Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG PEMBERDAYAAN

USAHA KECIL DI INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

THERESIA MEI LESTARI (181188)


JEREMY ARDINEL (1811189)
ATICA FAHIRA KURNIA (1811172)
JESSICA NATHANIA K (1811190)
CITRA KRISTIN GALINGGING (1802005)

KELAS : AM 5

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PELITA INDONESIA


TP 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah “UMKM “. Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai
sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari


sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Pekanbaru, 27 Mei 2019

Penyusun

There,Jeremy,Atica,Jessica,Citra

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pegantar ................................................................................................................. 2
Daftar Isi......................................................................................................................... 3
BAB 1 PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia ....................................... 7
2.2 Hambatan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia .............................................. 9
2.3 Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia .............................. 12
2.4 Perkembangan UMKM di Indonesia ...................................................................... 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha


Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

A. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta
dan omzet sebesar 300 juta.

B. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai dengan
500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.

C. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anakperusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500
juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50
miliar.

4
 Terdapat beberapa acuan definisi yang digunakan berbagai instansi di
Indonesia, yaitu:

 UU No.9 tahun 1995 tentang mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai
aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet per
tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999
tentang usaha menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan) untuk
usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar
 Kementerian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha
kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha
menengah batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai
dengan Rp 50 milyar per tahun.
 Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil
dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 5
milyar. Sementara itu usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga
dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp 200 juta dan
omzet per tahun kurang dari Rp 1 milyar (sesuai UU no.9 tahun 1995)
 Bank Indonesia menggolongkan usaha kecil dengan merujuk pada UU no
9/1995, sedangkan untuk usaha menengah BI menentukan sendiri kriteria aset
tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200 juta
s/d Rp 5 miliar) dan non manufaktur (Rp 200 – 60 juta).
 Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah
tenaga kerja. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki pekerja 1-5 orang. Usaha
kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 6-19 orang. Usaha menengah memiliki
pekerja 20-99 orang dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100
orang.

Menurut Sri Winarni (2006) Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri
antara lain sebagai berikut (1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum
berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah, (3) Struktur
organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4)

5
Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan
antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen
rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha
adalah modal pribadi, (7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (7) Pemilik
memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban
perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan dan pemberdayaan UMKM di Indonesia?

2. Apa hambatan dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia?

3. Bagaimana peran pemerintah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia?

4. Bagaimanaperkembangan UMKM di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui perkembangan dan pemberdayaan UMKM di Indonesia.

2. Mengetahui hambatan dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia

3. Mengetahui peran pemerintah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia

4. Mengetahui perkembangan UMKM di Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia


Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengalami peningkatan
yang sangat menggembirakan dikarenakan berhasil menyumbangkan 57% dari
PDB (di dukung oleh data BPS tahun 2006 - 2010) dimana UMKM meningkat
bukan hanya dari segi kuantitas melainkan tenaga kerja, modal serta asset mereka.
UMKM juga dikatakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun
terjadi gejolak atau krisis mereka tidak terkena dampak yang begitu menyedihkan.
Hal tersebut dikarena prinsip kemandirian yang dimiliki yang artinya mereka
memiliki modal sendiri dan tidak terlalu bergantung pada lembaga lain sehingga
membuat mereka kokoh hingga saat ini dan menjadi katup perekonomian negara.

Pencapaian yang sangat menggembirakn bagi UMKM kita tidak didapat


hanya dengan sekali mengedipkan mata. Banyak tantangan yang mereka harus
lalui dan banyak masalah yang harus mereka selesaikan baik secara modal, tenaga
kerja, kegiatan produksi dan hal lainnya. Sehingga apabila terdapat UMKM yang
tidak siap dan tak mampu menghindari atau mengatasi gejolak yang datang maka
tidak mustahil akan ada juga UMKM yang kolaps.

Berdasarkan masalah-maslah yang dialami oleh koperasi dan UMKM di


Indonesia penulis menganalisis dan memiliki strategi penyelesaian masalah-
masalah tersebut yang mereka alami agar tak terulang kembali dan terus
meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Strategi yang penulis sarankan,
baik bagi pemerintah khususnya Menteri Koperasi dan UMKM, anggota serta
pengurus koperasi di seluruh Indonesia dan para owner UMKM di seluruh
Indonesia untuk agar memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan
perekonomian Indonesia melalui cara-cara berikut, diantaranya:

1. Penyediaan modal dan akses kepada sumber dan lembaga keuangan. Ditambah
dengan pemberian kemudahan (bukan berbelit-belit) dalam mengurus administrasi

7
untuk mendapatkan modal dari lembaga keuangan. Dapat juga melalui
pengefektifan dan pengefisienan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah
disediakan oleh pemerintah sebelumnya.

