Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada sistem politik di Indonesia, peran masyarakat sangat penting dalam


mengembangkan lembaga-lembaga politik formal baik didaerah maupun di pusat.
Pada hakikatnya sistem politik merupakan seperangkat interaksi dan abstraksikan
dari totalitas perilaku sosial melalui nilai-nilai di sebarkan untuk masyarakat. Dan
sistem politik di indonesia memiliki sejarah yang panjang yang mana dalam
proses perjalanan waktu partai politik yang memiliki peranan penting dalam
sistem politik indonesia mengalami pergeseran fungsi dan tujunaannya.

B. PERUMUSAN MASALAH

Apa pengertian sistem politik


Sejarah dan peran partai politk dalam sistem politik indonesia
Sebab, akibat dan saran atas pergeseran partai politk di indonesai
Peran dan tugas/fungsi perlemen/DPR/Legislatif

C. TUJUAN

Diharapkan dengan makalah ini dapat memberitahu apa itu sistem politik
dan sejarah sistem politik indonesia, serta bagaimana cara kerja partai poltik
sehingga dapat memiliki peranan penting dalam kehidupan politik di indonesia.
Dan sebab akibat terjadinya pergeseran fungsi dari partai politik dan seolusi
terbaik untuk saat ini agar partai politik berfungsi sebagaimana mestinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM POLITIK

Prof. Pamudji mengartikan sistem sebagai suatu kebulatan atau


keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan halhal atau bagian-bagian yang membentuk atau kebulatan atau keseluruhan yang
kompleks atau utuh.
1. Pengertian Sistem Politik

Sistem politik dapat diartikan sebagai seperangkat interaksi yang


diabstrasikan dari totalitas perilaku sosial melalui nilai-nilai yang disebarkan
untuk masyarakat.

Suatu sistem politik terdiri dari interaksi peranan para warga negara.
Berikut ini adalah batasan sistem politik menurut para ahli politik.

a. Rusandi Simuntapura : Sistem politik ialah mekanisme seperangkat fungsi


atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang
menunjukkan suatu proses yang langgeng.
b. David Easton : Sistem politik dapat diperkenalkan sebagai interaksi yang
diabstrasikan dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-nilai
dialokasikan secara otoritatif kepada masyarakat.
c. Robert Dahl : Sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan
antara manusia serta melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang
kekuasaan, aturan-aturan, dan kewenangan.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam


sistem politik tercakup hal-hal tersebut:
Fungsi intergrasi dan adaptasi terhadap masyarakat

Penerapan nilai-nilai dalam masyarakat berdasarkan kewenangan.


Penggunaan kewenangan atau kekuasaan, baik secara sah ataupun tidak
1.
2. Ciri-ciri umum sistem politik

Sistem politik baik modern maupun primitif memiliki ciri-ciri tertentu


Almond dalam The Politics of Developing Areas, mengatakan ada 4 (empat) ciri
dalam sistem politik, yaitu:
a. Semua sistem politik temasuk yang paling sederhana mempunyai
kebudayaan politik dalam pengertian bahwa masyarakat yang paling
sederhana pun mempunyai tipe struktur
b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun
tingkatnya berbeda-beda yang ditimbulkan karena perbedaan struktur
c. Semua struktur politik walaupun dispesifikasikan dengan berbagai unsur
baik itu pada masyarakat primitif maupun pada masyarakat modern
melaksanakan banyak fungsi.
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian
kebudayaan.
3. Macam-Macam Sistem Politik
. Almond dan Powell membagi 3 (tiga) kategori sistem politik yakni:
Sistem-sistem pimitif yang intermittent (bekerja dengan sebentar-sebentar
istirahat). Sistem politik ini sangat kecil kemungkinannya untuk merubah
peranan menjadi terspesialisasi atau lebih otonom. Sistem ini lebih
mencerminkan suatu kebudayaan yang samar-samar dan bersifat
keagamaan (parachiale).
Sistem-sistem tradisional dengan struktur-struktur bersifat pemerintah
politik yang berbeda-beda dan suatu kebudayaan subjek.
Sistem-sistem modern dimana struktur-struktur politik yang berbeda-beda
(partai-partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, dan media massa).
Berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik participant.

