Anda di halaman 1dari 15

Konsep Dasar, Peran Fungsi, dan Keterampilan

Antropologi dalam Mengkaji Kesamaan dan


Keberagaman Budaya, Agama, Religi/Kepercayaan,
Tradisi dan Bahasa
(Antropologi SMA Kelas X: BAB 1)
Antropologi berasal dari kata anthroposyang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu, maka antropologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia yaitu mempelajari ras-ras manusia, ciri fisiknya,
kebudayaannya, perilakunya dsb. Menurut Keesing dan Keesing antropologi merupakan studi mengenai
manusia, baik dalam kedudukannya sebagai bagian dari dunia binatang maupun dalam kedudukannya
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan. Sedangkan menurut William A. Havilland, Antropologi adalah studi
tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disusun pengertian sederhana bahwa antropologi adalah sebuah ilmu
(studi) yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik
berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan
tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.

Cabang Antropologi:
1. Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian
tentangsejarah terjadinya beragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya. Antropologi fisik
terdiri dari:
 Paleoantropologi yaitu ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya dan evolusi manusia
dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil-fosil manusia) tersimpan dalam
lapisan-lapisan bumi yang harus didapat oleh si peneliti dengan berbagai metode penggalian.
Singkatnya paleoantropologi adalah ilmu antropologi yang mempelajari asal-usul masyarakat atau
masyarakat terdahulu melalui peninggalannya.
 Somatologi atau antropologi biologi yaitu ilmu antropologi yang mempelajari fisik manusia yaitu
persamaan dan perbedaan ciri-ciri fisik manusia tiap individu contohnya adalah ras.
2. Antropologi sosial-budaya
 Etnolinguistik atau antropologi linguistik adalah suatu ilmu bagian antropologi yang mepelajari
bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku-suku bangsa. Contoh: mepelajari bahasa yang digunakan
oleh masyarakat suku Jawa, Sunda, Batak, dll.
 Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dari penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi
sebelum manusia mengenal huruf (mempelajari kebudayaan prasejarah).
 Etnologi ilmu bagian antropologi yang mencoba mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia
dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin
suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini.

Konsep-Konsep Dasar Antropologi


Sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya, penggunaan konsep dalam antropologi adalah penting karena
pengembangan konsep yang terdefinisikan dengan baik merupakan tujuan dari setiap disiplin ilmu. Benar
menurut Keesing yang mengemukakan tidak ada dua ahli antropolgi yang mempuyai pendapat sama persis
atau menggunakan simbol-simbol atau konsep-konsep yang sama. Terdapat tujuh kelompok pengertian
kebudayaan yaitu:
 Kelompok kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks kehidupan manusia.
 Kelompok kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi.
 Kelompok kebudayaan sebagai cara dan aturan termasuk cita-cita, nilai-nilai dan kelakuan.
 Kelompok kebudayaan sebagai keterkaitan dalam proses-proses psikologis.
 Kelompok kebudayaan sebagai struktur atau pola-pola organisasi kebudayaan.
 Kelompok kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia.
 Kelompok kebudayaan sebagai system symbol.
Adapun yang merupakan contoh konsep-konsep antropologi, diantaranya
1. Kebudayaan (kumpulan pengetahuan, kebiasaan atau tradisi yang di wariskan kepada generasi
beikutnya)
2. Evolusi (Secara sederhana konsep evolusi mengacu ada sebuah transformasi yang berlangsung secara
bertahap. Istilah evolusi yang merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari
suatu bentuk lain melalui mata rantai transformasi dan modifikasi yang tidak pernah putus, pada
umumnya diterima sebagai awal landasan berfikir meeka.)
3. Daerah budaya (culture area) adalah suatu daerah geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya
dan kompleksitas lain yang dimilikinya.
4. Enkulturasi (Konsep enkulturasi mengacu pada suatu proses pembelajaran kebudayaan)
5. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga melewati batas
tempat dimana kebudayaan ini timbul
6. Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang
berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan
diintegrasikan kedalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri.
7. Etnosentrisme (memandang budayanya sendiri yang paling baik)
8. Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercyaan yang telah menjadi bagian dari suatu budaya yang
telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan kepercyaan yang secara turun-temurun.
9. Ras dan etnik (ras : ciri fisik yang khas ; etnik : ciri budaya yang unik)
10. Stereotip ( citra atau kesan )
11. Kekerabatan
12. Magis (Konsep magis menurut seorang pendiri antropologi di Inggris E.B Tylor dalam Primitive
Culture (1871) merupakan ilmu pseudo dan salah satu khayalan paling merusak yang pernah
menggrogoti umat manusia)
13. Tabu (Istilah tabu berasal dari bahasa Polinesia yang berarti terlarang. Secara spesifik, apa yang
dikatakan terlaranag adalah persentuhan antara hal-hal duniawi dan hal yang keramat, termasuk yang
suci)
14. Perkawinan (Agak sulit mendefinisikan perkawinan, karena setiap istilah perkawinan tersebut
memiliki banyak bentuk dan dipengaruhi oleh system nilai budaya masing-masing. Namun, secara
umum konsep perkawinan tersebut mengacu kepada proses yang formal pemaduan hubungan antara
dua individu yang berbeda jenis)

Peran dan Fungsi Antropologi


Setelah mengetahui dan mempelajari konsep dasar antropologi, maka kita dapat mengetahui peran dan
fungsi antropologi, antara lain:
1. Melihat dengan jelas tentang manusia, baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok masyarakat.
2. Mampu mengkaji kedudukan menusia dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau budaya lain
yang belum kita ketahui sebelumnya.
3. Memahami norma-norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.
4. Lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala sisial masyarakat yang makin kompleks.
5. Menyusun etnografi-etnografi yang memungkinkan penciptaan teori-teori tentang asal-usul
kepercayaan, keluarga, perkawinan, perilaku bernegara, dan sebagainya.

