang terbentuk di luar inti kota
dan selaput inti kota.

Kota Satelit merupakan kota kecil yang


mendukung kehidupan kota utama.

Kota Satelit dapat berubah menjadi kota tersendiri


apabila sudah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Contohnya :
Depok dahulu merupakan kota satelit dari kota
metropolitan Jakarta, namun sekarang sudah
menjadi kota yang berdiri sendiri.
SUBURBAN
Adalah daerah yang berada di sekitar pusat kota
yang berfungsi sebagai permukiman dan industri
manufaktur.

Penduduk di daerah suburban juga mempunyai


kegiatan di wilayah inti kota. Mereka setiap
harinya pulang pergi dari lokasi permukiman ke
tempat kerja.
PEMEKARAN KOTA
Adalah kenampakan luar dari perkembangan yang terjadi di
dalam kota. Pemekaran kota adalah suatu hasil resultante dan
proses-proses kehidupan yang terjadi di dalam kota. 
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Pemekaran Kota

1
Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari
penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk
dan luar kota

2
Berkurangnya daerah-daerah kosong di kota akibat
bertambahnya perumahan

3 Berkurangnya daerah-daerah kosong di kota akibat


bertambahnya ruas jalan raya

4
Bertambahnya gedung-gedung sekolah,
pertokoan dan rumah makan
DAERAH LEMAH
PEMEKARAN KOTA
Merupakan tempat-tempat dimana
proses pemekaran kota tidak dapat
berkembang atau boleh dikatakan
berhenti.

Daerah perbukitan, lautan dan rintangan-rintangan


alam dapat menghentikan lajunya perkembangan
kota maupun pemekaran kota
Daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi yang baik akan
merupakan daerah yang mempunyai daya tarik yang kuat untuk
pemekaran kota.

Dari gambar di atas, nampak bahwa daya tarik dari luar kota adalah pada
daerah-daerah dimana kegiatan ekonomi banyak menonjol, yaitu di
sekitar pelabuhan dan di sekitar hinterland yang subur. Harga tanah di
sepanjang jalan raya akan lebih tinggi daripada tanah-tanah di sekitar
pegunungan.
Pada gambar di atas, nampak bahwa pusat-pusat kota lain yang
mempunyai fungsi sebagai kota industri dan kota dagang mempunyai
daya tarik di bidang usaha. Di samping itu juga daerah-daerah di
sekitar pusat rekreasi tidak kalah pula dalam menarik penduduk kota
keluar. Bangunan untuk peristirahatan, permainan anak-anak, lapangan
olah raga dan rumah makan berkembang di daerah tersebut.
Pada gambar di atas, menunjukkan bahwa pemekaran kota berjalan
ke segala arah. Kota-kota semacam ini cepat menjadi kota besar
atau kota metropolitan, dan sekitarnya juga dapat timbul kota-kota
satelit.
INTERAKSI SPASIAL
KOTA DAN DESA
INTERAKSI
SPASIAL/WILAYAH

 Adalah hubungan timbal balik yang saling


mempengaruhi antara dua wilayah atau
lebih, yang dapat melahirkan gejala,
kenampakkan dan permasalahan baru,
secara langsung maupun tidak langsung

Contoh :
Interaksi antara kota dan desa

Interaksi tidak hanya terbatas pada gerak


manusianya, tetapi dapat merupakan proses
perpindahan barang maupun informasi
Dalam Interaksi Wilayah Terkandung
Tiga Hal Pokok Yaitu:

Hubungan timbal balik terjadi antara dua


1 wilayah atau lebih;

Hubungan timbal balik antar wilayah


menimbulkan adanya proses pergerakan atau
2 perpindahan, dapat berupa pergerakan manusia,
informasi atau gagasan, ataupun
pergerakan/perpindahan materi atau barang;

Hubungan timbal balik menimbulkan gejala,


3 kenampakan, dan permasalahan baru, baik yang
bersifat positif maupun negatif
Menurut Edward Ullman, Interaksi Antar
Wilayah Dipengaruhi Oleh Faktor-faktor
Sebagai Berikut :

Adanya Wilayah-wilayah Yang Saling Melengkapi


1
( Regional Complementary )

Adanya Kesempatan Untuk Berintervensi (


Intervening Opportunity )
2

Adanya kemudahan Transfer atau Pemindahan


3 dalam Ruang ( Spatial Transfer Ability )
Adanya Wilayah-wilayah Yang Saling Melengkapi
( Regional
Complementary )
Adanya Kesempatan Untuk Berintervensi
( Intervening Opportunity )
Adanya Kesempatan Untuk Berintervensi
( Intervening Opportunity )
Adanya Kemudahan Transfer Atau Pemindahan
Dalam Ruang
( Spatial Transfer Ability )

Merupakan proses pemindahan manusia, gagasan, dan


informasi ataupun proses pemindahan barang yang berpengaruh
terhadap proses interaksi.

