Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan yang rens sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan Definisi
kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 adalah "keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual undneu Sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara social dan ekonomi" (UU No 36 tahun 2009) Kesehatan
mencakup sebagian besar aspek kehidupan manusia, mulai dari proses terbentuknya
seseorang sampai dengan akhir kehidupannya (Ardani, 2013)Penduduk lansia di
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut badan pusat statistik (BPS), penduduk lanjut usia pada tahun 2010
mencapai 23 juta jiwa dan tahun ke tahun tidak terlepas dari peningkatan usia harapan
hidup. Berdasarkan hasil studi kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia
(lansia) di 10 propinsi di Indonesia pada tahun 2006, diketahui pemnyakit terbanyak
yang di derita lansia adalah penyakit degenaratif (52,3%) salah satunya perubahan
struktur otot yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot (atropi otot) Dampak
nya dapat menurunkan kekuatan otot dan mobilitas (Putri, Suryani & Dharmmika,
2015)
Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari
proses penuaan. Menurunnya kekuatan otot disebabkan oleh banyak factor. Faktor
penyebab yang utama yaitu penuruan masa otot. Penurunan kekuatan otot ini di mulai
pada umur 40 tahun dan prosesnya akan semakin cepat pada usia setelah usia 75
tahun menurunnya kekuatan otot pada penuaan terjadi akibat kebocoran kalsium dari
kelompok protein dalam sel otot yang discbut ryanodine yang kemudian memicu
terjadinya rangkaian kejadian yang membatasi kontraksi serabut otot. Dengan
berkurangnya kalsium yang tersedia, maka kontraksi otot melemah (Pinontoan,
Marunduh & Wungouw, 2015)
Penurunan kekuatan otot pada lansia inı terjadı akibat kebocoran Kalsium dari
kelompok protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang kemudian memicu
terjadinya rangkaian kejadian yang membatası kontraksinya serabut otot Hal ini
menyebabkan gangguan pada pelepasan kalsium dari dalam sisterna retikulum
sarkoplasma kemiofilamen gangguan pelepasan kalsium menyebabkan terganggunya
proses kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin dimana kedua filamen
tersebut tidak bergeser satu sama lain sebagaimana Hasil akhirnya berupa gangguan
dalam terbentuknya mestinya kontraksi otot sehingga kontraksi otot menjadi lemah
penurunan kekuatan otot ini menyebabkan seorang lansia memiliki keterbatasan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Putri & Purnawati, 2017)
Kontraksi otot terjadi karma interaksi antara aktin dan myosin dimana
filamen-filamen disorongkan satu terhadap yang lain. pergeseran filamen-filamen
tipis pada filamen- filamen yang tebal yang saling bergerak dan saling mendekat dan
akan menmbulkan kontraksi otot Jadi jika kedua filamen tersebut tidak terjad
pergeseran maka tidak terjadi kontrakst pada otot dan nantinya akan terjadi
penurunan kekuatan otot (Rahmatullah & Lesmana, 2005)
Quadriceps Femoris merupakan otot besar yang membentuk kontur paha
bagian depan Grup otot ini terdin atas beberapa otot yaitu rectus femoris, vastus
medial, vastus intermedius, vastus lateral Fungsi utama otot Qadriceps Femoris
adalah sebagai penggerak ckstensi sendi lutut (Melianita & Hardjono, 2005). Selain
itu otot Quadriceps Femoris juga berfungsi untuk melakukan gerakan seperti berjalan
Kecepatan berjalan pada lansia itu dipengaruhi oleh kekuatan otot (uadriceps Femoris
Apabila terjadinya penurunan kekuatan otot Quadriceps Femoris akan berdampak
pada aktivitas fungsionalnya (Anggoro, 2015)
PERMENKES NO 65 tahun 2015 dicantumkan bahwa "Fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukan kepada individu dan atau kelompok
untuk meningkatkan memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunaan penanganan secara manual peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi dan
komunikasi”
Strengthening Exercise adalah suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang
diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan berarti kemampuan
untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal dalam satu usaha, kemampuan kekuatan
berarti terjadinya kontraksi otot pada manusia. Tujuan pemberian latihan
Strengthening adalah untuk meningkatkan jumlah sarkomer Hal ini terjadi karena
peningkatan jumlah aktual protein kontraktil otot yang membentuk kan semakin sel-
sel otot, sehingga semakin kuat kontraksi otot banyak remodeling pada serabut
serabut otot sehingga volume otot akan lebih besar (Rahmatullah & Lesmana, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melatar belakangi
pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul fisioterapi pada kondisi Kelemahan otot
Quadriceps Femoris dengan intervensi Strengthening Exercise untuk meningkatkan
kekuatan ototl pada lansia".
Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari
proses penuaan. Menurunnya kekuatan otot disebabkan oleh banyak faktor. Faktor
penyebab yang utama yaitu penurunan massa otot. Penurunan kekuatan otot ini
dimulai pada umur 40 tahun dan prosesnya akan semakin eepat pada usia setelah usia
75 tahun. menurunnya kekuatan otot pada penuaan terjadi akibat kebocoran kalsium
dari kelompok protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang kemudian memicu
terjadinya rangkaian kejadian yang membatasi kontraksi serabut otot. Dengan
berkurangnya kalsium yang tersedia, maka kontraksi otot melemah (Pinontoan,
Marunduh & Wungouw, 2015).
Penurunan kekuatan otot pada lansia ini terjadi akibat kebocoran Kalsium dari
kelompok protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang kemudian terjadinya
rangkaian kejadian yang membatasi memicu kontraksinya serabut otot. Hal ini
menyebabkan gangguan pada pelepasan kalsium dari dalam sisterna retikulum
sarkoplasma ke miofilamen. gangguan pelepasan kalsium menyebabkan
terganggunya proses kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin dimana kedua
filamen tersebut tidak bergeser satu sama lain sebagaimana mestinya. Hasil akhirnya
berupa uenaSun dalam terbentuknya kontraksi otot schingga kontraksi otot menjadi
lemah penurunan kekuatan otot ini menyebabkan scorang lansia memiliki
keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-han (Putri& Purnawati, 2017)
Lansia mengalami kemunduran atau perubahan marfologis pada otot yang
menyebabkan perubahan fungsional otot yaitu penurunan kekuatan otot dan kontaksi
otot, elastisitas dan fleksibilitas otot penurunan fungsi dan kekuatan akan
mengakibatkan kemampuan dalam otot Penurunan mempertahankan keseimbangan
tubuh lansia Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kekuatan otot pada lansia, diantaranya efek darı penuaan, inaktivitas atau imobilisasi,
kecelakaan dan penyakit degeneratif (Kusnanto, Indarwati & Mufidah, 2007).
Patologi fungsional pada kelemahan otot Quadriceps Femoris : 1) Anatomi
impairment : penurunan tonus otot, Kelemahan Otot Quadriceps Femoris, Atropi 2)
Functional limitation : Adanya nyeri gerak pada saat gerakan Ekstensi Knee 3)
Limitation actrvity : Kelemahan otot saat berdiri terlalu lama, berjalan, naik tangga,
dan berdiri ke jongkok. 4) Participant restriction : Kesulitan melakukan aktifitas
sehari-hari seperti shalat
Strengthening Exercise adalah suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang
diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak Kekuatan berarti kemampuan
untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal dalam satu usaha, kemampuan kekuatan
berarti terjadinya kontraksi otot pada manusia Tujuan pemberian latihan
strengrhening adalah untuk meningkatkan jumlah sarkomer Hal ini terjadi karena
peningkatan jumlah aktual prolein kontraktil otot yang membentuk sel-sel otot,
schingga semakin kuat kontraksi otot akan semakin banyak remodeling pada scrabut-
serabut olot schingga volume otol akan lebih besar (Rahmatullah & Lesmana, 2005
Penulis tertarik mengangkat mpnf tentang Kelemahan otot Quadriceps
Femoris dengan menggunakan modalitas Strengthening Exercise yang bertujuan
untuk meningkatkan kekuatan otot pada lansia dengan evaluasi menggunakan
pengukuran 1 RM (One Repetition Maximum)