Pendekatan Antropologi
Studi kebudayaan adalah sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama antropologi adalah kebudayaan
dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3 macam pendekat utama yang biasa dipergunakan oleh para
ilmuwan antropologi.
 Pendekatan holistic
Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi
apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu
keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut.
Para pakar antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, teknologi, dan
bahasa. Untuk memperoleh generalisasi (simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti
perkawinan dalam suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus memahami
dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang bersangkutan.
 Pendekatan komparatif
Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan komparatif juga merupakan pendekatan yang unik dalam
antropologi untuk mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para
ilmuwan antropologi paling sering mempelajari masyarakat pra-aksara karena 2 alasan utama. Pertama,
mereka yakin bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada populasi-populasi di sebanyak mungkin
daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari keseluruhan
kebudayaan masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari pada masyarakat-masyarakat modern
yang kompleks. Masyarakat pra-aksara yang hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium
bagi para ilmuwan antropologi.
 Pendekatan historic
Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan. Pendekatan dan unsur-unsur historik mempunyai arti yang
sangat penting dalam antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok ilmu tingkah laku
manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-tama pada asal-usul historik dari unsur-unsur
kebudayaan, dan setelah itu tertarik pada unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus.

Teori Dalam Antropologi


1. Teori Evolusi Deterministrik
Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi, ialah Edward Burnet Tylor
(1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu
hukum (aturan) universal yang mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Menurut teori
ini setiap kebudayaan mengalami evolusi melalui jalur dan fase-fase yang sudah pasti.
2. Teori Partikularisme
Pada awal abad ke-20 berakhirlah kejayaan teori evolusionisme dan berkembanglah pemikiran yang
menentang teori tersebut. Pemikiran baru tersebut dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang kemudian
disebut teori partikularisme historik. Boas tidak setuju dengan teori evolusi dalam hal asumsi tentang
adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan manusia. Ia menunjukkan betapa sangat
kompleksnya variasi kebudayaan, dan percaya bahwa terlalu prematur merumuskan teori yang universal.
3. Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang Dunia II mengisolir
diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan
observasi berperanserta (participant observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi
bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-
unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa
setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Keberagaman Budaya, Agama, Religi, Tradisi dan Bahasa di Indonesia


 Budaya
Menurut Koentjaraningrat, budaya merupakan sebuah sistem gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya
yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya
dengan belajar.
 Agama
Menurut Emile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Agama yang diakui di Indonesia yaitu
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
 Religi
Menurut Gazalba (Rohilah,2010), bahwa religi berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari akar kata
religare yang berarti mengikat. Religi adalah kecenderungan rohani manusia untuk berhubungan dengan
alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, dan hakekat dari semuanya.
 Tradisi
Tradisi ( Bahasa Latin: traditio, “diteruskan” ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana
adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
 Bahasa
Bahasa adalah penyambung komunikasi antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Hampir tiap
daerah mempunyai bahasa daerah sendiri-sendiri dan biasanya disertai dengan logat atau dialek yang
berbeda-beda. Hal itu menunjukkan ciri khas masing-masing daerah. Tetapi sebagai bahasa pemersatu antar
daerah yaitu bahasa Indonesia atau bahasa nasional yang sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui
bahasanya. Indonesia mempunyai keragaman bahasa seperti bahasa Jawa, bahasa sunda, bahasa Sasak,
bahasa Bali, bahasa Madura, dan sebagainya.

Sumber :
Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Yogyakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
Supriyanto S.pd, “Antropologi”. Diakses pada tanggal 20
Desember2015.http://www.sman1praya.sch.id/download/al14.pdf.
Laeli, Diah. Konsep Dasar Antropologi. Diakses pada tanggal 20 Desember
2015. http://blog.unnes.ac.id/diahlaeli10/2015/12/17/materi-kelas-x-konsep-dasar-peran-fungsi-dan-
keterampilan-antropologi-dalam-mengkaji-kesamaan-dan-keberagaman-budaya-agama-
religikepercayaan-tradisi-dan-bahasa/
Budaya, Perwujudan, Unsur, Isi/Substansi Budaya, dan
Nilai Budaya
(Antropologi SMA Kelas X: BAB 2)
Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat (Selo Soemardjan & Soelaiman Soemardi)

Perwujudan Kebudayaan
Wujud kebudayaan menurut J.J. HOENIGMAN, adalah :
 Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu
berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut
 Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat diamati dan didokumentasikan.
 Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.

Unsur Kebudayaan
Unsur pembentuk kebudayaan meliputi :
1. Sistem Religi: Meliputi Sistem kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi keagamaan atau
Upacara Keagamaan.
2. Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial: Meliputi Sistem Kekerabatan, asosiasi, kenegaraan dan
kesatuan hidup
3. Sistem Pengetahuan: Meliputi pengetahuan tentang flora & fauna, waktu, ruang, bilangan, tubuh
manusia dan perilaku antar sesama manusia
4. Sistem Bahasa: Meliputi Bahasa Lisan dan Tulisan
5. Seni: Meliputi Seni Rupa, Seni Sastra dan Seni Pertunjukan
6. Sistem Ekonomi/ Mata Pencaharian: Seperti Berburu, Bercocok Tanam, Peternakan dll
7. Sistem Produksi: Seperti Distribusi, Transportasi, Komunikasi dan Peralatan Sehari-hari

