Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting


dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia
berlangsung di dalamnya. Dan tanpa kita sadari sejak lahir hingga kini kita
telah menjadi anggota bermacam-macam kelompok. Oleh sebab itu
tidaklah mengherankan mengapa para tokoh sosiologi senantiasa
mempunyai perhatian besar terhadap gejala pengelompokan manusia.
Semua ilmu pengetahuan yang dikenal dewasa ini pernah menjadi bagian
dari filsafat yang dinggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan
(mater scientiarium). Filsafat mada masa itu mencakup pula segala usaha
pemikran mengenaimasyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan
peradaban manusia berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung
dengan filsafat memisahkan diri yaitu Astronomi (ilmu tentang bintang)
dan fisika (ilmu Alam) mereupakan cabang-cabang filsafat yang pertama
memisahkan diri, kemudian diikuti oleh ilmu kimia, biologi dan geologi.
Di abad ke 19 dua ilmu pengetahuan baru muncul yaitu psikologi 9ilmu
yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia) dan Sosiologi ( ilmu
yang mempelajari masyarakat). Sosiologi merupakan suatu ilmu yang
masih muda, walaupun tengah mengalami perkembangan yang cukup
lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban masyarakat
manusia sebagai proses pergaulan telah menarik perhatian. Pemikiran
terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang dinamakan Sosiologi. Banyak usaha baik yang bersifat
ilmiah maupun non ilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Faktor pendorong utama adalah
meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.

1
Pada abad ke-19 seorang ahli filsafat berbangsa Francis August
Comte menulis beberapa buku yang berisikan pendekatan-pendekatan
umum untuk mempelajari masyarakat. Dia mempunyai anggapan saatnya
telah tiba bahwa semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan
dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terakhir yaitu tahap ilmiah.
Oleh sebab itu ia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat
ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri.
Nama yang dia berikan pada saat itu adalah “Sosiologi“, yang berasal dari
bahasa latin Socius yang berarti kawan dan logos yang berarti kata atau
berbicara. Jadi Sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Sosiologi
menurut Comte harus dibentuk berdasarkan pengamatan terhadap
masyarakat dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan
masyarakat.
Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842 ketika Comte
menerbitkan jilid terakhir dari bukunya yang berjudul “Positive
Philosophy”. Dan di dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
konsep-konsep kelompok sosial dan klasifikasinya menurut para ahli
sosiologi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep sosial?
2. Klasifikasi kelompok sosial menurut para ahli?
3. Tipe-tipe kelompok sosial ?
4. Kelompok sosial yang teratur dan tidak teratur?
5. Pendekatan sosiologi keperawatan?
6. Kelompok formal group and informal group?
1.3 Tujuan
2. Mahasiswa dapat mempelajari konsep sosial.
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi kelompok sosial menurut para
ahli.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tipe-tipe kelompok sosial.
5. Mahasiswa dapat mengetahui kelompok sosial yang teratur dan tidak
teratur.
6. Mahasiswa dapat mempelajari pendekatan sosiologi keperawatan.
7. Mahasiswa dapat mengetahui kelompok formal group and informal
group.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Konsep-Konsep Kelompok Sosial

Dalam kalangan ahli sosiologi konsep kelompok mempunyai


beberapa makna, satu di antaranya adalah menurut Robert Bierstedt. Robert
Bierstedt menggunakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok,
yaitu ada tidaknya a) organisasi, b) hubungan sosial di antara anggota
kelompok, dan c) kesadaran jenis.
Berdasarkan kriteria tersebut Bierstedt kemudian membedakan
empat jenis kelompok: kelompok statistik, kelompok masyarakat, kelompok
sosial, dan kelompok asosiasi.
Kelompok statistik adalah kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria
di atas. Kelompok ini hanya ada dalam arti analisis dan merupakan hasil
ciptaan para ilmuwan sosial.
Kelompok masyarakat adalah kelompok yang hanya memenuhi satu
persyaratan, yaitu kesadaran akan persamaan di antara mereka. Di dalam
kelompok jenis ini belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota,
dan juga belum ada organisasi.
Kelompok sosial adalah kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi tidak
terikat dalam ikatan organisasi.
Kelompok asosiasi adalah kelompok yang memenuhi ketiga kriteria di
atas. Dalam jenis kelompok ini para anggotanya mempunyai kesadaran
jenis, adanya hubungan kontak dan komunikasi, serta adanya ikatan
organisasi formal.
2.2. Klasifikasi Kelompok-Kelompok Sosial Menurut Para Ahli Sosiologi

Salah satu dampak perubahan jangka panjang yang melanda Eropa


Barat dan kemudian menyebar ke seluruh pelosok dunia ialah terjadinya
perubahan dalam pengelompokan anggota masyarakat.

