Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Lanjut umur( Lanjut usia) merupakan kelompok penduduk yang berumur 60


tahun keatas. Secara biologis lanjut umur yakni orang yang hadapi proses penuaan
secara terus menerus, yang diisyarati dengan menyusutnya energi tahan raga ialah
terus menjadi rentannya terhadap serbuan penyakit yang bisa menimbulkan
kematian. Perihal ini diakibatkan terbentuknya pergantian dalam struktur serta
guna sel, jaringan, dan sistem organ. Salah satu kasus lanjut usia merupakan
tingginya angka prevalensi peristiwa jatuh sebab terdapatnya kasus pada
penyeimbang badan( Muhith, 2017).

30- 50% lanjut usia hadapi peristiwa jatuh serta 40% lanjut usia peristiwa
jatuh kesekian. Lanjut usia di Indonesia hadapi kasus penyeimbang( jatuh)
minimun satu kali sebanyak 75% serta 45% antara lain dapat hadapi kasus
penyeimbang sebanyak 2 kali ataupun lebih disebabkan sebab kendala
muskuloskeletal, berbentuk melemahnya kekuatan otot serta menyusutnya
fleksibilitas. Kasus penyeimbang badan( jatuh) pada lanjut usia di Jawa Timur
sebanyak 75%. Dari presentase lebih dari 50% dengan angka peristiwa
penyeimbang badan( jatuh) pada lanjut usia akibat dari kendala muskuloskeletal,
berbentuk melemahnya kekuatan otot serta menyusutnya fleksibilitas Bagi World
Health Organization ( 2016)

Kendala muskuloskeletal menimbulkan kendala penyeimbang serta proses


berjalan ( penyeimbang dinamis). Ganggun muskuloskeletal ini berhubungan
dengan proses menua yang secara fisiologis diakibatkan oleh kekakuan jaringan
penghubung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, penyusutan
visus/ luas pandang serta kehancuran proprioseptif. Bila kendala muskuloskeletal
terjalin terhadap otot- otot core stability hingga hendak pengaruhi postural serta
menimbulkan kendala penyeimbang. Perihal ini dilihat kalau dengan core yang
baik hendak menolong dalam melaksanakan gerak dan jadi bawah buat seluruh
gerakan pada lengan serta tungkai. Perihal tersebut menampilkan kalau cuma
dengan stabilitas bentuk badan( aktifasi otot core stability) yang maksimal, hingga
mobilitas pada ektremitas bisa dicoba dengan baik
Banyak metode buat bisa menanggulangi kasus yang dialami lanjut usia yang
bisa pengaruhi penyeimbang posturalnya. Salah satunya ialah dengan latihan
balance exercise( Masitoh, 2015). Balance exercise ialah kegiatan raga yang
dicoba buat tingkatkan kestabilan badan dengan tingkatkan kekuatan otot
ekstremitas dasar( Nyman dalam Masitoh, 2017). Hendak namun hingga dikala ini
pengaruh latihan balance exercise terhadap penyeimbang postural lanjut usia
masih butuh uraian Aktivitas latihan penyeimbang ini bisa dicoba 3 kali dalam
seminggu sepanjang 5 pekan dalam frekuensi yang maksimal, sehingga bisa
tingkatkan penyeimbang postural lanjut usia serta menghindari munculnya
jatuh( Skelton dalam Masitoh, 2017). Diharapkan dengan terdapatnya latihan
balance exercise ini bisa tingkatkan penyeimbang badan serta merendahkan resiko
jatuh pada lanjut usia.

Bersumber pada permasalahan diatas, penulis tertarik buat mengenali apakah ada
pengaruh balance exercise terhadap penyeimbang badan lanjut usia.

masalah lansia yang sering dijumpai yaitu menurunnya fungsi fisiologis yang
dapat menyebabkan masalah salah satunya keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
resiko jatuh.akibatnya banyak lansia yang mengalami kejadian jatuh.Gangguan
muskuloskeletal menyebabkan gangguan keseimbangan dan proses berjalan
(keseimbangan dinamis).Penangan dan pencegahan lansia yang mengalami resiko jatuh
secara non farmakologi dapat dilakukan dengan latihan balance excercise. Tujuan
literature review ini adalah untuk menganalisis pengaruh balance excercise terhadap
keseimbangan tubuh lansia melalui literature review.

