Anda di halaman 1dari 12

Huma Service Organization

Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

ANALISIS ORGANISASI MASYARAKAT INDONESIA

(Studi Kasus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Orwil Jawa Barat)

Intan Insani Haq, 1 170110130005

Ilmu Adminitrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Padjajaran

Sumedang, Indonesia

Abstrak

Pada saat ini organisasi masyarakat dibutuhkan oleh publik untuk memenuhi
pelayanan publik yang tidak bisa dijangkau oleh pemerintah. Di Indonesia sekarang ini
banyak bermuncul organisasi-organisasi masyarakat. Organisasi masyarakat ini diatur
dalam undang-undang nomor 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan. Hal ini
bertujuan agar organisasi masyarakat yang dibentuk bisa sejalan dengan pemerintah dan
berjalan sebagaimana fungsinya. Salah satu organisasi masyarakat yang ada di Indonesia
yang menajdi fokus kajian dalam penelitian adalah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
Orwil Jawa Barat. Organisasi ini bergerak di Bidang sosial kemasyarakatan yang menjadi
fokus kajian ini yaitu mengenai Human Service Organization. Organisasi ICMI ini
mengalami perkembangan. Karena lingkungan yang sangat pesat organisasi masyarakat
seperti ICMI ini harus mengembangkan manajemennya. Yang disarankan dalam tulisan ini
yaitu menggunakan integral manajemen yang menurut teori cocok untuk organisasi yang
bergerak di bidang sosial. Namun ICMI belum menerapkan konsep integral manajemen ini.

Kata kunci : ICMI Orwil Jawa Barat, Human Service Organization, Integral Management

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menyebabkan sejumlah besar perubahan di berbagai aspek kehidupan


salah satunya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Pertumbuhan dan
perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin meningkat tentu harus
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Ditambah dengan masalah-masalah publik yang
dinamis yang harus direspon setiap harinya. Hal-hal seperti ini tentu ada pihak yang
bertanggungjawab untuk mengatasinya yaitu pemerintah. Pemerintah diberi amanat oleh
masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan publik, mengurus kepentingan publik dan
mengatasi masalah-masalah publik yang muncul. Pemerintah bukan hanya mengurusi
penyelenggaraan pemerintah yang bersifat administratif tapi juga harus mampu memenuhi
tanggung jawabnya yang tadi yaitu pada intinya menyelenggarakan pelayanan publik.

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik semakin hari semakin meningkat,


seperti yang dijelaskan sebelumnya hal ini dipicu berbagai perubahan, pertumbuhan dan
perkembangan global. Tetapi yang disayangkan adalah pemerintah sangat kesulitan untuk
bisa mengatasi ini semua. Pelayanan publik yang begitu kompleks tidak mampu dilaksanakan
secara maksimal oleh pemerintah karena organisasi pemerintah memiliki keterbatasan bahkan
trend saat ini menunjukkan bahwa pemerintah berada dalam kondisi hampir mengalami
kegagalan (government failure). Akhirnya masyarakat mengalami kondisi dilematis, jika
diserahkan pada swasta seenuhnya maka akan terjadi kegagalan pasar (market failure),
namun jika pemerintah sepenuhnya pun terjadi kegagalan pemerintah. Maka dari itu
muncullah aktor penengah yaitu civil society.

Sejalan dengan konsep good governance yang mengenal tiga aktor yaitu government,
privat dan civil society. Baru-baru ini organisasi masyarakat yang berawal dari gerakan-
gerakan keprihatinan terhadap kondisi masyarakat muncul dengan pesat. Masyarakat mulai
peduli terhadap lingkungannya dan berusaha untuk membantu pemerintah yang mengalami
kegagalan. Organisasi ini juga berfungsi untuk menyediakan pelayanan publik yang mana
yang tidak bisa dijangkau oleh pemerintah. Organisasi ini biasa disebut civil society
organization atau dalam bahasa Indonesia adalah organisasi masyarakat. Namun, pada tulisan
ini fokus pada Human Service Organization yaitu organisasi masyarakat yang berfokus pada
pelayanan kemanusiaan.

