Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS

KEPERAWATAN GERONTIK

YULIYANTI
(5021031118)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2020
A. Konsep Lansia
a. Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-


tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin
dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosiallansia. Sehingga secara umum
akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

Menurut Laslett dalam Suardiman pada tahun 2011 menyatakan bahwa


semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang
diawali dengan proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang
biak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan usia lanjut
adalah masa yang tidak bisa dielakkan bagi orang yang dikarunia umur
panjang.
b. Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
World Health Organization (WHO) lansia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
c) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)


pengelompokkan lansia menjadi :
a) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif (usia >65 tahun)

Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat


dibedakan menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial.
a) Teori Biologi
1. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50
kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di
laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit.Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, system
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ
dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuktumbuh
dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)

2. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan
dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam
jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan
kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan
bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal,
seiring dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos,
1990). Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah, 2011).

3. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di
dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa
mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur
membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi
kesalahan genetic (Tortora dan Anaggnostakos, 1990).
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga
mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi
zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada
membran sel yang sangat penting bagi proses di atas,
dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensidari
kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
kerusakan sistem tubuh (Azizah, 2011)

4. Sistem Imun
Kemampuan system imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem
yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya seldarah putih,
juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggapsel yang mengalami perubahan tersebut sebagai se
lasing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi
dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun
tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah,
2011).

b) Teori Psikologis
1. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah meraka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah,
2011).

2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identitypada lansia yang sudah mantap memudahkan
dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan
diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah, 2011).

3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya (Azizah, 2011)

c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).
a) Perubahan Fisik
1. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain
sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.

4. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan


mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi
rata, kemudian kemampuan kartilagountuk regenerasi
berkurang dan degenerasiyang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan.

5. Tualng: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi


adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur.

6. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,


penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
7. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

8. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi


Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
1) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
2) Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringanikat paru, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks
berkurang.

9. Pencernaan dan Metabolisme


Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata
1) Kehilangan gigi,
2) Indra pengecap menurun,
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
10. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya
lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

11. Sistem saraf


Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.

12. Sistem reproduksi


Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b) Perubahan Kognitif
1. Memory (Daya ingat, Ingatan)
2. IQ (Intellegent Quocient)
3. Kemampuan Belajar (Learning)
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
8. Kinerja (Performance)
9. Motivas
A. Konsep Osteoartritis
a. Pengertian
Adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang
timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Sjamsulhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi
kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan
degradasi pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang
subkondral pada usia tua.

b. Etiologi
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA
primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang
mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubunganya dengan
penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal pada sendi,
sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh faktor-
faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja,
olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik,
inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan daripada OA sekunder
(Davey, 2006).

c. Tanda dan Gejala


OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA
dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
a) Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium,
tekanan pada sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan
saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta
spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan
aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas
minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
berkurang dengan istirahat.
b) Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika
pagi hari ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah
bangun pagi.
c) Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada
tulang sendi rawan. -Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan
terutama pada tangan sebagai nodus Heberden (karena adanya
keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus
Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal
(PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan
kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
d) Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya
perlahan-lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi
tangan atau lutut (Davey, 2006)

d. Patofisiologi
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodeling tulang, dan
inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan
osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase inflamasi, nyeri, fase degradasi.
a) Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan
sendi berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit
mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang
mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel,
faktor tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth
hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni
stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi
khondrosit untuk mensintesis asam deoksiribo nukleat (DNA) dan
protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran
penting dalam perbaikan rawan sendi.
b) Fase inflamasi :Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif
terhadap IGF-1 sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan
jumlah leukosit yang mempengaruhi sendi.IL-1 (Inter Leukin-1)
dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi
seperti collagenase dan gelatinase untuk membuat produk
inflamasi pada osteoartritis. Produk inflamasi memiliki dampak
negatif pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago sendi, dan
menghasilkankerusakan pada sendi.
c) Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini
menyebabkan penumpukan trombus dan komplek lipid pada
pembuluh darah subkondral sehingga menyebabkan terjadinya
iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakibatkan lepasnya
mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin yang dapat
menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya
mediator kimia seperti kinin yang dapat menyebabkan peregangan
tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan oleh
adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang
berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intramedular akibat stasis vena pada pada proses remodelling
trabekula dan subkondrial.
d) Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan
sendi yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan
sendi. Peran makrofag didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu
apabila terjadi jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan
atau CSFs akan memproduksi sitokin aktifator plasminogen (PA).
Sitokin ini akan merangsang khondrosit untuk memproduksi CSFs.
Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan sendi. Faktor
pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan
selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang
degradasi komponen matriks rawan sendisedangkan faktor
pertumbuhan merangsang sintesis (Sudoyoet. et al, 2007)
e. Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam pemeriksaan
radiologis diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Grade 0: Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada
radiologis.
b) Grade 1: Ragu-ragu, tanpa osteofit.
c) Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar
sendi.
d) Grade 3: Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi yang
cukup besar.
e) Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi
yang lebar dengan sklerosis pada tulang subkondral.

f. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
5. Tinjauan Sistem
6. Pengkajian Psikososial
7. Pengkajian Spiritual
8. Pengkajian Fungsional Klien
9. Pengkajian Status Mental
b) Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Adanya Keluhan nyeri Inflamasi sendi Nyeri Kronis
Ketidakmampuan Penurunan rentang Gangguan mobilitas
melakukan banyak pergerakan sendi fisik
aktivitas

c) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya inflamasi pada sendi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang
pergerakan sendi

d) Rencana Intervensi Keperawatan

No NIC Aktivitas
1 Manajemen Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologi
3. Evaluasi keefektifan
control nyeri
2 Terapi: Mobilitas 1. Tentukan keterbatasan
dalam melakukan
pergerakan
2. Tentukan tingkat motivasi
pasien untuk
mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas
sendi
3. Dukung latihan ROM aktif
dan atau pasif jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/resources/download/RAP%20Unit%20Utama
%202015-2019/5.%20Ditjen%20P2P.pdf. Diakses 10 November 2018

https://www.slideshare.net/nisagutherzigerengel/format-pengkajian-lansia-
new. Diakses 10 januari 2021

http://digilib.unila.ac.id/7311/119/BAB%20II.pdf. Diakses 10 januari 2021

http://eprints.ums.ac.id/37962/3/BAB%202.pdf. Diakses 10 januari 2021

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_
%26_REKREASI/PRODI._ILMU_KEOLAHRAGAAN/198007212006042
IMAS_DAMAYANTI/Penyakit_pada_Lansia.pdf. Diakses 10 januari 2021

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf. Diakses 10 januari 2021

http://digilib.unila.ac.id/6613/15/BAB%20II.pdf. Diakses 10 januari 2021

Widhiyanto, Lukas., et al (2017)., CORRELATION BETWEEN KNEE


OSTEOARTHRITIS (OA) GRADE AND BODY MASS INDEX (BMI) IN
OUTPATIENTS OF ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGY
DEPARTMENT RSUD DR. SOETOMO. Journal Orthopaedi and Traumatology,
Vol. 6, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai