Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Perkotaan pada Semester
Genap Tahun Akademik 2020/2021 Program Studi Pendidikan Antropologi Jurusan
Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Oleh:
Asani Nursyamsiah
NIM: 176804102
PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Antropologi perkotaan.
Dalam proses pembuatan hasil laporan penelitian ini, peneliti dibimbing oleh
dosen pengampuh mata kuliah ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan
ini, meskipun begitu peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kata
sempurna.
Maka demikian kami kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan
semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Asani Nursyamsiah
ii
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar isi............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
1. Kesimpulan ....................................................................................................10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal perkembangannya, Antropologi memusatkan perhatiannya kepada
masyarakat primitif, perhatian ini timbul karena ada sesuatu yang dianggap sebagai
keganjilan pada tingkah laku masyarakat tertentu, yaitu pada masyarakat pedalaman-
pedalaman. Akan tetapi lama-kelamaan, mereka tidak lagi melihat tingkah laku itu sebagai
sesuatu yang ganjil. Karena ternyata masyarakat modern, maka perhatian antropologi
selanjutnya beralih pada masyarakat pedesaan. Hampir seluruh aspek kehidupan desa telah
diteliti dan diungkapkan. Karena itu, perhatian para anropolog pada tahap berikutnya mulai
beralih ke kota. Perhatian mereka lebih ke arah kota
Umumnya para antropolog memandang Robert Redfield sebagai perintis
antropologi urban. Robert merupakan antropolog yang Pertama secara sungguh-sungguh
meneliti masalah-masalah yang dikategorikan sebagai antropologi Urban/Perkotaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan perkembangan Antropologi perkotaan ?
2. Apa yang dimaksud dengan antropologi perkotaan?
3. Bagaimana sejarah pertumbuhan kota-kota?
4. Apa yang dimaksud dengan kota dan perkembangannya?
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
kota besar itu misalnya tentang penyesuaian para imigran, asosiasi sukarela, keluarga dan
kekerabatan, atau partisipasi politik. Kawasan Amerika Latin juga mendapatkan perhatian
dari para antropolog, yang memusatkan perhatian mereka kepada daerah-daerah kumuh dan
jembel serta daerah-daerah kumuh. Yang mendapat penekanan adalah sifat-sifat khas
seperti asosiasi, politikalisasi, taupun tahap-tahap dalam proses urbanisasi.
Terdapat tiga sosiolog yang telah melakukan penelitian kota-kota di Amerika
Serikat dan hasil-hasil penelitian mereka dikenal “aliran chicago”atau aliran human
ecology. Mereka adalah R.E Park, E.W.Burgess dan R.E. Mc Kenzie. Mereka
menunjukkan bahwa persebaran kelompok heterogen dalam kota tidak berlangsung secara
liar, seperti dugaan sebelumnya. Nyatanya ada pengelompokan berdasarkan ras atau
keagamaan ataupun pekerjaan. Dua yang pertama dapat saja berdempetan sehingga
merupakan natural area yang merangkap pula cultural area. Adapun yang dimaksud dengan
natural area ada 2 macam. Pertama berdasarkan tujuan penggunaan tanah. Kedua,
berdasarkan tipe penduduk atau penghunian. Acap kali, tipe kedua ini memiliki adat
istiadat, gagasan dan pandangan hidup yang khas karena latar belakangnya yang kultural,
sehingga daerah demikian disebut cultural area.
Luasnya bidang yang dicakupi oleh penelitian dan kajian antropologi ini telah
menimbulkan pertanyaan mengenai apakah antropologi mempunyai sumbangan yang
terpisah dari ilmu politik, ekonomi dan khususnya sosiologi. Pembenaran atas pandangan
ini harus di cari di dalam kenyataan bahwa antropologi telah membawa suatu sudut
pandangan yang lain terhadap masalah urban/perkotaan. Salah satu ciri utama studi
antropologis ialah pendekatannya whollistik yang melihat kota sebagai suatu entitas atau
suatu bentuk sosio-kultural yang khas. Karena perkembangan studi antropologi perkotaan
ini banyak memfokuskan perhatiannya terhadap permasalahan yang terdapat atau timbul
dalam kehidupan komunitas perkotaan, maka antropologi perkotaan dapat dikategorikan
sebagai studi terapan.
vii
Pada awal abad 20 dimana antropologi perkotaan mulai dikembangkan. Seorang
antropolog yang mencoba menerapkannya adalah Cliford Gertz, dalam penelitiannya di
sebuah daerah yang berada di Jawa Timur yang dalam hasil penelitiannya disamarkan
dengan nama Mojokuto. Dalam penelitiannya itu Gertz mencoba menganalisis sistem
stratifikasi sosial masyarakat Jawa yang didasarklan pada kepercayaannya. Masyarakat
Jawa dalam kaca mata Gertz terbagi dalam tiga golongan yaitu Priayi, Santri, dan Abangan.
