PENDAHULUAN
A. Nganggung
Nganggung merupakan budaya daerah Negeri Serumpun Sebalai. Budaya
nganggung secara turun temurun sudah membudaya di masyarakat Kepulauan
Bangka Belitung. Tradisi itu ialah Nganggung, yaitu sebuah kegiatan gotong
royong kepala keluarga membawa dulang yang terbuat dari alumunium dan juga
ada yang terbuat dari kuningan, berisi makanan sperti kue,nasi dan juga lauk-pauk
ke mesjid atau langgar sesuai dengan status atau kemampuan tiap pintu rumah.
Dulang ditutupi dengan tudung saji yang dibuat dari daun sejenis pandan atau
sebagianya dan di beri warna menggunakan cat.
Nganggung biasanya di mulai dengan acara pengajian, ceramah agama,
siraman rohani dan jika ada pengumuman penting pun bisa di sampaikan. Lalu
acara di lanjutkan dengan doa bersama dan ditutup dengan acara buka dulang
untuk makan bersama sambil bersilahturahmi.
Nganggung merupakan rangkaian kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai
kebersamaan, saling membantu antar warga dalam suatu desa atau kampung.
Kegiatan ini masih berlanjut dan diapresiasi masyarakat dalam berbagai
kepentingan yang termaktub di dalamnya.
Nganggung biasanya dilakukan untuk menyambut datangnya hari besar
keagamaan seperti Hari raya Idul fitri dan Idul Adha, Maulid Nabi, Tahun Baru
Muharram, Nisfu Sya'ban, Ruah, Isra' Mi'raj, Nuzulul Qur'an dan hari-hari besar
Islam lainnya. Selain untuk menyambut datangnya hari besar keagamaan juga
dilakukan untuk menghormati orang yang meninggal dunia seperti 7 hari, 25 hari,
40 hari dan 100 hari setelah kematian seseorang, atau juga untuk menyambut
kedatangan tamu besar, seperti gubernur atau bupati.
Di Kabupaten Bangka, upaya formal yang dilakukan terkait kegiatan
nganggung ini bahkan dibentuk dalam sebuah perda bernomor
06/PD/DPRD/1971, yang disebut kegiatan sepintu sedulang.
Berdasarkan definisi budaya nganggung, di ketahui fungi dari nganggung
adalah :
1. Identitas budaya
2. Warisan budaya yang bernilai
3. Pembentuk perilaku social
4. Sebagai terapi psikologis dalam bermasyarakat
5. Pemersatu dalam masyarakat
6. Manifestasi keberadaan masyarakat yang beradab.
Media rakyat ini digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat
sederajat, dialogis, sesuai dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur
menghibur dan sekaligus memasyarakat serta sangat dipercaya oleh kalangan
masyarakat pedesaan yang kebetulan menjadi kelompok sasaran utama (Oepen).
Media rakyat sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau kebudayaan
tradisonal daerah. Kesenian atau budaya daerah digunakan sebagai wahana untuk
memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat
pedesaan. Karena warga masyarakat pedesaan masih menyukai dan membutuhkan
budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah bentuk hiburan maka media ini
juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai media tranformasi nilai-nilai,
termasuk pesan-pesan pembangunan dari pemerintah. Pesan-pesan pembangunan
disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa menyatu dengan media
rakyat (Yuni Setyaningsih, 2000).
Seperti dalam halnya nganggung. Nganggung menjadi salah satu media rakyat
dalam bersosialisasi dan juga ajang silahurahim. Nganggung menjadi media bagi
pemufakatan secara formal di masyarakat pulau Bangka karena biasanya dalam
acara nganggung akan dibahas persoalan-persoalan tertentu, baik berkenaan
dengan keagamaan maupun berkenaan dengan persoalan khas di komunitas
masing-masing. Dengan demikian nganggung menjadi media efektif bagi untuk
pengambilan keputusan atas persoalan yang terjadi di masyarakat ataupun media
pemersatu untuk rakyat. Tradisi ini juga efektif untuk membicarakan masalah,
menyelesaika konflik, atau perbedaan kepentingan, dengan cara negosiasi.
Dengan ini bahwa tradisi nganggung sendiri memberikan kontribusi besar
dalam keberlangsungan sebuah jembatan komunikasi bagi masyarakat terutama
masyarakat Bangka Belitung.
DAFTAR PUSTAKA
http://nila-greenfresh.blogspot.com/2008/05/sistem-komunikasi-pedesaan-ii.html
http://ebookbrowse.com/media-rakyat-bekti-doc-d59058147
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/01/media-tradisional.html
http://relagusmita.blogspot.com/2008/05/sistem-komunikasi-pedesaan.html