Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu sistem yang mampu membantu ekonomi secara desentralisasi


adalah sistem ekonomi kerakyatan, ekonomi kerakyatan merupakan suatu sistem
ekonomi yang belandaskan pada kekuatan ekonomi rakyat.

Definisi ekonomi kerakyatan menurut Konvensi ILO 169 tahun 1989 adalah
ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal dalam
mempertahankan kehidupannnya. Ekonomi rakyat diartikan sebagai kegiatan
ekonomi atau usaha yang dijalankan oleh rakyat kebanyakan yang dengan
bersama-sama mengelola sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai.

Secara ringkas Konvensi ILO 169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi
kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan
masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini
dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat local
dalam mengelola lingkungan dan tanah.

Dalam perkembangan UMKM, usaha mikro sangat memberikan dampak


positif bagi perekonomian Indonesia, terutama menunjanng pembangunan
ekonomi kerakyatan. Bahkan setiap daerah di Indonesia memiliki produk
UMKM unggulan. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis
pada kekuatan ekonomi rakyat. Di mana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai
kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular)
yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang
dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha
Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) terutama meliputi sektor pertanian,
peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan
masyarakat lainnya.

1
Ekonomi kerakyatan itu sendiri merupakan suatu program pembangunan
untuk menyelaraskan distribusi pendapatan dengan mendorong masyarakat
menuju kesejahteraan. Hal ini dilakukan sesuai kondisi ekonomi masyarakat
yang terus mengalami kesenjangan pendapatan. Maka dengan adanya program
tersebut dapat menjadi jalan keluar bagi suatu negara memperkecil kesenjagan
sosial. Pola pembangunan ekonomi yang telah gagal mendorong para pakar
ekonomi untuk mengalihkan upaya pembangunan dengan bertumpu pada
pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan.

Dalam kegiatan yang berdasarkan pada kekuatan ekonomi rakyat ini secara
umum disebut lebih dikenal sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Di mana pengembangan ekonomi kerakyatan diharapkan bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti yang luas. Usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) tidak hanya berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, namun juga mempunyai posisi yang
strategis dalam menyokong pembangunan ekonomi nasional. Usaha Mikro Kecil
Menengah sebagai motor penggerak sistem ekonomi kerakyatan mampu
mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran, selain itu UMKM juga
berperan untuk pendistribusian hasil-hasil pembangunan.

Di sini dengan berbagai macam bentuk ekonomi kerakyatan yang terdiri dari
koperasi, usaha kecil, usaha menengah, pasar tradisional, industri kecil, dan
industri menengah, usaha mikro sebagai pemeran dalam UMKM yang juga salah
satu bentuk realisasi dari ekonomi kerakyatan memiliki karakteristik, ciri-ciri,
jenis, kriteria, dan juga pengklasifikasiannya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sebutkan pengertian, karakteristik, dan jenis usaha-usaha dari masing-


masing bentuk ekonomi kerakyatan tersebut (usaha mikro)!

2
2. Berikan salah satu contoh dari poin 1 kaitkan dengan bagaimana
manajemen (tata kelola) yang terdiri dari kelembagaan, personalia,
permodalan, dan ketatakelolaan!

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian, karakteristik, dan jenis usaha-usaha dari


usaha mikro.

2. Dapat mengetahui manajemen (tata kelola) yang terdiri dari kelembagaan,


personalia, permodalan, dan ketatakelolaan usaha mikro.

3
BAB II

TINJAUAN KONSEPTUAL

2.1 Konsep Usaha Mikro

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik


Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM.1 Pasal 1 dari UU terebut,
dinyatakan bahwa Usaha mikro usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam
UU tersebut.

Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk


mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai
kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria usaha mikro adalah badan usaha
perorangan yang memiliki kriteria sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yakni:

 Memiliki aset atau kekayaan bersih hingga Rp 50 juta, tidak termasuk


tanah atau bangunan tempat usaha.
 Omzet penjualan tahunan hingga Rp 300 juta.

Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29


Januari 2003, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per tahun.

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga


pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS),
selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk

4
membedakan skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan
usaha besar. Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah
unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5
sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang.
Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam
kategori usaha besar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha
mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro
kecil dan menengah pada GDP di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan
rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18% merupakan
usaha menengah. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan
terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis
perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas
nasional, ekonomi dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan
usaha besar yang semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif
masih dapat mempertahankan kegiatan usahanya.

Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang
memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi
kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk menghadapi
persaingan bebas. UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi.
Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK),
Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai
aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau
jumlah pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini
berbeda menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya
atau peran UMKM antar negara.

5
Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai
berikut :

a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam


pengembangan produk.

b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau


penyerapannya terhadap tenaga kerja.

d. Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar


yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang
pada umumnya birokrasi.

e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.

2.2 Klasifikasi Usaha Mikro

Sementara, berdasarkan perkembangannya, usaha mikro diklasifikan


menjadi dua, yaitu:

a. Livelihood, yakni usaha mikro yang sifatnya untuk mencari nafkah


semata. Jenis usaha mikro yang satu ini dikenal luas sebagai sektor
informal. Contohnya, pedagang kaki lima.

b. Micro, yakni usaha mikro yang sudah cukup berkembang, namun memiliki
sifat kewirausahaan dan belum bisa menerima perkerjaan subkontraktor
serta belum bisa melakukan kegiatan ekspor.

2.3 Karakter Usaha Mikro

Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk


dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta
sumber daya manusia yang besar merupakan variabel pendukung perkembangan
dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu dicermati beberapa hal seiring
perkembangan usaha kecil rumahan seperti: perkembangan usaha harus diikuti

6
dengan pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan
meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang
keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang efisien dan
efektif, serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan pembeda dari
pesaing merupakan langkah menuju keberhasilan dalam mengelola usaha
tersebut.

Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan bahwa secara umum, sektor usaha
memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana dan


cenderung tidak mengikuti kaidah admistrasi pembukuan standar.
Kadangkala pembukuan tidak di up to date sehingga sulit untuk menilai
kerja usahanya.

b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat


tinggi.

c. Modal terbatas.

d. Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih sangat


terbatas.

e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk


mampu menekan biaya mencapai titik efisieni jangka panjang.

f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat


terbatas.

g. Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah, mengingat


keterbatasan salam sistem administrasinya.

Untuk mendapatkan dana dipasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti


sistem administrasi standar dan harus transparan. Karakteristik yang dimiliki
oleh usaha mikro menyiratkan adanya kelemahankelemahan yang sifatnya
potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah
internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk
mendapatkan solusi yang jelas.

7
2.4 Kekuatan dan Kelemahan Usaha Mikro

UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan


yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang adalah :

a. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga


kerja patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan
50% tenaga kerja yang tersedia.

b. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini
terbukti dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru.

c. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen


sederhana dan fleksibel terhadap perubahan pasar.

d. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar


memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri
yang lainnya.

e. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang


dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri
kecil mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk
mengembangkan sektor lain yang terkait.

Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan


permasalahan dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor :

a. Faktor Internal

Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu


diantaranya :

1. Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.

2. Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri


Kecil lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan
fungsi-fungsi pemasaran kurang mampu dalam mengakseskannya,
khususnya dalam informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga
sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja.

8
3. Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk
Industri Kecil.

4. Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil


memanfaatkan modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak


pengembang dan pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak
tepat sasaran tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih.

Dari kedua faktor terebut muncullah kesenjangan diantara faktor internal


dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga pendamping
lainnya sudah siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM mana yang diberi,
karena berbagai ketentuan yang harus dipenuhi oleh UMKM.

Disisi lain UMKM juga mengalami kesulitan mencari dan menentukan


lembaga mana yang dapat membantu dengan keterbatasan yang mereka miliki
dan kondisi ini ternyata masih berlangsung meskipun berbagai usaha telah
diupayakan untuk memudahkan bagi para pelaku UMKM meperoleh kredit,
dan ini telah berlangsung 20 tahun. Pola yang ada sekarang adalah masing-
masing lembaga/institusi yag memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi
tapi berjalan sendiri-sendiri, apakah itu perbankan, BUMN, departemen, LSM,
perusahaan swasta. Disisi lain dengan keterbatasannya UMKM menjadi
penopang perekonomian menjadi roda perekonomian menjadi kenyataan.

2.5 Dasar Hukum Usaha Mikro

Banyak orang mengira, usaha mikro yang umum kita temui seperti
pedagang kaki lima tidak memiliki hukum yang mengatur
keberadaanya. Padahal, usaha mikro memiliki dasar hukum yakni Undang-
Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam
UU ini, telah diatur semua mulai dari kriteria, aspek perizinan serta bagaimana
peran serta pemerintah pusat dan daerah dalam pemberdayaan usaha mikro.

9
Bahkan, pada pasal 13 ayat 1 (a) dalam UU No. 20 Tahun 2008 disebutkan,
pemerintah berkewajiban menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi
pemberian lokasi di pasar, sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi yang
wajar bagi pedagang kaki lima dan lokasi lainnya.

Selain itu, ada juga pasal-pasal yang menyebutkan bahwa pemerintah perlu
memberikan kemudahan akses pembiayaan bagi usaha mikro serta
membebaskan biaya perizinan untuk usaha mikro. Ini artinya, usaha mikro
bukan merupakan anak tiri dalam perekonomian Indonesia. Bahkan faktanya,
usaha mikro merupakan salah satu tulang punggung perekonomian. Usaha mikro
secara nyata membuktikan mampu menyerap tenaga kerja yang tidak tertampung
di sektor lain. Penyerapannya pun cukup besar yakni mencapai 97%. Selain itu,
Kementerian Koordinator Perekonomian juga mencatat peran usaha mikro
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 60,34%.

2.6 Perizinan Usaha Mikro

Usaha mikro sebagai entitas bisnis tentu memiliki perizinan meski bentuk
badan usahanya adalah usaha perorangan. Hanya, yang membedakan dengan
jenis usaha lainnya (PT misalnya) adalah bentuk dan mekanisme perizinannya
yang berbeda. Jika badan usaha menengah hingga besar diharuskan memiliki
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), yang merupakan ketentuan perizinan
yang diwajibkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag),
maka usaha mikro memiliki bentuk perizinan lain, yakni Izin Usaha Mikro Kecil
(IUMK).

IUMK memiliki dasar hukum Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014


serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. IUMK ini kemudian diperkuat dengan
Nota Kesepahaman antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Koperasi dan UKM
dan Menteri Perdagangan Nomor 503/555/SJ Nomor 03/KB/M.KUKM/I/2015
dan Nota Kesepahaman Nomor 72/M-DAG/MOU/I/2015 Tentang Pembinaan
Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil. Adanya nota kesepahaman dikarenakan

10
perizinan untuk usaha mikro dan kecil sangat berhubungan erat dengan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop-UKM).

Ada pula aturan-aturan yang kemudian dibuat untuk meningkatkan


hubungan antar lembaga, seperti Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,
Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kemenkop-UKM,
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Asippindo.

Secara sederhana, menurut Kemenkop-UKM, pelaku usaha mikro yang


ingin mengajukan IUMK, harus mengikuti alur-alur berikut :

11
Ada beberapa keuntungan yang akan didapatkan oleh pelaku usaha mikro
jika memiliki IUMK, yakni:

1. Memiliki kepastian usaha dan perlindungan usaha di lokasi yang telah


ditetapkan.
2. Mendapatkan pendampingan dalam usaha untuk semakin mengembangkan
usaha.
3. Mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan, baik ke bank maupun
lembaga non-bank.
4. Mendapatkan pemberdayaan dari pemerintah pusat dan daerah serta
lembaga lainnya.

