Anda di halaman 1dari 13

ANTROPOLOGI PERKOTAAN

(Struktur Perkembangan Kota)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Perkotaan pada Semester
Genap Tahun Akademik 2020/2021 Program Studi Pendidikan Antropologi Jurusan
Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Dosen Pengasuh: Nurlela, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Asani Nursyamsiah
NIM: 176804102

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Antropologi perkotaan.
Dalam proses pembuatan hasil laporan penelitian ini, peneliti dibimbing oleh
dosen pengampuh mata kuliah ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan
ini, meskipun begitu peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kata
sempurna.
Maka demikian kami kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan
semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 9 Februari 2020


Penyusun

Asani Nursyamsiah

ii
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar isi............................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan

1. Latar belakang ................................................................................................1

2. Rumusan masalah ...........................................................................................1

BAB II Pembahasan

1.Pengertian Kota ..............................................................................................2

2.Struktur Perkembangan kota............................................................................2

3.Teori tentang Struktur Ruang Kota..................................................................6

BAB III Kesimpulan

1. Kesimpulan ....................................................................................................10

Daftar Pustaka ...................................................................................................11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal perkembangannya, Antropologi memusatkan perhatiannya kepada
masyarakat primitif, perhatian ini timbul karena ada sesuatu yang dianggap sebagai
keganjilan pada tingkah laku masyarakat tertentu, yaitu pada masyarakat pedalaman-
pedalaman. Akan tetapi lama-kelamaan, mereka tidak lagi melihat tingkah laku itu sebagai
sesuatu yang ganjil. Karena ternyata masyarakat modern, maka perhatian antropologi
selanjutnya beralih pada masyarakat pedesaan. Hampir seluruh aspek kehidupan desa telah
diteliti dan diungkapkan. Karena itu, perhatian para anropolog pada tahap berikutnya mulai
beralih ke kota. Perhatian mereka lebih ke arah kota
Umumnya para antropolog memandang Robert Redfield sebagai perintis
antropologi urban. Robert merupakan antropolog yang Pertama secara sungguh-sungguh
meneliti masalah-masalah yang dikategorikan sebagai antropologi Urban/Perkotaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan perkembangan Antropologi perkotaan ?
2. Apa yang dimaksud dengan antropologi perkotaan?
3. Bagaimana sejarah pertumbuhan kota-kota?
4. Apa yang dimaksud dengan kota dan perkembangannya?

v
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkembangan Antropologi Perkotaan


Kota merupakan ruang sentra kehidupan yang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang maupun pendekatan keilmuan. Kehidupan masyarakat diwilayah perkotaan
termanifestasi dalam perilaku, tindkaan maupun aktivitas kehidupan menjadi akses
antropologi. Kehidupan masyarakat juga dapat dilihat dari aspek fisik perkotaan yang akan
memberikan kontribusi pada perilaku sosio-antropologi (manusia dan struktur sosial).
Antropologi perkotaan berasal dari dua istilah atau konsep yaitu antropologi dan perkotaan.
Makna dari sitilah atau konsep antropologi perkotaan adalah pendekatan antropologi
mengenai berbagai problematika kehidupan manusia sebagai kesatuan sosieti (masyarakat)
maupun komunitas di daerah perkotaan.
Pada umumnya para antropolog memandang Ribert Redfield sebagai sebagai
perintis antropologi urban. Hasil penelitiannya atas kota Yucatan (Mexico) dalam tahun
1930 tertuang dalam suatu konsep yang dikenal dengan Hipotesis Folk Urban (menurut
Ralph L. Beals) atau model bipolar maralistik (menurut John Guillick). Penelitian sosiologi
di kawasan Amerika Latin dikatakan lebih bersifat Antropologis karena, Para peneliti itu
telah berusaha untuk membahas keseluruhan struktur sosial dan kebudayaan komunitas di
daerah penelitian mereka (jadi,hollistik).
Dalam tahun 1940, Horace Miner melakukan suatu penelitian atas Timbuctoo
sebuah kota yang sekarang termasuk wilayah mali (Afrika) dengan mengikuti jejak miner,
para antropolog kainnya juga dikemudian hari melakukan penelitian atas masalah-masalah
urban di kota-kota besar Afrika Barat dan Afrika Timur, yang menyangkut ciri-ciri khusus