3
a) Durkheim
Salah seorang ahli sosiologi awal yang secara rinci
membahas perbedaan dalam pengklasifikasian ini adalah Emile
Durkheim. Ia membedakan antara kelompok yang didasarkan pada
solidaritas mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas
organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai
masyarakat yang masih sederhana. Dalam masyarakat ini kelompok
manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang
lainnya. Masing-masing kelompok dapat memenuhi keperluan
mereka masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama
dengan kelompok lain. Dalam kelompok ini yang diutamakan adalah
persamaan perilaku dan sikap. Solidaritas organik merupakan bentuk
solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyarakat yang
telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh
kesaling tergantungan antarbagian. Pada masyarakat ini, ikatan yang
mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif atau hati
nurani melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai
kelompok profesi.
b) Tonnies
Tokoh sosiologi klasik lainnya adalah Ferdinand Tonnies.
Ia mengadakan pembedaan antara dua jenis kelompok, yang
dinamakannya Gemeinschanft dan Gesellschaft. Di sini
Gemeinschanft digambarkan sebagai kehidupan bersama yang
intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak
lahir. Tonnies membedakan Gemeinschanft pada 3 (tiga) jenis,
yakni:
~ Gemeinschanft by blood : mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan.
~ Gemeinschanft of place : mengacu pada kehidupan bersama di daerah
pedesaan.
~ Gemeinschanft of mind : mengacu pada hubungan persahabatan. Dan
Gesellschaft dilukiskan sebagai kehidupan publik; sebagai orang yang

4
kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Dan
Gesellschaft bersifat sementara dan semu.
Menurut Tonnies dalam Gemeinschanft adalah individu tetap
bersatu meskipun terdapat berbagai faktor yang memisahkan mereka,
sedangkan dalam Gesellschaft adalah individu yang pada dasarnya
terpisah kendatipun terdapat banyak faktor pemersatu.
c) Cooley
Tokoh sosiologi selanjutnya adalah Charles Horton Cooley. Ia
memperkenalkan konsep Primary Group yang didefinisikan sebagai
kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama tatap muka
yang intim. Dan dalam kelompok primer ini yang terpenting adalah
keluarga, teman bermain pada anak kecil, dan rukun warga serta
komunikasi pada orang dewasa.
d) Sumner
Suatu klasifikasi lain, yaitu pembedaan antara in-group dan out-
group, diperkenalkan oleh W. G. Sumner. Ia mengemukakan bahwa in-
group adalah kelompok sosial yang masing-masing anggotanya
mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kelompok sampai mereka
merasa “satu diri”. Dan out-group adalah merupakan kebalikan dari in-
group, dan semua usaha orang-orang yang tidak termasuk dalam in-
group tadi. Perasaan Out-group dan in-group menunjukkan kelompok
sosial sebagai dasar terbentuknya perasaan yang disertai dengan adanya
stereotipe tertentu.
e) Merton
K. Merton membedakan kelompok atas membership group dan
reference group. Membership group adalah merupakan suatu kelompok
di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok, akan
tetapi batasannya secara fisik tidak bisa dilakukan secara mutlak karena
adanya perubahan keadaan yang mempengaruhi derajat interaksi
didalam kelompok tersebut. Sedang Reference group adalah kelompok

5
sosial yang menjadi acuan seseorang untuk bersikap menilai maupun
bertindak.
f) Parsons
Tokoh sosiologi modern Talcott Parsons memperkenalkan
perangkat Variabel Pola yang oleh ahli sosiologi sering dianggap
sebagai salah satu sumbangan teoretis yang terpenting. Menurutnya
variabel pola merupakan seperangkat dilema universal yang dihadapi
dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial.
Dan di antara perangkat dilema tersebut adalah :
Affectivity-affective Neutrality : dikotomi yang mengacu pada dilema
antara ada-tidaknya perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam
suatu interaksi.
Specificity Diffuseness : dikotomi yang mengacu pada dilema antara
kekhususan dan kekaburan.
Universalism-Particularism : dikotomi yang mengacu pada dilema
antara dipakai-tidaknya ukuran universal.
Quality-Performance : dikotomi yang mengacu pada situasi yang di
dalamnya orang harus memutuskan apakah yang penting faktor yang
dibawa sejak lahir ataukah suatu perangkat prestasi tertentu.
Self-Orientation-Collectivity-Orientation : dikotomi yang mengacu pada
titik berat orientasi pelaku dalam suatu hubungan.[4]
g) Geert
Suatu klasifikasi yang digali oleh Geertz dari masyarakat Jawa
ialah pembedaan antara subtradisi abangan, santri dan priayi.
~ Subtradisi abangan ialah subtradisi yang diwarnai berbagai upacara
selamatan, praktik pengobatan tradisional serta kepercayaan pada
makhluq halus dan kekuatan gaib itu terikat pada kehidupan di
pedesaan.
~ Subtradisi santri ialah subtradisi yang ditandai oleh ketaatan pada
ajaran agama islam serta keterlibatan dalam berbagai organisasi sosial
dan politik yang bernafaskan Islam.