Di indonesia mengenai organisasi masyarakat diatur dalam undang-undang nomor 17


tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan. Agar organisasi ini menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya dan agar pemerintah bisa mengontrol organisasi masyarakat ini
sehingga kedepannya bisa berkolaborasi untuk sama-sama menyediakan pelayanan publik.

Salah satu ormas di Indonesia yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yang sesuai
dengan kajian kita tentang Human Service Organization adalah organisasi Ikatan
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

Cendekiawan Muslim Indonesia Orwil Jawa Barat. ICMI ini merupakan organisasi sosial
kemasyarakatan yang berawal dari keprihatinannya terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
mengenai pendidikan. Yang menarik disini adalah ICMI ini mampu mempengaruhi
kebijakan-kebijakan pemerintah apabila terdapat kesalahan dalam kebijakan tersebut. Dari
awal pembentukkannya sampai sekarang ICMI mengalami perkembangan yang sangat pesat
dan merupakan ormas nasional yang diakui dengan besaran organisasi yang sangat besar. Hal
ini menjadi menarik untuk diteliti, bagaimana ICMI ini berjalan dan bagaimana ia bisa
berkembang dan eksis pada lingkungannya yang sekarang. Kemudian apa saja kegiatannya
sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, bagaimana kontribusinya
terhadap masyarakat, dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini akan mengupas tentang
organisasi ICMI ini, agar kita lebih paham mengenai organisasi masyarakat.

Selain itu, pada gilirannya organisasi-organisasi masyarakat juga menghadapi


lingkungan yang sangat kompleks. Pertumbuhan dan perkembangan yang datang dari
lingkungan eksternal dan internal organisasi tidak dapat dihindari, sehingga organisasi
masyarakat pun akhirnya harus mampu merespon lingkungan yang kompleks pula. Oleh
karena itu, organisasi masyarakat pun harus memiliki manajemen yang baik agar kinerjanya
pun bisa efektif dan efisien untuk memenuhi tugas dan fungsinya sebagai organisasi
masyarakat. Maka dari itu, dalam tulisan ini juga akan dibahas mengenai manajemen yang
baik untuk organisasi yang bergerak di bidang sosial yang menghadapi lingkungan yang
kompleks. Hal ini juga akan dikaitkan dengan organisasi ICMI, karena ICMI juga termasuk
kedalam organisasi masyarakat yang bergerak di bidang sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi


Kemasyarakatan

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk


oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Ormas bersifat
sukarela, sosial, mandiri, nirlaba, dan demokratis. Lingkupnya bisa nasional, provinsi dan
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

kabupaten/kota. Asas Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ormas memiliki struktur organisasi dan kepengurusan. Kepengurusan Ormas di setiap


tingkatan dipilih secara musyawarah dan mufakat. Struktur kepengurusan, sistem pergantian,
hak dan kewajiban pengurus, wewenang, pembagian tugas, dan hal lainnya yang berkaitan
dengan kepengurusan diatur dalam AD dan/atau ART.

Keuangan Ormas dapat bersumber dari iuran anggota, bantuan/sumbangan


masyarakat, hasil usaha Ormas, bantuan/sumbangan dari orang asing atau lembaga asing,
kegiatan lain yang sah menurut hukum, anggaran pendapatan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan belanja daerah. Ormas yang berbadan hukum boleh memiliki Badan
Usaha.

1. Tujuan dan Fungsi Ormas


Ormas bertujuan untuk:
a. meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;
b. memberikan pelayanan kepada masyarakat;
c. menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
d. melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang hidup
dalam masyarakat;
e. melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
f. mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat;
g. menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan
h. mewujudkan tujuan negara.
Ormas berfungsi sebagai sarana:
a. penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi;
b. pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi;
c. penyalur aspirasi masyarakat;
d. pemberdayaan masyarakat;
e. pemenuhan pelayanan sosial;
f. partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa; dan/atau
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

g. pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

2. Macam-macam ormas dan proses pendaftarannya


1) Berbadan hukum (perkumpulan dan yayasan) Pengesahan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia
setelah mendapat pertimbangan dari instansi terkait.
2) Tidak berbadan hukum, Untuk ormas yang tidak berbadan hukum pendaftaran yaitu
dengan pemebrian surat keterangan terdaftar. Surat keterangan ini diberikan sesuai
lingkup ormasnya.

