Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI HUKUMKELUARGA ISLAM

BOOK REVIEW

 Nama Pengarang : Drs. Beni Ahmad Saebani, M.SI.

Judul Buku : Sosiologi Hukum

Tempat Terbit : Bandung

Nama Penerbit : CV Pustaka Setia

Tahun Terbit : 2006

Tebal buku : 212 Halaman (16 x 24 cm)

 Pereview : Yaumul Sabrina Fajriantini (210202120), IV C HKI

ANTARAN

Sosiologi mengkaji berbagai gejala sosial yang akan dihubungkan satu sama lainnya

dan dicari pemahamannya terhadap kehidupan manusia secara sistematis dengan teori yang

sudah terbangun tentang hubungan timbal balik dan sebab akibat sehingga dampak atau

pengaruh sosialnya dapat ditemukan.

Sosiologi hukum dalam buku ini mengajukan dua pendekatan, yakni memahami

hukum sebagai gejala sosial dan memahami gejala sosial yang melahirkan hukum. Hukum

sebagai gejala sosial adalah harapan masyarakat terhadap keadilan ketentraman hidup

sehingga pemenuhan kebutuhan hidup di masyarakat berjalan dengan baik. Dalam

pemahaman ini, hukum adalah norma sosial yang menjaga keharmonisan hidup di

masyarakat, terutama interaksi timbal balik dengan sesama anggota masyarakat.

Sedangkan gejala sosial sebagai hukum adalah kenyataan yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat sebagai refleksi normatif yang menjelaskan kehendak sosial melalui

tolak ukur moralitas yang berlaku secara sosial. Hukum ada, tetapi tidak tertulis. Hukum
berlaku tanpa harus dikelola secara struktur. Gejala sosial bergerak mengahapi berbagai

tantangan hidup dan jawaban atas segala tantangan perubahan sosial adalah hukum yang

berlaku.

Undang-undang yang diterapkan dalam sistem hukum dan peradilan di Indonesia

tidak dapat terlepas dari kenyataan sosial yang menjadi latar belakang diberlakukannya

hukum untuk kepentingan masyarakat, sebagaimana hukum yang diadopsi dari kolonial

Belanda sebagai indikator bahwa hukum diproduk oleh gejala sosial. Demikian pula

pandangan tentang norma sosial dan mitologinya, yang memeberikan konsep hukum dan

undang-undang tidak terlepas dari realitas falsafah sosialnya. Sebagaimana hukum tentang

moralitas dan kesusilaan yang diterapkan dalam undang-undang.


ISI BUKU

Pada buku ini terdapat 5 BAB pembahasan, yaitu :

A. BAB I : Pendahuluan

1. Pengertian Sosiologi Hukum

Sosiologi Hukum merupakan kajian ilmu sosial terhadap hukum yang berlaku

di masyarakat dan perilaku serta gejala sosial yang menjadi penyebab lahirnya hukum

di masyarakat. Hukum yang berlaku dan diterapkan di masyarakat inidibagi menjadi

tiga yaitu, hukum adat, hukum pidana, dan hukum perdata.

Bagian dari kajian sosiologi hukum ada 4, diantaranya :

1. Gejala sosial yang muncul demi terselenggaranya suatu kaidah sosial.

2. Gejala sosial yang menyebabkan perlunya materi hukum yang baru atau revisi

hukum adalah bagian dari kajian sosiologi hukum.

3. Setiap tindakan masyarakat yang mengandung unsur-unsur hukum.

4. Kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan berbagai unsur yang menjadi

kebutuhan hidupnya, yakni saling berinteraksi dan bersosialisasi.

2. Hubungan Sosiologi Hukum dan Antropologi Hukum

Sosiologi dan antropologi merupakan ilmu sosial yang selalu bersatu, tetapi

tidak dapatdisatukan, ataupun sebaliknya senantiasa terpisah, tetapi tidak dapat

dipisahkan. Sosiologi hukum dan antropologi hukum saling berhubungan erat apabila

dilihat dari objek utamanya, yaitu manusia, komunitas, peran, dan fungsi sosial, serta

kebudayaan.

Sosiologi biasanya biasanya bergandengan dengan antropologi. Sosiologi

mengedepankan kajian-kajian tentang kehidupan masyarakat, pelapisan sosial,

perkembangan sosial, struktur yang terdapat dalam masyarakat dan berbagai

hubungan timbal balik serta hubungan fungsionalnya, sifat saling mengaruhi, dan
akibat sosialnya. Adapun antropologi lebih mengedepankan kejiannya pada

kebudayaan masyarakat, perilaku tradisional masyarakat, peran dan fungsi peradaban

dan kebudayaan sosial, tentang etnis, ras, dan berbagai simbol kemanusiaan yang

menjadi indikator adanya peradaban manusia.