6
~ Subtradisi priayi ialah subtradisi yang ditandai pengaruh mistik
Hindu-Budha prakolonial maupun pengaruh kebudayaan Barat dan
dijumpai pada kelompok elite ‘kerah putih” yang merupakan bagian dari
birokrasi pemerintah.
Menurut Geertz pembagian masyarakat yang diteliti ke dalam tiga
tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan hidup di antara
mereka.

2.3 TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL

1. klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial

Tipe-tipe kelompok sosial dapat di klasifikasikan dari beberapa


sudut atau dasar berbagaikriteria ukuran. Seorang Sosiolog Jerman,
Georg Simmel mengambil ukuran besar kecilnya jumlah kelompok,
bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial
dalam kelompok tersebut. Dalam analisanya mengenai kelompok-
kelompok sosial, Georg Simmel mulai dangan bentuk terkecil yang
terdiri dari satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang
dinamakannya monad. Kemudian monad dikembangkan dengan
meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang yaitu
dyad serta triad dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Disamping itu
sebagai perbandingan, ditelaahnya kelompok-kelompok yang lebih
besar. Analisis tersebut kemudi dikembangkan lebih jauh oleh Leopold
von Wiese dan Howard Becker.

Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar drajat interaksi sosial
dalam kelompok tersebut. Beberapa Sosilog memperhatikan pembagian
atas dasar kelompok-kelompok dimana anggota-anggotanya saling
mengenal (face to face groupings), seperti keluarga, rukun tetangga dan
desa,dengan kelompok-kelompok sosial seperti kota-kota, korporasi
dan negara, dimana anggota anggota-anggotanya tidak memiliki
hubungan yang erat. Ukuran diatas, kemudian oleh Sosilog lainnya
F.Stuart Chapin, dikembangkan lebih lanjut dengan memperhatikan
tinggi rendahnya derajat kelekatan hubungan antara anggota-anggota
sosial tersebut.

Berlangsungnya suatau kepentingan, merupakan ukuran lain bagi


klasifikasi tipe-tipe sosial. Suatu kerumunan misalnya, mrupakan
kelompok yang hidupnya hidupnya sebentar saja, oleh karena
kepentingannya pun tidak berlangsung dengan lama. Lain halnya

7
dengan kelas atau komunity yang kepentingan-kepentingannya secara
relative bersifat tetap (permanent). Selanjutnya dapat dijumpai pula
klasifikasi atas dasar ukuran derajat organisasi. Kelompok-kelompok
sosial terdiri dari kelompok-kelompok yang teroganisasi dengan baik
sekali seperti negara, sampai pada kelompok-kelompok yang hampir
tak terorganisasi misalnya kerumunan. Dasar yang akan diambil
sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe
kelompok sosial adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau
kepentingan-kepentingan kelompok, atau organiasinya atau kombinasi
dari ukuran-ukuran diatas. Sistematika dibawah ini menggambarkan
klasifikasi tip-tipe terpenting kelompok sosial ialah terutama didasarkan
pada kepentingan dan derajat organisasi kelompok tadi, sebagai salah
satu alternatif. Sistematika dibawah ini didasarkan pada struktur sosial
dan merupkan hasil analisis stuktural .

Kelompok atau Organisasi (individu dalam hubungan dengan individu


lainnya)

1. Kategori Utama : Kesatuan Wilayah

Tipe Umum : Komuniti

Tipe Khusus : Suku, Bangsa, daerah, Kota, Desa, rukun tetangga.

1. Kriteria Utama :

1) Kepenting

2) Betempat tinggal di suatu wilayah tertentu.

2. Kategori Utama : Kesatuan-kesatuan atas dasar kepentingan yang


sama, tanpa organisasi yang tetap.

2. Kriteria Utama :

1) sikap yang sama dari anggota-anggota kelompok yang


besangkutan.

2) organisosial yang tidak tetap (temporer)

3. Kategori utama : Kesatuan-kesatuan atas dasar kepentingan yang


sama dengan organisasi yang tetap; asosiasi.

a. Tipe umum : Kelompok primer (primary group)

8
b. Tipe-tipe khusus : keluarga, kelompok permainan, klik
(clique), club.

3. Kriteria utama :

1) kepentingan-kepentingan yang terbatas.

2) organisasi sosial yang tertentu.