2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas kompetensi SDM. Melalui pendidikan dan


pelatihan baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh koperasi atau UMKM itu
sendiri. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas SDM, mereka perlu
“dibangunkan” kembali mengapa mereka berada di koperasi, orang yang masih
konsisten berusaha mengembalikan mindset orang yang tidak aktif agar mereka
mau berorganisasi khususnya koperasi berdasarkan asas dan prinsip-prinsip yang
telah ditetapkan.

3. Meningkatkan kemampuan pemasaran UMKM. Pemberian pendidikan


mengenai pemasaran atau dengan cara membuka/merekrut tenaga profesional yang
ahli dalam hal pemasaran.

4. Meningkatkan akses informasi usaha bagi UMKM.

5. Menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM,


Usaha Besar dan BUMN).

6. Melakukan/membuat program goes to goal, yaitu langsung ke tujuan atau


sasaran. Dilakukan dengan cara memberikan bantuan baik modal, konsep, dan hal-
hal yang dibutuhkan oleh koperasi dan UMKM atau dengan membidik para
individu yang memiliki jiwa enterpreneur dengan tetap adanya prinsip prudensial
dan adanya manager investasi (meminjam istilah perbankan syariah dimana
nasabah yang telah diberi pinjaman tetap terus mendapat pengawasn atau layanan
prima dalam pengolahan dana yang ). Selama ini banyak orang ahli dalam bidang
UMKM mengadakan seminar-seminar demi meningkatnya kualitas dan kuantitas
dari UMKM, namun “efek” yang ada dari seminar tersebut tidaklah lama, hanya
bertahan sebentar, untuk itu lebih baik mereka mencari langsung terjun ke
lapangan untuk mencari orang-orang yang benar-benar serius di UMKMK dan jika
dilihat potensi usahanya bagus segera dipinjami dana dalam rangka
mengembangkan usahanya.

8
Sejatinya perkembangan UMKM di Indonesia cukup baik, jika ditinjau dari segi
jumlah unit usaha maupun jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMKM dalam
rangka mengurangi pengangguran. Data BPS (1994) menunjukkan jumlah
pengusaha kecil telah mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15,635 juta
pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang
pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54
ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.

2.2 Hambatan dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia


Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya
dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan
kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sebagai usaha yang ruang
lingkup usahanya dan anggotanya adalah (umumnya) rakyat kecil dengan modal
terbatas dan kemampuan manajerial yang juga terbatas, UMKM sangat rentan
terhadap masalah-masalah perekonomian.

Perlu digaris bawahi bahwa lebih dan 51 juta usaha yang ada, atau lebih dan
99,9% pelaku usaha adalah Usaha Mikro dan Kecil, dengan skala usaha yang sulit
berkembang karena tidak mencapai skala usaha yang ekonomis. Dengan badan
usaha perorangan, kebanyakan usaha dikelola secara tertutup, dengan Legalitas
usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak memadai. Upaya
pemberdayaan UMKM makin rumit karena jumlah dan jangkauan UMKM
demikian banyak dan luas, terlebih bagi daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.

Kuncoro (2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh UMKM
dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat kemampuan,
ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,
pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya
manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya
dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil
adalah:

9
1. kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.
2. kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur terhadap sumber-sumber permodalan.
3. kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia
4. keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi
pemasaran).
5. iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
6. pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

Kuncoro juga mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi pengusaha kecil


dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp
50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga
kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan
dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang
besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar
membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR,
BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal
kerja mereka.

Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar, tantangan


yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan untuk
melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi
Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh PK jenis
ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah belum dipunyainya sistem administrasi
keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat
studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal
ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan
kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3)
Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar
semakin ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai

10
oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5)
Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat
dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya
harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama
bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat,
pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah
tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.

Hasil penelitian Schiffer-Weder (2001) dalam Rizali secara keseluruhan juga


memperkuat persepsi bahwa UKM menghadapi hambatan berusaha yang lebih
besar daripada UB. Bila dilihat dari persentasi jawaban responden, secara umum
hambatan utama dalam berusaha adalah sumber pembiayaan.

Sekitar 39% responden UKM menyatakan pembiayaan sebagai hambatan utama


dalam berusaha, sedangkan responden Usaha Besar (UB) yang menyatakan
pembiayaan sebagai sumber hambatan utama usaha sekitar 28%. Ini
mengindikasikan bahwa UKM memang lebih sulit memperoleh kredit dari sektor
keuangan formal dibandingkan dengan UB. Berbeda dengan UKM, pengelola UB
memandang ketidakstabilan kebijakan pemerintah sebagai hambatan utama dalam
berusaha, demikianlah pendapat 30% responden dari UB.

