PENDAHULUAN
1
Pada abad ke-19 seorang ahli filsafat berbangsa Francis August
Comte menulis beberapa buku yang berisikan pendekatan-pendekatan
umum untuk mempelajari masyarakat. Dia mempunyai anggapan saatnya
telah tiba bahwa semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan
dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terakhir yaitu tahap ilmiah.
Oleh sebab itu ia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat
ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri.
Nama yang dia berikan pada saat itu adalah “Sosiologi“, yang berasal dari
bahasa latin Socius yang berarti kawan dan logos yang berarti kata atau
berbicara. Jadi Sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Sosiologi
menurut Comte harus dibentuk berdasarkan pengamatan terhadap
masyarakat dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan
masyarakat.
Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842 ketika Comte
menerbitkan jilid terakhir dari bukunya yang berjudul “Positive
Philosophy”. Dan di dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
konsep-konsep kelompok sosial dan klasifikasinya menurut para ahli
sosiologi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep sosial?
2. Klasifikasi kelompok sosial menurut para ahli?
3. Tipe-tipe kelompok sosial ?
4. Kelompok sosial yang teratur dan tidak teratur?
5. Pendekatan sosiologi keperawatan?
6. Kelompok formal group and informal group?
1.3 Tujuan
2. Mahasiswa dapat mempelajari konsep sosial.
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi kelompok sosial menurut para
ahli.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tipe-tipe kelompok sosial.
5. Mahasiswa dapat mengetahui kelompok sosial yang teratur dan tidak
teratur.
6. Mahasiswa dapat mempelajari pendekatan sosiologi keperawatan.
7. Mahasiswa dapat mengetahui kelompok formal group and informal
group.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a) Durkheim
Salah seorang ahli sosiologi awal yang secara rinci
membahas perbedaan dalam pengklasifikasian ini adalah Emile
Durkheim. Ia membedakan antara kelompok yang didasarkan pada
solidaritas mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas
organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai
masyarakat yang masih sederhana. Dalam masyarakat ini kelompok
manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang
lainnya. Masing-masing kelompok dapat memenuhi keperluan
mereka masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama
dengan kelompok lain. Dalam kelompok ini yang diutamakan adalah
persamaan perilaku dan sikap. Solidaritas organik merupakan bentuk
solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyarakat yang
telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh
kesaling tergantungan antarbagian. Pada masyarakat ini, ikatan yang
mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif atau hati
nurani melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai
kelompok profesi.
b) Tonnies
Tokoh sosiologi klasik lainnya adalah Ferdinand Tonnies.
Ia mengadakan pembedaan antara dua jenis kelompok, yang
dinamakannya Gemeinschanft dan Gesellschaft. Di sini
Gemeinschanft digambarkan sebagai kehidupan bersama yang
intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak
lahir. Tonnies membedakan Gemeinschanft pada 3 (tiga) jenis,
yakni:
~ Gemeinschanft by blood : mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan.
~ Gemeinschanft of place : mengacu pada kehidupan bersama di daerah
pedesaan.
~ Gemeinschanft of mind : mengacu pada hubungan persahabatan. Dan
Gesellschaft dilukiskan sebagai kehidupan publik; sebagai orang yang
4
kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Dan
Gesellschaft bersifat sementara dan semu.
Menurut Tonnies dalam Gemeinschanft adalah individu tetap
bersatu meskipun terdapat berbagai faktor yang memisahkan mereka,
sedangkan dalam Gesellschaft adalah individu yang pada dasarnya
terpisah kendatipun terdapat banyak faktor pemersatu.
c) Cooley
Tokoh sosiologi selanjutnya adalah Charles Horton Cooley. Ia
memperkenalkan konsep Primary Group yang didefinisikan sebagai
kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama tatap muka
yang intim. Dan dalam kelompok primer ini yang terpenting adalah
keluarga, teman bermain pada anak kecil, dan rukun warga serta
komunikasi pada orang dewasa.
d) Sumner
Suatu klasifikasi lain, yaitu pembedaan antara in-group dan out-
group, diperkenalkan oleh W. G. Sumner. Ia mengemukakan bahwa in-
group adalah kelompok sosial yang masing-masing anggotanya
mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kelompok sampai mereka
merasa “satu diri”. Dan out-group adalah merupakan kebalikan dari in-
group, dan semua usaha orang-orang yang tidak termasuk dalam in-
group tadi. Perasaan Out-group dan in-group menunjukkan kelompok
sosial sebagai dasar terbentuknya perasaan yang disertai dengan adanya
stereotipe tertentu.