B. BAB II : Kaidah Sosial Normatif sebagai Gejala Sosial dan Gejala Hukum

1. Perilaku Sosial Tradisional Normatif

Perilaku manusia yang terbentuk oleh norma-norma masyarakat tidak berarti

bahwa potensi dirinya secara budaya disangkal begitu saja. Justru potensi budaya

individual itu diadaptasikan dan digabungkan secara sosialistik sehingga menjadi

sistem sosial yang muatan simboliknya diterima dan menjadi ciri khas masyarakat

tertentu.

Kehidupan tradisional normatif yang ada dalam masyarakat dapat dipandang

sebagai gejala sosial yang melahirkan hukum tentang kehidupan bermasyarakat,

selain kehidupan keimanan yang menjadi keyakinan setiap individu dalam

masyarakat. hukum dianggap ada setelah manusia menghendaki keteraturan dan

kemapanan sosial.

2. Agama sebagai Kaidah Hukum dan Hukum Sosial

Agama hakikatnya merupakan gejala hukum dan hukum yang selama ini

menjadi sosial normatif lebih banyak didominasi oleh nilai-nilai yang terdapat dalam

ajaran agama. Agama diresukdikan ke dalam beberapa hal mendasar, yang kemudian

diyakini bersumber langsung dari Tuhan sebagai pembuat hukum.

Agama ikut berfungsi membentuk sikap hidup dan budaya masyarakat.

Keyakinan atas agama adalah kebudayaan terbesar dalam sejarah hidup manusia,

agama tidak dapat keluar begitu saja dari jiwa manusia. Simbol-simbol beragama
dijadikan alat komunikasi dengan Tuhan merupakan kebudayaan yang paling

pertama lahir pada manusia.

3. Perspektif Struktural Fungsional tentang Perilaku Sosial Normatif dan Hukum

Sosial

Setiap tindakan individu dianalisis dengan cara memandang struktural

fungsional, bahwa tindakan individu diadaptasikan dengan individu lainnya sehingga

terjadilah interaksi yang saling memahamisituasi dan kondisinya. Fasilitas yang

diterapkan dalam perilaku sosial normatif dan hukum sosial merupakan dasar dalam

pencapaian tujuan dengan ukuran paling standar karena ukuran paling mendalam dari

upaya mencapai tujuan adalah meleburnya sistem sosial dan budaya menjadi sistem

kepribadian.

Hukum dan norma sosial adalah suatu perilaku yang telah melembaga jika dari

aspek orientasi nilai dengan ada standar personalitasnya telah ada penyesuaian antara

sistem kepribadian dengan sistem sosial dan kesesuaian antara internalitas dengan

institusionalitas suatu tindakan.

C. BAB III : Perspektif Sosiologi Hukum tentang Realitas Pelaksanaan Hukum Islam

1. Hukum Islam sebagai Sistem Sosial Normatif

Perilaku beragama yang muncul dalam konteks masyarakat Muslim

didasarkan pula pada pendekatan perilaku masa lalu. Jika belum ada argumentasi

yang menjadi dalil berubahnya cara berperilaku, perilaku masa lalu dijadikan titik

tolak. Hal ini berkaitan dengan kaidah yang menyatakan bahwa hukum tidak berlaku

surut.

Adapun teori perilaku yang disebut dengan teori Mukallaf, dalam teori ini

ditegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu berhubungan atau


berinteraksi. Dengan demikian, manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup

sendirian. Jadi membentuk komunitas merupakan fitrah manusia itu sendiri.

2. Interaksi Sosial sebagai Gejala Aplikasi Hukum Islam

Interaksi antar manusia adalah hak orang beriman yang jika diputuskan, putus

pula imannya. Maka saling berinteraksilah satu sama lainnya dan satukan dengan

sistem nilai yang dikehendaki Allah SWT, yakni ketakwaan. Interaksi yang

melahirkan lokalisasi nilai-nilai agama hanya dapat terjadi oleh adanya timbal balik

diantarapenganit agama dengan segala kepentingannya serta dengan sistem nilai yang

ada dalam ajaran baru yang diyakini mendukung pada cita-cita dan motivasinya.

D. BAB IV : Pembentukan Aturan dan Kebiasaan yang Menjadi Hukum

1. Subjek dan Objek Hukum

Di samping sebagai objek hukum, manusia juga subjek hukum yang

dipersiapkan untuk mengatur kehidupan manusia dengan sesamanya. Subjek hukum

yang berada pada gejala sosial adalah manusia. Ketika manusia membuat hukum

sebagai sistem aturan dan tatanan kehidupannay, ia menjadikan dirinya sebagai objek

hukum yang dibuat oleh Allah, hukum-hukumnya yang tertulis maupun tidak tertulis.

