PENDAHULUAN
Berdasarkan dari data WHO (World Health Organization) pada tahun 2012
jumlah kasus hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan
semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau
sekitar 29% dari total penduduk dunia. (www. Depkes.go.id)
1
Meskipun tidak ada pengobatan untuk keadaan ini, tetapi tindakan prevensi
dan manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan
kekambuhan penyakit. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler pada
dekade terakhir menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi perlu
ditingkatkan.
2
3.1.2 Bagi Perawat
Memberi gambaran dan menambah pengetahuan tentang
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.sesuai dengan aspek biopsikososial.
3.1.3 Bagi pembaca
Menambah pengetahuan tentang hipertensi khususnya definisi,
etiologi. gejala dan tanda, faktor-faktor resiko serta tindakan
keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi adalah penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai
faktor resiko yaitu: umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stress,
asupan garam, merokok, pola aktifitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes
militus. Oleh karena itu penyakit hipertensi timbul karena adanya interaksi
dari berbagai factor yang telah disebutkan, faktor lain yang lebih berpengaruh
atau berperan terhdap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti
( Anggara, 2013).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 139 mmHg dan atau
tekanan darah sistolik lebih dari 89 mmHg, berdasarkan rerata dua atau tiga
kali pengukuran yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan. (Santoso Karo-karo dalam rilantono 2015)
4
Jantung merupakan organ yang terletak di rongga Mediastinum dibelakang
tulang dada (sternum), kurang lebih 2/3 bagian terletak disebelah kiri dan 1/3
bagian sebelah kanan mulai dari garis tengah sternum. Berfungsi sebagai
pompa ganda supaya terjadi aliran di dalam pembuluh darah yang disebabkan
adanya pergantian antara kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole).
2.2.1 Ruang dan katub jantung
Terdapat 2 buah atrium yang menerima darah dari pembuluh darah vena,
atrium kanan menampung darah dari vena superior dan inferior yang banyak
mengandung karbondiosida sebagai bahan sisa dari metabolism yang terjadi
di sel, atrium kiri menampung darah kaya akan oksiden dari vena pulmonalis
kanan dan kiri. atrium kanan dan kiri dibatasi septum antar atrium. Di jantung
terdapat juga 2 ventrikel yang memompa darah ke arteri, ventrikel kanan
memompa darah ke arteri pulmonalis untuk ke paru- paru dan ventrikel kiri
memompakan darah ke aorta utuk dipompakan keseluruh tubuh. Kedua
ventrikel dipisahkan oleh sulcus interventrikular anterior dan sulkus
interventrikulr posterior. Septum interventrikular membatasi kedua ventrikel.
5
( systole) berfungsi untuk mencegah darah kembali dari arteri ke ventrikel
saat ventrikel relaksasi.
Sistem sirkulasi peredaran darah jantung dibagi menjadi dua, yaitu sistem
sirkulasi pulmonal dan sistem sirkulasi sistemik. Sistem sirkulasi pulmonal
dimulai dari ventrikel kanan ke kumpulan kapiler alveolus paru- paru dimana
terjadi pertukaran gas yang terkandung di dalam darah dengan gas yang ada
di alveoli, darah yang mengalir ke pulmonal adalah darah yang banyak
mengandung karbondioksida, setelah terjadi difusi, darah yang kaya akan
oksigen kembali ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Sirkulasi sistemik
dimulai dari jantung ke kumpulan kapiler seluruh tubuh dimana terjadi
pertukaran gas antara darah dengan jaringan, membawa darah kaya oksigen
ke jaringan dan membawa kembali darah kurang oksigen ke jantung.
Pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan, lapisan yang paling dalam disebut
tunika intima. Tunika intima terdiri dari 2 lapisan, lapisan yang lebih dalam
adalah lapisan endotel dan lapisan yang lebih luar adalah lapisan sub endotel.
Lapisan endotel terdiri dari sel endothelia yang ada pada lamina basalis.
