Anda di halaman 1dari 8

Tradisi Nganggung Sebagai Media Rakyat di Bangka Belitung

PENDAHULUAN

Kehidupan manusia dikelilingi oleh peristiwa budaya dan juga


komunikasi, hal ini disebabkan karena manusia selalu berupaya untuk
mempertahankan eksistensi dirinya dalam kehidupan yang mengharuskan selalu
bersinggungan dengan lingkungan sekitar.
Sistem Komunikasi Indonesia sangat erat kaitannya dengan Sistem Sosial
Budaya Indonesia yang merupakan cerminan kehidupan masyarakat Indonesia
dalam keseharian mereka. Banyak fenomena komunikasi di Indonesia yang
setelah ditelusuri, selalu saja ada keterkaitan terhadap latar belakang budaya.
Manusia sebagai pelaku budaya memiliki realitas psikis yang dipengaruhi oleh
latar belakang kebudayaannya yang tercermin dari ekspresi sikap dan tingkah
lakunya. Suatu kebudayaan baik dalam bentuk material maupun nilai dimiliki oleh
suatu komunitas sosial tertentu yang memberikan ciri identitas kepadanya,
sehingga individu yang berada dalam komunitas sosial tersebut memiliki identitas
yang seragam walaupun mungkin intensitasnya berbeda-beda. Keadaan inilah
yang pada gilirannya akan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan
timbullah keserasian bahkan dapat pula menciptakan stabilitas.
Dalam setiap suku bangsa memiliki kebudayaan masing-masing yang
berbeda antara budaya yang satu dengan yang lainnya. Keberagaman budaya yang
ada di Indonesia di landasi oleh toleransi hidup yang tinggi. Indonesia juga
memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda namun tetap
satu jua. Budaya yang terdapat dalam sustu daerah beraneka ragam dan bervariasi.
Hal tersebut disebabkan karena sifat budaya itu sendiri, kontinyu, turun temurun
dari generasi ke generasi.
Proses pembentukan budaya berlangsung dalam kurun waktu yang lama
dan diyakini sehingga mampu membentuk suatu komponen yang handal, terbukti
dan juga diyakini dapat membawa kesejahteraan lahir dan batin bagi masyarakat
yang menganut budaya tersebut. Komponen ini lah yang disebut jati diri. Di
dalam jati diri terkandung kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil
dari local genius dari suku/masyarakat yang mendiami suatu daerah.
Peristiwa budaya dapat berupa tradisi atau kebiasaan budaya (cultural
habits). Suatu peristiwa yang terjadi sering menjadi simbolik dari makna-makna
tertentu yang harus dipahami, diyakini dan dipatuhi oleh masyarakat secara
mendalam sebagai ajaran tentang perilaku manusia yang beradab, berisi
kesopanan dn nilai-nilai lihur masyarakat.
Di Bangka Belitung beraneka ragam budaya yang sifatnya turun temurun
warisan dari nenek moyang dahulu dan memiliki ciri khas dimana dalam system
atau metodenya menggunakan symbol-simbol sebagai sarana atau media untuk
menciptakan pesan. Hal ini juga diperkuat bahwa budaya itu sendiri sebagai hasil
tingkah laku atau kreasi manusia, memerlukan bahan materi atau alat penghantar
untuk menyampaikan pesan yang dimaksud. Medium budaya itu dapat berupa
bahasa, benda, warna, suara tindakan yang menjadikan suatu budaya bagi
masyarakat tersebut.
Sebagai salah satu contohnya budaya nganggung. Nganggung merupakan
tradisi masyarakat Bangka yang hingga saat ini masih banyak digunakan.
Nganggung yang berslogan “Sepintu Sedulang” oleh masyarakat Bangka yang
merncerminkan suatu kehidupan social masyarakat berdasarkan asas gotong
royong.
PEMBAHASAN