2.2 Integral Management in Human Service Organization

Human Service Organization bertujuan untuk mengatasi pertumbuhan dan


perkembangan pribadi dan sosial dalam masyarakat yang mereka layani. Pada saat yang
sama, organisasi-organisasi ini harus merespon meningkatnya kompleksitas klien dan
keragaman dalam lingkungan global yang berubah dengan cepat. Selan itu, organisasi ini juga
harus memiliki kemampuan untuk merespon meningkatnya populasi, kebutuhan masyarakat,
serta keragaman spiritual dalam masyarakat. Ada juga peningkatan penekanan pada
kerjasama antarorganisasi sebagai cara untuk lebih memenuhi kebutuhan penduduk yang
kurang beruntung. Teori Integral menawarkan peta untuk memandu manajer pada Human
Services Organization dalam menangani interaksi organisasi yang kompleks ini yang pada
saat yang sama harus menyelaraskan dengan misi mengatasi pertumbuhan dan perkembangan
pribadi dan sosial.

Manajemen Human Service Organization

Tujuan dari organisasi pelayanan manusia adalah untuk meningkatkan kehidupan dan
fungsi individu dalam keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, organisasi pelayanan
manusia khususnya harus memodelkan fungsi efektif dalam lingkungan umum, lingkungan
tugas, dan lingkungan internal. Kegiatan organisasi maka akan memberikan proses paralel
dengan pekerjaan "klinis" dengan klien. Namun, mirip dengan organisasi lain, lembaga
pelayanan manusia secara historis telah diselenggarakan secara birokratis.

Kejadian lingkungan baru-baru ini yang mempertinggi kebutuhan untuk membuat


perubahan dalam desain sistem. Ada pengakuan bahwa perubahan demografis global akan
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

menyebabkan sejumlah besar perubahan yang lebih kompleks, kebutuhan sosial yang lebih
rumit karena mereka hidup lebih lama dengan penyakit kronis. Ini bertepatan dengan
keprihatinan yang meningkat bahwa populasi yang paling rentan dengan beberapa masalah
yang kompleks (termasuk orang tua, tunawisma, disabalitas, dan anak-anak yang terganggu
emosionalnya) tidak dilayani oleh sistem pelayanan manusia terpisah saat ini.

Akibatnya, literatur pekerjaan sosial tentang pelayanan manusia sudah mulai


berbicara dengan kebutuhan organisasi dan staf mereka untuk berkolaborasi dengan
organisasi lain, disiplin, dan masyarakat untuk mengurangi layanan duplikasi dan
memberikan pelayanan yang paling efisien dan efektif untuk orang yang
membutuhkan. Secara bersamaan, dalam upaya untuk mengobati orang secara holistik,
profesi pekerjaan sosial menjadi semakin peduli dengan menangani aspek spiritual dari orang
bersama dengan aspek bio-psiko-sosial.

Secara singkat, teori manajemen integral ini berbicara bahwa organisasi pelayanan
manusia atau human service organzation harus berkolaborasi dengan organisasi lainnya
ataupun dengan masyarakat. Karena perubahan lingkungan yang semakin cepat dan
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks mendorong organisasi harus memiliki
manajemen yang efektif dan efisien. Konsep integral manajemen sebernarnya cocok untuk
organisasi yang bergerak di bidang sosial. Teori Integral relevan dengan pekerjaan sosial
karena dalam teori ini termasuk lingkungan, masyarakat, budaya, dan mewujudkan perspektif
yang benar-benar global. Bahkan, sebagai sebuah metateori, model Integral relevan untuk
semua profesi. Karena studi organisasi sudah merupakan usaha transdisciplinary.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mengumpulkan


data, disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis sehingga memberikan kesimpulan yang jelas
dan objektif terhadap masalah yang ada yaitu mengenai analisis organisasi masyarakat yang
ada di Indonesia dimana disini studi kasusnya adalah organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia Orwil Jawa Barat.