.
. Alfian mengklasifikasikan sistem politik menjadi 4 (empat) tipe, yakni:
Sistem politik otoriter/totaliter
Sistem politik anarki
Sistem politik
Sistem politik demokrasi
Sistem politik demokrasi dalam trans Sistem politik

4. Demokrasi sebagai sistem politik

Kata demokrasi dalam sistem politik memiliki makna umum, yaitu adanya
perlindungan Hak Asasi Manusia, menjunjung tinggi hukum, tunduk terhadap
kemauan orang banyak, tanpa mengabaikan hak golongan kecil agar tidak tumbuh
diktator mayoritas. Sebuah sistem politik demokrasi akan bertahan apabila sumber
pada kehendak rakyat dan bertujuan untuk mencapai kebaikan atau
kemaslahatan bersama. Untuk itu, demokrasi selalu berkaitan dengan persoalan
perwakilan kehendak rakyat.

Sistem politik demokrasi menurut Bingham Powel, Jr. ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut
mewakili keinginan rakyatnya, artinya klaim pemerintah untuk patuh pada
aturan hukum didasarkan pada penekanan bahwa apa yang dilakukan
merupakan kehendak rakyat.
b. Pengaturan yang mengorganisasikan perundingan (bargaining) untuk
memperoleh legitimasi dilaksanakan melalui pemilihan umum yang
kompetitif.
c. Sebagian besar orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan baik
sebagai pemilihan maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting
d. Penduduk memilih secara rahasia dan tanpa dipaksa
e. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar, seperti kebebasan

berbicara, berkumpul, berorganisasi dan kebebasan pers. Baik partai


politik yang lama maupun yang baru dapat berusaha untuk memperoleh
dukungan.

5. Infrastruktur dan Suprastruktur politik di Indonesia

a. Infrastruktur politik
Didalam suatu kehidupan politik rakyat (the social political sphere), akan
selalu ada keterkaitan atau keterhubungan dengan kelompok-kelompok lain
kedalam berbagai macam golongan yang biasanya kekuatan sosial politik
masyarakat. Kelompokm masyarakat tersebut yang merupakan kekuatan politik
riil di dalam masyarakat, disebut infrastruktur politik berdasarkan teori politik,
infrastruktur politik mencapai 5 unsur atau komponen sebagai berikut:
Partai politik (Political party)
Kelompok kepentingan (interest group)
Kelompok penekan (pressure group)
Media komunikasi politik (political communication media)
Tokoh politik (political figure)

b. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik resmi di
suatu negara sebagai penggerak politik formal.

Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umumnya elit politik


pemerintah dibagi dalam kekuasaan eksekutif, legislatif, dan dengan sistem
pembagian kekuasaan atau pemisahan kekuasaan.

Untuk terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara, suprastruktur


politik harus memperoleh dukungan dari infrastruktur politik yang mantap pula.
Dengan demikian berarti bahwa sistem politik dan juga mekanisme pemerintah
(government mechanism). Dapat memenuhui fungsinya, manakala:

Sistem politik mampu mempertahankan

pola,

dalam

arti dapat

mempertahankan tata cara, kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan


prosedur-prosedur yang berlaku.
Sistem politik mampu menyelesaikan ketegangan, dalam arti dapat
mendamaikan perselisihan, konflik, dan perbedaan pendapat yang selalu
timbul dalam masyarakat dengan cara dan produser yang sedapat mungkin
memuaskan semua pihak.
Perubahan-perubahan, dalam arti memiliki kemampuan adaptasi yang
besar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan-perkembangannya
yang terjadi baik di dalam negeri maupun dalam rangka hubungan
internasional yang bersifat interdependesi dan interrelasi antarnegara.
Sistem politik harus mampu mewujudkan tujuan nasional, dalam arti
kristalisasi keinginan anggota masyarakat menjadi tekad yang harus
dicapai dan menentukan cara untuk mencapai tujuan itu. .
Sistem politik harus mampu mengintegrasi dan menjamin keutuhan
seluruh sistem sosial, karena ancaman, hambatan terhadap sistem sosial
yang

berupa

rasa

ketidakpuasan,

keresahan,

ketegangan,

perpecahan/disintegrasi merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh


sistem politik itu sendiri.