Sedangkan lapisan sub endotel terdiri dari kolagen, sel otot polos dan
fibroblast sel. Lapisan yang lebih luar dari tunika intima adalah tunika media.
Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang berpilin, dan tersusun
konsentris, serta elastis dan lamela juga reticular dan prostaglandin yang
tersebar diantaranya. Khusus pada venula sebelum kapiler dan kapiler itu
6
sendiri, tunika media pada pembuluh darah tersebut tersusun dari sel yang
disebut perisit. Lapisan yang paling luar adalah tunika adventitia. Tunika
adventitia terdiri dari kolagen dan elasttin. Berbeda dari kolagen pada tunika
media yang merupakan kolagen type III, kolagen pada tunika adventitia
merupakan kolagen tipe I. Tunika adventitia kemudian akan bersatu dengan
jaringan ikat yang membungkus organ yang dilalui oleh pembuluh darah
tersebut.
Pada arteri, terdapat lamina elastika interna diantara tunika intima dan media.
Lamina elastika interna tersusun dari elastin yang berfenestra (berjendela)
sehingga memungkinkan senyawa-senyawa untuk berdifusi dan memberi
makan sel yang letaknya lebih dalam pada pembuluh darah. Pada arteri yang
lebih besar, selain terdapat lamina elastika interna juga terdapat lamina
elastika eksterna diantara tunika media dan tunika adventitia. Lamina elastika
eksterna lebih tipis bila dibandingkan dengan lamina elastika interna.
2.3.1 Etiologi
Terdapat beberapa etiologi dan faktor resiko hipertensi yang dikutip dari
Rilantono (2012)(BUKU IWAN), yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer tidak memiliki penyebab yang spesifik, kondisi
ini semakin berkembang akibat peningkatan curah jantung dan resistensi
tekanan perifer.
Berikut ini adalah macam-macam penyebab hipertensi premier:
1. Genetik : Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
Beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2. Jenis Kelamin dan usia : laki laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
menepuose beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3. Diet : konsumsi diet garam tinggi atau lemak secara langsung
7
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4. Berat badan/obesitas : lebih dari 25% diatas BB ideal. Dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
5. Gaya hidup : merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah bila gaya hidup menetap.
8
2.4 Patofisiologi
2.5 Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi (ESC/ISH dalam Rilantono, 2015)
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 dan/ atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/ atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/ atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan /atau 100-109
Hipertensi derajat 3 > 180 dan/ atau > 110
- -
9
Hipetensi sistolik > 140 Dan <90
-
terisolasi
10
Zulkarnaen (2012) meliputi peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit
kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat/kaku ditengkuk, sukar tidur,
mata berkunang-kunang, lemas dan lelah, muka pucat, gelisah, mual/muntah,
dan sesak nafas, angina, pusing dan asimptomatis ( kadang – kadang gejala
timbul bila telah terjadi komplikasi pada target irgan: mata, ginjal, jantung,
otak).
2.7 Komplikasi
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dalam PERKI (2015) dapat diketahui sebagai
berikut :
2.8.1 Penatalaksanaan nonfarmakologis
11
1. Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2
gram garam dapur. Batasi pula makanan yang mengandung garam
natrium seperti ikan kalengan, lauk atau sayuran instan, saus
botolan, mie instan, dan kue kering. Pembatasan konsumsi garam
mengakibatkan pengurangan natrium yang menyebabkan
peningkatan asupan kalium. Ini akan menurunkan natrium intrasel
yang akan mengurangi efek hipertensi.
2. Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan adalah jika
berat badan lebih 10% dari berat badan normal. Pada penderita muda
dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi gemuk dan
sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan cenderung
hipertensi. Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus
simpatis yang diduga dapat mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesteroldarah
tidak terlalu tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat
menyebabkan endapan kolesterol.
4. Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan
kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah
gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan melakukan
olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi
karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat karena
banyak mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui rokok dan
alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Menghindari rokok dan
alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi.
7. Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau
ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan
sesuatu yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik dan
bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui
12
penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat
diturunkan.
8. Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari
pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan.
Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan santai
dulu. Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk
mengatasi kesulitan itu.
13
3. Berikan obat pada pasien usia lanjut (>80 tahun) seperti pada usia
55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
4. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzim inhibitor
(ACE inhibitor) dengan Angiotensin 2 Reseptor Bloker (ARBs)
5. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi.
6. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
14
Obat-obatan yang di berikan pada klien dengan hipertensi, meliputi golongan
diuretik (meningkatkan ekskresi Na+, H2O, mengurangi reabsopsi Na+ dan
H2O, menghambat aksi aldosteron pada loop distal), B-bloker (menghambat
impuls simpatis pada reseptor beta di jantung dan pembuluh darah perifer
sehingga mengurangi tahanan vaskular perifer), calsium antagonis
(menyebabkan vasodilatasi arteri dan menurunkan systemic vascular
resistensi, menghambat masuknya kalsium ke dalam sel otot polos dan
menghambat pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma), dan gol
penghambat konversi renin dan angiotensin.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, tingkat kesedaran, berat badan, tinggi badan,
tanda tanda vital
2) Pemeriksaan kepala : rambut, mata konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor, sklera.
3) Hidung : bentuk, fungsi penciuman, da atau tidak ada riwayat
sinusitis, maupun epitaksis.
4) Telinga : bentuk dan fungsi pendengaran.
5) Pemeriksaan leher : JVP dan tidak terjadi pembesaran thyroid
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 14 Februari 2016
Jam pengkajian : 10.00
Tempat pengkajian : Ruang CVCU, Bed 7
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
MR : 2015.39.02.99
Umur : 62 tahun
Alamat : Pondok Kopi, Jakarta
Pekerjaan : Wirawasta
2. Keluhan utama
Pada saat pengkajian dilakukan, klien mengeluh Nyeri dada dan kepala
pusing
Pengkajian nyeri :
P (provoke) : nyeri dirasakan pada saat klien duduk
Q (quality) : nyeri dirasakan seperti tertusuk
R (radiation) : nyeri di rasakan di dada kiri dan menjalar ke punggung
S (severe) : skala nyeri 4/10
T (time) : dirasakan hilang timbul
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien Tn. S masuk ruang IGD dengan keluhan nyeri dada hilang timbul
seperti ditusuk > 20 menit dengan skor 8/10, sesak nafas, kepala terasa
pusing dan lemas. Sesak nafas hilang timbul, DOE (+), OP (+), PND (+).
Berdebar(-), tidak ada ronchi, Hr: 90 x/menit, TD: 146/100 mmHg, RR:
22x/menit.
16
6. Faktor Risiko
Hipertensi, DM, Merokok ± 1 bungkus perhari sekarang sudah berkurang
7. Riwayat pekerjaan
Klien adalah karyawan swasta
8. Riwayat geografi
Klien tinggal daerah gambir bersama dengan anak, menantu dan cucunya.
Dalam satu rumah terdapat 7 anggota keluarga. Klien mengatakan kondisi
rumah yang teralu penuh terkadang membuat dia stress.
9. Riwayat alergi (-)
10. Kebiasaan soaial
Klien mengikuti pengajian rukun warga dilingkungan tempat tinggalnya.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : compos mentis
b. Keadaan umum : Baik
c. BB / TB : 73 kg / 165 cm
d. Vital sign :
1) TD: 151/86 mmhg
2) HR: 90 x/menit
3) RR: 22 x/menit
e. Mata : anemis (-), ikterik (-)
f. Hidung : sekret (-), polip (-), pernapasan cuping hidung (-)
g. Bibir : sianosis (-), mukosa kering.
h. Leher : JVP normal, pembesaran kelenjar tiroid (-).