3.2 Jenis Data dan Sumber Data


Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

Penelitian menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari objek penelitian
yaitu melalui wawancara langsung kepada pihak atau pegawai ICMI Orwil Jawa Barat.
Selain itu, penelitian juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website ICMI
Orwil Jawa Barat. Digunakan pula data pendukung yang diperoleh dari sumber lainnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data


1. Obeservasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara
langsung di lokasi untuk memperoleh data yang akurat
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
kepada pihak ICMI Orwil Jawa Barat
3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
serta arsip-arsip yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
4. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mempelajari
berbagai literatur, buku, referensi, dan sebagainya yang digunakan dalam penelitian
ini.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penjelasan Mengenai ICMI

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau yang biasa disebut dengan nama ICMI
merupakan sebuah organisasi masyarakat merupakan ormas nasional yang berbadan hukum
diakui oleh negara Indonesia. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Sejarah

Banyak pendapat mengenai “terkucilnya Islam yang nyaris menyeluruh dari


pemerintahan” dan “tidak ada dikotomi apapun yang benar-benar bersifat agama dan yang
tidak” seolah-olah dimentahkan dengan lahirnya ICMI, Islam tidak lagi dikucilkan.

Menurut Dawam Rahardjo, ide pendirian suatu organisasi seperti ICMI sudah lama
beredar di kalangan cendekiawan Islam. Berawal dengan suatu pertemuan cendekiawan
Muslim pertama tahun 1984 yang diselenggarakan oleh Majlis Ulama Indonesia, MUI, dua
universitas Islam, dan 4 lembaga swadaya masyarakat, yang dimotori oleh Lembaga Studi
Agama dan Filsafat, LSAF. Pada tahun 1987 dalam suatu pertemuan cendekiawan muslim di
kampus Universitas Djuanda, Bogor, dalam “patronase” Letnan Jenderal, purnawirawan,
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

Alamsyah Ratu Perwiranegara, tercetus lagi gagasan untuk membentuk ikatan cendekiawan
muslim.

Karena inisiatif yang hampir sama muncul juga dari Makassar dan Surabaya maka
diambil suatu jalan tengah “dibawah kepemimpinan sidang Letjen (purn.) Achmad
Tirtosudiro” dan dibentuk sebuah forum dengan nama Forum Komunikasi Pembangunan
Indonesia”, FKPI. Menurut Rahardjo inilah cikal-bakal sesungguhnya ICMI. Dengan begitu
apa yang terjadi di Malang bulan Desember 1990 hanyalah suatu gerak terakhir dari seluruh
proses di mana B. J. Habibie diangkat menjadi Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia.

Pada 6 Desember 1990, masyarakat Indonesia menyaksikan sosok Presiden Suharto


berpakaian tradisional santri, menabuh bedug menandai kongres pertama Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Untuk banyak kalangan Muslim Indonesia,
peristiwa ini menandakan restu presiden kepada ICMI merupakan awal dari rangkaian
pendekatan pemerintah terhadap masyarakat Muslim pada masa itu.

Apakah restu ini hanya merupakan strategi oportunistik untuk mendapatkan dukungan
orang Islam? Atau, seperti diungkapkan banyak anggota ICMI, apakah tindakan presiden
lebih merupakan pengaruh oleh pengakuannya terhadap perubahan-perubahan besar pada
masyarakat Indonesia, khususnya menguatnya kalangan Islam