Suprastruktur politik di negara Indonesia sejak bergulirnya gerakan


reformasi tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 telah membawa perubahan besar
di dalam sistem politik dan ketatanegaraan Republik Indonesia. Era reformasi
disebut juga sebagai Era Kebangkitan Demokrasi

6.

Sejarah Sistem Politik Indonesia

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang
terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat
sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam
proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses
aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang

terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan
dan tekanan.

Dalam melakukan analisis sistem, Pendekatan yang harus dilakukan


dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan
pengambilan keputusan

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari segi analisis sebagai berikut :

Masa prakolonial (Kerajaan)

Penyaluran tuntutan rendah dan terpenuhi


Pemeliharaan nilai disesuikan dengan penguasa atau pemenang
peperangan
Kapabilitas SDA melimpah
Integrasi vertikal atas bawah
Integrasi horizontal nampak hanya sesama penguasa kerajaan
Gaya politik kerajaan
Kepemimpinan raja, pangeran dan keluarga kerajaan
Partisipasi massa sangat rendah
Keterlibatan militer sangat kuat karena berkaitan dengan perang
Aparat negara loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
Stabilitas stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang

Masa kolonial (penjajahan)

Penyaluran tuntutan rendah dan tidak terpenuhi


Pemeliharaan nilai sering terjadi pelanggaran ham
Kapabilitas melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
Integrasi vertikal atas bawah tidak harmonis
Integrasi horizontal harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
Gaya politik penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)

Kepemimpinan dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat


Partisipasi massa sangat rendah bahkan tidak ada
Keterlibatan militer sangat besar
Aparat negara loyal kepada penjajah
Stabilitas stabil tapi dalam kondisi mudah pecah

Masa Demokrasi Liberal

Penyaluran tuntutan tinggi tapi sistem belum memadani


Pemeliharaan nilai penghargaan HAM tinggi
Kapabilitas baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih
potensial
Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah atas
Integrasi

horizontal-

disintegrasi,

muncul

solidarity

makers

dan

administrator
Gaya politik ideologis
Kepemimpinan angkatan sumpah pemuda tahun 1928
Partisipasi massa sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
Keterlibatan militer militer dikuasai oleh sipil
Aparat negara loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
Stabilitas - instabilitas

Masa Demokrasi terpimpin

Penyaluran tuntutan tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
Pemeliharaan nilai Penghormatan HAM rendah
Kapabilitas abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
Integrasi vertikal atas bawah
Integrasi horizontal berperan solidarity makers,
Gaya politik ideolog, nasakom
Kepemimpinan tokoh kharismatik dan paternalistik
Partisipasi massa dibatasi
Keterlibatan militer militer masuk ke pemerintahan

Aparat negara loyal kepada negara


Stabilitas - stabil

Masa Demokrasi Pancasila

Penyaluran tuntutan awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena


fusi
Pemeliharaan nilai terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
Kapabilitas sistem terbuka
Integrasi vertikal atas bawah
Integrasi horizontal nampak
Gaya politik intelek, pragmatik, konsep pembangunan
Kepemimpinan teknokrat dan ABRI
Partisipasi massa awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak
dibatasi
Keterlibatan militer merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
Aparat negara loyal kepada pemerintah (Golkar)
Stabilitas stabil

Masa Reformasi

Penyaluran tuntutan tinggi dan terpenuhi


Pemeliharaan nilai Penghormatan HAM tinggi
Kapabilitas disesuaikan dengan Otonomi daerah
Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah atas
Integrasi horizontal nampak, muncul kebebasan (euforia)
Gaya politik pragmatik
Kepemimpinan sipil, purnawiranan, politisi
Partisipasi massa tinggi
Keterlibatan militer dibatasi
Aparat negara harus loyal kepada negara bukan pemerintah
Stabilitas instabil