e) Merton
K. Merton membedakan kelompok atas membership group dan
reference group. Membership group adalah merupakan suatu kelompok
di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok, akan
tetapi batasannya secara fisik tidak bisa dilakukan secara mutlak karena
adanya perubahan keadaan yang mempengaruhi derajat interaksi
didalam kelompok tersebut. Sedang Reference group adalah kelompok
5
sosial yang menjadi acuan seseorang untuk bersikap menilai maupun
bertindak.
f) Parsons
Tokoh sosiologi modern Talcott Parsons memperkenalkan
perangkat Variabel Pola yang oleh ahli sosiologi sering dianggap
sebagai salah satu sumbangan teoretis yang terpenting. Menurutnya
variabel pola merupakan seperangkat dilema universal yang dihadapi
dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial.
Dan di antara perangkat dilema tersebut adalah :
Affectivity-affective Neutrality : dikotomi yang mengacu pada dilema
antara ada-tidaknya perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam
suatu interaksi.
Specificity Diffuseness : dikotomi yang mengacu pada dilema antara
kekhususan dan kekaburan.
Universalism-Particularism : dikotomi yang mengacu pada dilema
antara dipakai-tidaknya ukuran universal.
Quality-Performance : dikotomi yang mengacu pada situasi yang di
dalamnya orang harus memutuskan apakah yang penting faktor yang
dibawa sejak lahir ataukah suatu perangkat prestasi tertentu.
Self-Orientation-Collectivity-Orientation : dikotomi yang mengacu pada
titik berat orientasi pelaku dalam suatu hubungan.[4]
g) Geert
Suatu klasifikasi yang digali oleh Geertz dari masyarakat Jawa
ialah pembedaan antara subtradisi abangan, santri dan priayi.
~ Subtradisi abangan ialah subtradisi yang diwarnai berbagai upacara
selamatan, praktik pengobatan tradisional serta kepercayaan pada
makhluq halus dan kekuatan gaib itu terikat pada kehidupan di
pedesaan.
~ Subtradisi santri ialah subtradisi yang ditandai oleh ketaatan pada
ajaran agama islam serta keterlibatan dalam berbagai organisasi sosial
dan politik yang bernafaskan Islam.
6
~ Subtradisi priayi ialah subtradisi yang ditandai pengaruh mistik
Hindu-Budha prakolonial maupun pengaruh kebudayaan Barat dan
dijumpai pada kelompok elite ‘kerah putih” yang merupakan bagian dari
birokrasi pemerintah.
Menurut Geertz pembagian masyarakat yang diteliti ke dalam tiga
tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan hidup di antara
mereka.
Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar drajat interaksi sosial
dalam kelompok tersebut. Beberapa Sosilog memperhatikan pembagian
atas dasar kelompok-kelompok dimana anggota-anggotanya saling
mengenal (face to face groupings), seperti keluarga, rukun tetangga dan
desa,dengan kelompok-kelompok sosial seperti kota-kota, korporasi
dan negara, dimana anggota anggota-anggotanya tidak memiliki
hubungan yang erat. Ukuran diatas, kemudian oleh Sosilog lainnya
F.Stuart Chapin, dikembangkan lebih lanjut dengan memperhatikan
tinggi rendahnya derajat kelekatan hubungan antara anggota-anggota
sosial tersebut.
7
dengan kelas atau komunity yang kepentingan-kepentingannya secara
relative bersifat tetap (permanent). Selanjutnya dapat dijumpai pula
klasifikasi atas dasar ukuran derajat organisasi. Kelompok-kelompok
sosial terdiri dari kelompok-kelompok yang teroganisasi dengan baik
sekali seperti negara, sampai pada kelompok-kelompok yang hampir
tak terorganisasi misalnya kerumunan. Dasar yang akan diambil
sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe
kelompok sosial adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau
kepentingan-kepentingan kelompok, atau organiasinya atau kombinasi
dari ukuran-ukuran diatas. Sistematika dibawah ini menggambarkan
klasifikasi tip-tipe terpenting kelompok sosial ialah terutama didasarkan
pada kepentingan dan derajat organisasi kelompok tadi, sebagai salah
satu alternatif. Sistematika dibawah ini didasarkan pada struktur sosial
dan merupkan hasil analisis stuktural .