2. Awal Berdirinya ICMI

Ide awal Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia sangat sederhana. Bermula dari ide
lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Pada awalnya, mereka
merencanakan simposium cendekiawan muslim ini berlangsung pada tanggal 29, 30
September 1990, dan 1 Oktober 1990 dan mengundang B. J. Habibie sebagai pembicara. Lalu
ide ini terus berkembang dan rencananya pun berubah. Jadwal simposium diundur dan
pembicara serta pesertanya diperluas. Maka pembicaraan tentang ICMI pun semakin
merebak. Pada tanggal 6-9 Desember 1990 di Malang, Jawa Timur, diadakan simposium
cendekiawan yang dihadiri 500 peserta dengan tema “Membangun masyarakat Indonesia
abad 21”. Simposium ini menghasilkan sebuah organisasi baru yaitu Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia. Pertemuan ini dibuka oleh Presiden Soeharto dan ditutup oleh Wakil
Presiden Sudharmono. Para peserta pertemuan ini terdiri dari intelektual-intelektual muslim
terkemuka di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pertemuan ini bukanlah hal yang main-
main.
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

3. Arti Cendekiawan

Cendekiawan dalam arti intelektual mengandung syarat-syarat tertentu. Soedjatmoko


contohnya, adalah seseorang yang tidak pernah lulus perguruan tinggi, namun ia diakui
sebagai cendekiawan besar karena ia melahirkan tulisan ilmiah mengenai ide-ide sosial dan
kemanusiaan. Cendekiawan tidak perlu seorang sarjana, bahkan sarjana sendiri belum tentu
merupakan seorang cendekiawan. Kriteria cendekiawan yang umumnya disepakati salah
satunya adalah, cendekiawan memiliki sikap dan visi intelektual yang mengatasi batas-batas
disiplin, yang memiliki komitmen kuat pada kemanusiaan, harkat, nilai-nilai, aspirasi dan hati
nurani yang memiliki sikap kritis dan mandiri. Dalam ART ICMI Bab I Pasal I, Cendekiawan
muslim didefinisikan sebagai orang Islam yang peduli terhadap lingkungannya, terus
menerus meningkatkan kualitas iman dan taqwa, kemampuan berpikir, menggali, memahami
dan menrapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan keagamaan dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan untuk diamalkan bagi terwujudnya masyarakat madani.

4. Tujuan dan Fungsi ICMI

Saat pertama kali didirikan, ICMI diketuai oleh Prof. Dr. B. J. Habibie, selaku
Menteri Negara Riset dan Teknologi. Hal ini sesuai dengan maksud didirikannya ICMI yaitu
meningkatkan kemampuan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pilihan ini tepat karena penguasaan iptek akan menjadi faktor penentu bagi suksesnya
pembangunan Indonesia di abad ke-21.

Seperti tertulis dalam anggaran dasarnya, ICMI bertujuan mewujudkan tata kehidupan
masyarakat madani yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala dengan meningkatkan mutu
keimanan dan ketaqwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, kecendekiawanan dan
peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia. ICMI merupakan ormas yang berasaskan
Islam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam
berorganisasi, ICMI memiliki 3 sifat yakni ke-Islaman dan ke-Indonesiaan; keilmuan,
kepakaran, kecendekiawanan, dan kebudayaan; serta keterbukaan, kebebasan, kemandirian,
dan kekeluargaan.

Dari perspektif politik, kehadiran ICMI ini memiliki pengertian strukturalistik.


Dengan berhimpun dalam satu wadah, sumber daya intelektual dan spiritual akan
memperkaya wahana dan infrastruktur umat Islam. Basis ini dengan sendirinya akan memberi
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

peluang untuk mengasah sumber-sumber kekuasaan agar menjadi kekuatan politik yang
fungsional. Akses politik Islam akan menjadi semakin terlihat.

ICMI diharapkan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam
sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini,
diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan
kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.

Menurut Emil Salim, ICMI merupaka wadah yang terbuka bagi seluruh intelektual
Islam. Potensi cendekiawan muslim yang berasal dari aliran apapun, warna politik manapun,
dari kelompok manapun, selama ia muslim dapat dihimpun dalam kesatuan cendekiawan
muslim. Menurut Nurcholis Madjid, munculnya ICMI adalah akibat dari pertumbuhan
masyarakat Islam di Indonesia.