B. PARTAI POLITIK
1. Peranan Politik Partai
Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Secara umum dapat dikatakan juga bahwa partai politik adalah suatu kelompok
yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat
penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung
yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.
Berikut ini merupakan peranan partai politik:
Sebagai sarana sosialisasi politik, yaitu proses pembentukan sikap dan
orientasi politik para anggota masyarakat.
Sebagai sarana komunikasi politik, yaitu proses penyampaian informasi
mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat
kepada pemerintah.
Sebagai sarana rekruitmen politik, yaitu seleksi dan pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peran
dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
Sebagai pengelola konflik, yaitu mengendalikan konflik melalui cara
berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan
memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang
berkonflik

dan

membawanya

ke

parlemen

untuk

mendapatkan

penyelesaian melalui keputusan politik.


Sebagai sarana artikulasi dan agegrasi kepentingan, menyalurkan berbagai

10

kepentingan yang ada dalam masyarakat dan mengeluarkannya berupa


keputusan politik.
Sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah, yaitu sebagai mediator
antara kebutuhan dan keinginan masyarakat dan responsivitas pemerintah
dalam mendengar tuntutan rakyat.
2. Bergesernya Peranan Politik Partai
Idealnya, keberadaan partai politik dibedakan atas dua peranan; yaitu
tujuan di satu sisi, danfungsi pada sisi yang lain, meskipun kenyataannya
pembedaan itu semakin dikaburkan. Tujuan partai politik, adalah sarana untuk
mencapai kedudukan atas dukungan pengikut dan pendukungnya. Sementara
fungsi partai politik adalah untuk memperjuangkan aspirasi bagi kesejahteraan
para pengikut dan pendukungnya, yang telah mempercayakan kepadanya melalui
pemberian suara dalam pelaksanaan pemilu.Jika pembedaan antara tujuan dan
fungsi itu coba disepadankan dengan realitas dalam praktek

politik, maka

berdasar kesimpulan empiris ternyata peranan partai politik mengalami


pergeseran.
Para elit dan pelaku politik lebih mengedepankan tujuan partai politik ketimbang
pada fungsinnya, yang justru dijadikan hal yang kesekian. Akibatnya, rakyat
pemilih sebagai pemegang kedaulatan atas pilihan politik diposisikan semata
untuk di eksploitir sebagai alat legitimasiatas posisi kedudukan yang diraih
elitnya.
Dalam prakteknya, partai politik lebih berorientasi tujuan daripada proses.
Pembuktian terhadap kenyataan seperti itu, semakin nyata di Indonesia dimasa
kepemimpinan era orde baru, dengan politik massa mengambang (floating mass).
Pada masa itu, pilihan rakyat didasarkan atas order dari kekuasaan yang
dimobilisasi secara sistemik melalui otoritas kekuasaan single majority, maupun
dengan praktek mobilisasi massa dengan jargon-jargon verbal yang mengawangawang. Misalnya melalui praktek money politic untuk upaya pemenuhan
kebutuhan rakyat secara jangka pendek, serta upaya peningkatan kesejahteraan
rakyat secara jangka panjang dalam bentuk harapan-harapan yang terlalu sulit
untuk menunggu realisasi sebagai pembuktiannya. Pergeseran seperti itu, masih

11

tetap membias dalam praktek politik multi partai era reformasi,sekelompok orang
beramai-ramai mendirikan partai politik, dengan rumusan flaform yang begitu
ideal, tetapi kenyataannya dari sekitar 10 partai politik yang mampu mencapai
tujuan untuk memposisikan elit-nya di sejumlah lembaga legislatif di tanah air,
secara