Hukum buatan manusia yang menempatkan manusia sebagai subjek dan objek

hukum, secara material mengedepankan larangan-larangan tentang berbagai tindakan

yang melanggar hukum, yang akan dikenakan sanksi bila telah terbukti bersalah,

sedangkan hukum Allah secara material keberadaannya seimbang antara perintah

maupun larangan.

2. Norma Sosial sebagai Hukum Adat dan Hukum Adat sebagai Hukum Sosial

Dalam perspektif sosiologi hukum, adat merupakan gejala sosial yang

terbentuk atas dasar interaksi. Hukum pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri,
dan sebaliknya hukum merupakan masyarakat dari sudut pandang tertentu karena

hukum ada dalam masyarakat dan mengatur masyarakat untuk mencapai kedamaian

sosial.

Bukan hukum adat yang mengatur kehidupan sosial suatu masyarakat,

melainkan masyarakat sendirilah yang mendidikakan diri pada tradisi dan norma

sosial yang dibuatnya. Norma sosial yang dijadikan tolak ukur tentang benar dan

salah, baik dan buruk, kemudian disebut dengan istilah hukum adat.

3. Hukum dan Cita-cita Sosial

Hukum yang menjadi panutan masyarakat merupakan cita-cita sosial yang

tidak pernah berhenti dikejar sampai akhir hayat manusia. Cita-cita sosial bersandar

pada hukum, baik hukum yang merupakan norma sosial maupun hukum yang berupa

undang-undang. Cita-cita sosial tersebut adalah, sebagai berikut :

a. Mengharapkan keamanan dan ketentraman hidup tanpa batas waktu

b. Mengharapkan kemaslahatan hidup bagi diri dan orang lain

c. Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batas-

batas hukum dan norma sosial.

E. BAB V : Hukum dan Perubahan Sosial

1. Mitologi Hukum dan Perubahan Sosial

Pandangan tentang perubahan sosial harus seiring dengan pandangan tentang

hukum sosial yang berlaku. Hukum masa lalu telah menjadi mitologi sosial yang

hanya dalam dongeng dan cerita masa lalu. Hukum sosial masa lalu tenggelam oleh

perubahan sosial yang lebih dinamis, penuh dengan penderitaan dan kehancuran

harga diri hukum.


2. Perubahan Sosial dan Pergeseran Nilai

Perubahan sosial adalah terjadinya pergeseran struktur dalam masyarakat,

hancurnya diskriminasi sosial normatif, dan digantiksn dengan diskriminasi

teknologis, pola hubungan sosial dan standar perilaku yang berubah.


AKHIRAN

Ada tiga hal baru yang saya dapatkan dari buku ini, sebagai berikut :

1. Dinamika sosial bagaikan bola billiar yang satu totokan bola pertama memantulkan

jumlah bola yang lebih banyak sehingga memenuhi lubang bola sebagai sebuah tujuan

utama .Bukan totokan bola pertama yang paling penting dan menentukan

kemenangan, tetapi seberapa banyak pantulan bola memasuki lobang sebagai tujuan

inti permainan. Teori Billiard Ball adalah pandangan yang menegaskan bahwa

perilaku interaktif dapat menentukan terbentuknya norma sosial yang lebih luas.

2. Norma yang di dalamnya menceritakan perilaku Nabi Muhammad SAW adalah

norma sosial tradisional, karena terbentuk oleh sifat imitasi sosial atau meniru yang

turun-temurun. Tindakan Nabi Muhammad SAW yang ditiru oleh para sahabat,

kemudian perilaku sahabat yang ditiru oleh para tabi’in dan seterusnya membentuk

tradisi yang kuat dan formalitas normatif.

3. Jika manusia mengalami kesadaran hukum, maka hukum tidak berguna lagi karena

hukum yang berlaku di dunia adalah pasal-pasal dan teks-teks yang mengancam

manusia yang tidak pernah memiliki kesadaran hukum dan manusia pelanggar

hukum. Dalam KUHP tentang segala bentuk Tindakan kejahatan atau pelanggaran,

terdapat pasal-pasal yang mengancam para penjahat. Oleh karena itu, apabila

masyarakat telah memiliki kesadaran hukum, hukum menjadi efektif tidak berguna

sekaligus efektif telah berguna.


KOMENTAR

Buku ini selain membahas tentang hukum negara juga tetap menyandingkan

dengan hukum Allah atau hukum islam. Buku ini juga menurut saya sangat menarik

karena di setiap halaman dalam buku ini memiliki catatan kecil yang berisi

kesimpulan di setiap halamannya sehingga pembaca cepat memahami inti dari setiap

halaman.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Sosiologi Hukum, Bandung 2006 (CV

Pustaka Setia)

Anda mungkin juga menyukai