D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELAS : AM 5
Puji syukur Penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah “UMKM “. Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai
sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Penyusun
There,Jeremy,Atica,Jessica,Citra
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pegantar ................................................................................................................. 2
Daftar Isi......................................................................................................................... 3
BAB 1 PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia ....................................... 7
2.2 Hambatan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia .............................................. 9
2.3 Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia .............................. 12
2.4 Perkembangan UMKM di Indonesia ...................................................................... 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta
dan omzet sebesar 300 juta.
B. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai dengan
500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.
C. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anakperusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500
juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50
miliar.
4
Terdapat beberapa acuan definisi yang digunakan berbagai instansi di
Indonesia, yaitu:
UU No.9 tahun 1995 tentang mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai
aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet per
tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999
tentang usaha menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan) untuk
usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar
Kementerian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha
kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha
menengah batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai
dengan Rp 50 milyar per tahun.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil
dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 5
milyar. Sementara itu usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga
dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp 200 juta dan
omzet per tahun kurang dari Rp 1 milyar (sesuai UU no.9 tahun 1995)
Bank Indonesia menggolongkan usaha kecil dengan merujuk pada UU no
9/1995, sedangkan untuk usaha menengah BI menentukan sendiri kriteria aset
tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200 juta
s/d Rp 5 miliar) dan non manufaktur (Rp 200 – 60 juta).
Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah
tenaga kerja. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki pekerja 1-5 orang. Usaha
kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 6-19 orang. Usaha menengah memiliki
pekerja 20-99 orang dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100
orang.
Menurut Sri Winarni (2006) Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri
antara lain sebagai berikut (1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum
berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah, (3) Struktur
organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4)
5
Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan
antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen
rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha
adalah modal pribadi, (7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (7) Pemilik
memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban
perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyediaan modal dan akses kepada sumber dan lembaga keuangan. Ditambah
dengan pemberian kemudahan (bukan berbelit-belit) dalam mengurus administrasi
7
untuk mendapatkan modal dari lembaga keuangan. Dapat juga melalui
pengefektifan dan pengefisienan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah
disediakan oleh pemerintah sebelumnya.
8
Sejatinya perkembangan UMKM di Indonesia cukup baik, jika ditinjau dari segi
jumlah unit usaha maupun jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMKM dalam
rangka mengurangi pengangguran. Data BPS (1994) menunjukkan jumlah
pengusaha kecil telah mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15,635 juta
pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang
pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54
ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.
Perlu digaris bawahi bahwa lebih dan 51 juta usaha yang ada, atau lebih dan
99,9% pelaku usaha adalah Usaha Mikro dan Kecil, dengan skala usaha yang sulit
berkembang karena tidak mencapai skala usaha yang ekonomis. Dengan badan
usaha perorangan, kebanyakan usaha dikelola secara tertutup, dengan Legalitas
usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak memadai. Upaya
pemberdayaan UMKM makin rumit karena jumlah dan jangkauan UMKM
demikian banyak dan luas, terlebih bagi daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
Kuncoro (2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh UMKM
dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat kemampuan,
ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,
pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya
manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya
dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil
adalah:
9
1. kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.
2. kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur terhadap sumber-sumber permodalan.
3. kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia
4. keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi
pemasaran).
5. iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
6. pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
10
oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5)
Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat
dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya
harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama
bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat,
pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah
tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
Tiga faktor selanjutnya yang menghambat dunia usaha adalah inflasi (35%
responden), ketidakstabilan kebijakan (34%), dan pajak dan peraturan pemerintah
(33,5%). Yang menarik sekitar 37% UKM menganggap aspek perpajakan dan
peraturan pemerintah sebagai hambatan utama berusaha dibandingkan dengan
hanya 21% UB. Hal ini mengindikasikan bahwa UB lebih mudah menghindari
pajak, misalnya, dengan mengalihkan dan melaporkan keuntungannya ke daerah
yang tingkat pajaknya lebih rendah. Responden memandang nilai tukar (28%),
korupsi (28%), kejahatan jalanan (27%), dan kejahatan teroganisir (24,5%) sebagai
faktor lain yang menghambat kegiatan usaha.
11
2.3 Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia.
Semenjak Indonesia merdeka, pemerintah berusaha mencetak pengusaha-
pengusaha baru untuk merobohkan sistem ekonomi kolonial dan diganti dengan
ekonomi kerakyatan. Beberapa program disusun oleh pemerintah Orde Lama. Di
masa demokrasi liberal, dikenal Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya
menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa
bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu
dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan
kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi
dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi.
12
Terkait dengan urusan pemerintahan, setiap Menteri membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan (Pasal 4 ayat 1). Kementerian Koperasi dan UKM RI
merupakan Kementerian di kelompok ketiga yaitu urusan pemerintahan dalam
rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah (Pasal 4 ayat
2, huruf C), berkaitan dengan urusan pemerintahan bidang Koperasi, Usaha Kecil
dan Menengah (Pasal 5 ayat 3). Undang-Undang telah memberi amanat terhadap
pemerintah untuk mengembangkan UMKM. Dalam UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM disebutkan peran pemerintah antara lain:
g. Meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil (Pasal 22).
13
h. Bersama Pemerintah Daerah, meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil
terhadap sumber pembiayaan (Pasal 23 ayat 1).
k. Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri teknis lain mengatur pemberian
insentif kepada Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi
ekspor, penyerapan tenaga kerja, pengunaan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (Pasal 25 ayat 3).
14
2.4 Perkembangan UMKM di Indonesia
Seiring dengan disahkan Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun 2004,
pemerintah daerah mempunyai fungsi untuk mengoptimalkan segala potensi yang
dimilikinya. Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah telah membawa para digma baru dalam penyelengaraan
pemerintahan didaerah serta dalam hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.
Hal ini dikarenakan sektor UMKM dapat melibatkan banyak orang dengan
beragam usaha. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting
dalam pembangunan ekonomi di daerah untuk mengurangi angka pengangguran.
Pemerintah daerah harus memberikan perhatian bagi tumbuh dan kembangnya
lapangan usaha.
15
minyak cengkih, alcohol teknis, pengasa panikan, kerajinan anyaman,
genteng. Sedangkan, dengan UKM di bidang industri yang berorientasi ekspor
seperti industry kulit ikan pari, meubel, kayu, rotan, keramik, gerabah, pangan,
arang tempurung dll.
Selain itu, ada beberapa peserta pula yang berasal dari luar Sulut, seperti
Sulawesi Selatan (Sulsel), Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat
(NTB), dengan diadakannya kegiatan promosi UMKM tersebut, nantinya dapat
mengembangkan terutama menumbuhkan minat dan membangun sektor UMKM di
Kota Manado.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
http://lembagalentera.wordpress.com/2012/12/11/kelemahan-dan-hambatan-
koperasi-dan-ukm-2/
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201240.pdf
http://yohkandjoek.blogspot.co.id/2014/10/peranan-pemerintah-dalam
pemberdayaan.html
18