Adakalanya dasar untuk membedakan kelompok-kelompok sosial


adalah faktor-faktor sebagai berikut :

1. Kesadaran akan jenis yang sama,


2. Adanya hubungan sosial,
3. Orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan.

Dengan demikian, tipe-tipe umum kelompok sosial adalah sebagai


berikut :

1. Kategori statistik
2. Kategori sosial
3. Kelompok sosial
4. Kelompok tak teratur
5. Organisasi formal

Berikut penjelasan dari masing-masing tipe-tipe umum kelompok


sosial :
1. Kategori statistik adalah pengelompokkan atas dasar ciri tertentu
yang sama, seperti kelompok umur.
2. Kategori sosial merupakan kelompok individu yang sadar akan ciri-
ciri yang dimiliki bersama, umpamanya, Ikatan Dokter Indonesia.
3. Kelompok sosial, seperti misalnya, keluarga batih.
4. Kelompok tidak teratur, yakni berkumpulnya orang-orang disatu
tempat pada waktu yang sama, karena pusat perhatian yang sama.
Contohnya, orang-orang antri karcis kereta api.
5. Organisasi formal, setiap kelompok yang sengaja dibentuk untuk
mencapai tujuan-tujuan, dan telah ditentukan terlebih dahulu.
Contohnya, birokrasi.

2. Kelompok sosial yang dipandang dari sudut individu


Seorang warga masyarakat yanag massihh bershaja susunannya,
secara relatife menjadi anggota pula dari kelompok-kelompok kecil

9
lain secara terbatas. Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas
dasar kekerabatan, usia, seks dan kadang-kadang atas dasar perbedaan
pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok
sosial tadi, memberikan kedudukan atau prestise tertentu yang sesuai
dengan adat istiadat dan lembaga kemasyarakatan di dalammasyarakat.
Namun yang penting adalah bahwa keanggotaan pada kelompok sosial
(termasuk, pada masyarkat-masyarak) yang masih sederhana ) tidak
selalu bersifat sukarela.

Dalam masyarakat yang sudah kompleks, individu biasanya


menjadi anggota dari kelompok sosial sekaligus, misalnya atas dasar
seks, ras dan sebagainya. Akan tetapi, dalam hal lain seperti di bidang
pekerjaan, rekreasi dan sebagainya anggotannya kelompok sosial yang
tertentu sehingga bagi individu terdapat dorongan-dorongan tertentu
pula sebagai anggota suatu kelompok sosial. Suatu ukuran lainnya bagi
si individu adalah bahwa dia merasa lebih tertarik pada kelompok-
kelompok sossial yang dekat dengan kehidupan seperti keluarga,
kelompok kekerabatan dan rukun tetangga, daripada misalnya dengan
suatu perusahaan besar ataupun negara. Apabila kelompok soasial
dianggap sebagai kenyataan didalam kehidupan manusia/individu, juga
harus diingat pada konsep-konsep dan sikap-sikap individu
terhadapkelompok sosial sebagai kenyataan subyaktif yang penting
untuk memahami gejala kolektivitas.

2.4 Kelompok Sosial Teratur dan Tidak Teratur

2.4.1 Kelompok sosial yang teratur

Dapat kita sebut sebagai sebuah kelompok yang sengaja dibuat


serta memiliki aturan-aturan yang tegas didalamnya. salah satu
ciri-cirinya adalah memiliki program keinginan yang terus menerus
dalam pencapaian tujuan yang jelas. Dibagi atas:

 in group dan outgroup: in group kelompok sosial dimana


individu mengindentifikasi dirinya sendiri. Sedangkan
outgroup : diindentifikasi oleh individu sebagai lawan dr in
group.
 Kelompok primer dan sekunder: kelompok primer :
kelompok dimana para individu saling mngenal satu sama lain
dan berinteraksi secara pribadi serta sifat interaksi nya bersifat
tatap muka ( karyawan dalam suatu perusahaan ). Sedangkan
sekunder: merupakan kebalikan dari kelompok primer, yang

10
dimana hubungan sosial diantaranya tidak begitu baik atau
langgeng.
 Paguyuban dan petembayan: Paguyuban: merupakan
kelompok yang iktannya berupa ikatan batin memiliki sifat
yang ilmiah dan kekal contohnya seperti hubungan antar suku
atau ras. Sedangkan patembayan: suatu hubungan kelompok
yang bersifat kontraktual atau berdasarkan perjanjian. Contoh:
Perjanjian suatu perusahaan.
 Formal dan informal:perbedaan di keduanya adalah pada letak
penyusunan koordinasi kelompok, seperti ketua, wakil,
sekretaris, dll. Formal memiliki koordinasi tersebut sedangkan
informal tidak.
 Membership group dan reference group: Membership: suatu
individu secara fisik menjadi kelompok tersebut, sedangkan
reference group: individu tidak tercatat secara fisik dalam
suatu anggota atau kelompok untuk membentuk kepribadian
setiap anggota yang terdaftar secara fisik. Contohnya fans
klub.