1. 2 Rumusan Masalah

Bersumber pada penjelasan diatas hingga rumusan permasalahan pada


literatur review ini, penulis mau mengenali bagaimanakah pengaruh balance
exercise terhadap penyeimbang badan lanjut usia.

1. 3 Tujuan penelitian

1. 3. 1 Tujuan Umum

Mengenali pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan

badan lanjut usia.

1. 3. 2 Tujuan Khusus

1. Menarangkan penyeimbang badan saat sebelum dicoba balance exercise


2. Menarangkan penyeimbang badan sehabis dicoba balance exercise

3. Mengenali pengaruh balance exercise terhadap penyeimbang badan lanjut usia.

1. 4 Khasiat Penelitian

1. 4. 1 Teoritis.

Hasil riset ini bisa menggambarkan daya guna dari pengaruh intervensi balance
exercise buat penyeimbang badan pada lanjut usia.

1. 4. 2 Instan.

1. Hasil riset diharapkan bisa menolong penderita lanjut usia buat bisa tingkatkan
penyeimbang badan serta mutu hidupnya.

2. Hasil riset ini diharapkan bisa menolong praktisi kesehatan dalam membagikan
intervensi yang efisien buat bisa tingkatkan penyeimbang badan serta mutu hidup
lansia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini hendak disajikan teori- teori yang relevan serta kerangka
pikir. Pada bagian konsep lanjut umur berisi penjelasan pergantian dalam proses
menua. pada bagian konsep penyeimbang berisi definisi hingga klasifikasi
penyeimbang bagi sebagian teori. serta pada bagian balance exercise hendak
dibahas definisi, khasiat berserta teknic dalam balance exercise. Pastinya
menimpa hal- hal di dasar ini sangat relavan buat mengenali sepanjang mana para
pakar membicarakan proses terbentuknya sesuatu analisis

2. 1 Konsep Lanjut Usia

2. 1. 1 Definisi

Lanjut umur ialah sesi lanjut dari sesuatu proses kehidupan yang diisyarati dengan
penyusutan keahlian guna badan. Penyusutan guna badan tersebut antara lain
penyusutan guna organ serta guna badan yang bertabiat alamiah ataupun
fisiologis. Pada lanjut umur hendak hadapi sebagian penyusutan fisiologi, antara
lain ialah penyusutan sistem musculoskeletal, pergantian pada tulang, otot, sendi
yang bisa menyebabkan pergantian penampilan, kelemahan, serta lambatnya
pergerakan( Novta, 2015).

2. 1. 2 Batas usia lanjut usia

Batasan- batasan usia yang mencakup batas usia lanjut usia dari bermacam
komentar pakar yang dilansir dari Nugroho( 2018):

a. Bagi undang- undang no 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II yang
berbunyi“ lanjut umur merupakan seorang yang menggapai umur 60 tahun keatas”
b. Bagi World Health Organization:
1. Umur pertengahan: 45– 59 tahun;

2. Lanjut umur: 60– 74 tahun

3. Lanjut umur tua: 75– 90 tahun;

4. Umur sangat tua: diatas 90 tahun( Kushariyadi, 2011)


2. 1. 3 Proses Menua

Menua ataupun jadi tua merupakan sesuatu kondisi yang terjalin di dalam
kehidupan manusia. Proses penuaan ialah proses yang berhubungan dengan usia
seorang. Manusia hadapi pergantian cocok dengan bertambahnya usia. Terus
menjadi bertambahnya usia seorang hingga berkuranglah guna organ
badan( Sunaryo, 2016). Kendala pada sistem muskuloskeletal betul- betul
berfungsi besar terbentuknya efek jatuh terhadap lanjut umur( aspek murni
kepunyaan lanjut umur). Atrofi otot yang terjalin pada lanjut usia bisa
menimbulkan penyusutan kekuatan otot, paling utama otot- otot ekstrimitas dasar(
Kusnanto, 2017).

Kelemahan otot ekstremitas dasar ini bisa menimbulkan kendala pada


penyeimbang postural, sehingga bisa menyebabkan kelambanan dikala bergerak,
langkah pendek- pendek, penyusutan irama, kaki tidak bisa menapak dengan
kokoh serta cenderung nampak goyah, sulit ataupun terlambat mengestimasi
apabila terjalin kendala semacam terpeleset serta tersandung.