B. Rumusan Masalah
Apakah dengan intervensi Latihan (Strengthening Exercise) dapat
meningkatkan kekuatan otot Quadriceps Femoris pada lansia?

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui efektivitas dan intervensi Strengthening Exercise untuk
dapat meningkatkan kekuatan otot Quadriceps Femoris pada lansia

D. Bagi Penulisan
1. Bagi Fisioterapi
Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang peningkatan kekuatan otot
quadriceps femoris dengan intervensi strengthening exercise pada lansia

2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kondisı Kelemahan otot Quadriceps
Femoris pada lansia dengan menggunakan intervensi Strengthening Exercise

3. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi


Sebagai salah satu referensi tambahan yang dapat digunakan untuk kepentingan
baik untuk kalangan khusus (institusi) maupun kalangan umum (mahasiswa) dalam
memperoleh informasi tentang penurunan kekuatan otot femoris pada lansia dan
intervensi fisioterapi dengan strengthening exercise untuk meningkatkan kekuatan
otot quadriceps femoris pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Kerangka Teori
1 Defenisi Lansia
Lansia merupakan orang yang sistem biologisnya mengalam perubahan-
perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah lanjut. Pada lansia terjadi
penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya yang akan menjads penghambat dalam melaksanakan aktivitas.
Definisi operasional lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berumur 260
tahun ke atas. Pengelompokkan usia menggunakan pembagian menurut WHO,
dengan usia 45-60 tahun (middle age), usia 60-75 tahun (elderly), usia 75-90 tahun
(old), usia diatas 90 tahun (very old) (Patandianan, Wungouw & Marunduh, 2015).
Quadriceps Femoris merupakan otot besar yang membentuk kontur paha
bagian depan. Grup otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu: rectus femoris, vastus
medial, vastus intermedius, vastus lateral. Fungsi utama otot Quadriceps Femoris
adalah sebagai penggerak ekstensi sendi lutut, selain sebagai penggerak sendi lutut
otot quadriceps femoris juga berperan penting pada saat proses berjalan (Melianita &
Hardjono, 2005).
Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari
proses penuaan Menurunnya kekuatan otot disebabkan oleh banyak faktor. Faktor
penyebab yang utama yaitu penurunan massa otot. Penurunan kekuatan otot ini
dimulai pada umur 40 tahun dan prosesnya akan semakin cepat pada usia setelah usia
75 tahun menurunnya kekuatan otot pada penuaan terjadi akibat kebocoran kalsium
dari kelompok protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang kemudian memicu
terjadinya rangkaian kejadian yang membatasi kontraksi serabut otot. Dengan
berkurangnya kalsium yang Tersedia, maka kontraksi otot melemah (Pinontoan,
Marunduh & Wungouw, 2015).
Penurunan kekuatan otot pada lansia ini terjadi Akibat kebocoran Kalsium
dari kelompok protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang kemudian memicu
terjadinya rangkaian kejadian yang membatasi kontraksinya serabut otot. Hal ini
menyebabkan gangguan pada pelepasan kalsium dari dalam sisterna retikulum
sarkoplasma ke miofilamen. gangguan pelepasan kalsium menyebabkan
terganggunya proses kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin dimana kedua
filamen tersebut tidak bergeser satu sama lain sebagaimana mestinya. Hasil akhirnya
berupa gangguan dalam terbentuknya kontraksi otot sehingga kontraksi otot menjadi
lemah. Penurunan kekuatan otot ini menyebabkan seorang lansia memiliki
keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehan-hari (Putri & Purnawati, 2017).
Proses penuaan menyebabkan berbagai pada fungsi dan struktur otot Massa
otot akan menurun sejalan dengan pertambahan umur Dengan massa otot yang
berkurang, kekuatan dan fungsi otot juga akan menurun signifikan. Kondisi
menurunnya massa, secara kekuatan dan Nee fungsi otot dikenal sebagai Sarkopenia.
Menurunnya kekuatan otot akibat penurunan massa otot, merupakan Faktor yang
prediktif yang penting dari keterbatasan fungsi dan stabilitas fisik lansia (Tantri,
Sunarti, Nurlaila & Wahono, 2017).
Kontraksi otot terjadi kama interaksi antara aktm dan myosin dimana
filament-filamen disorongkan satu terhadap yang lain. pergeseran filamen-filamen
tipis pada filamen- fiamen yang tebal yang saling bergerak dan saling mendekat dan
akan menimbulkan kontraksi otot Jadi jika kedua filament tersebut tidak terjadi
pergeseran maka tidak terjadi kontraksi pada otot dan nantinya akan terjadi
penurunan kekuatan otot (Rahmatullah & Lesmana, 2005).