Isi dan Substansi Budaya


Adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan
1. Sistem Pengetahuan
Manusia mampu hidup dan membentuk budaya tertentu dengan cara belajar. Adapun substansi dari Sistem
Pengatahuan, terdiri dari :
1) Alam sekitar
Kemampuan manusia untuk bertahan hidup dengan cara menyesuaikan diri dengan alam yang ada di
sekitarnya.
2) Flora Fauna
Manusia hidup berburu dan bercocok tanam dan memanfaatkan flora dan fauna yang ada di sekitarnya
3) Zat-Zat
Manusia mempercayai adanya hal-hal ghaib sehingga memunculkan kepercayaan tertentu (animisme,
dinamisme, politheisme, totemisme, monotheisme)
4) Sifat Tingkah Laku
Tumbuh dan dipelajari terkait obyek tertentu dan berhubungan dengan motivasi, perasaan, emosi
seseorang ketika berhubungan dengan orang lain
5) Ruang dan Waktu
Manusia belajar untuk memprediksi kondisi masa depan dengan mengetahui pengalaman-pengalaman dan
kejadian-kejadian di masa lampau.
2. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara selektif oleh
individu dipercaya kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
3. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada jenis
pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima
orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu
dipercaya. Dalam agama terdapat kebenarankebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan
Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan
atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada
hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap
kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”.
3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah
negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan
negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-
satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya
kewajiban. Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara
pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga
negara percaya kepada negara dan pemerintah.
4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan
dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat
yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan
akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka
manusia harus percaya kepada Tuhan.
4. Persepsi
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti
atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus
(Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan
cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi
dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.

Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang
peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu
dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan
yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar
proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan
perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi
dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana
dan dengan apa seseorang akan bertindak.

Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara
sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang
melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang
sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak
hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.

Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling
individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk
memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang
sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya
mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu
secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu.

Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan
dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera,
2005). Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukanmasukan informasi dan
pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan
gambaran yang berarti.

5. Etos Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, etos adalah watak khas dari suatu kebudayaan yang tampak (dari luar). Contoh
etos antara lain, gaya tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda hasil budaya yang khas. Menurut Clifford
Geertz, etos budaya adalah sifat, watak, dan kualitas kehidupan sekelompok masyarakat atau bangsa.
Termasuk ke dalam cakupan etos adalah moral, sikap perilaku, dan gaya estetika atau kepekaan seseorang
terhadap seni dan keindahan. Berikut ini contoh etos budaya orang Jawa. Watak khas orang Jawa penuh
ketenangan dan kepasrahan diri. Disamping itu, pada pribadi orang Jawa terpancar adanya keselarasan,
moral yang tinggi, kejujuran, dan dapat menerima keadaan sebagaimana adanya.
Nilai Budaya
Menurut Theodorson dalam Pelly (1994) : Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman
serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku.
1. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan
bersifat emosional.
2. Nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri
Nilai budaya terdiri atas :

 Simbol-simbol Budaya : Yaitu slogan yang terlihat kasat mata (jelas). Contoh : “Tatas Tuhu Trasna”
 Sikap: Yaitu tingkah laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut. Contoh : Dengan
slogan “Tatas Tuhu Trasna”, orang Lombok harus memiliki sifat mampu patuh terhadap aturan yang
ada
 Kepercayaan : Kepercayaan yang tertanam, mengakar & menjadi acuan dalam berperilaku (tidak
terlihat)

Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rieka Cipta
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press
Supriyanto S.pd, “Antropologi Kelas X”. Diakses pada tanggal 20
Desember2015.http://www.sman1praya.sch.id/download/al14.pdf.
Internalisasi Nilai-nilai Budaya dalam Pembentukkan
Kepribadian dan Karakter
(Antropologi SMA Kelas X: BAB 3)
Definisi Internalisasi
Secara etimologis, dalam kaidah bahasa Indonesia kata yang berakhiran-isasi mempunyai definisi sebuah
proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Proses internalisasi merupakan proses yang kita
dapat sejak kita lahir, dengan memperoleh aturan-aturan melalui sebuah komunikasi, seperti sebuah
sosialisasi dan pendidikan. Dalam proses internalisasi pola-pola budaya ditanamkan kedalam sistem syaraf
individu yang kemudian di bentuk menjadi sebuah kepribadian. Proses internalisasi, adalah proses yang
berlangsung sepanjang hayat dari individu, yaitu dimulai dari dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang
hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang
membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan
adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis. Manusia memiliki bakat yang telah
terkandung dalam gen untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat , nafsu dan emosi dalam
kepribadian individunya. Tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi oleh berbagai macam
stimulasi yang berada dalam alam sekitar, lingkungan sosial maupun budayanya.