vi
kota besar itu misalnya tentang penyesuaian para imigran, asosiasi sukarela, keluarga dan
kekerabatan, atau partisipasi politik. Kawasan Amerika Latin juga mendapatkan perhatian
dari para antropolog, yang memusatkan perhatian mereka kepada daerah-daerah kumuh dan
jembel serta daerah-daerah kumuh. Yang mendapat penekanan adalah sifat-sifat khas
seperti asosiasi, politikalisasi, taupun tahap-tahap dalam proses urbanisasi.
Terdapat tiga sosiolog yang telah melakukan penelitian kota-kota di Amerika
Serikat dan hasil-hasil penelitian mereka dikenal “aliran chicago”atau aliran human
ecology. Mereka adalah R.E Park, E.W.Burgess dan R.E. Mc Kenzie. Mereka
menunjukkan bahwa persebaran kelompok heterogen dalam kota tidak berlangsung secara
liar, seperti dugaan sebelumnya. Nyatanya ada pengelompokan berdasarkan ras atau
keagamaan ataupun pekerjaan. Dua yang pertama dapat saja berdempetan sehingga
merupakan natural area yang merangkap pula cultural area. Adapun yang dimaksud dengan
natural area ada 2 macam. Pertama berdasarkan tujuan penggunaan tanah. Kedua,
berdasarkan tipe penduduk atau penghunian. Acap kali, tipe kedua ini memiliki adat
istiadat, gagasan dan pandangan hidup yang khas karena latar belakangnya yang kultural,
sehingga daerah demikian disebut cultural area.
Luasnya bidang yang dicakupi oleh penelitian dan kajian antropologi ini telah
menimbulkan pertanyaan mengenai apakah antropologi mempunyai sumbangan yang
terpisah dari ilmu politik, ekonomi dan khususnya sosiologi. Pembenaran atas pandangan
ini harus di cari di dalam kenyataan bahwa antropologi telah membawa suatu sudut
pandangan yang lain terhadap masalah urban/perkotaan. Salah satu ciri utama studi
antropologis ialah pendekatannya whollistik yang melihat kota sebagai suatu entitas atau
suatu bentuk sosio-kultural yang khas. Karena perkembangan studi antropologi perkotaan
ini banyak memfokuskan perhatiannya terhadap permasalahan yang terdapat atau timbul
dalam kehidupan komunitas perkotaan, maka antropologi perkotaan dapat dikategorikan
sebagai studi terapan.

vii
Pada awal abad 20 dimana antropologi perkotaan mulai dikembangkan. Seorang
antropolog yang mencoba menerapkannya adalah Cliford Gertz, dalam penelitiannya di
sebuah daerah yang berada di Jawa Timur yang dalam hasil penelitiannya disamarkan
dengan nama Mojokuto. Dalam penelitiannya itu Gertz mencoba menganalisis sistem
stratifikasi sosial masyarakat Jawa yang didasarklan pada kepercayaannya. Masyarakat
Jawa dalam kaca mata Gertz terbagi dalam tiga golongan yaitu Priayi, Santri, dan Abangan.
Dengan diterbitkannya hasil penelitiannya yang dilakukan kurun waktu 1940’an,
antropologi perkotaan di Asia umumnya dan di Indonesia mulai berkembang.
Antropologi perkotaan tidak sama dengan dengan sosiologi perkotaan, karena
bersifat induktif, analisisnya berdasarkan keadaan dilapangan dan merencanakan keadaan
ke depan. Bukan seperti pada sosiologi perkotaan yang bersifat deduktif, dan analisisnya
berdasarkan teori sosiologi.