2. Anatomi dan Fisiologi


a). Otot
Otot adalah sebuah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus, yaitu
berkontraksi, dengan demikian gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris
yang mempunyai sifat yang sama dengan sel jaringan lain. Semua ini di ikat menjadı
berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur
kontraktil (Pearce, 2013)

b). Tulang
1). Os Femur
Femur atau tulang paha adalah tulang yang terpanjang dari tubuh tulang itu
bersendian dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sisi
menjulur medial lutut dan membuat sendi dengan tibia. pada dasar leher tulang ada
dua garis yang menghubungkan trokanter mayor dan trokanter minor yaitu garis
intertrokanter (Pearce, 2013)

2).Os Patela
Os patella atau tulang tempurung adalah tulang biji atau tulang sesamoid yang
berkenmbang di dalam tendon otot quadriceps ekstensor apeks patella meruncing
kebawah. permukaan anterior tulang kasar permukaan posterior halus dan bersendi
dengan permukaan patella ujung bawah femur (Pearce, 2013)

3). Os Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai yang terletak
medial dari fibula atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung. Ujung proksimalnya mempunyai dua bongkol kondilus medialis dan
kondilus lateralis. Pada permukaan tibia mempunyai fasies artikularis superior, dibagi
dua oleh eminensa interkondiloid medial dan lateral (Pearce, 2013)

4). Os Fibula
Os Fibula lebih kurang panjangnya dengan tibia, tetapi lebih kecil sehingga
lebih fleksibel. Ia tidak terletak pada sendi lutut, namun dibawah ia membentuk
malleolus lateralis dari art talocruralis (sendi pergelangan kaki). Tulang ini
mempunyai dua extermitas dan corpus fibula. Tulang fibula terletak disebelah lateral
dari tibia juga terdiri dari tiga bagian yaitu: epiphysis proximal, diaphysis, epiphysis
distalis (Pearce, 2013).

5). Sistem Persyarafan


Persarafan pada sendi lutut adalah Persarafan yang melalui cabang-cabang
dari nervus yang mensarafi otot-otot di bagian sekitar sendi lutut dan otot quadriceps
mendapat persarafan somatik dari segmen lumbal 4 yang sesegmen dengan sendi
lutut sendi lutut disarafi oleh
- N. Femoralis
- N.Obturatorius
- N.Peroneus communis
- N. Tibialis

6). Sistem Peredaran Darah


Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah
disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular
arteri femoralis, cabang-cabang gentcular arteri popliteal dan cabang descending
arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena
pada sendi lutut mengikuti perjal anan arteri untuk kemudian akan memasuki vena
femoralis (Lumongga, 2004).

3. Etiologi
Penyebab dari Kelemahan otot quadriceps femoris pada lansia :
a). Penurunan massa otot dimana perubahan komposisi tubuh pada proses
penuaan akan menyebabkan perubahan massa otot yang terlihat dari penurunan
protein yang berperan dalam kontraksi otot (akrin dan miosin) (Putri &
Purnawati, 2017).
b). Penurunan kekuatan otot dimana Penurunan kekuatan otot dapat
menimbulkan penurunan kemampuan fungsional pada lansia karena kekuatan
otot mempengaruhi hampir semua aktivitas sehari-hari yang akhirnya dapat
menyebabkan lansia mengalami ketergantungan pada orang lain (Pinontoan,
Marunduh & Wungouw, 2015)

c). Inaktivitas atau immobilisasi, immobilisasi merupakan aktivitas yang kurang


maka berdampak pada peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan
penurunan kekuatan otot dimana dari 10 %- 15 % kekuatan otot dapat hilang jika
otot beristirahat penuh dan sebanyak 5,5 % dapat hilang setiap hari pada kondisi
istirahat atau imobilisasi sepenuhnya (Safa'ah, 2013)

d). Penyakit degeneratif seperti Osteoartritis, dimana penyakit Osteoartritis


terdapat banyak problematik fisioterapi diantara nya adanya kekakuan pada sendi
lutut, kelemahan otot keterbatasan gerak dari posisi jongkok ke berdiri, gangguan
pola jalan karna diakibatkan kelemahan otot pada sendi lutut yang nantinya akan
terjadi penurunan kemampuan fungsional seperti berjalan (Haryoko & Juliastuti,
2016).