A. Nganggung
Nganggung merupakan budaya daerah Negeri Serumpun Sebalai. Budaya
nganggung secara turun temurun sudah membudaya di masyarakat Kepulauan
Bangka Belitung. Tradisi itu ialah Nganggung, yaitu sebuah kegiatan gotong
royong kepala keluarga membawa dulang yang terbuat dari alumunium dan juga
ada yang terbuat dari kuningan, berisi makanan sperti kue,nasi dan juga lauk-pauk
ke mesjid atau langgar sesuai dengan status atau kemampuan tiap pintu rumah.
Dulang ditutupi dengan tudung saji yang dibuat dari daun sejenis pandan atau
sebagianya dan di beri warna menggunakan cat.
Nganggung biasanya di mulai dengan acara pengajian, ceramah agama,
siraman rohani dan jika ada pengumuman penting pun bisa di sampaikan. Lalu
acara di lanjutkan dengan doa bersama dan ditutup dengan acara buka dulang
untuk makan bersama sambil bersilahturahmi.
Nganggung merupakan rangkaian kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai
kebersamaan, saling membantu antar warga dalam suatu desa atau kampung.
Kegiatan ini masih berlanjut dan diapresiasi masyarakat dalam berbagai
kepentingan yang termaktub di dalamnya.
Nganggung biasanya dilakukan untuk menyambut datangnya hari besar
keagamaan seperti Hari raya Idul fitri dan Idul Adha, Maulid Nabi, Tahun Baru
Muharram, Nisfu Sya'ban, Ruah, Isra' Mi'raj, Nuzulul Qur'an dan hari-hari besar
Islam lainnya. Selain untuk menyambut datangnya hari besar keagamaan juga
dilakukan untuk menghormati orang yang meninggal dunia seperti 7 hari, 25 hari,
40 hari dan 100 hari setelah kematian seseorang, atau juga untuk menyambut
kedatangan tamu besar, seperti gubernur atau bupati.
Di Kabupaten Bangka, upaya formal yang dilakukan terkait kegiatan
nganggung ini bahkan dibentuk dalam sebuah perda bernomor
06/PD/DPRD/1971, yang disebut kegiatan sepintu sedulang.
Berdasarkan definisi budaya nganggung, di ketahui fungi dari nganggung
adalah :
1. Identitas budaya
2. Warisan budaya yang bernilai
3. Pembentuk perilaku social
4. Sebagai terapi psikologis dalam bermasyarakat
5. Pemersatu dalam masyarakat
6. Manifestasi keberadaan masyarakat yang beradab.

B. Nilai-nilai dalam Nganggung


a. Nilai Religuis dalam nganggung
Nganggung merupakan kegiatan kemasyarakatan yang berkembang mengiringi
aktivitas masyarakat untuk menyatakan rasa senang, bahagia sebagai ungkapan
syukur kepada sang pencipta. Kegiatan ini bermuatan religious. Nilai religious
adalah karakter dasar yang melekat dalam nganggung. Melalui tradisi ini,
masyarakat mengimplementasikan nilai-nilai ketaatan terhadap warisan leluhur
yang menjadi jembatan pemeluk agama Islam di tingkat lokal dengan tuhan.
Upaya untuk mendekatkan diri dengan sang Khalik diwujudkan dalam bentuk
ritual untuk menyemarakkan hari-hari besar keagamaan. Sekalipun tradisi
nganggung tidak memuat secara langsung bentuk ibadah kepada Allah SWT,
namun tradisi ini menjadi medium ibadah tersebut.
Waktu-waktu nganggung adalah bentuk pemilihan waktu yang mencerminkan
pilihan religious, yakni dilaksanakan hampir selalu dalam hubungannya dengan
waktu ibadah. Penetapan waktu malam jum’at, malam lebaran Idul Fitri, Idl Adha,
Maulid Nabi, dan ruwah adalah waktu-waktu yang merupakan pilihan waktu yang
menggambarkan relasi religious tersebut.

b. Nilai Keadilan dalam Nganggung


Nganggung secara tersirat mengandung nilai keadilan. Hal ini dicerminkan
misalnya melalui pembauran peserta nganggung yang tidak tersekat oleh
perbedaan status terutama status ekonomi dan jabatan. Tradisi ini berusaha
menjembatani perbedaan ekonomi melalui status sosial ekonomi masyarakat.
Melalui nganggung, pengeluaran sebuah acara menjadi tanggungan bersama.
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

c. Nilai Keindahan dalam Nganggung


Bentuk penyajian makanan yang dikemas dengan menggunakan dulang dilapisi
kain berenda, pengaturan makanan dengan menggunakan piring dan ditutup
dengan menggunakan tudung saji yang bermotif bintang atau segitiga dengan
dominan warna merah bervariasi dengan warna kuning dan warna hijau yang khas
memberikan nilai keindahan tersendiri pada tradisi ini.
Pengaturan tata letak makanan yang ada didalam dulang, dan juga susunan dulang
di dalam masjid atau surau, serta para tamu atau para pembawa dulang membuat
suasana keindahan menjadi lebih terlihat.

C. Nganggung sebagai Media Rakyat di Pedesaan


Media rakyat adalah media yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Media ini telah sejak lama tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan
menjadi media sosialisasi nilai-nilai antar warga masyarakat, bahkan dari generasi
ke generasi. Media rakyat menganggap kepentingan rakyat sebagai hal yang
paling utama. Media rakyat dari, oleh dan untuk rakyat di pedesaan,yang
mengakar kuat di pedesaan.
Menurut Berrigan (1979) media rakyat sebagai berikut:
1. media masyarakyat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih
luas dari kebutuhan semua khalayaknya.
2. media masyarakyat adalah adaptasi media untuk digunakan oleh masyarakat
yang bersangkutan.
3. media rakyat adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai
perencanaan, produksi dan pelaksana.
4. media masyarakyat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan
sesuatu.
Menurut Oepen (1988) fungsi-fungsi media rakyat adalah:
1. memberi saluran alternatif sebagai sarana bagi masyarakat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka.
2. berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dalam
isi media.
3. membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran.
4. mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan
dikalangan penduduk daerah pedesaan.
5. memberi fasilitas perkembangan keswadayaan, kemampuan menolong diri
sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
6. berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan dan pengawasan suatu proyek
tertentu.