i. Abdomen : BU 8x permenit, tidak ada massa, distensi (-)
j. Extrimitas : akral hangat, odema pada ekstremitas (-), baal (-),
k. Kulit : turgor baik (< 3detik )
17
SR, Gel P normal diikuti dengan QRS komp, PR normal dengan
interval <0,20 det, QRS Durasi sempit, axis LAD, ST change (+)
depresi di I, aVL V4,V5, dan V6, T Inverted V4-V6, I, aVL
c. CAG
LM Normal, LAD subtotal oklusi proximal, LCX total oklusi distal
RCA stenosis multiple prox-distal 80-95% mengisi LCX dan LAD
d. Laboratorium:
1) Tgl 12/02/2016
Hematologi ELEKTROLIT
Hb/Ht : 14. 9 mg/dL Natrium : 139 mmol/L
Ht : 44.4 /µL Kalium : 3.50 mmol/L
Leukosit : 45.9 /µL Magnesium : 2.12 ug/ml
Fungsi Ginjal Clorida : 102 mmol/L
18
Ureum : 39.08 mg/dl
Creatinin : 1.5 mg/dl CKMB : 32 u/L
Gula Darah Trop T : 420 mg/L
GDS : 201 mg/dl
2) Tgl 13/02/2016
Cholesterol Total : 30 mg/dl
Cholesterol HDL : 1. 88 mg/dl
Cholesterol LDL : 133 mg/dl
3) Tgl 14/02/2016
Fungsi Ginjal
Ureum : 28 mg/dl
Creatinin : 2.11 mg/dl
BUN : 15.8 mg/dl
3.2 Penatalaksanaan
Profilemedik:
Lemak
Obat : a. Kolesterol
Simvastatintotal
1 x 20: 78
mgmg/dlb. Tromboaspilet 1x80 mg
c.CPG 1x75 mg d. Cardace 1x5 mg
e.ISDN 3x5mg f. Lasix 1x5mg
g.Concor 1x5mg, h. Lovenox 2x0.6c
19
DO:
Klien tampak lemah
Klien mengatakan
lemas dan nyeri bila
beraktivitas
3. DS: Risiko tinggi Peningkatan
-
penurunan Afterload
DO:
TD : 140/100 mmHg terhadap
HR 90x/menit penurunan curah
Hasil Echo tanggal EF:
jantung
35%
20
3.3.3 Intervensi,Implementasi dan Evaluasi
21
aktivitas klien 2. Rencanakan periode Jam 11:00 Jam 12.00
berhubungan mampu:meningkatkan istirahat diantara 1. Obs TTV S: klien mengatakan akan
dengan kemampuan untuk aktivitas 2. Merencanakan periode membatasi aktivitas nya
kelemahan melakuka aktivitas: 3. Motivasi intake nutrisi istirahat daintara aktivitas O: klien tampak istirahat,
fisik 1. Tanda tanda vital adekuat 3. memotivasi intake nutrisi TD: 102/62 x menit, HR: 62
dalam batas 4. Bantu dalam pemenuhan adekuat x/menit, S: 36 º, RR:
normal ADL 4. Membantu dalam 20x/menit, makan habis,
2. Mampu 5. Hilangkan / minimalkan pemenuhan kebutuhan pasien mendapatkan
beraktivitas tanpa aktivitas yang dapat ADL theraphy pencahar: laxadine
keluhan yang meningkatkan kerja 5. menghilangkan / 1x1 ci
berarti jantung: mengejan saat minimalkan aktivitas A: masalah teratasi
BAB, batuk panjang,dan yang dapat meningkatkan sebagian
membungkuk. kerja jantung: mengejan P: lanjutkan intervensi
6. Kolaborasi dengan saat BAB, batuk
dokter pemberian panjang,dan
therapy farmakologis membungkuk.
pencahar 6. kolaborasi pemberian
therapy pencahar
22
3. Risiko Dalam 1x 24 jam 1. Observasi tanda-tanda Tgl 14/02/2016 Tgl 18/02/2016
Penurunan klien menunjukkan: vital. Jam 12:00 Jam 12:00
Curah 1. TTV dalam batas 2. Observasi tanda-tanda 1. Mengobservasi TTV S: -
Jantung Normal pendarahan 2. Mengobservasi tanda O: Tidak terdapat tanda
2. Tidak terdapat
berhubungan tanda pendarahan tanda pendarahan TD
tanda tanda
dengan 102/63 mmHg, HR:
perdarahan
peningkatan 62x/menit S:36º akral
afterload hangat.