5. Kegiatan-kegiatan ICMI

Guna mewujudkan tujuannya dan dalam rangka menegakkan kebajikan, mencegah


kemungkaran, ICMI menyelenggarakan kegiatan-kegiatan berikut:

1) Meningkatkan mutu komitmen dan pengamalan keimanan-ketaqwaan,


kecendekiawanan, dan kepakaran para anggota melalui peningkatan pembelajaran dan
koordinasi sistem jaringan informasi dan komunikasi di dalam maupun di luar negeri.
2) Mengembangkan pemikiran, menyelenggarakan penelitian dan pengkajian yang
inovatif, strategis, dan antisipatif dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik serta
berupaya merumuskan dan memecahkan berbagai masalah strategis lokal, regional,
nasional dan global.
3) Berperan aktif mengembangkan sistem pendidikan dan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa,
khususnya umat Islam Indonesia.
4) Menyelenggarakan berbagai kegiatan pemberdayaan dan advokasi kebijakan di
bidang sosial, ekonomi, hukum, danbudaya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
dan martabat rakyat kecil dan kaum yang lemah guna mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
5) Mempublikasikan dan mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran, penelitian, kajian,
dan inovasi bekerjasama dengan berbagai kalangan, baik perorangan, lembaga,
perhimpunan, pemerintah maupun swasta.
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

6. Struktur Organisasi ICMI

Struktur Organisasi ICMI terdiri atas Organisasi Satuan (Orsat) dengan lingkup
kecamatan, Organisasi Daerah (Orda) untuk lingkup Kabupaten/Kota, Organisasi Wilayah
(Orwil) untuk tingkat Propinsi, dan Organisasi Pusat yang berskala nasional. Apabila disuatu
daerah tertentu terdapat kasus khusus, maka untuk mempermudah pengaturan administrasi
dan koordinasi dapat dibentuk Organisasi Wilayah.

Jika diperlukan Badan Otonom, Batom ini dapat dibuat dan dipertanggungjawabkan
kepada ketua koordinasi Batom sesuai dengan jenjang organisasinya. Batom adalah Badan
Otonom milik ICMI yang melakukan kegiatan Usaha yang secara otonom untuk memajukan
ICMI dan anggotanya yang didasari kepada transparansi dan akuntabilitas serta
mempertanggungjawabkannya kepada pengurus ICMI sesuai dengan jenjang organisasi.

ICMI adalah organisasi cendekiawan muslim yang mnghimpun berbagai unsur


cendekiawan dari berbagai kalangan masyarakat. Untuk memelihara dan melestarikan
persatuan dan kesatuan banga, ICMI melakukan kerjasama dengan pemerintah, organisasi
cendekiawan lain, ormas-ormas, dan berbagai unsur kalangan masyarakat.

4.2 Perkembangan ICMI

ICMI sebagai organisasi masyarakat juga mengalami kondisi pasang surut kadang
mengalami peningkatan kadang ada masanya mengalami kemunduran. Hal ini sejalan dengan
dinamika lingkungan yang terjadi. Perjalannan ICMI juga tidak terlepas dari perjalanan
Indonesia dari masa ke masa. Integral manajemen yang disampaikan pada tinjaun pustaka
bahwa organisasi harus berkolaborasi dengan organisasi lainnya untuk merespon berbagai
perkembangan lingkungan nyata belum dilakukan oleh organisasi ICMI. Kedepannya untuk
menghasilkan kinerja yang maksimal ICMI harus berkolaborasi dengan organisasi lainnya
yang memiliki bidang atau tujuan yang sama.

BAB V KESIMPULAN
Huma Service Organization
Jurnal Administrasi Publik bulan Oktober 2016

Keterbatasan

Ketersediaan data yang terbatas mengakibatkan penulis mengalami kesulitan dalam


menganalisis data. Oleh karena itu riset mendatang sebaiknya lebih meninjau lagi pada
kelengkapan data sehingga analisis data akan lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.icmi.or.id/organisasi/sejarah (diakses pada tanggal 24 Oktober 2016)

Jurnal Integral Management and the Effective Human Service Organization. Heather Larkin.
AQAL, Fall 2005, Vol. 1, No. 3 ©2004 INTEGRAL INSTITUTE

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

Anda mungkin juga menyukai