2.4.2 Kelompok sosial tidak teratur

Merupakan kebalikan dari kelompok sosial yang teratur.


Pembentukannya tidak melalui rencana atau tidak adanya aturan
yang kuat atau tegas didalamnya. Macam kelompok yang tidak
teratur adalah:

 Crowd ( kerumunan ): dari namanya kita bisa menarik suatu


hipotesis bahwa kerumunan terjadi secara spontan. Jika
dijelaskan secara formal, crowd adalah keadaan dimana
individu-individu berkumpul secara bersama disuatu tempat
yang sama secara bersamaan.

2.5 Pendekatan Sosiologi Keperawatan

Seorang Sosiolog, di dalam menelaah masyarakat manusia akan


banyak berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial, baik yang kecil
seperti misalnya kelompok keluarga, ataupun kelompok-kelompok besar
seperti masyarakat desa, masyarakat kota, bangsa dan lain. Sebagai
Sosiolog, dia sekaligus merupakan anggota salah satu kelompok sosial
ilmuan peneliti akan kian sadar bahwa sebagian dari kepribadiannya
terbentuk oleh kehidupan berkelompok dan dia hanya merupakan unsur
yang mempunyai kedudukan dan peranan yang kecil. Suatu kelompok
sosial cendrung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, akan tetapi
selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam
aktifitas maupun bentuknya. Kelompok tadi dapat menambahkan alat-alat

11
perlengkapan untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang baru
didalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya, atau bahkan
sebaliknya dapat mempersempit luang lingkupnya.

Sesuatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah


bagaimana caranya mengendalikan anggota-anggotanya. Para Sosiolog
akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur
tindakan-tindakan anggota-anggotanya, agar tercapai tata tertip dalam
kelompok. Yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut
merupakan tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang,
mengalami disorganisasi, memegang peranan dan selanjutnya.

Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan


rohaniah (jiwa). Segi rohaniah manusia terdiri dari fikiran dan perasaan.
Apabila diserasikan akan menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi
sikap tindak. Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan gerak
segi jasmaniah manusia.

Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan


sesamanya. Hubungan yang sinambung terebut menghasilkan pola
pergaulan yang dinamakan pola intraksi sosial. Pergaulan tersebut
menghasilkan pandang mengenai kebaikan dan keburukan. Pandanga-
pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia yang kemudian
berpengaruh terhadap cara dan pola berfikirnya. Kalau misalnya,
seseorang memberikan tekanan yang kaut pada faktor kebendaan, maka
pola berfikirnya cenderung matrealistis.

Pola berfikir tertentu yang dianuti seseorang, akan mempengaruhi


sikapnya. Sikap tersebut merupakan kecendrungan untuk berbuat atau
tidak berbuat terhadap manusia, bendaatau keadaan. Seseorang yang pola
berfikirnya matrealistis, misalnya, mempunyai sikap tertentu terhadap
pekerjaan tertentu. Dia lebih mementingkan pekerjaan yang menghasilkan
materi yang banyak dan kurang memperhatikan kepuasaan batiniah
mengerjakan pekerjaan tersebut. Sikap tersebut lazimnya berbentuk
prilaku tertentu, yang kemudian menjadi pola prilaku apabial berlangsung
secara sinambung. Sikap matrealistis, umpamanya, akan membentuk
prilaku yang cenderung matrealistis pula. Kalau pola prilaku tertentu sudah
melembaga dan membudaya, maka gejala itu menjadi patokan prilaku
yang pantas. Patokan prilaku yang pantas tersebut biasanya disebut norma
atau kaidah. Perangkat kaida-kaidah tertentu yang terdiri dari kaidah-
kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum, kemudian menjadi
patokan dalam interaksi sosial.

12
2.5.1 Konsep Sosiologi Dalam Keperawatan Komunitas

Kehidupan manusia pada hakikatnya adalah sebuah sistem.