Tiga faktor selanjutnya yang menghambat dunia usaha adalah inflasi (35%
responden), ketidakstabilan kebijakan (34%), dan pajak dan peraturan pemerintah
(33,5%). Yang menarik sekitar 37% UKM menganggap aspek perpajakan dan
peraturan pemerintah sebagai hambatan utama berusaha dibandingkan dengan
hanya 21% UB. Hal ini mengindikasikan bahwa UB lebih mudah menghindari
pajak, misalnya, dengan mengalihkan dan melaporkan keuntungannya ke daerah
yang tingkat pajaknya lebih rendah. Responden memandang nilai tukar (28%),
korupsi (28%), kejahatan jalanan (27%), dan kejahatan teroganisir (24,5%) sebagai
faktor lain yang menghambat kegiatan usaha.

11
2.3 Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia.
Semenjak Indonesia merdeka, pemerintah berusaha mencetak pengusaha-
pengusaha baru untuk merobohkan sistem ekonomi kolonial dan diganti dengan
ekonomi kerakyatan. Beberapa program disusun oleh pemerintah Orde Lama. Di
masa demokrasi liberal, dikenal Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya
menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa
bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu
dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan
kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi
dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi.

Gagal dengan Program Benteng, pemerintah mengenalkan program baru yakni


sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina (baba) dan
pengusaha pribumi (ali). Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-
latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi
bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

Di masa Orde Baru, pengembangan UMKM terus berlanjut. Pemerintah Orba


membuat UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil guna memberdayakan usaha
kecil. UU ini berisi XI bab dan 38 pasal dan mengatur pelaksanan permberdayaan
UMKM di Indonesia. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan
perekonomian yang semakin dinamis dan global, Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil, yang hanya mengatur Usaha Kecil perlu diganti, agar
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan
kepastian dan keadilan usaha. UU tersebut diganti dengan UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM. Dalam UU tersebut, disebutkan peran pemerintah untuk
memberdayakan UMKM.

12
Terkait dengan urusan pemerintahan, setiap Menteri membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan (Pasal 4 ayat 1). Kementerian Koperasi dan UKM RI
merupakan Kementerian di kelompok ketiga yaitu urusan pemerintahan dalam
rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah (Pasal 4 ayat
2, huruf C), berkaitan dengan urusan pemerintahan bidang Koperasi, Usaha Kecil
dan Menengah (Pasal 5 ayat 3). Undang-Undang telah memberi amanat terhadap
pemerintah untuk mengembangkan UMKM. Dalam UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM disebutkan peran pemerintah antara lain:

a. Bersama Pemerintah Daerah melaksanakan pengawasan dan pengendalian


kesempatan berusaha (Pasal 13).

b. Bersama Pemerintah Daerah melaksanakan kegiatan promosi dagang (Pasal 14,


ayat2).

c. Bersama Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang


produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, dan desain dan
teknologi (Pasal 16 ayat 1).

d. Menyusun Peraturan Pemerintah mengenai tata cara pengembangan, prioritas,


intensitas, dan jangka waktu pengembangan usaha dimaksud (Pasal 16 ayat 3).

e. Bersama dengan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha


Mikro dan Kecil (Pasal 2l). Dalam hal ini Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
dunia usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan
mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk
Usaha Mikro dan Kecil(Pasal 2l ayat4).

f. Memberikan insentif datam bentuk kemudahan persyaratan perizinan,


keringanan tarif sarana prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesual dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (Pasal 21 ayat 5).

g. Meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil (Pasal 22).

13
h. Bersama Pemerintah Daerah, meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil
terhadap sumber pembiayaan (Pasal 23 ayat 1).

i. Bersama dengan Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan Usaha


Menengah dalam bidang pembiayaan dan penjaminan (Pasal 24).

j. Bersama Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat memfasilitasi,


mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan,
mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan (Pasal 25 ayat 1). Kemitraan
antar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kemitraan antara Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar mencakup proses alih keterampilan di
bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia,
dan teknologi (Pasal 25 ayat 2).

k. Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri teknis lain mengatur pemberian
insentif kepada Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi
ekspor, penyerapan tenaga kerja, pengunaan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (Pasal 25 ayat 3).

l. Menteri Koperasi dan UKM dapat membentuk lembaga koordinasi kemitraan


usaha nasional dan daerah untuk memantau pelaksanaan kemitraan (Pasal 34).

m. Melarang Usaha Besar memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro, Kecil,


dan/atau Menengah sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan
kemitraan (Pasal 35).

n. Melarang Usaha Menengah memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro dan/atau


Usaha Kecil mitra usahanya(Pasal 35).

o. Menteri Koperasi dan UKM melaksanakan koordinasi dan pengendalian


pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Pasal 38 ayat 1)

14
2.4 Perkembangan UMKM di Indonesia
Seiring dengan disahkan Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun 2004,
pemerintah daerah mempunyai fungsi untuk mengoptimalkan segala potensi yang
dimilikinya. Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah telah membawa para digma baru dalam penyelengaraan
pemerintahan didaerah serta dalam hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.