Faktor ini sangat berkaitan dengan :

1 Jarak mutlak dan relatif antara tiap-tiap wilayah

Biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan


2 manusia, barang, gagasan, dan informasi dari suatu tempat ke
tempat lain
Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antara
3 wilayah, seperti kondisi jalan, relief yang dilewati, jumlah
kendaraan, dan sebagainya
DAMPAK POSITIF
INTERAKSI DESA - KOTA
BAGI KOTA BAGI DESA

Tingkat pengetahuan penduduk


Tersedianya tenaga kerja dari desa
1 1 meningkat, karena masuknya
pengetahuan dari orang-orang kota

Masuknya lembaga pendidikan di


Desa sebagai sumber bahan mentah pedesaan yang dapat meningkatkan
bagi daerah perkotaan 2 2 pengetahuan dan wawasan penduduk
desa

Adanya tempat pemasaran hasil Melalui pengembangan sarana dan


teknologi dari kota ke desa, misal
peralatan teknologi pertanian
3 3 prasarana transportasi yang
menghubungkan desa dan kota,
wilayah pedesaan akan semakin
Desa sebagai mitra pembangunan terbuka
wilayah perkotaan
4 Masuknya teknologi ke pedesaan

Produk-produk yang dihasilkan 4 akan meningkatkan kesejahteraan


penduduk desa
didaerah perkotaan bisa dipasarkan
hingga ke pelosok desa sehingga
keuntungan yang diperoleh lebih 5 Masuknya para ahli ke pedesaan

5
akan bermanfaat bagi pembangunan
besar
DAMPAK NEGATIF
INTERAKSI DESA - KOTA
BAGI KOTA BAGI DESA

Banyak lahan pertanian terlantar


Kota semakin padat dan
menimbulkan kemacetan 1 1 karena urbanisasi penduduk

Beralihnya fungsi lahan


Banyak muncul slum area atau
pemukiman kumuh 2 2
Polusi meningkat Desa semakin kekurangan tenaga

3 3 produktif

Volume sampah meningkat dan Lunturnya kehidupan asli di desa


merusak lingkungan
4 4 karena pengaruh kehidupan
masyarakat kota.

Siaran televisi yang bissa ditangkap


Kriminalitas meningkat dipelosok desa bisa meningkatkan
5 5 konsumerisme dan kriminalitas.
TEORI
INTERAKSI
TEORI GRAVITASI
OLEH W.J. REILLY

Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah


yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah
penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
IAB : Kekuatan interaksi antara wilayah
A dengan wilayah B
K : Konstanta = 1
PA : Jumlah penduduk kota A
PB : Jumlah penduduk kota B
dAB : Jarak kota A dengan kota B
TEORI GRAVITASI
OLEH W.J. REILLY

Contoh soal:

Diketahui :
Jumlah Penduduk :
1. Kota Semarang = 1,2 juta jiwa
2. Kota Yogyakarta = 0,8 juta jiwa
3. Kota Surakarta = 1 juta jiwa
Jarak antara dua kota :
4. Semarang – Yogyakarta = 250 km
5. Semarang – Surakarta = 125 km
Ditanya :
Kota manakah yang memiliki kekuatan interaksi lebih besar
terhadap kota Semarang ?
TEORI GRAVITASI
OLEH W.J. REILLY

Jawaban :

= 960.000 = 1.200.000
62.500 15.625
= 15,36 = 15 = 76,80 = 77

Jadi kota yang interaksinya paling besar adalah kota Semarang dengan
Surakarta
TEORI GRAVITASI
OLEH W.J. REILLY

Rumus Reilly dapat diterapkan jika:


1. Kondisi penduduk/tingkat ekonomi tiap-tiap wilayah relatif
sama,
2. Kondisi alam/relief kedua wilayah relief sama,
3. Keadaan sarana dan prasarana transportasi kedua wilayah
relatif sama.
TEORI TITIK HENTI
( BREAKING POINT THEORY )
OLEH W.J. REILLY

Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang
memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang
berbeda jumlah dan komposisi penduduknya.
Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi
industri atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua
wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk
setiap wilayah.

Rumus Teori Titik Henti adalah sebagai berikut :

Keterangan :
DAB = Lokasi titik henti, yang diukur dari
kota atau wilayah yang jumlah
penduduknya lebih kecil
dAB = Jarak kota A dan B
PA = Jumlah Penduduk kota A yang lebih
besar
PB = Jumlah Penduduk kota B yang lebih
kecil
TEORI TITIK HENTI
( BREAKING POINT THEORY )
OLEH W.J. REILLY

Contoh soal:
Jumlah penduduk kota A = 20.000 orang kota B = 10.000 orang, Jarak kota A
dengan kota B adalah 50 Km. Dari data tersebut, berapa jarak lokasi titik henti
antara kota A dan kota B?
Jawab :

Diketahui :
dAB= 50 Km
PA = 20.000 Orang
Jadi  lokasi titik
PB = 10.000 Orang henti antara kota
A dan B adalah
Ditanyakan : 20,74
DAB km diukur dari
kota B.
TEORI TITIK HENTI
( BREAKING POINT THEORY )
OLEH W.J. REILLY

A B
20,74 km
D
50 km
INDEKS KONEKTIVITAS
OLEH K.J. KANSKY.

 Teori ini untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah


ditinjau dari struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi

Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
: Indeks Konektivitas
e : Jumlah jaringan jalan yang menghubungkan

kota-kota pada suatu wilayah


v : Jumlah kota dalam suatu wilayah

Semakin besar nilai indeks berarti semakin besar atau kuat interaksi kota-
kota di wilayah tersebut
INDEKS KONEKTIVITAS
OLEH K.J. KANSKY.

Pola atau bentuk jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota dapat


dibedakan menjadi :

1. Bentuk Cabang atau Pohon

V1 V2
 e1  = = 0,50

e1 V 2
V
V 11 
e2
= = 0,67
V
3

Catatan :
• Nilai indeks bentuk cabang selalu lebih kecil dari 1
INDEKS KONEKTIVITAS
OLEH K.J. KANSKY.

Pola atau bentuk jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota dapat


dibedakan menjadi :
2. Bentuk Sirkuit
V 2
e1
= 1,00
V1  e1 =
e3

V3

e1
V1  V2
= 1,50
e2 e3
e4 =
V3  e5 V4
e6
Catatan :
• Nilai indeks bentuk sirkuit sama dengan atau lebih dari 1

Anda mungkin juga menyukai