Masing-masing aspek sebenarnya saling kait mengkait dan
menunjukkan adanya proses sebab-akibat, Sebagai contoh di suatu
masyarakat sedang terjadi wabah peyakit diare. Pertanyaanya
adalah mengapa terjadi wabah penyakit tersebut ? Jawabnya :
karena di daerah tersebut terjadi bencana banjir, sehingga
penduduk kesulitan air bersih dan fasilitas-fasilitas kebutuhan
sehari-hari yang tidak sehat. Timbul pertanyaan lagi, mengapa
banjir ? Karena hutan-hutan ditebangi, dan begitu seterusnya,
pertanyaan-pertanyaan yang terkait ruang dan waktu. Peristiwa
sosial ini juga dilatarbelakangi dan menimbulkan dampak dalam
bidang sosial, ekonomi, etika dan moralias. Dengan ilustrasi
contoh di atas bahwa setiap fenomena kehidupan manusia itu
sebenarnya menyangkut berbagai asfek yang saling terkait, ada
yang langsung adan ada yang tidak langsung. Pertanyannya adalah
bagaimana penerapan konsep sosiologi dalam keperawatan
komunitas ? Penerapan konsep sosiologi dalam keperawatan
komunitas menuntut seorang perawat komunitas berkemampuan
berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah
sosial yang berhubungan dengan kesehatan di masyarakat,
menyadari bahwa sakit adalah merupakan suatu fenomena sosial,
yaitu :
1. Sakit bukan hanya permasalahan masuknya bakteri, virus
kedalam tubuh kita, atau tidak berfungsinya organ-organ tubuh
akaibat masuknya benda luar ke dalam tubuh. Sakit juga memiliki
implikasi sosial (person, 1951).
2. Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak
tertahankan, penyakit membantu untuk menanggung kegagalan
pribadi, sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian, masuk
rumah sakit dapat dianggap sebagai liburan., penyakit dapat
digunakan sebagai alat kontrol sosial., penyakit dapat dijadikan alat
untk menghapus perasaan berdosa (Foster, 1986).
Masyarakat di dalam konsep sosiologi merupakan subyek dan
sekaligus obyek yang harus dipelajari. Sedangkan di dalam
keperawatan komunitas maka masyarakat merupakan sasaran
pelayanan keperawatan. Cukup jelas bahwa ketika menerapkan
pelayan keperawatan kesehatan masyarakat (Komunitas) maka
seorang perawat komunitas haruslah memahami tentang konsep

13
sosiologi sehingga dalam memerikan asuhan dapat terlaksana
secara optimal. Tujuan dengan dipelajarinya konsep sosiologi
(Awan Mutakim dalam Pendidikan Ilmu Sosial, Depdikbud,
1997/1998), adalah :
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah
dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan-keputusan untuk menyelesaikan isu dan
masalah yang brkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, kemudian mampu
mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
Karena sakit adalah merupakan salah satu fenomena sosial dan
sakit juga merupakan permasalahan dalam kesehatan maka tujuan
dari dipelajarinya konsep sosiologi di dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial tersebut secara langsung dan tidak langsung berlaku juga
penerapannya di dalam kesehatan khususnya untuk pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat (keperawatan komunitas).
Hubungan lain dari konsep sosiologi di dalam kepeerawatan
keperawatan komunitas, sosiologi bermanfaat untuk dapat
memberikan data sosial pada tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi proses keperawatan. Begitu juga
dalam bidang penelitian, sosiologi bermanfaat bagi perencanaan
sistem komunikasi massa, penerapannya, maupun penilaian proses
tersebut.
Kegunaan lain dari sosiologi adalah membantu memecahkan
berbagai permasalahan sosial dengan menggunakan metode
preventif dan represiv. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
pendekatan keperawatan komunitas saat ini yaitu pada pendekatan
promotif dan preventif tampa mengabaikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif.
Untuk dapat mempelajari keadaan masyarakat sudah barang tentu
harus mempelajari ilmu tentang kehidupan manusia, seperti

14
sosiologi, antropologi dan ekologi. Oleh sebab itu perawatan
kesehatan masyarakat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu
tersebut, disamping ilmu perawatan dan kesehatannya sendiri.

2.6 Kelompok Formal Group dan Informal Group

Kelompok formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal


(formal group) adalah suatu sub unit organisasi yang resmi yang didirikan
dengan anggaran dasar organisasi atau dengan surat keputusan manajer.
Contoh kelompok formal: kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan
tim proyek. Tujuan kelompok formal: peraturan-peraturan, keanggotaan,
pemilihan pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi dalam ketentuan-
ketentuan atau perintah organisasi ini.
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok
komando (command group) dan kelompok tugas (task group). Di
perguruan tinggi misalnya, biro-biro, fakultas-fakultas dan unit-unit
lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan tinggi atau departemen
yang ada dalam perusahaan.
Anggota kelompok tugas biasanya berasal dari berbagai unit dalam
organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau proyek tersebut.
Panitia penerimaan mahasiswa baru, panitia ujian semester, panitia
wisuda, dan lain-lain yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau satuan
tugas yang dibentuk oleh manajer perusahaan untuk
mengendalikan/menurunkan biaya operasional sebesar 10% misalnya
contoh dari kelompok tugas.
Kelompok informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam
setiap organisasi. Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari
rancangan organisasi yang ditetapkan secara resmi dan kelompok informal
hidup sebagai subkultur yang relatif berkuasa atau dominan dalam
organisasi. Ada kelompok informal yang terdiri dari para manajer
disamping kelompok-kelompok informal yang terdiri dari para pekerja
non-pengawas.
Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok
persahabatan dan kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan
terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti
kesamaan hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang,
pandangan politik dan lain sebagainya.
Kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk
mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan
dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan
kelompok itu sendiri.
Kelompok-kelompok informal memenuhi bermacam-macam
kebutuhan para pekerja. Keanggotaan dalam kelompok informal
memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan–kebutuhan sosial,
seperti: berkawan, kasih-sayang serta pembinaan atau pendidikan.