Dengan diterbitkannya hasil penelitiannya yang dilakukan kurun waktu 1940’an,
antropologi perkotaan di Asia umumnya dan di Indonesia mulai berkembang.
Antropologi perkotaan tidak sama dengan dengan sosiologi perkotaan, karena
bersifat induktif, analisisnya berdasarkan keadaan dilapangan dan merencanakan keadaan
ke depan. Bukan seperti pada sosiologi perkotaan yang bersifat deduktif, dan analisisnya
berdasarkan teori sosiologi.
viii
pembahasannya, sementara penduduk kota terdiri dari manusia yang perlu dikaji, maka
perhatian antropologi mulai mengarahkan perhatiannya dari masyarakat sederhana
perkotaan ke masyarakat dan komunitas perkotaan yang modern yang kompleks.
ix
4. Kota Dan Perkembangannya
N.Daljoeni, yang mengutip Grunfield, merumuskan kota sebagai suatu pemukinan
dengan kepadatan penduduk yang lebih besar daripada kepadatan wilayah nasional, dengan
struktur mata pencaharian non agraris dan tata guna lahan yang beraneka ragam , serta
dengan pergedungan yang berdirinya berdekatan. Dari segi fisik, kota adalah suatu
pemukiman dengan perumahan yang relatif rapat dan sarana prasarana serta fasilitas-
fasilitas yang relatif memadai guna memenuhi kebutuhan penduduknya.
Belum ada kesepakatan mengenai rumusan yang lengkap dan tepat mengenai kota.
Drs. J.H. De Goode mengajukan sejumlah ciri yang dipandang sangat menentukan watak
khas kehidupan kota, misalnya:
a. Peranan besar yang dipegang oleh sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa)
dalam kehidupan ekonomi.
b. Jumlah penduduk yang relatif besar.
c. Heterogenitas susunan penduduknya.
d. Kepadatan penduduk yang relatif besar.
x
3. Metropolis: Dicirikan oleh ole wilayahnya yang kurang luas dan penduduknya
yang banyak terdiri atas orang-orang dari berbagai bangsa. Percampuran
perkawinan antar bangsa dan ras. Perkembangan menjadi metropolis menunjukkan
kemegahan, tetapi dari segi sosial memperlihatkan adanya kekontrasan antara
golongan kaya dan golongan miskin.
4. Megalopolis: Pada tahap ini gejala sosio-patologis sangat menonjol, di satu pihak
terdapat kekayaan dan kekuasaan yang didukung oleh birokrasi yang ketat, tapi di
pihak lain terdapat kemiskinan mendorong terjadinya pemberontakan proletar.
5. Tiranopolis: Ditandai oleh adanya degenerasi, merosotnya moral penduduk,
timbulnya kekuatan politik baru dari kaum proletar.
6. Nekropolis: Kota yang sedang mengalami kehancuran. Peradabannya menjadi
runtuh dan kota menjadi puing-puing reruntuhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Dalam tahun 1940, Horace Miner melakukan suatu penelitian atas Timbuctoo
sebuah kota yang sekarang termasuk wilayah mali (Afrika) dengan mengikuti
jejak miner, para antropolog kainnya juga dikemudian hari melakukan penelitian
atas masalah-masalah urban di kota-kota besar Afrika Barat dan Afrika Timur
- Pada awal abad 20 dimana antropologi perkotaan mulai dikembangkan. Seorang
antropolog yang mencoba menerapkannya adalah Cliford Gertz, dalam
xi
penelitiannya di sebuah daerah yang berada di Jawa Timur yang dalam hasil
penelitiannya disamarkan dengan nama Mojokuto. Dalam penelitiannya itu Gertz
mencoba menganalisis sistem stratifikasi sosial masyarakat Jawa yang
didasarklan pada kepercayaannya.
- Ruang lingkup antropologi disini adalah pendekatan yang baku yang menjadi
ciri-ciri metodologi yang ada dalam antropologi, dan yang dimaksud dengan
pengertian masalah-masalah perkotaan adalah masalah-masalah yang muncul dan
berkembang dalam kehidupan kota yang menjadi ciri-ciri hakekat kota itu sendiri
yang berbeda dari ciri kehidupan desa.
- Guna memahami keberadaan suatu kota atau kota-kota para sarjana telah pula
menggunakan perspektif sejarah dalam pendekatannya. Orang tidak dapat
menutup mata terhadap kenyataan bahwa sejarah pertumbuhan dan
perkembangan suatu masyarakat juga turut mempengaruhi dan menentukan
perkembangan kota.
DAFTAR PUSTAKA
Menno, S dan Mustamin Alwi. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta: Optima Citra
Offset
xii
Jamaludin, Adon Nasrullah.2015. Sosiologi Perkotaan (Memahami masyarakat dan
problematikanya ). Bandung: CV.Pustaka Setia
xiii