praksis

ikut-ikutan

terjebak

dalam

menjalankan

fungsi-fungsi

keterwakilannya. Belum lagi menyebut peranan partai politik itu sendiri, platform
kemudian hanya menjadi rumusan ideal di atas kertas, tanpa ada lagi korelasinya
dengan program pencapaiannya. Ramai-ramai berprogram menjelang pelaksanaan
pemilu, semata hanya untuk tujuan mengakses kader-kadernya dalam pencapaian
tujuan partai politik, pasca pemilu aktivitas partai politik ikut menurun padahal
idealnya sejarah partai politik didirikan untuk men-jalankan fungsi-fungsinya,
sementarauntuk pencapaian tujuan adalah sasaran antara.
Partai politik idealnya harus bergerak secara terus menerus untuk
menjalankan aktivitasnyauntuk menjalankan fungsi-fungsinya untuk mengakses
problematika sosial yang dihadapi masyarakatnya, untuk dapat diartikulasikan dan
diperjuangkan para wakil-wakilnya di parlemen.
Partai politik itu hanya menjadi kendaraan politik bagi sekelompok elite
yang berkuasa. Partai politik hanya lah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang
yang kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah
dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu.
Inisiasi para elit politik ini boleh jadi membiaskan fungsi parpol. Di mana
fungsi parpol sebagai media pembelajaran (pendidikan) politik bagi masyarakat,
jembatan penghantar menuju perebutan kekuasaan, dan wahana pematangan
konsep kebernegaraan. Digeser atau bahkan digerus ke fungsi lain menjadi seperti
perusahaan misalnya. Persis seperti seseorang yang menanam saham pada sebuah
perusahaan. Sedangkan harapan para penanam saham tidak lebih dari keuntungan
material sebanyak-banyaknya.
Begitu juga yang akan terjadi bila managemen parpol seperti perusahaan.
Parpol secara tidak sadar telah melatih masyarakat untuk berpikir kotor. Yakni
mencari keuntungan material dengan cara masuk ke kancah pemerintahan.
Padahal, parpol sejatinya bukan lembaga atau tempat mencari keuntungan
material. Melainkan sebuah wadah yang dibangun di atas landasan kebersamaan,

12

kecerdasan, dan kesamaan ide gagasan untuk membangun bangsa yang makmur
dan sejahtera.
Partai politik yang diharapkan bisa bertindak optimal dalam menjalankan
perannya sebagai intermediary atau bisa disebut sebagai jembatan antara
pemerintah dengan rakyatnya nampaknya mulai menampakkan tanda-tanda
pergeseran fungsinya. Di Indonesia sendiri, partai yang seharusnya bisa membawa
suara rakyat kepada pemerintah berkuasa malahan bergeser fungsi menjadi suatu
kendaraan politik yang bertujuan semata-mata untuk bisa memperkaya orangorang didalamnya saja atau dimanfaatkan sebagian oknum agar bisa menduduki
jabatan-jabatan public semata. Padahal masyarakat (modern) lebih melihat politik
sebagai proses aktualisasi diri dan kepentingan mereka yang akan diwujudkan
dalam bentuk kebijakan publik. Hal ini tentu berdampak besar pada system politik
di Negara tersebut, fungsi input yang melekat pada partai politik hanya dianggap
sebagai wacana yang tidak wajib untuk dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab tersebut. Akibatnya rakyat harus menanggung dengan
mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya sangat tidak
sesuai dengan kepentingan dan harapan mereka sebagai rakyat. Hingga pada
akhirnya rakyatnya tidak sejahtera, semakin terpuruk, namun malah politisipolitisi kita yang berada di pemerintah, yang diusung oleh partai politik itu
menjadi semakin sejahtera bermandikan harta akibat membuat keputusan yang
hanya menguntungkan dirinya sendiri
3. Penyebab Bergesernya Peranan Politik Partai
Indonesia dalam system kepartaian menganut sistem multi-partai atau
banyak partai. Dalam pemilu 2009 terdapat sekitar 44 Partai Politik yang
mengikuti pemilihan umum. Dan berdasarkan hasil Pemilihan Umum Legislatif
terdapat 9 (Sembilan) partai politik yang secara nasional memperoleh suara dan
kursi anggota DPR yaitu Partai Demokrat, Partai Golongan Karya, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahterah, Partai Kebangkitan
Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Gerakan
Indonesia Raya dan Partai Hati Nurani Rakyat. Dalam sejarah Pemilihan Umum
di Indonesia terdapat begitu banyaknya partai politik di Indonesia, namun