1. Kriteria Utama :
1) Kepenting
2. Kriteria Utama :
8
b. Tipe-tipe khusus : keluarga, kelompok permainan, klik
(clique), club.
3. Kriteria utama :
1. Kategori statistik
2. Kategori sosial
3. Kelompok sosial
4. Kelompok tak teratur
5. Organisasi formal
9
lain secara terbatas. Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas
dasar kekerabatan, usia, seks dan kadang-kadang atas dasar perbedaan
pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok
sosial tadi, memberikan kedudukan atau prestise tertentu yang sesuai
dengan adat istiadat dan lembaga kemasyarakatan di dalammasyarakat.
Namun yang penting adalah bahwa keanggotaan pada kelompok sosial
(termasuk, pada masyarkat-masyarak) yang masih sederhana ) tidak
selalu bersifat sukarela.
10
dimana hubungan sosial diantaranya tidak begitu baik atau
langgeng.
Paguyuban dan petembayan: Paguyuban: merupakan
kelompok yang iktannya berupa ikatan batin memiliki sifat
yang ilmiah dan kekal contohnya seperti hubungan antar suku
atau ras. Sedangkan patembayan: suatu hubungan kelompok
yang bersifat kontraktual atau berdasarkan perjanjian. Contoh:
Perjanjian suatu perusahaan.
Formal dan informal:perbedaan di keduanya adalah pada letak
penyusunan koordinasi kelompok, seperti ketua, wakil,
sekretaris, dll. Formal memiliki koordinasi tersebut sedangkan
informal tidak.
Membership group dan reference group: Membership: suatu
individu secara fisik menjadi kelompok tersebut, sedangkan
reference group: individu tidak tercatat secara fisik dalam
suatu anggota atau kelompok untuk membentuk kepribadian
setiap anggota yang terdaftar secara fisik. Contohnya fans
klub.
11
perlengkapan untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang baru
didalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya, atau bahkan
sebaliknya dapat mempersempit luang lingkupnya.
12
2.5.1 Konsep Sosiologi Dalam Keperawatan Komunitas
13
sosiologi sehingga dalam memerikan asuhan dapat terlaksana
secara optimal. Tujuan dengan dipelajarinya konsep sosiologi
(Awan Mutakim dalam Pendidikan Ilmu Sosial, Depdikbud,
1997/1998), adalah :
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah
dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan-keputusan untuk menyelesaikan isu dan
masalah yang brkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, kemudian mampu
mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
Karena sakit adalah merupakan salah satu fenomena sosial dan
sakit juga merupakan permasalahan dalam kesehatan maka tujuan
dari dipelajarinya konsep sosiologi di dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial tersebut secara langsung dan tidak langsung berlaku juga
penerapannya di dalam kesehatan khususnya untuk pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat (keperawatan komunitas).
Hubungan lain dari konsep sosiologi di dalam kepeerawatan
keperawatan komunitas, sosiologi bermanfaat untuk dapat
memberikan data sosial pada tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi proses keperawatan. Begitu juga
dalam bidang penelitian, sosiologi bermanfaat bagi perencanaan
sistem komunikasi massa, penerapannya, maupun penilaian proses
tersebut.
Kegunaan lain dari sosiologi adalah membantu memecahkan
berbagai permasalahan sosial dengan menggunakan metode
preventif dan represiv. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
pendekatan keperawatan komunitas saat ini yaitu pada pendekatan
promotif dan preventif tampa mengabaikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif.
Untuk dapat mempelajari keadaan masyarakat sudah barang tentu
harus mempelajari ilmu tentang kehidupan manusia, seperti
14
sosiologi, antropologi dan ekologi. Oleh sebab itu perawatan
kesehatan masyarakat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu
tersebut, disamping ilmu perawatan dan kesehatannya sendiri.
15
Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan
perilaku sosial dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial
diciptakan oleh organisasi dan oleh kebudayaan luar, namun terdapat
kebutuhan untuk mengoperasikan norma-norma tersebut dalam situasi
kerja.