15
Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan
perilaku sosial dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial
diciptakan oleh organisasi dan oleh kebudayaan luar, namun terdapat
kebutuhan untuk mengoperasikan norma-norma tersebut dalam situasi
kerja.
Pentingnya kelompok-kelompok informal sebagai sumber
pengaruh atas perilaku dan pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan
dalam studi Hawthorne tahun 1930-an. Salah satu diantara studi tersebut
(Bank Wiring Room), sekelompok laki-laki yang memasang kabel dan
menyorder panel telepon diteliti dalam kurun waktu beberapa bulan.

Apabila beberapa orang bekerja, mungkin karena mereka bertujuan


untuk sesuatu sasaran, kalau orang-orang tersebut setuu untuk melakukan
sesuatu, maka mereka akan memerlukan organisasi untuk mencapai
tujuan, diperlukan suatu tata cara untuk bekerja. Kadang-kadang merka
bersetuju untuk mencapai tujuan yang bersifat informal, yaitu mereka
bekerja secara implisit. Akan tetapi apabila terdapat begitu banyak orang,
maka manusiamenentukan tata cara untuk mengatur aktivitas. Mengatur
aktivitas memerlukan organisasi yang diberangkatkan pada kepentingan
bersama. Hasil-hasil nya adalah, umpanmanya, mengorganisasikan partai
politik, membentuk rumah sakit, menentukan tata cara menjadi dasar suatu
perkumpulan olahraga, dan seterusnya. Anggota-anggota menjadi suatu
organisasi dan mereka mengharapkan untuk mentaati hak dan
kewajibannya.

Kalau suatu organisasi sudah dibentuk, maka ia diasumsikan akan


merupakan suatu identitas tersendiri yang khusus. Hidup organisasi
biasanya lama, walaupun terjadi perubahan-perubahan tapi tanpa
mengubah identitas yang menjadi strukturnya. Usaha-usaha kolektif para
anggota organisasi disebut sebagail melakukan hal-hal yang bersifat
formal, karena didasarkan pada organisasi yang memperjuangkan
kepentingan bersama. Unsur-unsur organisasi merupakan bagian-bagian
fungsional yang berhubungan. Tenaga kerja sebuah pabrik, misalnya,
mengorganisasikan diri untuk mencapai tujuan meningkatkan
kesejahteraan dirinya, walaupun organisasi manajemen mementingkan
kebutuhan majikan. Organisai memerlukan pencapaian tujuan dan itu
mencangkup berbgai kepentingan. Misalnya, Angkatan Bersenjata,
perusahan, sekolah, rumah sakit, perkumpulan profesional, dan seterusnya.

Ada dua prinsip utama yang mengatur kehidupan sosial, dan


organisasi merupakan salah satu prinsip tersebut. Struktur sosial timbul
berdasarkan agregasi orang-orang yang melakulan kegiatan-kegiatan yang

16
bervariasi, masing-masing berkehendak memuaskan kepentingan-
kepentingannya, atau mereka mencerminkan organisasi usaha-usaha dari
individu-individu yang mencapai tujuan umum, dan seterusnya. Dengan
demikian orang-orang pribadi dan kelompok-kelompok dalam suatu
masyarakat setempat (“community”) saling bersaing, menjadi unsur- unsur
pola hubungan, dan menggunakan sumber daya untuk melakukan
kekuasaan. Hal itu menghasilkan sistem ekonomi dan suatu struktur kelas
yang mengembangkan pola-pola organisasi pelaku, walaupun hal itu
berkembang tidak sengaja. Suatu instasi pemerintahan, misalnya,
membentuk struktur sosial yang disengaja dan direncanakan untuk
mencapai tujuan berdasarkan pola struktural dan prosedural, yaitu aspek
statika dan dinamika. Akan tetpi di lain pihak, timbul organisasi yang
timbul tidak sengaja.