13

keberadaannya dan eksistensi partai bergantung pada sejauhmana partai dapat


bertahan disaat pasca pemilihan umum
Seperti yang dapat kita amati selama ini, kiranya menagemen parpol sudah
sedikit tergerus pada model menagemen perusahaan. Salah satu gejala yang dapat
dirasakan adalah ketika seseorang melamar menjadi caleg pada salah satu
parpol. Para caleg tidak cukup hanya memiliki intelektualitas, moralitas,
spiritualitas, loyalitas, dan integritas. Tetapi juga mesti memiliki modal (baca:
uang) banyak untuk diserahkan kepada parpol.
Para elite politik begitu mudah terkena bujuk rayu kekuasaan. Dan, setelah
mereka mendapatkan kekuasaan politik itu, mengapa mereka begitu enggan
melepaskannya. Jawaban menarik diberikan Vaclav Havel ketika menerima
SonningPrize pada 28 Mei 1991 untuk kontribusinya bagi peradaban Eropa.
Havel, sangsastrawan yang pernah menjadi Presiden Cekoslowakia (periode
1989-1993) dan Presiden Republik Ceko (periode 1993-2003), menyatakan, ada
tiga dorongan yangmenjadikan seseorang berkeinginan kuat menggapai kekuasaan
politik.

Pertama,gagasan-gagasan

lebih

baik

untuk

mengorganisasikan

masyarakat. Nilai- nilai dan ideal-ideal politik itu diperjuangkan ke dalam


kenyataan sosial. Kedua, motivasi peneguhandiri. Kekuasaan memberikan
peluang besar untuk membentuk dunia sebagaimana yangtelah digambarkan
dalam diri seseorang. Ketiga, menggapai berbagai keuntungan yang diberikan
oleh kekuasaan politik. Pada alasan inilah akan terlihat betapa kejamnya bujuk
rayu kekuasaan.
4. Upaya untuk Memulihkan Peranan Politik Partai
Menjadi sebuah partai kader dan juga kelak menjadi partai berbasis massa
maka, penting untuk partai yang akan berdiri membuat perencanaan yang matang
dan lebih strategis dan taktis dalam membuat sebuah partai politik, sehingga
dalam mendirikan sebuah partai politik maka membutuhkan tahapan sampai
dengan adanya proses kaderisasi atau pembinaan bagi anggota partai politik
hingga layak menjadi peserta pemilihan umum. Hal ini untuk menghindari aspek
prakmatis seseorang atau sekelompok orang yang ingin mendirikan partai hanya
untuk kepentingan sesaat, bukan sebagai partai kader dan bukan sebagai partai

14

massa. Tetapi partai yang dilatarbelangi oleh kepentingan yang bersifat proyek
sesaat atau dengan alasan tersedianya dana bagi partai politik setelah didirikan
yang berasal dari khas Negara.
Peranan partai politik di daerah kurang menjalankan mekanisme kontrol
yang efektif kepada pemerintah daerah dan cenderung membiarkan wakilwakilnya di DPRD untuk berkolusi dengan eksekutif lokal. Semua ini
menunjukkan bahwa local good governance belum berjalan baik di kalangan
partai politik. Good governance partai politik dalam UU No. 2 tahun 2008 pada
prinsipnya sudah memberikan prinsip good governance (tata kelola yang baik).
Bebarapa prinsip yang tercantum antara lain transparansi, demokratis, adil,
akuntabel, dan berbudaya hukum.
Implementasi Transparansi
Untuk mewujudkan local good governance, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain:
1. kondisi masyarakat yang apatis terhadap program-program pembangunan
selama ini membutuhkan adanya upaya-upaya khusus untuk mendorong
keingintahuan mereka terhadap data/informasi ini. Untuk itu, dibutuhkan
adanya penyebarluasan (diseminasi) informasi secara aktif kepada seluruh
komponen masyarakat.\
2. pemilihan media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi dan
substansi/materi informasi yang disebarluaskan sangat tergantung pada
segmen sasaran yang dituju. Selain itu, seringkali cara-cara dan media
yang sesuai dengan budaya lokal jauh lebih efektif dalam mencapai
sasaran daripada media modern.
3. seringkali berbagai unsur nonpemerintah (pers, ormas, dan LSM) termasuk
adalah partai politik lebih efektif untuk menyebarluaskan informasi
daripada dilakukan pemerintah sendiri.

Implementasi Akuntabilitas
1. Perlunya penetapan target kuantitas atas pencapaian suatu program dengan
melakukan pemantauan berdasarkan pada pencapaian target berbagai
indikator kinerja (performance indicators).

15

2. dibutuhkan adanya mekanisme pertanggungjawaban publik secara regular.


Hanya dengan adanya mekanisme pelaporan, pertanggungjawaban publik,
dan verifikasi inilah tingkat keandalan laporan pengelola program dapat
ditingkatkan dan tingkat pencapaian suatu program dapat terukur dengan
mudah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiennya.
3. diterapkannya mekanisme penanganan pengaduan dan keluhan. Untuk
menanganinya diperlukan suatu bagian khusus dalam pengelola program
atau instansi pelayanan masyarakat yang bertugas menangani pengaduan
masyarakat yang masuk, baik secara langsung atau melalui pemberitaan di
media massa.

Implementasi Partisipasi
Keterlibatan masyarakat diperlukan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan suatu program. Mekanisme kontrol dapat langsung
dilakukan tanpa perlu menunggu suatu kesalahan atau penyelewengan terjadi.
Pelibatan masyarakat yang bersifat mobilisasi (tidak partisipatif) dan tidak diikuti
dengan pemberian wewenang tidak akan bermanfaat dalam peningkatan kinerja
suatu program. Pembangunan daerah harus dilakukan bersama dengan
masyarakat, bukan untuk masyarakat.
Akhirnya desentralisasi dan otonomi daerah merupakan kebijakan dalam
upaya memberikan ruang gerak partai politik dan masyarakat di tingkat lokal agar
bisa meningkatkan partisipasi dalam mewujudkan tatanan sosial yang demokratis
agar masyarakat yang berkeadilan dan berkesejahteraan dapat terwujud.
Kekuatan lokal merupakan bagian dari kemajemukan yang akan
mendorong terwujudnya masyarakat demokratis sejauh kesadaran tertib sosial
(civility) yang merupakan semangat dari penguatan masyarakat warga (civil
society) menjadi pijakan utamanya. Lokalitas akan menjadi konstruktif apabila
negara

dan

kekuatan-kekuatan

sosial

politik

(partai

politik)

mampu

memfasilitasinya.

16

C. PENGERTIAN, FUNGSI, TUGAS dan Hak-Hak DPR

Secara umum, Pengertian DPR adalah lembaga negara yang memegang


kekuasaan legislatif. Dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 19 ayat 1,2, dan 3
menyatakan bahwa anggota DPR dipilih melalui pemulihan umum. Susunan
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang dan bersidang sedikitnya
satu kali satu tahun. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan lembaga negara
yang memiliki susunan kedudukan, tugas, fungsi, dan kewajiban.

Susunan Keanggotaan DPR - DPR terdiri dari anggota partai politik


berdasarkan hasil pemilihan. Dalam pasal 21 UU No. 8 Tahun 2012 tentang
Pemilu Anggota DPR, DPRD bahwa jumlah kursi anggota DPR sebanyak 560
orang. Dalam pasal 22 menyatakan bahwa daerah pemilihan anggota DPR adalah
provinsi, kabupaten/kota, atau gabungan kabupaten/kota. Jumlah kursi setiap
daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit 3 kursi dan paling banyak 10 kursi.
Masa jabatan anggota DPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh ketua MK dalam
sidang Paripurna DPR.

Fungsi- Fungsi DPR - DPR merupakan lembaga negara perwakilan rakyat


yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Menurut dari dalam Pasal 20A Ayat
(1) UUD NRI Tahun 1945, yang memuat mengenai fungsi-fungsi DPR. Fungsifungsi DPR adalah sebagai berikut :

Fungsi Legislasi : fungsi legislasi adalah DPR memegang kekuasaan


membentuk undang-undang

Fungsi Anggaran : fungsi anggaran adalah DPR membahas dan


memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh presiden

Fungsi Pengawasan : fungsi pengawasan adalah DPR melaksanakan


pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan ABN.