Media dalam internalisasi budaya


Proses internalisasi pada dasarnya tidak hanya didapatkan dari keluarga, melainkan juga didapat dari
lingkungan kita. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sosial. Secara tidak sadar kita telah
dipengaruhi oleh berbagai tokoh masyarakat, seperti kyai, usztad, guru, dan lain-lain. Dari situlah kita dapat
memetik beberapa hal yang kita dapatkan dari mereka yang kemudian kita menjadikannya sebagai sebuah
kepribadian dan kebudayaan kita.
Internalisasi merupakan suatu proses penenaman nilai tentang budaya. Dalam penanaman dan
penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik-metodik pendidikan dan
pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya.
Persoalan yang muncul di masyarakat kita, seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,
perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan
sebagainya menjadi konsumsi keseharian di media massa. Seolah, tidak ada hari tanpa berita korupsi,
kekerasan dan pola-pola licik para licikwan. Hal seperti ini dipicu akibat sebuah proses internalisasi yang
salah bagi seseorang, yang membudayakan hal-hal yang buruk semacam ini.
Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi
baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan
mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari
pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan
dampak yang kuat di masyarakat. Misalnya melalui sebuah materi pembentuka karakter sebuah bangsa
yang dimana di dalamnya membahas tentang sebuah nilai-nila budaya yang dapat diintegrasikan sebagai
pembelajaran, misalnya :
1. Religius
Merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7. Mandiri
Merupakan Melatih sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
8. Demokratis
Merupakan cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komuniktif
Merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
14. Cinta damai
Merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15. Peduli Lingkungan
Merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
16. Tanggung-jawab
Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai
milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan,
menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan
diri. Dengan prinsip ini, peserta didik dapat belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga
proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial
dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Dalam pendidikan budaya
tersebut juga terdapat beberapa tujuan :
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religious
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Manfaat internalisasi
Manfaat internalisasi adalah untuk pengembangan, perbaikan dan penyaringan dalam hal buadaya. Dalam
manfaat pengembangan memiliki manfaat sebagai pengembangan potensi seseorang untuk menjadi pribadi
dan memiliki perilaku yang baik agar seseorang yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan
budaya dan karakter bangsa. Kemudian dalam manfaat perbaikan adalah untuk memperkuat kepribadian
yang bertanggung jawab dalam pengembangan seorang individu yang lebih bermartabat; dan dalam
manfaat penyaring bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan
budaya.

Hubungan Internalisasi dan Pembentukan Kepribadian Individu


Internalisasi yaitu proses penyerapan nilai-nilai dan norma-norma oleh masyarakat ; proses belajar untuk
berdaptasi terhadap keadaan, kondisi, dan lingkungan. Sedangkan kepribadian yaitu bahwa seseorang
mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam
tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari
individu-individu lainnya. Gejala ini tumbuh berangsur-angsur dalam masyarakat diakibatkan oleh proses
sosialisasi dan internalisasi. Selain itu, kepribadian seseorang juga dipengaruhi banyak hal.
1. Proses Pembentukan Kepribadian
Manusia dalam perkembangan dan pertumbuhan kepribadian dipengaruhi oleh 2 faktor , yaitu factor
pembawaan (Gen/DNA). Berupa skap ciri fisik tubuh, dan kebiasan. Dan factor pengalaman terbentuk dari
proses belajar individu di lingkungannya. Misalnya di sekolah, rumah, tempat bermain, media massa, dll.
2. Terbentuknya Kepribadian
 Melalui sosialisasi norma-norma, pola-pola tingkah laku, dan nilai-nilai cultural secara langsung atau
tidak langsung. Kemudian melalui bentuk-bentuk interaksi kelompok kesemuanya diterima dan
diperhatikan oleh individu yang tengah terbentuk kepribadiannya, dan kemudian diinternalisasikan
kedalam mentalnya.
 Di dalam mental, segala norma dan pola yang diinternalisasikan tidak dalam keadaan pecah
melainkan menyatu menghasilkan organisasi kehidupan.
 Organisasi kepribadian telah terbentuk maka dapat dikatakan telah terbentuk kepribadian.
3. Faktor yang Memengaruhi dalam Perkembangan Kepribadian
 Warisan Biologis dan kepribadian
Setiap warisan biologi seseorang besifat unik, artinya tidak seorang pun (kecuali anak kembar) yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama. Banyak orang percaya bahwa kepribadian seseorang tidak lebih
dari sekedar penampilan warisan biologisnya. Namun dewasa ini tidak banyak lagi yang masih mempercayai
anggapan ini. Karena sekarang ini diketahui karakteristik kepribadian dibentuk oleh pengalaman hidup
seseorang.
 Lingkungan Fisik dan Kepribadian
Ellsworth Huntington, menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok terutama disebabkan oleh
perbedaan iklim, topografi, dan sumber alam. Pernyataan itu memang mempengaruhi kepribadian
seseorang.
 Kebudayaan dan Kepribadian.
Dari pengalaman social yang sebenarnya umum bagi seluruh anggota masyarakat tertentu, timbullah
konfigurasi kepribadian yang khas dari anggota masyarakat tertentu. Sehingga masyarakat mempunyai
kepribadian yang berbeda tergantung pada budaya yang mempengaruhinya.
 Pengalaman Kelompok dan Kepribadian
1) Kelompok refrens/acuan (reference group)
Yaitu sepanjang hidup seseorang kelompok-kelompok tertentu menjadi model penting sebagai gagasan atau
norma-norma yang memengaruhi perilaku seseorang. Seperti, Kelompok Keluarga.
2 ) Kelompok majemuk dan sosialisasi.
Masyarakat yang kompleks/majemuk memiliki banyak kelompok dan kebudayaan khusus dengan standar
yang berbeda dan kadang kala bertentangan. Contohnya, remaja yang nyaman bergaul dengan kelompok
sebayanya, karena mereka merasa dihargai dan terima sebagai seorang individu meski terkadanng ada hal-
hal yang bertentangan.
 Pengalaman yang Unik dan Kepribadian
Setiap individu tidak mendapatkan pengalaman yang sama, mungkin pernah mendapatkan pengalaman
serupa dalam beberapa hal dan berbeda dalam hal lainnya. Hal ini karean setiap anak memilki suatu
unit/kesatuan keluarga yang berbeda. Seperti halnya setiap anak (kecuali anak kembar identik) yang
mempunyai warisan biologis yang unik, yang benar-benar tidak seorangpun yang menyamainya, demikian
pula dengan suatu rangkaian pengalaman hidup yang unik tidak dapat benar-benar disamai oleh
pengalaman siapa pun.