2. Ruang lingkup Antropologi Perkotaan


Antropologi perkotaan berasal dari dua sitilah atau konsep, yaitu antropologi dan
perkotaan. Makna dan istilah atau konsep antropologi perkotaan adalah pendekatan-
pendekataan antropologi mengenai masalah-masalah perkotaan. Yang dimaksud
pendekatan disini adalah pendekatan yang baku yang menjadi ciri-ciri metodologi yang ada
dalam antropologi, dan yang dimaksud dengan pengertian masalah-masalah perkotaan
adalah masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam kehidupan kota yang menjadi
ciri-ciri hakekat kota itu sendiri yang berbeda dari ciri kehidupan desa. dengan demikian
diperlakukan sebagai konteks atau variabel yang menjelaskan keberadaan permasalahan
yang ada di dlam kehidupan perkotaan dan kota adalah juga sebagai permasalahan
perkotaan itu sendiri.
Munculnya antropologi perkotaan sebagai suatu subdisiplin dalam antropologi
merupakan suatu aspek yang tidak terelakkan dari perkembangan dialektis dalam
antropologi itu sendiri. Dan karena antropologi menjadi manusia sebagai objek

viii
pembahasannya, sementara penduduk kota terdiri dari manusia yang perlu dikaji, maka
perhatian antropologi mulai mengarahkan perhatiannya dari masyarakat sederhana
perkotaan ke masyarakat dan komunitas perkotaan yang modern yang kompleks.

3. Sejarah Pertumbuhan Kota-Kota


Guna memahami keberadaan suatu kota atau kota-kota para sarjana telah pula
menggunakan perspektif sejarah dalam pendekatannya. Orang tidak dapat menutup mata
terhadap kenyataan bahwa sejarah pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat juga
turut mempengaruhi dan menentukan perkembangan kota. Didalam pertumbuhan dan
perkembangan itu, orang melihat berbagai corak dan watak serta ciri-ciri perilaku warga
penghuninya.
Pertumbuhan kota-kota di Eropa kurang diketahui sebelum abad pertengahan.
Kota di Eropa baru dikenal perkembangannya ketika perdagangan dan perniagaan
mengalami perkembangan yang pesat dan intensif. Barang-barang yang di impor dari Dunia
Timr (rempah dan kait sutera, logam mulia, dan hasil kerajianan tangan) semakin mendapat
pasaran yang luas oleh adanya kegiatan ekonomi dan bazar. Perkembangan yang paling
menonjol pada kota-kota di Eropa baru terjadi semasa revolusi indutri sekitar pada tahun
1800, sejalan dengan timbulnya kota-kota industri modern, yang merupakan cikal bakal
tumbuhnya ilmu sosial yang dikenal dengan (Sosiologi).
Pernyataan lain dalam kaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan kota-kota,
ialah yang dikemukakan oleh Mac Iver dan Page (society, 1949) yang menyatakan bahwa
kota-kota akan bertumbuh jika suatu masyarakat atau suatu kelompok orang dalam
masyarakat memperoleh kontrol yang lebih besar atas sumber-sumber daya daripada yang
diperlukan untuk hidup saja. Suatu hipotesis tentang perkembangan kota juga dikemukakan
oleh Kenneth Ee. Boulding. Menurut perkembangannya, ia membagi kota-kota itu ke dalam
“kota politik” dan “kota ekonomi”.

ix
4. Kota Dan Perkembangannya
N.Daljoeni, yang mengutip Grunfield, merumuskan kota sebagai suatu pemukinan
dengan kepadatan penduduk yang lebih besar daripada kepadatan wilayah nasional, dengan
struktur mata pencaharian non agraris dan tata guna lahan yang beraneka ragam , serta
dengan pergedungan yang berdirinya berdekatan. Dari segi fisik, kota adalah suatu
pemukiman dengan perumahan yang relatif rapat dan sarana prasarana serta fasilitas-
fasilitas yang relatif memadai guna memenuhi kebutuhan penduduknya.
Belum ada kesepakatan mengenai rumusan yang lengkap dan tepat mengenai kota.
Drs. J.H. De Goode mengajukan sejumlah ciri yang dipandang sangat menentukan watak
khas kehidupan kota, misalnya:
a. Peranan besar yang dipegang oleh sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa)
dalam kehidupan ekonomi.
b. Jumlah penduduk yang relatif besar.
c. Heterogenitas susunan penduduknya.
d. Kepadatan penduduk yang relatif besar.