e). Trauma, dimana aktivitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang
berkepanjangan pada lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang terlalu
banyak menumpu pada lutut seperti membawa beban atau berdiri terus menerus,
mempunyai resiko lebih besar terkena riwayat trauma langsung maupun tidak
langsung (Suriani & Lesmana, 2013)

4. Patofisiologi
Penurunan kekuatan otot pada lansia disebabkan karna perubahan komposisi
tubuh pada proses penuaan yang akan menyebabkan perubahan massa otot yang
terlihat dari pernurunan protein yang berperan dalam kontraksi otot (aktin dan
miosin). Kontraksi otot terjadi tejadi akibat mekanisme pergeseran filament (filament
aktin bergeser di antara filamen miosin) Penurunan kekuatan otot pada lansia ini juga
terjadi akibat kebocoran Kalsium darı kelompok protein dalam sel otot yang disebut
ryanodine yang kemudian menmicu terjadinya rangkaian kejadian yang membatasi
kontraksinya serabut otot. Hal ini menyebabkan gangguan pada pelepasan kalsium
dari dalam sisterna reticulum sarkoplasma ke miofilamen gangguan pelepasan
kalsium menyebabkan terganggunya proses kekuatan menarik antara filamen aktin
dan miosin dimana kedua filamen tersebut tidak bergeser satu sama lain sebagaimana
mestinya. Hasil akhirnya berupa gangguan dalam terbentuknya kontraksi otot
sehingga kontraksi otot menjadi lemah pada lansia terjadi perubahan metabolisme
protein seperti meningkatnya ektraksi splanikus dan reststensi anabolik. Lansia
membutuhkan lebih banyak protein Ketidakseimbangan antara suplai protein dan
kebutuhan protein dapat mengakibatkan hilangnya massa otot Akibatnya, lansia yang
mengalami kehilangan massa otot dan kekuatan otot akan mengalami keterbatasan
fisik untuk melakukan aktivitas sehari- hari (Halim, 2017).

5. Patologi Fungsional
Perubahan marfologis pada otot yang mengalami kelemahan dapat
menyebabkan perubahan pada fungsional otot,dan yaitu terjadinya penurunan
kekuatan otot, elastisitas fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan rileksasi dan
kinerja fungsional.
Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan yaitu:
a). Penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh
b). Hambatan dalam gerak duduk ke berdiri
c). Peningkatan resiko jatuh
d). Perubahan postur
6. Faktor Resiko
a). Usia, Karna seiring bertambahnya usia, kekuatan otot akan mengalami penurunan
secara bertahap
b). Jenis Kelamin, Kelemahan otot cendrung terjadi pada wanita
c). Faktor biomekanik, Faktor neuromuscular (ukuran cross sectional otot,recruitment
motor unit, tipe kontraksi, jenis serabut otot dan kecepatan kontraksi), faktor
metabolism yang berhubungan dengan ketersedian energ (Noviyanti, 2014)

7. Tanda dan Gejala


a) Nyeri, mengakibatkan gangguan pada motor neuron sehingga pengaturan kontraksi
otot secara maksimal tidak dapat dilakukan.
b) Penurunan kekuatan otot juga terjadi karna adanya nyeri pada lansia hal ini
ditandai dengan kelemahan otot. Gejala awal yang ditimbulkan adalah mengalami
keterbatasan gerak, langkah menjadi pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat
dan kaki akan lebih gampang goyang
c) Penurunan LGS (lingkup gerak sendi), karna kelemahan otot adanya penurunan
kemampuan fungsional seperti berjalan (Haryoko & Juliastuti, 2016).

8. Proses Peningkatan Kekuatan Otot


Peningkatan kekuatan otot disebabkan perubahan anatomis, yaitu peningkatan
jumlah miofibril, peningkatan ukuran miofibril, peningkatan jumlah total protein
kontraktil khususnya kontraktil miosin. Kapasitas kekuatan otot secara langsung
berhubungan dengan fisologi cross sectional area pada serabut otot. Dengan desain
latihan yang spesifik dapat meningkatkan kekuatan otot adanya peningkatan
recruitment motor uhit Banyaknya jumlah motor unit yang aktif akan menghasilkan
kekuatan otot yang besar, untuk meningkatkan kekuatan otot beban yang melebihi
kapasitas metabolik otot harus digerakkan selama latihan. Peningkatan kekuatan pada
tahap awal ini dapat terjadi pada orang terlatih setelah pemberian latihan selama 4
minggu (Anggoro, 2015)
B. Pemeriksaan dan Pengukuran

1. Pemeriksaan khusus
a).Palpasi
Palpasi dalah suatu gerakan penekanan yang dapat dilakukan dengan
jari untuk mengetahui adanya sofiness atau kekakuan. Palpasi ini diperlukan
untuk memastikan otot yang mana berkontraksi sehingga terapis bisa
mendekteksi adanya subsitusi otot yang lain.
Teknik palpasi dengan cara meraba atau menekan dan memegang otot
yang akan di palpasi menggunakan jari thumb. Lakukan palpasi pada otot
Rectus Femoris. Origo Spina Iliaca anterior superior. Insertsio: Patella,
tuberositas tibia

b) Tes Isometrik
Tes untuk mengetahui kelemahan pada otot dapat dilakukan dengan
Isometrik, dimana gerakan isometrik akan menekankan pada kekuatan otot
dan stabilisasi sendi dalam kontraksi saat menerima tahanan.

c).Tes Isometrik Knee Ekstens


Posisi pasien terlentang dengan Knee semi flexion, lalu gerakan
eksiensi lutut ditahan Oleh otot quadriceps dan Tensor fascia latae (0-30°
flex) maka pada saat gerakan akan terlihat ketidakmampuan pasien melawan
tahanan.