Daftar Pustaka
Indriani, Firdha. “Materi Antropologi Kelas X : Internalisai Budaya dalam Pembentukan Kepribadian dan
Karakter”.11 Desember2015. http://blog.unnes.ac.id/firdhaindriani/2015/12/05/materi-ajar-
antropologi-kelas-x-internalisasi- nilai-nilai-budaya-dalam-pembentukkan-kepribadian-dan-
karakter/#more-91
Perilaku Menyimpang dan Sub Kebudayaan Menyimpang
(Antropologi SMA Kelas X: BAB 4)
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang dieskspresikan oleh seorang / beberapa orang anggota
masyarakat yang secara disadari /tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan
telah diterima oleh sebagian anggota masyarakat. Menurut Robert M.Z. Lawang, penyimpangan adalah
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan
usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang/normal.Sedangkan Paul B.
Horton, berpendapat bahwa setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.

Teori-teori Penyimpangan Sosial


Ada beberapa teori tentang penyimpangan, antara lain:
 Teori Differential Association (pergaulan berbeda)
Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland yang berpendapat bahwa penyimpangan bersumber pada
pergaulan berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya. Contoh: Proses menghisap ganja
dan perilaku homoseksual.
 Teori Labelling
Teori ini disampaikan oleh Edwin M. Lemerd yang berpendapat bahwa seseorang yang telah melakukan
penyimpangan pada tahap primer (pertama) lalu oleh masyarakat sudah diberi cap sebagai penyimpangan,
maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan skunder (tahap lanjut) dengan alasan
“kepalang tanggung”. Contoh: Seorang yang pernah sekali mencuri dengan alasan kebutuhan, tetapi
kemudian oleh masyarakat dijuluki penduri, maka ia akan terdorong menjadi perampok.
 Teori Merton
Teori ini dikemukakan oleh Robert K Merton adalah perilaku penyimpangan merupakan bentuk dari
adaptasi terhadap situasi tertentu. Merton mengidentifikasi 5 cara adaptasi, diantarnya:
1. Komformitas, adalah perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai
tujuan tersebut atau cara konvensional dan melembaga. Contoh: Seorang anggota kelompok etnis
Aceh berperilaku sebagai orang Aceh.
2. Inovasi, adalah perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai cara yang
dilarang oleh masyarakat. Contoh: Penggunaan obat bius pada dokter untuk tujuan membius orang
yang akan dioperasi itu boleh tetapi jika disalahgunakan merupakan perbuatan yang menyimpang.
3. Ritualisme, adalah perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap berpegang
pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat. Contoh: Upacara di Ngaben di Bali.
4. Retretism, (pengasingan diri), adalah perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun
cara pencapaiannya. Contoh: Pecandu obat bius, pemabuk, gelandangan.
5. Rebellion (pembenrontakan), adalah penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang
disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru. Contoh: Para reformotor agama.
 Teori Fungsi
Teori ini dipelopori oleh Emile Durkhem adalah bahwa kesadaran moral dari semua masyarakat adalah
faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Contoh : Orang yang orang tuanya
penjahat, dan tinggal dilingkungan yang tidak baik maka ia berpeluang besar untuk jadi penjahat
 Teori Konflik
Teori ini dikemukakan oleh Karl Marx yang berpendapat bahwa kejahatan terkait erat dengan
perkembangan kapitalisme. Menurut Marx perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok
berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri dan hukum merupakan
cerminan kepentingan kelas yang berkuasa, dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan
kepentingan mereka. Contoh: Banyak pengusaha besar melakukan pelanggaran hukum tetapi tidak diajukan
ke pengadilan.

Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang


 Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya
menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang. Ciri-ciri penyimpangan primer, antar lain: bersifat
sementara, gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, masyarakat masih
metolelir/menerima. Contoh: Siswa yang membolos atau menyontek pada saat ujian dan pelanggaran
peraturan lalu lintas.
 Penyimpangan skunder adalah perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan
perilaku menyimpang. Ciri-ciri penyimpangan skunder, antara lain: gaya hidupnya didominasi oleh
perilaku menyimpang dan masyarakat tidak bisa mentolelir perilaku yang menyimpang tersebut.
Contoh: Pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan,
 Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu dengan
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contoh: Pencurian
yang dilakukan sendiri
 Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku.
Contoh: Geng kejahatan atau mafia
 Penyimpangan situasional adalah suatu penyimpangan yang diperngaruhi bermacam-macam
kekuatan/sosial diluar individu dan memaksa individu tersebutuntuk berbuat menyimpang. Contoh:
Seorang suami terpaksa mencuri karena melihat anak dan istrinya kelaparan.
 Penyimpangan sistematik adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus,
status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda
dengan situasi umum. Contoh: Kelompok teroris/jaringan Alkaida, jaringan ini termasuk kelompok
yang melakukan penyimpangan sosial yang terorganisir dan sistematis.

Sifat-sifat Perilaku Penyimpang


 Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung
unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. Contoh: Seorang ibu rumah tangga dengan terpaksa
harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.
 Penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang cenderung bertindak kearah nilai-nilai sosial yang
dipandang rendah dan berakibat buruk. Contoh: Pembunuhan dan pemerkosaan

Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang


 Penyalahgunaan Narkoba: merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan
agama. Dampak negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang
selama pemakaian bahan-bahan tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian.
 Penyimpangan seksual: Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan.
Penyebab penyimpangan seksual antara lain adalah pengaruh film-film porno, buku dan majalah
porno.
 Alkoholisme disebut juga racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem syaraf.
Orang yang mengkonsumsinya akan kehilangan kemampuan mengendalikan diri, baik secara fisik,
psikologis, maupun sosial. Sehingga seringkali pemabuk melakukan keonaran, perkelahian, hingga
pembunuhan.
 Kenakalan Remaja tampak dalam masa pubertas (14 – 18 tahun), karena pada masa ini jiwanya masih
dalam keadan labil sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif. Contoh perbuatan
kenakalan seperti pengrusakan tempat/fasilitas umum, penggunaan obat terlarang, pencurian,
perkelahian atau tawuran dan lain sebagainya. Salah satu bentuk tawuran tersebut adalah tawuran
pelajar. Tawuran pelajar berbeda dengan perkelahian biasa. Tawuran pelajar dapat digolongkan
sebagai patologi (penyakit) karena sifatnya yang kompleks dengan penyebab dan akibat yang
berbeda-beda.