Efek jatuh pada lanjut usia salah satunya dipengaruhi oleh kendala penyeimbang
postural pada lanjut usia yang diakibatkan sebagian perihal, antara lain ialah:
Penuaan, kecelakan serta penyakit yang dialami. Kendala penyeimbang postrural
jadi salah satu pemicu terbentuknya efek jatuh pada lanjut umur yang bisa
menimbulkan patah tulang, keseleo pada otot, perlukaan jaringan apalagi jatuh
bisa menimbulkan kematian pada lanjut usia. bila penyeimbang postural lanjut
usia tidak dikontrol, hingga hendak bisa tingkatkan efek jatuh pada lanjut
usia( Siburian, 2006)

Lanjut usia hadapi pergantian morfologis pada otot yang menimbulkan pergantian
fungsional otot, sehingga terjalin penyusutan kekuatan otot, kontraksi otot,
elastisitas, serta fleksibilitas( Nurdianti, 2017).
2. 1. 4 Pergantian pada lanjut usia

Ada pula pergantian yang terjalin pada lanjut usia selaku berikut:

a. Pergantian pada system sensori. Pergantian sensori pengaruhi keahlian seorang


buat silih berhubungan dengan orang lain serta memelihara ataupun membentuk
ikatan baru. Pada lanjut usia yang hadapi penyusutan sensori hendak enggan untu
bersosialisasi. Ada pula anggapan sensori ialah penciuman, pendengaran,
perabaan, serta pengecapan( Sunaryo, 2016).
b. Pergantian pada sistem neurologi. Pergantian yang terjalin pada lanjut usia
akibat system neurologis ialah kenaikan lipofusin selama neuron- neuron, akibat
dari perihal ini ialah vasokontriksi serta vasodilatasi yang tidak sempurna. Ada
pula pergantian yang lain ialah konduksi saraf perifer yang lebih lelet. Akibat dari
perihal ini ialah reflek tendon yang lebih lelet serta meningkatnya waktu reaksi

( Sunaryo, 2016).

c. Pergantian pada system musculoskeletal. Bertambahnya umur hingga jumlah


masa otot hadapi penyusutan. Pergantian musculoskeletal terjalin pada cairan
tulang yang menururn sehingga gampang rapuh( osteoporosis),

bungkuk

d.( kifosis), persendian membengkak serta jadi kaku, kram, tremor, tendon
berkerut serta hadapi skelerosis( Maryam, 2018).

Bagi Pujiastuti( 2017), pergantian pada sistem

muskuloskeletal antara lain selaku berikut:

Jaringan penghubung( kolagen serta elastin). Kolagen selaku protein pendukung


utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, serta jaringan pengikat hadapi
pergantian jadi bentangan cross linking yang tidak tertib. Bentangan yang tidak
tertib serta penururnan ikatan tarikan linier pada jaringan kolagen ialah salah satu
alibi penyusutan mobilitas pada jaringan badan. Kolagen serta elastin yang ialah
jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami
pergantian kualitatif serta kuantitatif cocok penuaan. Pergantian kolagen itu ialah
pemicu turunnya fleksibilitas pada lanjut usia sehingga memunculkan akibat
berbentuk perih, penyusutan keahlian buat tingkatkan kekuatan otot, kesusahan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, berjalan, serta hambatan dalam
melaksanakan kegiatan satu hari– hari.

b. Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian jadi lunak serta hadapi granulasi
serta kesimpulannya permukaan sendi jadi rata. Berikutnya, keahlian kartilago
untuj re- genarisi menurun serta degenerasi yang terjalin cenderung ke arah
progresif. Proteoglikan yang ialah komponen bawah matriks kartilago menurun
ataupun lenyap secara bertahap. Sehabis matriks hadapi deteriorasi, jaringan fibril
pada kolagen kehabisan kekokohannya, serta akhirnya
DAFTAR PUSTAKA
KARYA TULIS ILMIAH (1). (n.d.).
PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH
LANSIA SKRIPSI. (n.d.).
Priyanto, A., & Pramuno Putra, D. (n.d.). PENGARUH BALANCE EXERCISE
TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Burneh).
PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP
KESEIMBANGAN USIA LANJUT

KTI

Oleh :
Nama :Amsal Julianti Panjaitan
NIM : 2111202003

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI STIKES


SITI HAJAR
2023
1
2

Anda mungkin juga menyukai