Media rakyat ini digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat
sederajat, dialogis, sesuai dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur
menghibur dan sekaligus memasyarakat serta sangat dipercaya oleh kalangan
masyarakat pedesaan yang kebetulan menjadi kelompok sasaran utama (Oepen).
Media rakyat sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau kebudayaan
tradisonal daerah. Kesenian atau budaya daerah digunakan sebagai wahana untuk
memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat
pedesaan. Karena warga masyarakat pedesaan masih menyukai dan membutuhkan
budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah bentuk hiburan maka media ini
juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai media tranformasi nilai-nilai,
termasuk pesan-pesan pembangunan dari pemerintah. Pesan-pesan pembangunan
disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa menyatu dengan media
rakyat (Yuni Setyaningsih, 2000).
Seperti dalam halnya nganggung. Nganggung menjadi salah satu media rakyat
dalam bersosialisasi dan juga ajang silahurahim. Nganggung menjadi media bagi
pemufakatan secara formal di masyarakat pulau Bangka karena biasanya dalam
acara nganggung akan dibahas persoalan-persoalan tertentu, baik berkenaan
dengan keagamaan maupun berkenaan dengan persoalan khas di komunitas
masing-masing. Dengan demikian nganggung menjadi media efektif bagi untuk
pengambilan keputusan atas persoalan yang terjadi di masyarakat ataupun media
pemersatu untuk rakyat. Tradisi ini juga efektif untuk membicarakan masalah,
menyelesaika konflik, atau perbedaan kepentingan, dengan cara negosiasi.
Dengan ini bahwa tradisi nganggung sendiri memberikan kontribusi besar
dalam keberlangsungan sebuah jembatan komunikasi bagi masyarakat terutama
masyarakat Bangka Belitung.

D. Peran Media Tradisional Nganggung dalam Sistem Komunikasi


Media tradisional seperti mempunyai nilai yang tinggi dalam sitem
komunikasi karena memiliki posisi khusus dalam sistem budaya suatu
masyarakat. Kespesifikan tanda-tanda informasi yang dilontarkan dalam
pertunjukkan-pertunjukkan tradisional itu maupun konteks kejadian,
mengakibatkan orang-orang berasal dari sistem budaya lain sulit menyadari,
memahami, dan menghayati ekspresi kesenian yang bersifat verbal, material,
maupun musik yang ditampilkan (Compton, 1984).
Sebagian dari media rakyat ini, meskipun bersifat hiburan dapat juga membawa
pesan-pesan pembangunan. Hal ini dapat terjadi karena media tersebut juga
menjalankan fungsi pendidikan pada khalayaknya. Oleh karena itu, ia dapat
digunakan untuk menyampaikan pengetahuan kepada khalayak (warga
masyarakat). Ia dapat juga menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya,
norma sosial, dan falsafah sosial (Budidhisantosa, dalam Amri Jahi 1988).
Seperti halnya media rakyat seperti nganggung, memiliki nilai tinggi
dalam sistem komunikasi karena memiliki posisi khusus dalam sistem budaya di
Bangka Belitung. Media nganggung tidak hanya menjadi hiburan semata namun
memiliki nilai lain, seperti mempertahankan nilai-nilai budaya yang diisi dengan
nilai religious, nilai keadilan, dan nilai keindahan. Dalam budaya nganggung juga
di gunakan sebagai media sosialisasi. Dalam hal ini nganggung sendiri menjadi
media bagi semua masyarakat, baik itu dari segi social, keagaaman dan juga
budaya.
KESIMPULAN

Media rakyat sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau


kebudayaan tradisonal daerah. Kesenian atau budaya daerah digunakan sebagai
wahana untuk memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan pembangunan
kepada masyarakat pedesaan. Karena warga masyarakat pedesaan masih
menyukai dan membutuhkan budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah
bentuk hiburan maka media ini juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai
media tranformasi nilai-nilai, termasuk pesan-pesan pembangunan dari
pemerintah.
Dengan media rakyak seperti nganggung memberikan kontribuasi baik
bagi sosial dan juga budaya, baik itu di kota maupun didesa. Dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam nganggung sendiri, diharapkan mampu mempertahankan
dan mengkomunikasikan norma-norma budaya sosial dan juga budaya yang ada
sehingga mampu dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

http://nila-greenfresh.blogspot.com/2008/05/sistem-komunikasi-pedesaan-ii.html
http://ebookbrowse.com/media-rakyat-bekti-doc-d59058147
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/01/media-tradisional.html
http://relagusmita.blogspot.com/2008/05/sistem-komunikasi-pedesaan.html

Anda mungkin juga menyukai