2. Pengukuran
One Repetitif Maximum (1 RM) adalah suatu alat ukur untuk
menentukan atau mengukur kekuatan maksimum otot. Tes 1 RM
merupakan suatu metode yang populer dalam mengukur kekuatan otot isotonik.
Dimana pengukuran dilakukan dengan mengangkat beban maksimum dalam
satu pengulangan. Test daya tahan otot menggunakan beban 40% dari 1 RM.
Otot quadrisep dikontraksikan secara konsentrik dan eksentrik. Kontraksi
konsentrik secera cepat dan kontraksi eksentrik secara perlahan. Jumlah
frekwensi pengulangan yang dapat dilakukan merupakan nilai daya tahan otot.
Posisi pasien sangat bergantung dari otot yang akan di tes, kekuatan dan
juga kondisi keseluruhan dari pasien dan bagian tubuh yang di tes diposisikan
yang enak pada tempat yang relative keras dan bagian yang akan di tes bebas
dari pakaian. Tidak semua pasien bisa di tes dengan menggunakan posisi
standar yang digunakan untuk menentukan kekuatan otot berdasarkan gravitasi
:
a). Eleminasi gravitasi, segmen tubuh yang dites diposisikan sedemikian rupa
sehingga efek grafitasi terhadap kerja otot tertentu menjadi maksimal.
b). Melawan gravitasi, subjek diposisikan sedemikian rupa sehingga efek
grafitasi bekerja mempengaruhi segmen yang di tes
Tes Lingkup Gerak
Untuk mengetahui luasnya gerak sendi yang bisa terjadi karna kontraksi otot
yang akan di tes LGS untuk otot-otot tertentu tidak perlu/komplit seperti yang
dapat dilakukan otot yang bersangkutan pada sendi tersebut.
c). Palpasi
Palpasi harus dilakukan untuk memeriksa kontraksi otot di tes, Setiap otot dites
harus di palpasi sehingga 1 RM ini bisa menjadi pemeriksaan yang valid.
palpasi ini diperlukan untuk memastikan otot yag mana berkontraksi sehingga
terapis bisa mendekteksi kemudian adanya subsitusi otot yang lain
d). Tahanan
Tahanan manual diberikan sedemikian rupa schingga gaya tahanan selalu lurus
terhadap sumbu panjan segmen yang bergerak
e). Stabilisasi
Stabilisasi eksentrik atau fiksasi merupakan kekuatan imbangan terhadap
tahanan yang memberikan support kepada subyek Untuk membantu mencegah
terjadinya gerakan subsitusi. stabilisasi diberikan pada segmen tubuh bagian
proksimal.
f). Subsitusi
Gerakan subsitusi akan terjadi apabila otot-otot lemah atau gerakannya tidak
terkoordinasi.
g). Motivasi dari pasien
Keinginan pasien bergerak mempengaruhi hasil pengukuran
h). Nyeri
Nyeri yang dirasakan pasien dapat mempengaruhi motivasi pasien yang pada
akhirnya akan berpengaruh juga terhadap hasil pengukuran

C. Intervensi Fisioterapi

1. Defenisi Strengthening Exercise


Strengthening Exercise adalah adalah suatu kemampuan kondisifisik manusia
yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak Kekuatan berarti
kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal dalam satu usaha,
kemampuan kekuatan berarti terjadinya kontraksi otot pada manusia (Chan, 2012).
Tujuan dan Strengthening Exercise untuk meningkatkan kekuatan otot serta
untuk mencapai gerak dan fungsi yang bebas dan symptom dan meningkatkan jumlah
serkomer. hal ini terjadı karna peningkatan jumlah aktual protein kontraktil otot yang
membentuk sel-sel otot, sehingga semakin kuat kontraksi otot akan semakin banyak
remodeling pada serabut- serabut otot sehingga volume otot semakin besar
(Rahmatullah & Lesmana, 2015).
a).Latihan 1 (Quadriceps Setting)
Latihan quadricep setting adalah latihan penguatan isometrik otot
quadriceps dengan fokus pada kontraksi vastus medialis oblique Prosedur
Posisi duduk, Lutut posisi ekstensi, pergelangan kaki dorsofleksi. "tekan lutut
anda ke bawah, dan kencangkan otot paha".
Dosis : 1) Frekuensi : 3 kali seminggu
2) Repetisi : 8 kali pengulangan
3) Time : Tahan 6 detik, rileks
4) Set : 2 set
5). Rest : 2 menit setiap set

b).Latihan 2 (Latihan Straight leg rising (SLR))


Latihan straight leg rising (SLR) adalah latihan penguatan isometrik otot
quadrisep
Prosedur : Posisi supine, lalu ekstensi kan kaki setinggi 45 drajat.
1).Frekuensi : 3 kali seminggu
2).Repetisi : 8 kali pengulangan
3).Time : Tahan 6 detik, rileks
4).Set : 2 set
5).Rest : 2 menit setiap set

c). Latihan 3 (Full Arc Extension)