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Penyimpang


Beberapa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut:
 Sikap mental yang tidak sehat
Perilaku yang menyimpang dapat pula disebabkan karena sikap mental yang tidak sehat. Sikap itu
ditunjukkan dengan tidak merasa bersalah/menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang. Contoh:
Profesi pelacur.
 Ketidakharmonisan dalam keluarga
Tidak adanya keharmonisan dalam keluarga dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang.
Contoh : Kalangan remaja yang menggunakan obat-obatan terlarang karena faktor broken home.
 Pelampiasan rasa kecewa
Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkannya ke hal yang positif, maka ia
akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya. Contoh : Bunuh diri
 Dorongan kebutuhan ekonomi
Perilaku menyimpang yang terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi. Contoh : Perbuatan mencuri
 Pengaruh lingkungan dan media massa.
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang dapat disebabkan karena terpengaruh oleh lingkungan
kerjanya/teman sepermainannya. Begitu juga peran media massa, sangat berpengaruh terhadap
penyimpangan perilaku. Contoh: Anak kecil yang menonton Smackdown tanpa bimbingan orang tuanya, ia
mempraktekannya.
 Keinginan untuk dipuji
Seseorang dapat bertindak menyimpang karena keinginan untuk mendapat pujian, seperti banyak uang,
selalu berpakaian mahal dan perhiasan yang mewah, atau gaya hidup yang mewah. Agar keinginan itu
terwujud, ia rela melakukan perbuatan menyimpang. Contoh: Korupsi, menjual diri, merampok.
 Proses belajar yang menyimpang
Hal ini terjadi melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang. Contoh: Seorang
anak remaja yang sering bergaul dengan kelompok remaja pengguna obat-obatan terlarang atau terlibat
perkelahian.
 Ketidaksanggupan menyerap norma
Ketidaksanggupan menyerap norma kedalam kepribadian seseorang diakibatkan karena ia menjalani
proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga ia tidak sanggup menjalankan peranannya sesuai dengan
perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Contoh : Anak dari keluarga broken home tidak mendapat
pendidikan yang sempurna dari orang tua, maka anak tidak akan mengetahui hak-hak dan kewajibannya
sebagai anggota keluarga.
 Adanya ikatan sosial yang berlain-lainan.
Seorang individu cenderung mengidetinfikasikan dirinya dengan kelompok yang paling ia hargai, dan akan
lebih senang bergaul dengan kelompok itu daripada dengan kelompok lainnya. Contoh : Seorang yang
menyukai musik punk maka orang itu akan lebih senang dengan orang-orang yang bergaya dan senang
dengan musik punk.
 Proses sosialisasi nilai-nilai sub kebudayaan menyimpang.
Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat dapat disebabkan karena seseorang memilih nilai sub
kebudayaan yang menyimpang yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma
budaya yang dominan. Contoh : Kehidupan dilingkungan pelacuran dan perjudian.
 Kegagalan dalam proses sosialisasi.
Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut berhasil mendalami norma-norma
masyarakat keluarga adalah lembaga yang paling bertanggung jawab atas penanaman norma-norma
masyarakat dalam diri anggota keluarga. Ketika keluarga tidak berhasil mendidik para anggotanya, maka
yang terjadi adalah penyimpangan perilaku. Contoh : Jika orang tua terlalu sibuk sehingga kurang
memperhatikan anaknya, maka anak itu cenderung akan menjadi anak yang nakal.

Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Sosial


Penyimpangan sosial merupakan permasalahan nyata yang ada dalam kehidupan di dunia ini. Dan ada
beberapa upaya-upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial yang dapat dilakukan oleh beberapa
pihak.
 Peran Guru (Sekolah) antara lain memperhatikan tingkah laku siswa yang terlihat menyimpang,
sesekali melakukan razia di kelas yang teridentifikasi menyimpang, mengawasi mantan murid yang
dikeluarkan/mendapat peringatan, namun masih sering datang ke sekolah, memberi pekerjaan
rumah/tugas sehingga tidak ada peluang untuk melakukan perilaku peyimpangan sosial.
 Peran Orang Tua (Keluarga) antara lain mengajak keluarga untuk meningkatkan iman dan takwa,
memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus, mengamati/memperhatikan apabila ada
perubahan sikap dan perilaku anak-anaknya, menciptakan keluarga yang harmonis, mengenali dan
memperhatikan teman bermain dan bergaul anak-anaknya, menyalurkan hobi dan bakat anak-
anaknya secara positif, memperhatikan penggunaan waktu luang anak-anaknya, menanamkan rasa
tanggung jawab dan percaya diri.
 Peran tokoh agama dan masyarakat antara lain mengajak masyarakat sekitar untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap lingkungan dan warganya, terutama terhadap orang-orang bukan warga yang
sering datang di lingkungan pemukiman dan kemudian bergaul dengan anak-anak di lingkungan
tersebut, memberikan pendidikan, pengetahuan, dan nasehat untuk tidak melakukan penyimpangan
sosial karena dilarang oleh agama, mengisi waktu luang para remaja dengan kegiatan-kegiatan yang
bersifat positif, mengembangkan nilai-nilai moral, agama dan adat istiadat yang ada di lingkungan
masyarakat, mengadakan pertemuan-pertemuan warga untuk membahas permasalahan-
permasalahan di lingkungan tempat tinggal.

Sumber:
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Budaya Lokal, Budaya Nasional, Budaya Asing, Hubungan
antar Budaya di Era Globalisasi
(Antropologi SMA Kelas X: BAB 5)
Konsep Budaya Lokal
Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut
J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Akan tetapi, tidak
mudah untuk merumuskan atau mendefinisikan konsep budaya lokal. Menurut Irwan Abdullah, definisi
kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik dan geografis yang jelas. Misalnya, budaya Jawa
yang merujuk pada suatu tradisi yangberkembang di Pulau Jawa. Oleh karena itu, batas geografis telah
dijadikan landasan untuk merumuskan definisi suatu kebudayaan lokal. Namun, dalam proses perubahan
sosial budaya telah muncul kecenderungan mencairnya batas-batas fisik suatu kebudayaan. Hal itu
dipengaruhi oleh faktor percepatan migrasi dan penyebaran media komunikasi secara global sehingga tidak
ada budaya lokal suatu kelompok masyarakat yang masih sedemikian asli.
Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman budaya dan adat istiadat dalam
masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua,
dan Maluku memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan
berkembang sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan geografis yang terisolir menyebabkan penduduk
setiap pulau mengembangkan pola hidup dan adat istiadat yang berbeda-beda. Misalnya, perbedaan bahasa
dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas di daerah pegunungan Gayo-Alas dengan penduduk suku
bangsa Aceh yang tinggal di pesisir pantai Aceh.

Ciri Budaya Lokal


Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial yang dimiliki oleh suatu suku bangsa.
Kelembagaan sosial merupakan ikatan sosial bersama di antara anggota masyarakat yang
mengoordinasikan tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat. Lembaga sosial memiliki orientasi
perilaku sosial ke dalam yang sangat kuat. Hal itu ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan
anggota lembaga sosial tersebut. Bentuk kelembagaan sosial itu dapat dijumpai dalam sistem gotong royong
di Jawa dan di dalam sistem banjar atau ikatan adat di Bali. Gotong royong merupakan ikatan hubungan
tolong-menolong di antara masyarakat desa. Di daerah pedesaan pola hubungan gotong royong dapat
terwujud dalam banyak aspek kehidupan. Kerja bakti, bersih desa, dan panen bersama merupakan beberapa
contoh dari aktivitas gotong royong yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di daerah pedesaan. Di
dalam masyarakat Jawa, kebiasaan gotong royong terbagi dalam berbagai macam bentuk. Bentuk itu di
antaranya berkaitan dengan upacara siklus hidupmanusia, seperti perkawinan, kematian, dan panen yang
dikemas dalam bentuk selamatan.

Budaya Asing
Budaya asing tidak harus selalu diartikan budaya yang berasal dari luar negeri, seperti budaya barat. Namun,
tidak bisa disangkal bahwa budaya barat berupa makanan, mode, seni, dan iptek memang telah banyak
memengaruhibudaya masyarakat di Indonesia. Pada abad ke-20 dan ke-21, pengaruh budaya asing di
Indonesia dapat terlihat melalui terjadinya gejala globalisasi. Dalam proses globalisasi terjadi penyebaran
unsur-unsur budaya asing dengan cepat melalui sarana teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi.

Pengaruh Budaya Asing dalam Era Globalisasi


Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Indonesia telah memasuki era globalisasi. Kemajuan teknologi,
komunikasi, informasi, dan transportasi telah menyebabkan masuknya pengaruh budaya dari seluruh
penjuru dunia dengan cepat ke Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, globalisasi adalah proses
terbentuknya sistem organisasi dan sistem komunikasi antar-masyarakat di seluruh dunia. Tujuannya
adalah untuk mengikuti sistem serta kaidah-kaidah yang sama. Pada era globalisasi, peristiwa yang terjadi
di suatu negara dapat diketahui dengan cepat oleh negara lain melalui media massa, seperti televisi, radio,
surat kabar atau internet.
Saluran-saluran globalisasi, antara lain sebagai berikut.
1. Media Massa
Arus globalisasi diperoleh melalui media komunikasi massa, seperti radio, televisi, surat kabar, film, dan
internet. Globalisasi melalui media massa telah membuat dunia menjadi seolah-olah tanpa batas. Melalui
media massa, seperti televisi yang disiarkan dalam jaringan satelit, peristiwa bencana Tsunami di Aceh pada
tahun 2004 dapat diketahui di seluruh dunia. Demikain juga dengan perkembangan internet yang telah
memudahkan perkembangan iptek dengan adanya kemudahan mengakses berbagai informasi dari seluruh
penjuru dunia dengan murah dan cepat. Selain itu, dalam arus globalisasi, terjadi perubahan perilaku
masyarakat di bidang mode pakaian, peralatan hidup, dan makanan akibat pengaruh penyebaran informasi
dari luar negeri melalui media massa.
2. Pariwisata Internasional
Berkembangnya sektor pariwisata internasional juga berpengaruh terhadap penyebaran arus globalisasi.
Kegiatan pariwisata internasional yang melibatkan banyak negara dapat dilakukan dengan mudah karena
adanya kemajuan sarana transportasi dan telekomunikasi. Dengan meningkatnya kebutuhan wisata
antarnegara menyebabkan masuknya devisa yang sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan suatu
negara. Dengan berkembangnya sektor pariwisata internasional, seseorang dapat dengan mudah
berpergian dari satu negara ke negara lainnya.
3. Lembaga Perdagangan dan Industri Internasional
Globalisasi dalam perdagangan internasional ditandai dengan adanya pasar bebas. Dalam era pasar bebas,
setiap negara akan berlomba-lomba mengembangkan keunggulan komparatifnya untuk menarik para
investor dari luar negeri. Era pasar bebas juga ditandai adanya kebebasan kontak perdagangan antarnegara
tanpa dibatasi hambatan fiskal dan tarif. Walaupun setiap negara bebas untuk menjalin hubungan
perdagangan, namun tetap diperlukan suatu wadah kerja sama di bidang ekonomi. Misalnya, pendirian
dewan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan dewan kerja sama ekonomi Amerika Utara (NAFTA).
Dampak positif globalisasi, antara lain sebagai berikut:
1. Kemajuan di bidang teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi yang memudahkan kehidupan
manusia.
2. Kemajuan teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi lebih produktif, efektif, dan efisien
sehingga membuat produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar internasional.
3. Kemajuan teknologi memengaruhi tingkat pemanfaatan sumber daya alam secara lebih efisien dan
berkesinambungan.
Globalisasi juga mempunyai dampak negatif, antara lain sebagai berikut:
1. Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga kegiatan gotong royong dan
kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
2. Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan
materi karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan sosial atau
jabatan. Akibat sikap materialisme, kesenjangan sosial antara golongan kaya dan miskin semakin
lebar.
3. Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai
agama.
4. Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam masyarakat
diukur berdasarkan kekayaannya.

