DIABETES MELLITUS
2023
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Lansia
a. Pengertian Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu , tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap
kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, remaja, dewasa dan lansia.
Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologis maupun psikologi (Padila, 2013).
Jadi proses penuaan bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia yaitu bayi, kanak-kanak, dewasa, tua dan lanjut usia.
Kemudian proses penuaan dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Dengan demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia.
b. Klasifikasi Lanjut Usia
Menurut organisasi kesehtan dunia WHO (dalam Nugroho, W. 2016) ada
empat tahap yakni :
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45 - 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) berusia antara 75 sampai 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
c. Fisiologi Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara
alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami
seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural
tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami
masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa
faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
d. Teori Proses Menua (Aging Process)
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1) Teori Biologi
a) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel
pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi,
jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah
akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu
tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh
karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan
mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh
dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia
beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat
oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring
dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990). Hal ini
dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah,
2011).
c) Keracunan Oksigen Teori
Tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi
kesalahan genetik (Tortora dan Anaggnostakos, 1990). Membran sel
tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi
dengan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen
protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses di atas,
dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan
genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang
mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah,
2011).
d) Sistem Imun Kemampuan
Sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau
perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai se lasing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya
terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah (Azizah, 2011).
e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur
karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormon pertumbuhan.
2) Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah, 2011).
b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah, 2011).
c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
Efek utama obat sulfonilurea yaitu memacu sekresi insulin oleh sel
beta pancreas. cara kerja obat glinid sama dengan cara kerja obat
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin
fase pertama yang dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
(2) Penurunan sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan
Tiazolidindion (TZD)
Efek utama metformin yaitu mengurangi produksi glukosa hati
(gluconeogenesis) dan memperbaiki glukosa perifer. Sedangkan efek
dari Tiazolidindion (TZD) adalah menurunkan resistensi insulin
dengan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan
glukosa di perifer.
(3) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa Fungsi
obat ini bekerja dengan memperlambat absopsi glukosa dalam usus
halus, sehingga memiliki efek menurunkan kadar gula darah dalam
tubunh sesudah makan.
(4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
b) Sosial
(1) Dukungan keluarga
(2) Hubungan dengan keluarga
(3) Hubungan dengan orang lain
c) Spiritual
(1) Pelaksanaan ibadah
(2) Keyakinan tentang Kesehatan
2) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda- tanda vital.
b) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,diplopia,
lensa mata keruh.
c) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/
bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, ardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas
g) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dannyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat,kacau mental, disorientasi.
j) Informasi Penujang
Informasi penunjang yang dimaksud adalah data dari hasil pemeriksaan
laboratorium, rontgen, ataupun yang lainnya.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh, hipovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangrene)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
(diabetes mellitus)
5. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kantung kemih,
spingter kuat dan poliuria
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah kapiler, proses penyakit.
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala poliuria dan
dehidrasi.
8. Keletihan
9. Ketidakstabilan kadar gula darah
10. Resiko Jatuh
11. Defisiensi Pengetahuan
2. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Ketidakstabilan kadar gula darah
3) Resiko syok
4) Kerusakan integritas jaringan
5) Resiko infeksi
6) Retensi urin
7) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
8) Resiko ketidakseimbangan elektrolit
9) Keletihan
10) Resiko Jatuh
11) Defisiensi pengetahuan
b. Rencana Asuhan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan 1
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
a) Rencana Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
pada pasien terpenuhi
b) Kriteria hasil :
(1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
(2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
(3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
(4) Tidak ada tanda-anda mal nutrisi
(5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
(6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
c) Rencana Tindakan :
(1) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional: Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat
(2) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional: Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
(3) Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional: Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat
badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
(4) Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional: Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
(5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.
Rasional: Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,
pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula
darah dan mencegah komplikasi.