Apabila beberapa kelompok saling berhubungan, maka terjadi


pekembangan organisasi sosial, walaupun tidak semua kolektiva menjadi
organisasi formal. Kriteria rumusan organisasi formal atau formal group
merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan
mengkoordinasikan usaha-usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat sosialisasi. Apabila hubungan-
hubungan antar anggota-anggota formal group (disebut oraganisasi) dan
semua kegiatan didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya sudah di
tentukan, maka tidak semua masalah dapat ditanggulangi. Proses interaksi
sosial dan kegiatan-kegiatan dalam organisasi tidak mungkin semua dapat
di tegakkan.

2.6.1 Organisasi biasanya diteggakkan pada landasan mekanisme


Administratif. Staf administratif bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan organisasi dan mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan organisasi. Misalnya, unit kepolisian lalu lintas
terdiri dari bagian yang melakukan kegiatan lapangan, bagian
administrasi, bagian logistik, bagian pemeliharaan kendaraan,
bagian penyuluhan, dan seterusnya. Organisasi seperti itu biasanya
disebutkan birokrasi. Menurut Max Weber yang mengembang kan
teori birokrasi, organisasi-organisasi yang dibentuk menurut cara-
cara birokrasi, mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi
yang merupakan tugas-tugas jabatan. Secara implisit terjdi
pembagian kerja, sehingga terjadi spesialisasi. Spesialisasi
meningkatkan keahlian staf, dan organisasi akan mampu

17
mengembangkan struktur kepegawaian berdasarkan kualifikasi
teknis.
b. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri dari hirarki struktur
wewenang. Hirarki berwujud sebagai piramida di mana setiap
jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai
keputusan dan pelaksanaan. Tanggungjawab atasan
membawahi bawahannya yang melingkupi bagian-bagian
tersebut.
c. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan
pelaksanaan. Secara prinsipil, maka pelaksanaan organisasi
administrasi melibatkan aplikasi peraturan-perturan umum
terhadap kasus- kasus khusus. Peraturan-peraturan tersebut
menjamin keseragaman pelaksanaan dan dengan kerjasama
sebagai struktur wewenang, maka koordinasi kegiatan dapat
dilakukan. Organisasi juga menyelenggarakan kesinambungan
operasi yang dikaitkan dengan perubahan personalia. Dengan
demikian terjadi stabilitas, kelemahan atau kekurangan tipe-
tipe kelompok atau kolektiva dapat diatasi seperti gerak sosial.
d. Unsur staf yang merupakan penjabat bertugas memelihara
organisasi dan khususnya keteraturan komunikasi. Lapisan
petugas administratif terdiri dari pegawai-pegawai yang
bertanggung jawab mengawasi rekaman tertulis dan
pelaksanaan. Kerja staf produksi mempunyai saham atau
peranan dalam mengembangkan tujuan organisasi.
e. Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan
pihak lain bersifat orientasi impersonal. Dengan demikian
pejabat akan mampu menetralisasi unsur subjektif dan
kepentingan pribadi. Jarak jauh antara pejabat dengan bawahan
harus mengebangkan formalitas.
f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karir.
Kepegawaian di tekankan pada kualifikasi tenis ketimbang
faktor-faktor politik, kekerabatan, atau hubungan-hubungan
pribadi atau koneksi.
Dengan demikian formal group adalah kelopok-kelompok
yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan
sengaja di ciptakan oleh anggota-anggotanya umtuk mengatur
hubungan antara anggota-anggotanya.

Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi


tertentu atau pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya
karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu

18
menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan
pengalaman yang sama.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar
kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Dan dibagi menjadi 3
kriteria, yaitu: ada-tidaknya organisasi, hubungan sosial di antara
anggota kelompok, dan kesadaran jenis. Dan kemudian dibedakan
lagi kepada 4 jenis kelompok, yaitu: kelompok statistik, kelompok
kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.
Para ahli sosiologi mengklasifikasikan kelompok-kelompok sosial
sesuai dengan pengamatan mereka, di antaranya adalah:
o Durkheim: Solidaritas mekanik dan Solidaritas organik.
o Tonnies : Gemeinschaft dan Gesellschaft.
o Cooley : Primary Group.
o Sumner : In-Group dan Out-Group.
o Merton : Membership Group dan Reference Group.
o Parsons : Variabel Pola.
o Geertz : Priayi, Santri, dan Abangan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Ekonomi


Universitas Indonesia, 2004
Razak, Yusron, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta: Mitra Sejahtera, 2008
Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1982
Syamsu, Syahriman, Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan, Yogyakarta:
Atma Jaya, 1991
http://www.docstoc.com

http://scooteris.multiply.com

Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Sosial, buku 1,


Dep.Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah,
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Jakarta, 2004

Buku Paket Perawatan Kesehatan Masyarakat Bagi Pekarya Kesehatan


Puskesmas, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Dep.Kes RI, Jakarta, 1986

20

Anda mungkin juga menyukai