17

Tugas dan Wewenang DPR -DPR mempunyai tugas dan wewenang yang
diatur dalam UUD NRI Tahun 1945. Tugas dan wewenang DPR adalah sebagai
berikut :

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memegang kekuasaan membentuk


undang-undang [Pasal 20 ayat (1)]

Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat


dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama [Pasal 20 ayat (2)]

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan


undang-undang [Pasal 21]

Rancangan undang-undang APBN diajukan oleh presiden untuk dibahas


bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPRD [Pasal 23 ayat
(2)]

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki fungsi legislasi, fungsi


anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A ayat (2)].

Hak-Hak DPR - Selain fungsi dan wewenang, DPR mempunyai hak yang
berhubungan dengan fungsi dan wewenang DPR dalam pelaksanannya. Hak-hak
DPR adalah sebagai berikut...

Hak Interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada


pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, bangsa, dan bernegara.

Hak Angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap


pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Hak Menyatakan Pendapat adalah hak DPR yang dilakukan untuk


menyatakan pendapat atas kebijakan pemerintah dan kejadian dari luar
biasa yang terjadi di tanah air dan dunia internasional

Hak Budget adalah hak untuk mengesahkan RAPBN menjadi APBN

18

Hak Bertanya adalah hak DPR untuk bertanya kepada pemerintah atau
presiden yang dilakukan secara tertulis.

Hak Imunitas adalah hak yang tidak dapat digangu gugat di pengadilan
dari hasil keputusan yang dibuatnya

Hak Petisi yaitu hak untuk mengajukan usul atau anjuran serta pertanyaan
mengenai suatu masalah

Hak Inisiatif yaitu hak untuk mengajukan usul atas rancangan undangundang

Hak Amandemen yaitu hak untuk melakukan perubahan alat suatu


rancangan udang-undang

Kewajiban Anggota DPR - Dalam peranan DPR yang sangat strategis,


DPR memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
setiap anggota DPR. Kewajiban-kewajiban anggota DPR adalah sebagai berikut :

Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

Melaksanakan UUD NRI Tahun 1945 dan menaati peraturan perundangundangan

Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan NKRI

Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok


dan golongan

Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan Menaati tata tertip


dan kode etik

Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara

Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain

Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja


secara berkala

Menampung dan menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat

Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada


konstituen di daerah pemilihannya

19

BAB III
PENUTUP

Dalam pembuatan materi yang telah dibebankan. Dalam hal ini segala masukanmasukan atau kritik dan saran dari teman-teman seprofesi, kami nantikan agar
paper yang kami buat ini jadi lengkap dan sempurna.

Demikian saja yang dapat kami sajikan melalui makalah ini, semoga sajian kami
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di masa yang akan datang.

A.

KESIMPULAN
1. Sistem politik dapat diartikan sebagai seperangkat interaksi yang
diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial melalui nila-nilai yang
disebarkan untuk masyarakat.
2. Infrastruktur merupakan kelompok masyarakat yang merupakan kekuatan
politik riil
3. Menurut Menurut Gabriel A. Almond, kelompok kepentingan dapat
diidentifikasi ke dalam jenis-jenis kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok anomik
2. Kelompok non-asosiasional
3. Kelompok institusional
4. Kelompok asosiasional
4. Suprastruktur politik merupakan mesin politik resmi di suatu negara
sebagai penggerak poltik formal.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://fkip-unasman2010.blogspot.com/2011/11/makalah-sistem-politikindonesia.html

http://gilangdana.blogspot.com/2013/04/sistem-politik.html

http://milvy1010.blogspot.com/2012/03/makalah-pkn-sistem-politik-negara.html

http://dayanasweet137.blogspot.co.id/2013/01/bergesernya-peranan-partaipolitik_802.html

Hidayat, Komaruddin dan Ignas Kleden. 2004. Pergulatan Partai Politik di


Indonesia. Jakarta: PT. Rajawali Perss.

21

Anda mungkin juga menyukai