2) Diagnosa Keperawatan 2
Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel
tubuh, hipovolemia
a) Rencana Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko syok pada
pasien tidak terjadi lagi.
b) Kriteria hasil :
(1) Nadi dalam batas yang diharapkan
(2) Irama jantung dalam batas yang diharapkan
(3) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
(4) Irama nafas dalam batas yang diharapkan
(5) Natrium serum dalam batas normal
(6) Kalium serum dalam batas normal
(7) Klorida serum dalam batas normal
(8) Kalsium serum dalam batas normal
(9) Magnesium ser,um dalam batas normal
(10) PH darah serum dalam batas normal
c) Rencana Tindakan :
Diabetes Melitus
Diabetik foot
Resiko syok
Kehilangan kalori
Kerusakan
Merangsang hipotalamus Protein dan
Sel kekurangan bahan utk metabolisme integritas kulit
lemak terbakar BB Menurun
Aini, N. & Aridiana, L. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis & Nanda NIC NOC Edisi
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2167/3/BAB%20II.pdf
http://rsudurm.sumbatimurkab.go.id/wp-content/uploads/2019/11/Asuhan-Keperawatan-DM-
GERONTIK.pdf
Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Price, A.S (1995).Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi4), Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2002).Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:EGC
2023
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Januari, 2023 Pukul 08.30 wita. Pengkajian
dilakukan di rumah Ny. S, Jl. Sidakarya Gg. Mawar No. 09 dengan teknik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan catatan medis.
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien Penanggung
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan kaki kirinya kesemutan.
2) Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
a) Masalah kesehatan yang pernah dialami adalah pasien merasakan
tubuhnya lemas dan sempoyongan sejak 3 bulan yang lalu akhirnya
dibawa oleh keluarganya ke dokter kemudian dirujuk ke RS Wangaya dan
tidak sampai di rawat inap dan di diagnosa Diabetes Mellitus.
b) Masalah kesehatan yang dirasakan saat ini adalah pasien mengeluh kaki
kirinya kesemutan, merasa lemas, mengeluh kadar gula darahnya tidak
stabil.
Pasien merasa cemas dan bingung mengenai penyakit yang dialaminya .
3) Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Pasien mengatakan bahwa ayahnya meninggal akibat penyakit DM.
c. Genogram
Gambar :
Tn. Ny.
W 70 M 67
An. K
An.
10
G8
Keterangan gambar:
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan
: Klien
: Meninggal
......... : Tinggal dlm satu rumah
Penjelasan genogram :
Tn. W berusia 70 tahun merupakan suami dari Ny. M berusia 67 tahun. Dari
pernikahan mereka dikaruniai 2 orang anak jenis kelamin laki-laki. Anak
pertama (Tn. B) berusia 45 tahun memilih untuk tidak menikah dan anak
kedua (Tn. R) berusia 40 tahun menikah dengan Ny. Y berusia 36 tahun
memiliki 2 orang anak. Anak pertama (An. K) berjenis kelamin laki-laki
berusia 10 tahun dan anak kedua (An. G) berjenis kelamin perempuan berusia
8 tahun. Kini Tn. W dan Ny. M tinggal bersama satu rumah dengan anak
keduanya (Tn. R), menantu (Ny. Y), dan kedua cucunya (An. K dan An. D).
Klien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal, klien mengatakan
ayahnya meninggal akibat penyakit DM dan ibunya meninggal karena jatuh
dari kamar mandi.
d. Kebiasaan sehari-hari
1) Data biologis
a) Pola makan
(1) Sebelum sakit :
Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1 piring. Makanan yang
dikonsumsi yaitu nasi, ikan dan sayur.
Saat pengkajian :
Pasien mengatakan pasien makan 3-5 kali sehari habis 1 porsi penuh.
Makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, ikan dan sayur.
b) Pola minum
(1) Sebelum sakit :
Pasien mengatakan minum air 6-7 gelas per hari (1 gelas = 250 cc)
Saat pengkajian :
Pasien mengatakan minum air 9-10 gelas per hari (1 gelas = 300 cc)
c) Pola istirahat dan tidur
(1) Sebelum sakit dan saat pengkajian
Pasien mengatakan biasa tidur sekitar pukul 21.00-07.00 wita, dan rutin
tidur siang pukul 13.00-14.00 wita.
d) Pola Eliminasi
(1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah BAB dan BAK
BAB : pasien mengatakan biasa BAB 1 x sehari dengan konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan, dan bau khas feses. BAK : pasien
mengatakan BAK 2-3 x sehari dengan warna kuning dan bauk khas
kencing. Pasien mengatakan dapat mengontrol keinginan untuk BAK.
(2) Saat pengkajian
BAB : pasien mengatakan BAB 2 x sehari dengan konsistensi lembek,
warna kuning kecoklatan, dan bau khas feses. BAK : pasien
mengatakan BAK 6-7 x sehari dengan warna kuning dan bauk khas
kencing.
e) Rekreasi
(1) Sebelum sakit dan saat pengkajian jarang melakukan rekreasi yang
direncanakan, namun bagi pasien bercanda bersama dengan anak dan
cucunya merupakan hiburan baginya.
f) Aktivitas sehari-hari
Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi ditempat tidur √
Mobilisasi berpindah √
Berias √
ROM √
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Membutuhkan alat bantu
2 : Membutuhkan pengawasan orang
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Ketergantungan total
Hasil :
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari/ADL secara mandiri,
kecuali mandi mendapat nilai 2 yaitu membutuhkan pengawasan orang
dan mobilisasi berpindah mendapat nilai 3 membutuhkan bantuan orang
lain.
g) Indeks KATZ
Indeks Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain - lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
Keterangan
Hasil :
Pasien termasuk Indeks Kats C, karena pasien mampu melakukan kegiatan
sehari-hari/ADL secara mandiri kecuali mandi dan 1 fungsi lainnya yaitu
mobilisasi berpindah.
2) Data psikologis
a) Status mental (SPMSQ/ MMSE)
Hasil :
Jumlah kesalahan total pasien yaitu 5 tergolong kerusakan fungsi
intelektual sedang.
Keterangan Penilaian :
0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal
5-7 = Depresi ringan
8-15 = Depresi sedang
>15 = Depresi berat
Hasil :
Penilaian dari skala depresi (beek/yasavage) pasien mengalami depresi
ringan karena pasien merasa sedih, merasa berkecil hati mengenai masa
depan, berusaha mengambil keputusan, merasa buruk / tidak berhagai
sebagai bagian dari watu yang terbaik, merasa letih dari biasanya, dan
memerlukan upaya
tambahan untuk melakukan sesuatu.
c) Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien stabil, pasien tidak cepat marah ataupun
tersinggung karena perlakuan orang-orang di sekitarnya, pasien marah jika
ada hal yang tidak disukainya.
d) Konsep diri
(1) Identitas diri : Pasien mampu menyebutkan nama, alamat, dan tahu
dimana dia sekarang tinggal dan pasien sedikit tidak menerima
keadaannya sekarang mengenai penyakit yang dialaminya, pasien
menyebutkan namanya “WS” berasal dari Denpasar.
(2) Gambaran diri : Pasien mengatakan kaki kirinya kesemutan, merasa
lemas, mengeluh kadar gula darahnya tidak stabil. Pasien juga
mengatakan mual, muntah, nafsu makannya menurun.
(3) Ideal diri : Pasien mengatakan kemampuan pasien dalam
beradaptasi sangan baik, pasien sering bercengkerama dengan warga
sekitar.
(4) Peran diri : Pasien menyadari bahwa dirinya perannya sebagai
orang tua dan suami.