Penyelenggaraan pemerintah dalam pembangunan dapat dilakukan dengan


berbagai cara, salah satunya dengan memberdayakan masyarakat untuk mengurangi
angka pengangguran dan kemiskinan.

Pembangunan ekonomi dilakukan dengan pemberdayaan pada Usaha Mikro


Kecil Menengah (UMKM) karena UMKM merupakan salah satu penggerak bagi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang memiliki kontribusi dalam
menciptakan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat. Kehadiran
UMKM dapatmeningkatkan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.

Hal ini dikarenakan sektor UMKM dapat melibatkan banyak orang dengan
beragam usaha. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting
dalam pembangunan ekonomi di daerah untuk mengurangi angka pengangguran.
Pemerintah daerah harus memberikan perhatian bagi tumbuh dan kembangnya
lapangan usaha.

Berdasarkan data perkembangan industri, perdagangan dan beragam usaha


di Sulawesi Utara, terlihat bahwa dari tingginya jumlah pengusaha kecil, maka
industry pertanian memiliki jumlah terbesar dibandingkan dengan industri non
pertanian seperti perdagangan, dan berbagai usaha, dan dilihatdari jumlah
penyerapan tenaga kerja maka sector beragam usaha dan perdagangan yang paling
banyak memerlukan tenaga kerja.

Penggerak ekonomi UKM daerah lain di Provinsi Sulawesi Utara yaitu


pengembangan usaha kecil dan menengah di bidang industry seperti minyak kelapa,

15
minyak cengkih, alcohol teknis, pengasa panikan, kerajinan anyaman,
genteng. Sedangkan, dengan UKM di bidang industri yang berorientasi ekspor
seperti industry kulit ikan pari, meubel, kayu, rotan, keramik, gerabah, pangan,
arang tempurung dll.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menggelar


North Sulawesi Tourism, Trade, and Investment (NSTTI) expo. Kegiatan tahunan
ini berlangsung di Manado Town Square (Mantos). Kegiatan tersebut menampilkan
dan mempromosikan produk perindustrian, pariwisata, perdagangan dan UMKM
perbankan, perhotelan, investasi dan kegiatan dunia usahalainnya di Sulawesi
Utara.

Selain itu, ada beberapa peserta pula yang berasal dari luar Sulut, seperti
Sulawesi Selatan (Sulsel), Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat
(NTB), dengan diadakannya kegiatan promosi UMKM tersebut, nantinya dapat
mengembangkan terutama menumbuhkan minat dan membangun sektor UMKM di
Kota Manado.

Pusat perbelanjaan di Kota Manado mulanya berpusat di seputar Taman Kesatuan


Bangsa (TKB) atau "Pasar 45". Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Kota
Manado, dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, industry properti dan
retail di Manado berkembang pesat.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia telah terbukti


mampu menjaga stabilitas ekonomi disaat krisis terjadi. Keberadaan UMKM di
Indonesia yang jumlahnya mencapai 99,99% dari total usaha di Indonesia telah
menyerap 97,30% tenaga kerja di Indonesia. Keberadaan UMKM juga
memberikan kontribusi sebesar 57,12% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Namun UMKM juga memiliki berbagai hambatan dalam hal pengelolaan


usahanya. Masalah utama yang dihadapi oleh UMKM adalah permodalan.
Menyusul masalah lain adalah pengelolaan yang kurang profesional, kesulitan
dalam persaingan usaha yang pesat, rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM,
kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM, bahan baku sukar diperoleh, pasar
yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi sulit.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, peran pemerintah sangat diharapkan.


Undang-Undang telah memberi amanat kepada pemerintah untuk mengembangkan
dan memberdayakan UMKM. Sinergi antra pemerintah pusat dan daerah juga
harus diperhatikan guna menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif bagi
pelaku UMKM. Beberapa program telah dilakukan pemerintah untuk
melaksanakan amanat Undang-Undang. Program GKN dan pemberian KUR
menjadi contoh peran pemerintah dalam upaya untuk menghasilkan UMKM yang
berdaya dan mampu bersaing dengan usaha lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://lembagalentera.wordpress.com/2012/12/11/kelemahan-dan-hambatan-
koperasi-dan-ukm-2/

Kementerian UMKM dan Koperasi, Rencana Strategis 2009-2014

Kementerian UMKM dan Koperasi, Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014


Bidang Pemberdayaan UMKM dan Koperasi.

UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Mikro Dan Menengah

UU No 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

Kementerian Koperasi dan UMKM, data UMKM dan UB tahun 2006-2010.

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201240.pdf

http://yohkandjoek.blogspot.co.id/2014/10/peranan-pemerintah-dalam
pemberdayaan.html

18

Anda mungkin juga menyukai