Full Arc Extension adalah salah satu latihan untuk meningkatkan fleksibilitas
dan penguatan otot quadriceps.
Prosedur: pasien duduk tegak di atas kursi, kemudian ankat kaki ke depan
sampai lutut lurus lalu turunkan dan tekuk lutut seperti awal dengan di berikan
beban
1) Frekuensi : 3 kali seminggu
2) Repetisi : 8 kali pengulangan
3) Time : Tahan 6 detik, rileks
4) Set : 2 set
5) Rest : 2 menit setiap set

2. Mekanisme Pemberian Strengthening Exercise Untuk meningkatkan kekuatan


otot
Pada saat dilakukan latihan penguatan, pada saat itu otot akan berkontraksi
dimana akan terjadi proses sintesa protein pada kontraktil otot yang berlangsung lebih
cepat dari dari penghancurannya. Hal yang terjadi kemudian adalah adalah bertambah
banyaknya filament aktin dan miosin secara progresif didalam miofbril. Selanjutnya
miofibril menjadi hipertropi. Serat yang mengalami hipertropi akan meningkatkan
komponen sistem metabolisme pospagen termasuk ATP dan faspokkreatin, akibatnya
akan terjadi peningkatan kemampuan Sistem metabolisme aerob dan anaerob yang
mampu meningkatkan energi dan kekuatan otot (Sud rajad & Seotardji, 2014)

D. Kerangka Berfikir
Lansia (lanjut usia) adalah suatu tahap yang di lalui dalam proses kehidupan
pada setiap manusia yang ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi tubuh
baik secara fisik maupun psikologis. Lanjut usia sangat dikaitkan dengan
proprioseptif yang berkurang, proses degeneratif pada sistem vestibular, reflek posisi
yang melambat, dan melemahnya kekuatan otot yang sangat penting dalam
memelihara postur. kelemahan otot dan ketidakstabilan atau nyeri sendi dapat
menyebabkan menjadi sumber gangguan postur selama gerakan volunteer.
Lansia mengalami kemunduran atau perubahan marfologis pada otot yang
menyebabkan perubahan fungsional otot yaitu penurunan kekuatan otot dan kontaksi
otot, elastisitas dan fleksibilitas otot. penurunan fungsi dan kekuatan otot akan
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan tubuh
lansia. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan
otot pada lansia diantaranya efek dari penuaan, inaktivitas atau imobilisasi,
kecelakaan dan penyakit degeneratif
Problematika fisioterapi pada kelamahan otot Quadriceps Femoris pada lansia
adalah 1) Anatomi impairment Penurunan tonus otot, Kelemahan otot Quadriceps
Femoris, Atropi 2) Functional Iimitation Adanya nyern gerak pada saat gerakan
Ekstensi Knee 3) Limitation activity Kelemahan otot saat berdiri terlalu lama,
berjalan, naik tangga, dan posisi berdiri ke jongkok. 4) Participant restriction:
Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari seperti shalat
Sehingga penanganan fisioterapi yang mampu mengatasi permasalahan pada
kelemahan otot Quadricepas Femoris pada lansia yaitu dengan menggunakan
intervensi Stregthening Exercise untuk meningkatkan kekuatan otot. Evaluasi yang
digunakan setelah pelaksanaan fisioterapi yaitu berupa 1RM (One Repetitif
Maximum)

Skema kerangka Berfikir


Lansia

Penuaan, Inaktivita atau


Imobilisasi, Trauma,
Penyakit degeneratif

Palpasi

Isometrik

Kelemahan otot quadriceps femoris pada lansia

Anatomical Impairment Functional Limitation activity Participant restriction


impairment
Penurunan tonus otot, Tidak kuat berdiri Pasien kesulitan
atropi otot Adanya nyeri gerak terlalu lama, berjalan melakukan aktivitas
quadricepsfemori, pada saat gerakan jauh, naik tangga dan sehari – hari seperti
kelemahan otot Ekstensi Knee berdiri ke jongkok shalat
quadriceps otot

Penurunan kekuatan otot

Strengthening exercise :

a. Latihan quadriceps settting


b. Latihan SLR
c. Latihan Full Arc Extensions

Untuk meningkatkan kekuatan otot

Meningkatkan kekuatan otot

Alat Ukur 1 RM
BAB III
LAPORAN STATUS KLINIS

A. Keteranngan Umum Penderita


Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JI. Singgalang, Bukit Barisan Blok C No. 6 Pekanbaru

B. Data-Data Medis
Diagnosa Medis : Kelemahan Otot Quadriceps femoris
Catatan Klinis :-
General Treatment : Fisioterapi
Medika Mentosa : Tidak ada mengkonsumsi obat
Hasil Lab : Tidak ada hasil lab
Foto Rontgen : Tidak ada foto rontgen

C. Segi Fisioterapi
1. Anamnesis (Auto / Hetero)
a). Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada area lutut dan paha.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Sekitar 2 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri pada area lutut sebelah
kanan. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, kemudian pasien mengkomsumsi obat
herbal untuk menghilangkan rasa nyeri. Pasien mengkomsumsi obat herbal
kurang lebih selama 1 bulan. Pasien berhenti mengkomsumsi obat herbal
kemudian pasien melakukan terapi di klinik pada bulan Maret 2018. Pasien
mengalami kesulitan saat melakukan aktifitas sehari-hari yang melibatkan
pergerakan lutut seperti berjalan jauh, naik turun tangga, sholat dan jongkok
ke berdiri.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat Penyakit Penyerta


a). Obesitas
b). Asam Urat
с). Мaag
d). Hipertensi

5. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan pasien.