(5) Harga diri : Pasien mengatakan sangat sedih dengan keadaannya
saat ini akibat penyakit yang dialaminya dan merasa berkecil hati
mengenai masa depannya karena penyakitnya saat ini.
e) APGAR keluarga
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaptasi Saya puas dapat kembali pada 1
keluarga saya untuk membantu
pada waktu menyusahkan.
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga 2
saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan
masalahnya pada saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga saya 2
menerima dan mendukung saya
untuk melakukan aktivitas atau arah
baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga 2
saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih ataupun
mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
Keterangan :
Skor 2 jika selalu
Skor 1 jika kadang-kadang
Skor 0 jika hampir tidak pernah
Hasil :
Penilaian APGAR keluarga yang diperoleh adalah 8.
3) Status sosial
a) Dukungan keluarga
Pasien mengatakan mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota
keluarganya.
b) Hubungan dengan keluarga
Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik.
c) Hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan hubungannya dengan orang lain seperti tetangga atau
lansia lainnya cukup baik.
4) Data Spiritual
a) Pelaksanaan ibadah
Pasien mengatakan sembahyang di merajan rumahnya setiap hari dan hari-
hari tertentu.
b) Keyakinan tentang kesehatan
Pasien merasa cemas dan gelisah akibat penyakit yang dialaminya, pasien
mengatakan tidak memiliki pengetahuan mengenai penyebab, penanganan
DM dan pencegahan jika gula darahnya naik, pasien bertanya-tanya
kepada perawat mengenai penyakit yang di alaminya dan pasien juga tidak
mengetahui bahwa DM merupakan penyakit keturunan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Tingkat kesadaran : Compos Mentis
3) Tanda-tanda vital
a) Respirasi : 20 x/menit
b) Suhu : 36,5º C
c) Nadi : 82 x/menit
d) Tekanan darah : 120/90 mmHg
4) Tinggi badan : 165 cm
5) Berat badan : 60 kg
6) Keadaan kulit : turgor kulit elastis
7) Kepala : bentuk simetris, bekas luka pembedahan tidak ada, kebersihan rambut
dan kulit bersih dan rapi, rambut beruban.
8) Mata : bentuk simetris, pertumbuhan alis merata, konjugtiva pucat, pupil
isokor, pasien menggunakan kacamata.
9) Hidung : bentuk simetris, secret tidak ada, nyeri tekan tidak ada, lesi tidak ada,
penciuman baik.
10) Telinga : bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada , lesi tidak ada, pendengaran
kiri dan kanan cukup baik.
11) Mulut : bentuk simetris, mukosa bibir lembab, kebersihan cukup, gigi tidak
lengkap.
12) Leher : bentuk simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba
bendungan vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, nyeri tekan
tidak ada, lesi tidak ada.
13) Thorax
a) Paru-paru : bentuk simetris, vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/-
b) Jantung : irama regular, detang jantung kuat, akral hangat
14) Abdomen : lesi tidak ada, edema tidak ada, kembung tidak ada, bising usus 8
x/menit, suara perkusi timpani, nyeri tekan tidak ada, hepatomegali tidak ada.
15) Ekstremitas :
a) Atas : bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada, pergerakan terkoordinis
kedua tangan.
b) Bawah : bentuk simetris, pergerakan terkoordinis pada kaki kanan, kaki
kiri kesemutan dan agak lemah, reflek patella +/+
c) Kekuatan otot :
555 555
555 444
16) Genetalia : tidak terkaji.
f. Keadaan lingkungan : Kondisi tempat tinggal bersih dan asri. Kondisi kamar
pasien sudah bersih namun kurang rapi. Pasien mengatakan nyaman tinggal di
kamarnya karena sejuk. Terdapat ventilasi dan penerangan yang baik.
g. Pemeriksaan diagnostic :
1) Laboratorium
a) Tabel 1.1 Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 11 Januari
2023, pukul 09.00 wita.