A:masalah teratasi
ssebagiian
P: observasi TTV,balance
dan keluhan pasien
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Tn. S masuk ruang IGD dengan keluhan nyeri dada hilang timbul seperti
ditusuk > 20 menit dengan skor 8/10, sesak nafas, kepala terasa pusing dan lemas.
Sesak nafas hilang timbul, DOE (+), OP (+), PND (+). Berdebar(-), tidak ada
ronchi, Hr: 90 x/menit, TD: 146/100 mmHg, RR: 22x/menit.
Penatalaksanaan medis yang diberikan kepada pasien di ICVCU adalah bed rest
total. Simvastatin 1 x 20 mg, Tromboaspilet 1x80 mg, CPG 1x75 mg, Cardace
1x5 mg, ISDN 3x5mg, Lasix 1x5mg, Concor 1x5mg, Lovenox 2x0.6cc dan
terpasang NS 0,9 % per 24 jam
24
mempertahankan tirah baring selama fase aku posisikan pasien dengan kepala
30-45º, menganjurkan melakukan tindakan non farmakoligis dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada klien dengan NSTEMI dengan HT Stage II DM Type II,adapun faktor
pencetus SKA adalah kondisi hipertensi kronis yang mengakibatkan suplai
kekoroner inadekuat
5.2 Saran
1. Deteksi dini terhadap keluhan pada hipertensi sangat membantu dalam
kecepatan penanganan awal sehingga mengurangi resiko terjadinya
komplikasi pada organ terget
2. Pemberian pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga sangat perlu
dilakukan sehingga dapat Klien mengerti perubahan gaya hidup, diet,
kepatuhan minum obat, dan aktifitas yang dilakukan secara bertahap
dalam proses pemulihan. Serta peran keluarga yang berperan dalam
membantu aktifitas klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
mendukung klien untuk merubah pola hidup. Tujuan dari pemberian
edukasi kesehatan adalah agar tercapainya kualitas hidup yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
26
darah dipuskesmas telaga murni cikarang barat tahun 2012.Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(1); Januari 2013. Diakses tanggal 10 Oktober 2015.
Anwar. (2015). Pedoman Tatalaksanan Hipertensi pada Panyakit Kardiovaskuler
2015. Perhimpunan dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. Diakses
tanggal 10 Oktober 2015.
Karson. 2012. Kelainan Penyakit Jantung:Pencegahan Serta Pengobatan.
Yogyakarta;Nuha Medika.
Paul A.T. Kawatu. 2012. Analisis Hubungan Penggunaan Pil KB dengan
Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Tombagiri.
Diambil dari www.idimanado.org.
Price, Sylvia Anderson & Wilson, Loraine McCarty. 2002. Pathophysiology :
Clinical Concepts of Disease Prosses. Alih Bahasa : Brahm U. Pendit. 2006.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Vol 1. Edisi 6. Jakarta
: EGC.
Rilantono,Lili. 2012. Penyakit Kardiovaskuler PK V.Jakarta;UI Press.
Tiara. 2011. ST Elevasi Miokard Infark. Diambil tanggal 10 Oktober 2015 dari
http://tiarasarambu.blogspot.com.
Udjanti, Wadjan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Edisi II. Jakarta:
Salemba Medika.
Zulfahri. 2011. Pathophysiology of hipertensi. Diambil tanggal 10 Oktober 2015
dari www.wikipedia.org.
Zulkarnaen. 2011. Askep Kardiovaskuler. Diambil tanggal 10 Oktober 2015 dari
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id.
27