12
13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Usaha Mikro

Usaha Mikro adalah aktivitas ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
berbadan hukum. Ada dua perbedaan hasil penjualan tahunan bisnis tersebut,
yang pertama paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) menurut
keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 dan
yang kedua paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sesuai
Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.

Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa Usaha Mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

3.2 Karakteristik Usaha Mikro

1. Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu


dapat berganti
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah
6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank

14
7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP

3.3 Jenis Usaha Mikro

Didalam pelaksanaannya, UMKM ini memiliki beberapa jenis. Jenis ini


berfungsi untuk bisa membagi beberapa jenis UMKM supaya mudah apabila
menerima ijin usaha dari pemerintah. Dibawah ini merupakan beberapa jenis
dari UMKM.

1. Kuliner

Kuliner merupakan suatu usaha yang bergerak dalam segala macam


bidang makanan dan minuman. Kuliner tersebut dapat dijadikan ialaah
sebagai UMKM jika usaha penjualan makanan itu masih dalam lingkup
UMKM yang mengutamakan penjualan dalam jumlah mikro (kecil).

2. Fashion

Fashion merupakan suatu usaha yang mengedepankan mode, mulai


dari pakaian, gaya rambut, dan lain sebagainya. Salah satu dari
kebutuhan pokok manusia ialah pakaian. Usaha fashion ini merupakan
usaha yang menjanjikan disebabkan karena tiap-tiap orang
membutuhkan pakaian. Namun untuk usaha fashion yang termasuk ke
dalam UMKM harus masuk kriteria UMKM seperti pada penjelasan
diatas.

3. Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang


pertanian. UMKM yang menjalankan mengenai agribisnis ini umumnya
menjual pupuk, bibit tanaman, pestisida, serta lain-lain. UMKM
agribisnis tersebut juga biasanya terdapat di pedesaan yang mempunyai
lahan pertanian dalam jumlah cukup banyak dan juga luas.

15
3.4 Contoh Usaha Mikro dan Kaitan dengan Sistem Manajemen

1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan


pembudi daya
2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan
5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon, ojek dan penjahit (konveksi)

Dan berdasarkan contoh-contoh tersebut di atas, kami kelompok 2 (dua)


memilih satu contoh usaha mikro yaitu salon.

Identitas Usaha Mikro (Salon) :

Nama : Ryan Modis Salon

Alamat : Jl. Asem Timur No.23, Karangmekar, Kec.


Cimahi Tengah, Bandung, Jawa Barat 40523

Buka : Selasa - Minggu pukul 08.00 - 17.00 WIB

Telepon : 0895-1324-2312

Setiap usaha pasti memiliki sistem manajemen tersendiri. Seperti halnya


jenis usaha yang lain, usaha mikro juga memiliki sistem manajemen sendiri.
Sistem manajemen tersebut antara lain sistem kelembagaan, personalia,
permodalan, sistem pelaksanaan. Permodalan dapat berupa keuntungan,
kerugian, dll. Sedangkan sistem kelembagaan dalam usaha mikro berupa struktur
organisasi atau sejarah pendirian usaha tersebut. Salah satu contoh jenis usaha
mikro adalah usaha salon. Kami telah melakukan wawancara dan observasi

16
dengan salah satu usaha salon kecantikan. Dari hasil wawancara dan observasi
ini, kami dapat menyimpulkan tentang sistem managemen di salon ini. Berikut
adalah kaitan sistem manajemen yang ada di salon kecantikan ini :

3.5 Kelembagaan Usaha Mikro

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan. Sistem kelembagaan pada


usaha salon ini tidak berupa struktur organisasi. Karena usaha ini dilakukan
mandiri sebagai bentuk pengembangan ketrampilan yang dimiliki oleh pemilik
salon kecantikan ini.
Salon ini pada mulanya didirikan secara iseng oleh pemilik salon. Pemilik
salon sebelumnya sering mengikuti kegiatan perlombaan rias maupun
kecantikan. Kemudian dimulai dari tahun 2010, pemilik akhirnya mendirikan
sebuah salon kecantikan kecil di bagian depan rumahnya.
Meskipun salon kecantikan ini tergolong usaha kecil, namun pemiliknya
tetap mendaftarkan NPWP dan selalu membayar pajak usaha sesuai dengan
ketentuan pemerintah. Sebelumnya juga meminta ijin kepada ketua RT setempat
untuk mendirikan usaha salon kecantikan di depan rumahnya.