2. Pemeriksaan Fisik
a). Vital Sign :Tekanan Darah :140/90 mmHg
Denyut Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Temperatur : 36° C
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan :75 kg

b). Inspeksi : Statis : Terlihat perbedaan antara lutut kiri dan kanan. Lutut
kanan cendrung lebih kecil dari lutut sebelah kiri.
Dinamis : Saat berjalan pasien tampak menahan sakit.
Pasien kesulitan dari posisi duduk ke berdiri.

c). Palpasi : Tidak ada peningkatan suhu


Nyeri tekan (+) pada Otot Quadriceps Femoris dan Patella
dan Atropi pada otot Quadriceps Femoris
d). Perkusi : Tidak dilakukan
e). Auskultasi : Tidak dilakukan

f). Pemeriksaan Fungsi : Pemeriksaan gerak fungsi dasar ekstremitas untuk


kekuatan ototnya menggunakan 1 RM

3. Pemeriksaan Khusus dan Pengukuran


a). Palpasi : Adanya nyeri tekan pada patella dan otot quadriceps jemoris,
Atropi pada otot quadriceps femoris.
b). Tes Isometrik Knee Ekstensi
Tes positif adanya ketidakmampuan melawan tahanan

4. Diagnosa Fisioterapi
a). Impairment
- Anatomical impairment : Adanya Penurunan tonus otot, Kelemahan otot
Quadriceps Femoris, Atropi
- Functional impairment : Adanya nyeri gerak pada saat gerakan Ekstensi
Knee
b). Functional Limitation : Pasien tidak kuat berdiri terlalu lama, berjalan jauh,
naik tangga dan dari posisi jongkok ke berdiri.
c). Participant restriction : Pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
pasien masih dapat mengikuti kegiatan sosial di
dalam masyarakat seperti wirid pengajian.
5. Rencana Evaluasi
Pada kasus ini fisioterapis menggunakan alat alat ukur 1RM (One Repetitif
Maximum) yang dievaluasi sebelum program treatment dan setelah program
treatment (setelah 12 kali terapi).

6. Prognosis
Quo ad vitam : Baik
Quo ad sanam : Baik
Quo ad cosmeticam : Baik
Quo ad fungsional : Baik

7. Program Intervensi Fisioterapi


a). Tujuan
1) Jangka pendek : - Meningkatkan kekuatan otot
- Meningkatkan tonus otot.

2).Tujuan Jangka panjang : - Melanjutkan tujuan jangka pendek


- Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional pasien semaksimal mungkin.

b) Tindakan Fisioterapi
Strengthening Exercise
Latihan 1 :Quadriceps Setting
- Persiapan pasien yaitu: Pasien duduk di atas bad/tempat tidur dengan
posisi lutut ekstensi dengan lulut pasien diberikan gulungan handuk
- Prosedur : Terapis memberikan arahan kepada pasien Instruksikan pasien
untuk menekan lutut ke bawah dan kencangkan otot paha dengan
pergelangan kaki dorsofleksi. Tahan selama 6 detik dilakukan 8 kali
pengulangan.
Tujuan
untuk penguatan otot quadriceps femoris yang mengalami kelemahan.

Latihan 2 : (Straight Leg Rising)


- Persiapan pasien
Posisi pasien berbaring di atas bad/tempat tidur, lalu ekstensi kan knee
setinggi 45 drajat
- Prosedur: Terapis memberikan arahan kepada pasien dan minta pasien
untuk mengangkat knee 45 drajat. Tahan selama 6 detik dan dilakukan 8
kali pengulangan.
Tujuan untuk untuk penguatan otot quadriceps femoris yang mengalami
kelemahan.

Latihan 3: (Full Arc Extensions)


- Persiapan pasien: Pasien duduk diatas kursi kemudian pasien mengangkat
kaki ke depan sampai lutut Iurus dengan diberikan beban pada
pergelangan kaki yang mengalami kelemahan
- Prosedur :Terapis mengarahkan pasien untuk mengangkat kaki ke depan
sampai lutut lurus. kemudian Tahan selama 6 detik dan dilakukan 8 kali
pengulangan.
Tujuan untuk penguatan dan meningkatkan fleksibilitas otot quadriceps
femoris yang mengalami kelemahan.

c). Edukasi dan Home Program


1) Edukasi : Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas yang
memperburuk kondisinya seperti berjalan terlalu jauh.
2) Home program : Pasien diminta untuk melakukan latihan yang diajarkan
oleh terapis dirumah.

8. Evaluasi
Evaluasi dilakukan sebanyak 4 kali dilakukan setiap minggu selama 1 bulan.
Setelah dilakukan intervensi fisioterapi dengan menggunakan Strengthening Exercise
pada kondisi Pemurunan kekuatan Otot Quadriceps Femoris pada lansia yang
dilakukan terapi sebanyak 12 kali terapi dalam sebulan dengan evaluasi setiap
minggunya dan mendapatkan hasil adanya peningkatan kekuatan otot
Efek pemberian Strengthening Exercise pada kekuatan otot Quadriceps
PFemoris, Pada saat dilakukan latihan penguatan, pada saat itu otot akan berkontraksi
dimana akan terjadi proses sintesa protein pada kontraktil otot yang berlangsung lebih
cepat dari dari penghancurannya Hal yang terjadi kemudian adalah adalah bertambah
banyaknya filamen aktin dan miosin secars progresif didalam miofbril. Selanjutnys
miofibril menjadi hipertropi Serat yang mengalami hipertropi akan meningkatkan
komponen sistem metabolisme pospagen termasuk ATP dan faspokkrcatin, akibatnya
akan terjadi peningkatan kemampuan sistem metabolism aerob dan anaerob yang
mampu meningkatkan energi dan kekuatan otot.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan
Pasien dengan Kelemahan otot Quadriceps Femoris untuk meningkatkan
kekuatan otot setelah dilakukan pemberian penatalaks fisioterapi dengan
Strengthening Exercise selama 12 kali dengan menggunakan 1RM didapatkan hasil
adanya Peningkatan kekuatan Otot dari Evaluasi 1-IV ada peningkatan .