Hitung Jenis
NEUT% 67,9 % 50.0 – 70.0
GLUKOSA DARAH
b) Tabel 1.2 Pemeriksaan Kimia Darah tanggal 11 Januari, 2021 pukul 09.00
wita
Data obyektif :
Pasien tampak lemas
Kadar glukosa darah
sewaktu : 511 mg/dL
Kadar glukosa darah
puasa : 261 mg/dL
HbA1c : 9,1 %
Data subyektif : Proses penuaan Defisit pengetahuan
Pasien merasa cemas dan
gelisah akibat penyakit
yang dialaminya, pasien Proses penyakit yang
mengatakan tidak berkepanjangan
memiliki pengetahuan
mengenai penyebab,
Klien tidak mengetahui
penanganan DM dan penyebab, penanganan dan
pencegahan jika gula pencegahan penyakit DM
darahnya naik, pasien
bertanya-tanya kepada
Kurang informasi
perawat mengenai
penyakit yang di
alaminya dan pasien juga Defisit pengetahuan
tidak mengetahui bahwa
DM merupakan penyakit
keturunan.
Data obyektif :
Pasien tampak
kebingungan.
Penilaian data psikologis
mengenai status mental
tampak pasien terdapat
nilai 5 yaitu kerusakan
fungsi intelektual pasien
sedang.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas
ditandai dengan pasien mengatakan kaki kirinya kesemutan, pasien mengeluh kadar
gula darahnya tidak stabil, pasien merasa lemas, lesu dan sempoyongan. Pasien
mengatakan pasien makan 3-5 kali sehari habis 1 porsi penuh. Makanan yang
dikonsumsi yaitu nasi, ikan dan sayur. Pasien mengatakan minum air 9-10 gelas per
hari (1 gelas = 300 cc). Pasien tampak lemas, kadar glukosa darah sewaktu : 511
mg/dL, kadar glukosa darah puasa : 261 mg/dL, HbA1c : 9,1 %.
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi mengenai
penyakit ditandai dengan pasien merasa cemas dan gelisah akibat penyakit yang
dialaminya, pasien mengatakan tidak memiliki pengetahuan mengenai penyebab,
penanganan DM dan pencegahan jika gula darahnya naik, pasien bertanya-tanya
kepada perawat mengenai penyakit yang di alaminya dan pasien juga tidak
mengetahui bahwa DM merupakan penyakit keturunan. Pasien tampak kebingungan
, penilaian data psikologis mengenai status mental didapat nilai 5 yaitu kerusakan
fungsi intelektual sedang.
B. PERENCANAAN
1. Prioritas masalah
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas
ditandai dengan pasien mengatakan kaki kirinya kesemutan, pasien mengeluh
kadar gula darahnya tidak stabil, pasien merasa lemas, lesu dan sempoyongan.
Pasien mengatakan pasien makan 3-5 kali sehari habis 1 porsi penuh. Makanan
yang dikonsumsi yaitu nasi, ikan dan sayur. Pasien mengatakan minum air 9-10
gelas per hari (1 gelas = 300 cc). Pasien tampak lemas, kadar glukosa darah
sewaktu : 511 mg/dL, kadar glukosa darah puasa : 261 mg/dL, HbA1c : 9,1 %.
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi mengenai
penyakit ditandai dengan pasien mengatakan tidak memiliki pengetahuan
mengenai penyebab, tanda gejala, dan penanganan DM, pasien bertanya-tanya
kepada perawat mengenai penyakit yang di alaminya dan pasien juga tidak
mengetahui bahwa DM merupakan penyakit keturunan. Pasien tampak
kebingungan , penilaian data psikologis mengenai status mental didapat nilai 5
yaitu kerusakan fungsi intelektual sedang.
2. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN PADA Tn. W
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
1 Ketidakstabilan kadar glukosa Selama diberikan asuhan 1. Pantau kadar gula darah.
darah berhubungan dengan keperawatan selama 3 kali 2. Ulas catatan gula darah bersama pasien dan
disfungsi pankreas ditandai kunjungan diharapkan kadar keluarga.
dengan pasien mengatakan glukosa darah dalam batas 3. Anjurkan pasien dan keluarga tentang manajemen
kaki kirinya kesemutan, pasien normal, dengan kriteria hasil : diabetes selama sakit, termasuk penggunaan
mengeluh kadar gula darahnya 1. Kadar glukosa darah sewaktu insulin dan atau agen oral, pemantauan asupan
tidak stabil, pasien merasa ≤ 200 mg/dL cairan, penggantian karbohidrat, dan kapan harus
lemas, lesu dan sempoyongan. 2. Kesemutan pasien berkurang. mencari bantuan professional kesehatan yang
Pasien mengatakan pasien 3. Pasien tidak lemas dan sesuai.
makan 3-5 kali sehari habis 1 sempoyongan. 4. Ajarkan senam kaki
porsi penuh. Makanan yang 5. Delegatif pemberian obat insulin sesuai dosis.
dikonsumsi yaitu nasi, ikan dan
sayur. Pasien mengatakan
minum air 9-10 gelas per hari
(1 gelas = 300 cc). Pasien
tampak lemas, kadar glukosa
darah sewaktu : 511 mg/dL,
kadar glukosa darah puasa :
261 mg/dL, HbA1c : 9,1 %.
2 Defisit pengetahuan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat mental dan kognitif pasiendengan
berhubungan dengan kurang keperawatan selama 2 kali menggunakan SPMSQ/MMSE dan GDS.
paparan informasi mengenai kunjungan diharapkan memahami 2. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
penyakit ditandai dengan informasi mengenai penyakit yang pasien tentang proses penyakit yang spesifik.
pasien mengatakan tidak dialami, dengan kriteria hasil: 3. Berikan informasi pada pasien tentang kondisi
memiliki pengetahuan 1. Pasien memiliki pengetahuan mengenai penyakitnya dengan cara yang tepat.
mengenai penyebab, tanda mengenai penyebab, tanda dan 4. Anjurkan perubahan gaya hidup yang mungkin
gejala, dan penanganan DM, gejala, dan penanganan DM. untuk mencegah komplikasi yang akan datang
pasien bertanya-tanya kepada 2. Pasien mampu menjelaskan atau proses pengontrolan penyakit.
perawat mengenai penyakit kembali apa yang dijelaskan.
yang di alaminya dan pasien
juga tidak mengetahui bahwa
DM merupakan penyakit
keturunan. Pasien tampak
kebingungan, penilaian data
psikologis mengenai status
mental didapat nilai 5 yaitu
kerusakan fungsi intelektual
sedang.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA Tn. W
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
Pukul 10.45 wita 2 Melakukan penilaian tentang DS : Pasien mengatakan belum TIM
pengetahuan pasien tentang proses mengerti lebih lanjut penyebab,
penyakit yang spesifik. pencegahan DM dan penanganan
penyakit jika gula darahnya naik.
DO : Pasien tampak kebingungan
dan bertanya-tanya kepada
perawat/tim.
Pukul 11.15 wita 1 Mengajarkan pasien dan keluarga DS : Pasien dan keluarga TIM
tentang manajemen diabetes mengatakan bingung tentang
selama sakit, termasuk manajemen diabetes selama sakit.
penggunaan insulin dan atau agen DO : Pasien dan keluarga tampak
oral, pemantauan asupan cairan, bingung tentang manajemen diabetes
penggantian karbohidrat, dan selama sakit terutama penggunaan
kapan harus mencari bantuan insulin dan atau agen oral,
professional kesehatan yang pemantauan asupan cairan dan
sesuai. penggantian karbohidrat.
Selasa/ 1 Memantau kadar gula darah DS : Pasien merasa masih sedikit TIM
12 Januari 2023/ lemas dan sedikit sempoyongan.
09.30 wita DO : Kadar gula darah sewaktu 300
mg/dl.