Proses saling memengaruhi budaya dapat terjadi melalui proses sebagai berikut:
1. Akulturasi Kebudayaan
Salah satu unsur perubahan budaya adalah adanya hubungan antar budaya, yaitu hubungan budaya lokal
dengan budaya asing. Hubungan antar budaya berisi konsep akulturasi kebudayaan. Menurut
Koentjaraningrat istilah akulturasi atau acculturationatauculture contact yang digunakan oleh sarjana
antropologi di Inggris mempunyai berbagai arti di antara para sarjana antropologi. Menurut
Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-
unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal itu sendiri.
Di dalam proses akulturasi terjadi proses seleksi terhadap unsur- unsur budaya asing oleh penduduk
setempat. Contoh proses seleksi unsur-unsur budaya asing dan dikembangkan menjadi bentuk budaya baru
tersebut terjadi pada masa penyebaran agama Hindu-Buddha di
Indonesia sejak abad ke-1. Masuknya agama dan kebudayaan Hindu– Buddha dari India ke Indonesia
berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu–
Buddha dari India tersebut tidak ditiru sebagaimana adanya, tetapi sudah dipadukan dengan unsur
kebudayaan asli Indonesia sehingga terbentuklah unsur kebudayaan baru yang jauh lebih sempurna. Hasil
akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu–Buddha adalah dalam bentuk seni bangunan,
seni rupa, aksara, dan sastra, sistem pemerintahan, sistem kalender, serta sistem kepercayaan dan filsafat.
Namun, meskipun menyerap berbagai unsur budaya Hindu–Buddha, konsep kasta yang diterapkan di India
tidak diterapkan di Indonesia.
2. Asimilasi Kebudayaan
Konsep lain dalam hubungan antarbudaya adalah adanya asimilasi (assimilation) yang terjadi antara
komunitas-komunitas yang tersebar di berbagai daerah. Koentjaraningrat menyatakan bahwa asimilasi
adalah proses sosial yang timbul apabila adanya golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan
tersebut berubah sifatnya dan wujudnya yang khas menjadi unsur-unsur budaya campuran. Menurut
Richard Thomson, asimilasi adalah suatu proses di mana individu dari kebudayaan asing atau minoritas
memasuki suatu keadaan yang di dalamnya terdapat kebudayaan dominan. Selanjutnya, dalam proses
asimilasi tersebut terjadi perubahan perilaku individu untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan
dominan.
Proses asimiliasi terjadi apabila ada masyarakat pendatang yang menyesuaikan diri dengan kebudayaan
setempat sehingga kebudayaan masyarakat pendatang tersebut melebur dan tidak tampak unsur
kebudayaan yang lama. Di Indonesia, proses asimilasi sering terjadi dalam masyarakat karena adanya dua
faktor. Pertama, banyaknya unsur kebudayaan daerah berbagai suku bangsa di Indonesia. Kedua, adanya
unsur-unsur budaya asing yang dibawa oleh masyarakat pendatang seperti warga keturunan Tionghoa dan
Arab yang telah tinggal secara turun-temurun di Indonesia. Di dalam masyarakat, interaksi antara
masyarakat pendatang dan penduduk setempat telah menyebabkan terjadinya pembauran budaya asing
dan budaya lokal. Contoh asimilasi budaya tersebut terjadi pada masyarakat Batak dan Tionghoa di Sumatra
Utara. Menurut Bruner, para pedagang Tionghoa yang tinggal di daerah Tapanuli sadar bahwa mereka
merupakan pendatang sehingga mereka berusaha belajar bahasa Batak dan menyesuaikan diri dengan adat
istiadat setempat karena dianggap menguntungkan bagi usaha perdagangan mereka. Sebaliknya, anggota
masyarakat Batak Toba yang tinggal di Medan berusaha menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat
setempat yang didominasi etnik Tionghoa. Selanjutnya, ia akan belajar bahasa Cina karena pengetahuan
tersebut dianggap berguna dalam melakukan transaksi perdagangan dengan warga keturunan Tionghoa.

Daftar Pustaka
Siany L, Atiek Catur. B. 2009. Khazanah Antropologi 1 : untuk kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk SMA dan MA Program Bahasa Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Sita, Putu Sadhvi. 2013. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia di Kalangan
Remaja. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Anda mungkin juga menyukai