B. Saran
Adapun saran yang berkaitan dengan kondiss Kelemahan Quadriceps Femoris
pada lansia yang dapat penelit berikan adalah sebagai berikut :
Kepada peneliti agar lebih bisa memberikan penjelasan tentang bagaimana efek dani
latihan yang di berkan agar pasien lebih bias memahami dan melakukannya dirumah
kepada peneliti agar memberikan penjelasan tentang kondisi yang akan memperburuk
kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, I. 2013. Eksistensi dukun dalam era dokter spesialis. Jurnal kajian sastra dan
budaya. 4(1):28-33

Ahmad, H., Aras, D. & Ahmad, A. 2014. Palpasi Anatomi Otot. Physiocare
Publishing : Makassar.

Anggoro, A, S. 2015. Hubungan antara kekuatan otot quadriceps femoris dengan


kecepatan berjalan pada lansia di posyandu dahlia boyolali. 1-12

Chan, F. 2012. Strength Training (Latihan kekuatan). Jurnal Cerdas Sifa. Edisi
Nomor 1:1-6

Danismaya, I. 2010. Pengaruh terapi infra red terhadap kemampuan mobilitas fisik
lansia. Jurnal Fisioterapi Indonesia. 12(1):1-11.

Hislop, H. J. & Montgomery, J. 1995. Muscle testing techniques of manual


examination. Amarika: Library of congress cataloging in publication data Haryoko,
I., Juliastuti. 2016. therabandexercise terhadap peningkatan kekuatan otot quadriceps
femoris pada kondisi osteoarthritis genu bilateral. Jurnal Imam. 4(1): 1-9.

Perbedaan pengaruh microwavediathermy dan Halim, R. 2017. Pengaruh asupan


protein dan asam amino rantai cabang (aarc) terhadap kekuatan otot pada lansia. ./MI.
5(1):41-48

Kusnanto, Indrawati, R. & Mufidah, N.. 2007. Peningkatan stabilitas postural pada
lansia Melalui balance exercise. Media Ners, 1(2):49-68.
Lumongga, F. 2004. Sendi Lutut. Sumatra Utara: Library.
Melianita, R. & Hardjono, J. 2015. perbedaan pengaruh pemberian latihan metode de
lorme dengan latihan metode oxford terhadap peningkatan kekuatnn olot quadriceps.
Jurnal Fisioterapi Indonesia. 5(2):1-16

Noviyanti, S. 2014. Hubungan kekuatan otot quadriceps femoris dengan resiko Jatuh
pada lansia. 1-12

Pinontoan, P. M., Marunduh, S. R. & Wungouw, H. I S. 2015. Gambaran kekuatan


otot pada lansia di bplu senja cerah paniki bawah. Jurnal e- Biomedik (eBm). 3(1)

Putri, D. A. K. T. A. & Purnawati, S. 2017. Hubungan kekuatan otot genggam dan


kemampuan fungsional pada Lansia wanita di posyandu lansia desa Dauh Puri
denpasar barat. e-jurnal Medika. 6(4):20-27.

Putra, FA., Suryani, Y. D. &Dharmmika, S. 2015. Keseimbangan dengan metode


timed up and go test (tugt) pada lansia yang mengikuti dan Tidak Mengikuti senam
lansia.

Ptandianan, R. F., Wungouw, H. I. S. & Marunduh, S. 2015. Pengaruh latihan beban


terhadap kekuatan otot lansia. Jurnal e-Biomedik (eBm). 3(1):334- 2

Pinontoan, P. M., Marunduh, S. & Wungouw, H.I.S. 2015, Gambaran kekuatan otot
pada lansia di bplu senja cerah paniki bawah. Jurnal e-Biomedik (eBm). 3(1).

Pearce, E. C. 2013. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama Anggota IKAPI Peraturan Mentri Kesehatan (PERMENKES) NO.65
TAHUN 2015. Standar pelayanan Fisioterapi. diakses 30 September 2016
Putz, R., & Pabst, R. 2006. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Kedokteran EGC
Rahmatullah., Perbedaan pengaruh pemberian jenis kontraksi concentric dengan
Eccentric terhadap peningkatan kekuatan otot biceps brachii. Jurnal Fisioterapi &
Lesmana, S. I 2005. strenghthening exercise Indonesia. 5(2):18-28. republik
Indonesia, 2009. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Pengertian Sehat.
Sekretariat Negara. Jakarta.

Safa,ah, N. 2013. Pengaruh latihan range of motion terhadap peningkatan kekuatan


otot lanjut usia di upt pelayanan sosial lanjut usia (Pasuruan) kec. kab lamongan.
Jurnal Sain Med. 5(2):62-65.

Suriani, S., Lesmana, I,. 2013. Latihan teraband lebih baik menurunkan nyeri dari ada
Tatihan quadriceps bench pada osteoatritis genu. Jurnal Fisioterapi 13(1):46-58
Sugjanto, 2009. Manual Terapt.

Sudrajat, W. A. & Soetardji. 2014. Efek pemberian latihan keseimbangan dalam


liempertahankan keseimbangan manula panti wredha rindang asih ungaran Jurnal of
sport sciences and fitness. 3(1)49-54

Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumen pemeriksaan fsioterapi dan penelitian kesehatan.


yogyakarta : Nuha Medika Weahner. 2014. A patient gulde to quadriceps
strengthening. Glasgow sport
surgery service.

Anda mungkin juga menyukai