Pukul 10.00 wita 2 Mengkaji tingkat mental dan DS : Pasien mengatakan bingung TIM
kognitif pasien menggunakan saat diberikan beberapa pertanyaan.
SPMSQ/MMSE dan GDS. DO : Dari hasil pengkajian pasien
menggunakan SPMSQ/MMSE yaitu
pasien mengalami kerusakan
intelektual sedang, dan hasil GDS
pasien mengalami depresi ringan.
Pukul 10.30 wita 1 Mengajarkan senam kaki DS : Pasien mengatakan mengerti TIM
cara senam kaki.
DO : Pasien tampak kooperatif.
Pukul 11.15 wita 2 Menyediakan informasi pada DS : Pasien mengatakan sedikit TIM
pasien tentang kondisi mengenai paham mengenai penyakitnya
penyakitnya dengan cara yang dengan cara yang tepat.
tepat. DO : Pasien tampak mendengarkan
penjelasan mengenai kondisi
penyakitnya.
Pukul 11.30 wita 1 Delegatif memberikan obat DS : Pasien mengatakan merasa TIM
insulin sesuai dosis. nyaman , tidak merasa lemas dan
tidak sempoyongan.
DO : Pasien tampak kooperatif.
Pukul 11.20 wita 2 Memberikan penilaian tentang DS : Pasien mengatakan kini sudah TIM
tingkat pengetahuan pasien mulai mengetahui penyebab DM,
tentang proses penyakit yang gejala, makanan yang patut di
spesifik. konsumsi serta komplikasi.
DO : Pasien tampak mengerti
mengenai penyakit DM. Pasien
tampak menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan.
D. EVALUASI
EVALUASI KEPERAWATAN PADA Tn. W
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
Hari/Tgl/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Waktu
Rabu/ Ketidakstabilan kadar glukosa darah S : Pasien mengatakan merasa lebih TIM
11 Januari berhubungan dengan disfungsi pankreas baik dari sebelumnya, tidak merasa
2023 Pukul ditandai dengan pasien mengatakan kaki lemas dan sempoyongan , kesemutan
11.20 wita kirinya kesemutan, pasien mengeluh pada kaki kirinya berkurang.
kadar gula darahnya tidak stabil, pasien O : Kadar gula darah sewaktu : 281
merasa lemas, lesu dan sempoyongan. mg/dL.
Pasien mengatakan pasien makan 3-5 kali A : Tujuan 2, 3 teratasi. Tujuan 1
sehari habis 1 porsi penuh. Makanan yang belum teratasi. Masalah teratasi
dikonsumsi yaitu nasi, ikan dan sayur. sebagian.
Pasien mengatakan minum air 9-10 gelas P : Lanjutkan intervensi 1.
per hari (1 gelas = 300 cc). Pasien tampak
lemas, kadar glukosa darah sewaktu : 511
mg/dL, kadar glukosa darah puasa : 261
mg/dL, HbA1c : 9,1 %.
Pukul 11.20 Defisit pengetahuan berhubungan dengan S : Pasien mengatakan kini sudah TIM
wita kurang paparan informasi mengenai mulai mengetahui penyebab DM,
penyakit ditandai dengan pasien gejala, makanan yang patut di
mengatakan tidak memiliki pengetahuan konsumsi serta komplikasi.
mengenai penyebab, tanda gejala, dan O : Pasien tampak mengerti mengenai
penanganan DM, pasien bertanya-tanya penyakit DM. Pasien tampak
kepada perawat mengenai penyakit yang menjelaskan kembali apa yang
di alaminya dan pasien juga tidak dijelaskan.
mengetahui bahwa DM merupakan A : Masalah teratasi.
penyakit keturunan. Pasien tampak P : Pertahankan kondisi pasien.
kebingungan , penilaian data psikologis
mengenai status mental didapat nilai 5
yaitu kerusakan fungsi intelektual sedang.