3.6 Personalia Usaha Mikro

Sistem personalia yang terjadi di usaha salon kecantikan ini, tidak


terstruktur. Karena pemilik menjalankan usahanya sendiri, tanpa bantuan
karyawan lainnya. Selain itu, pemilik juga merasa bahwa dalam usaha kecilnya
ini belum membutuhkan bantuan karyawan tambahan. Jadi pemilik usaha salon
kecantikan ini, juga merupakan karyawan dan pelaksana di salon kecantikan ini.

3.7 Permodalan Usaha Mikro

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan, permodalan awal untuk


mendirikan usaha kecil ini berasal dari uang tabungan pemiliki salon yang ia
dapatkan dari hasil perlombaan yang mereka ikuti. Selama kurang lebih 10 tahun
ia mendirikan salon kecantikan ini, ia tak pernah meminjam uang dari bank atau
kredit lainnya.

17
Selama 10 tahun terakhir, pendapatan salon kecantikan mengalami
penurunan pemasukan. Tapi tidak terkategorikan rugi. Hal ini disebabkan karena
menurutnya pelanggan yang dulu tidak berhijab, sekarang sudah banyak yang
berhijab. Karenanya penghasilan usaha ini mengalami penurunan, namun tidak
cukup drastis. Pendapatan bulanannya saat ini tidak pasti, berkisar kurang lebih
Rp 3.000.000 tiap bulan.

3.8 Ketatalaksanaan Usaha Mikro

Dalam menjalankan usaha ini, pemilik salon awalnya mempromosikan


kepada teman-teman terdekat. Setelah itu, ia mulai membuat poster dan di share
di media sosialnya. Untuk jadwal pelayanan di salon, dimulai pukul 08.00 –
17.00 di hari Selasa – hari Minggu. Untuk jadwal libur ia memilih hari senin.
Karena menurutnya di hari minggu adalah hari dimana orang-orang atau
pelanggannya memilih untuk “me time” di salon kecantikan untuk melepaskan
penat dan merawat wajah dan rambutnya.
Saat ini, pemilik kembali mempublikasikan salonnya melalui media sosial
dan membuat akun khusus untuk tatacara dan sistem pelayanan yang ada di salon
ini.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang cukup banyak memberikan pengaruh untuk ekonomi
kerakyatan agar dapat menyelaraskan distribusi pendapatan dengan mendorong
masyarakat menuju kesejahteraan dan berkembang di dalam sistem ekonomi
Indonesia sehingga tidak hanya berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, namun juga mempunyai posisi yang strategis dalam
menyokong pembangunan ekonomi nasional. Selain itu, usaha mikro sebagai
motor penggerak sistem ekonomi kerakyatan mampu mengurangi masalah
kemiskinan dan pengangguran, serta juga berperan untuk pendistribusian hasil-
hasil pembangunan.

4.2 Saran

      Diharapkan bagi para pembaca, terutama mahasiswa untuk bisa mengerti
lebih dalam lagi mengenai usaha mikro karena dengan adanya pemahaman yang
lebih akan mendorong kita untuk mengembangkan dan memajukan UMKM di
Indonesia dengan kemajuan UMKM di Indonesia dapat mengengurangi
kemiskinan serta majunya perekonomian di Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://kelasips.co.id/usaha-mikro/

https://www.online-pajak.com/usaha-mikro

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8370/5/BAB%20II.pdf

https://endah240395.wordpress.com/2015/01/05/makalah-umkm/

https://pendidikan.co.id/pengertian-umkm/

https://www.hestanto.web.id/sistem-ekonomi-kerakyatan/

20

Anda mungkin juga menyukai