Pentingnya kelompok-kelompok informal sebagai sumber
pengaruh atas perilaku dan pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan
dalam studi Hawthorne tahun 1930-an. Salah satu diantara studi tersebut
(Bank Wiring Room), sekelompok laki-laki yang memasang kabel dan
menyorder panel telepon diteliti dalam kurun waktu beberapa bulan.
16
bervariasi, masing-masing berkehendak memuaskan kepentingan-
kepentingannya, atau mereka mencerminkan organisasi usaha-usaha dari
individu-individu yang mencapai tujuan umum, dan seterusnya. Dengan
demikian orang-orang pribadi dan kelompok-kelompok dalam suatu
masyarakat setempat (“community”) saling bersaing, menjadi unsur- unsur
pola hubungan, dan menggunakan sumber daya untuk melakukan
kekuasaan. Hal itu menghasilkan sistem ekonomi dan suatu struktur kelas
yang mengembangkan pola-pola organisasi pelaku, walaupun hal itu
berkembang tidak sengaja. Suatu instasi pemerintahan, misalnya,
membentuk struktur sosial yang disengaja dan direncanakan untuk
mencapai tujuan berdasarkan pola struktural dan prosedural, yaitu aspek
statika dan dinamika. Akan tetpi di lain pihak, timbul organisasi yang
timbul tidak sengaja.
17
mengembangkan struktur kepegawaian berdasarkan kualifikasi
teknis.
b. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri dari hirarki struktur
wewenang. Hirarki berwujud sebagai piramida di mana setiap
jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai
keputusan dan pelaksanaan. Tanggungjawab atasan
membawahi bawahannya yang melingkupi bagian-bagian
tersebut.
c. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan
pelaksanaan. Secara prinsipil, maka pelaksanaan organisasi
administrasi melibatkan aplikasi peraturan-perturan umum
terhadap kasus- kasus khusus. Peraturan-peraturan tersebut
menjamin keseragaman pelaksanaan dan dengan kerjasama
sebagai struktur wewenang, maka koordinasi kegiatan dapat
dilakukan. Organisasi juga menyelenggarakan kesinambungan
operasi yang dikaitkan dengan perubahan personalia. Dengan
demikian terjadi stabilitas, kelemahan atau kekurangan tipe-
tipe kelompok atau kolektiva dapat diatasi seperti gerak sosial.
d. Unsur staf yang merupakan penjabat bertugas memelihara
organisasi dan khususnya keteraturan komunikasi. Lapisan
petugas administratif terdiri dari pegawai-pegawai yang
bertanggung jawab mengawasi rekaman tertulis dan
pelaksanaan. Kerja staf produksi mempunyai saham atau
peranan dalam mengembangkan tujuan organisasi.
e. Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan
pihak lain bersifat orientasi impersonal. Dengan demikian
pejabat akan mampu menetralisasi unsur subjektif dan
kepentingan pribadi. Jarak jauh antara pejabat dengan bawahan
harus mengebangkan formalitas.
f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karir.
Kepegawaian di tekankan pada kualifikasi tenis ketimbang
faktor-faktor politik, kekerabatan, atau hubungan-hubungan
pribadi atau koneksi.
Dengan demikian formal group adalah kelopok-kelompok
yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan
sengaja di ciptakan oleh anggota-anggotanya umtuk mengatur
hubungan antara anggota-anggotanya.
18
menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan
pengalaman yang sama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar
kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Dan dibagi menjadi 3
kriteria, yaitu: ada-tidaknya organisasi, hubungan sosial di antara
anggota kelompok, dan kesadaran jenis. Dan kemudian dibedakan
lagi kepada 4 jenis kelompok, yaitu: kelompok statistik, kelompok
kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.
Para ahli sosiologi mengklasifikasikan kelompok-kelompok sosial
sesuai dengan pengamatan mereka, di antaranya adalah:
o Durkheim: Solidaritas mekanik dan Solidaritas organik.
o Tonnies : Gemeinschaft dan Gesellschaft.
o Cooley : Primary Group.
o Sumner : In-Group dan Out-Group.
o Merton : Membership Group dan Reference Group.
o Parsons : Variabel Pola.
o Geertz : Priayi, Santri, dan Abangan.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://scooteris.multiply.com
20