Dalam literatur Anglo-Amerika, terdapat dua istilah untuk memaksudkan kota,


yakni “city”dan ‘town”. Schoorl, dalam hubungan ini, mengemukakan suatu jenis kota
yang disebutnya “kota primat”, yakni kota yang sangat besar yang cenderung
memperlihatkan parasitismenya terhadap masyarakat nasional , dan berusaha menarik
bagian–bagian modal yang relatif besar sehingga dapat menjadi hambatan bagi daerah-
daerah pedesaan maupun kota-kota yang lebih kecil.
Lewis Mumford, mengemukakan 6 Jenis kota yang dilihatnya dari tahap-tahap
perkembangannya. Jenis kota-kota itu adalah :
1. Eopolis: Merupakan suatu pusat dari daerah-daerah pertanian dan mempunyai
adat istiadat yang bercorak kedesaan dan sederhana.
2. Polis: merupakan tempat berpusatnya kehidupan keagamaan dan pemerintahan.

x
3. Metropolis: Dicirikan oleh ole wilayahnya yang kurang luas dan penduduknya
yang banyak terdiri atas orang-orang dari berbagai bangsa. Percampuran
perkawinan antar bangsa dan ras. Perkembangan menjadi metropolis menunjukkan
kemegahan, tetapi dari segi sosial memperlihatkan adanya kekontrasan antara
golongan kaya dan golongan miskin.
4. Megalopolis: Pada tahap ini gejala sosio-patologis sangat menonjol, di satu pihak
terdapat kekayaan dan kekuasaan yang didukung oleh birokrasi yang ketat, tapi di
pihak lain terdapat kemiskinan mendorong terjadinya pemberontakan proletar.
5. Tiranopolis: Ditandai oleh adanya degenerasi, merosotnya moral penduduk,
timbulnya kekuatan politik baru dari kaum proletar.
6. Nekropolis: Kota yang sedang mengalami kehancuran. Peradabannya menjadi
runtuh dan kota menjadi puing-puing reruntuhan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
- Dalam tahun 1940, Horace Miner melakukan suatu penelitian atas Timbuctoo
sebuah kota yang sekarang termasuk wilayah mali (Afrika) dengan mengikuti
jejak miner, para antropolog kainnya juga dikemudian hari melakukan penelitian
atas masalah-masalah urban di kota-kota besar Afrika Barat dan Afrika Timur
- Pada awal abad 20 dimana antropologi perkotaan mulai dikembangkan. Seorang
antropolog yang mencoba menerapkannya adalah Cliford Gertz, dalam

xi
penelitiannya di sebuah daerah yang berada di Jawa Timur yang dalam hasil
penelitiannya disamarkan dengan nama Mojokuto. Dalam penelitiannya itu Gertz
mencoba menganalisis sistem stratifikasi sosial masyarakat Jawa yang
didasarklan pada kepercayaannya.
- Ruang lingkup antropologi disini adalah pendekatan yang baku yang menjadi
ciri-ciri metodologi yang ada dalam antropologi, dan yang dimaksud dengan
pengertian masalah-masalah perkotaan adalah masalah-masalah yang muncul dan
berkembang dalam kehidupan kota yang menjadi ciri-ciri hakekat kota itu sendiri
yang berbeda dari ciri kehidupan desa.
- Guna memahami keberadaan suatu kota atau kota-kota para sarjana telah pula
menggunakan perspektif sejarah dalam pendekatannya. Orang tidak dapat
menutup mata terhadap kenyataan bahwa sejarah pertumbuhan dan
perkembangan suatu masyarakat juga turut mempengaruhi dan menentukan
perkembangan kota.

DAFTAR PUSTAKA

Menno, S dan Mustamin Alwi. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta: Optima Citra
Offset

xii
Jamaludin, Adon Nasrullah.2015. Sosiologi Perkotaan (Memahami masyarakat dan
problematikanya ). Bandung: CV.Pustaka Setia

Parta Setiawan.2019.Artikel. Masyarakat Perkotaan.


https://www.gurupendidikan.co.id/pedesaan-dan-perkotaan. diakses pada 25
Februari 2020

Generate Press. 2019. Artikel. Faktor penyebab Urbanisasi. https://kelasips.com/faktor-


penyebab-urbanisasi/. Diakses pada 25 debruari 2020

Geografh88.2016. Artikel. Upaya penanggulangan urbanisasi.


https://geograph88.blogspot.com/2016/07/urbanisasi-faktor-dampak-dan-
upaya.html. diakses pada 25 februari 2020

xiii

Anda mungkin juga menyukai