ii
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2012
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah Ners (KIA-N)
yang berjudul Continuous Bladder Irrigation (CBI) pada Klien Benigna Prostate
Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang
Anggrek Tengah Kanan RSU Persahabatan ini dapat penulis selesaikan. Penulisan
ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak hambatan
dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah
Keperawatan;
3. Ibu Efy Afifah, Skp., M.Kes, selaku pembimbing karya tulis ilmiah;
4. Ibu Tuti Herawati, Skp., MN, selaku pembimbing kelompok bedah RSUP
Persahabatan;
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang luar
biasa serta mendoakan kelancaran penyelesaian karya tulis ilmiah ners ini.
Terima kasih Mama dan Bapak yang telah memberikan restu dan doa yang
begitu berarti;
6. Kakak-kakakku, Mba Yuni dan Mas Dwi yang selalu mendukung dan
memotivasi selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Juga
Kakak ipar, Mas Budi dan Mba Susi terima kasih atas doanya ;
7. Keponakanku, Ifa, Eza, dan Vio yang selalu menghibur dengan tingkah
lucunya sehingga membuat penulis tetap semangat;
iv
Penulis
Dibuat di : Depok
(Esti Giatrininggar)
vi
Salah satu hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien post op TURP adalah pemantauan cairan irigasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperhatikan
dan diketahui perawat dalam melakukan pemantauan irigasi bladder.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hal yang harus diperhatikan perawat dalam
melakukan pemantauan irigasi bladder antara lain jenis cairan yang digunakan,
kecepatan aliran, ballance cairan, pemantauan tanda-tanda penyumbatan kateter,
dan meningkatkan intake cairan di atas 3000 ml per hari. Pengetahuan perawat
tentang irigasi bladder perlu ditingkatkan untuk menghindari komplikasi yang
umum terjadi pada klien post op TURP.
ABSTRACT
One of important thing that should be cared by nurse for post TURP patient is
monitoring bladder irrigation. The aims of the study was to identify the thing that
should be cared by nurse during monitoring bladder irrigation. The result
indicated the thing that shuould be cared during bladder irrigation are kind of
fluid, rapidity of fluid, fluid ballance, sign of chatheter blockage, and increase
fluid intake up to 3000 ml per day. Knowledge about bladder irrigation of the
nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op
TURP client.
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Kellog parson dkk, 2006), dan peningkatan gula darah (Kellog parson
dkk, 2006) dengan terjadinya BPH.
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat teoritis
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dalam
keilmuan keperawatan medikal bedah khususnya dalam bidang urologi
yakni Benigna Prostate Hyperplasia (BPH).
1.3.2 Manfaat Aplikatif
1.3.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan
Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber
informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien BPH post TURP
1.3.2.2 Klien
Karya ilmiah ini dapat dijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk
lebih mengenal tanda dan gejala BPH serta penangannya.
1.3.3 Manfaat Metodologi
Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana penelitian untuk lebih
mengembangkan pemberian asuhan keperawatan pada klien BPH post
TURP.
Universitas Indonesia
5 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Gejala iritasi
1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
2. Frekuensi yaitu BAK lebih sering dari biasanya
3. Disuria yaitu nyeri pada saat BAK
Kumpulan gejala tersebut dikenal dengan istilah LUTS (Lower
Urinary Tract Symptoms)
2.2.3 Etiologi
Penyebab dari perbesaran kelenjar prostat tidak diketahui secara
pasti. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbesaran
kelenjar prostat, diantaranya:
a. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen yang dapat
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
pembesaran.
b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Proses penuaan pada pria menyebabkan peningkatan hormon
estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan
hiperplasia stroma.
c. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor beta
menyebabkan pembesaran atau hiperplasia pada stroma dan epitel.
d. Berkurangnya sel yang mati
Prostat berada dalam keadaan seimbang antara sel yang tumbuh dan
mati. Namun, peningkatan estrogen yang menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sel stem
Pada keadaan tertentu terjadi peningkatan sel stem yang
meningkatkan proliferasi sel transit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Kebiasaan merokok
Beberapa penelitian tidak menemukan dampak yang signifikan antara
aktivitas merokok dengan peningkatan risiko BPH. Namun, ada
sebuah studi yang menunjukkan perokok berat lebih mudah terkena
LUTS jika dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok sendiri
meningkatkan konsentrasi testosteron. Peningkatan testosteron
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi dihydrotestosteron yang
berperan penting dalam perkembangan BPH dan LUTS. (Rohrmann,
S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005)
g. Kebiasaan minum-minuman beureuralkohol
Minum-minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya
BPH (Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward., 2005)
h. Olah raga
Pada pria yang rutin melakukan aktivitas fisik berpeluang lebih kecil
untuk mengalami gangguan pembesaran prostat (Parsons, Kellogg and
Kashefi, Carol., 2008)
i. Penyakit diabetes melitus
Sebuah studi yang dilakukan pada 158 klien ditemukan pembesaran
prostat lebih sering ditemukan pada klien yang memiliki masalah
obesitas, hipertensi, dan diabetes tipe 2 (Parsons, Kellogg and
Kashefi, Carol., 2008)
2.2.5 Pemeriksaan
Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), terdapat beberapa cara
untuk penegakkan diagnostik BPH, antara lain:
a. Pemeriksaan fisik
Digital rectal examination atau colok dubur merupakan salah satu
pemeriksaan fisik yang penting pada klien BPH. Pemeriksaan colok
dubur digunakan untuk memperkirakan adanya pembesaran prostat,
konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu
tanda dari keganasan prostat.
Universitas Indonesia
b. Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat menunjukkan adanya leukosituria dan
hematuria. Benigna prostate hyperplasia (BPH) yang sudah
menimbulkan komplikasi seperti infeksi saluran kemih, batu buli-buli
yang menimbulkan keluhan miksi akan menunjukkan adanya kelainan
pada pemeriksaan urinalisis. Oleh karena itu, jika dicurigai adanya
infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine.
c. Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan faal ginjal dilakukan untuk menentukan perlu atau
tidaknya dilakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian
atas.
d. Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen)
Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan
kadar PSA. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan
pada peradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau
TURP), pada retensi urin akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan
usia yang makin tua. Serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi
urin akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72
jam dilakukan kateterisasi. Rentang kadar PSA yang dianggap normal
berdasarkan usia adalah:
40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml
70-79 tahun : 0-6,5 ng/ml
e. Catatan harian miksi (voiding diaries)
Catatan harian miksi dipakai untuk menilai fungsi traktus urinarius
bagian bawah dengan reliabilitas dan validitas yang baik. Pencatatan
miksi berguna pada klien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan
utama yang menonjol.
f. Uroflowmetri
Uroflowmetri merupakan pencatatan pancaran urine selama proses
miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
Universitas Indonesia
2.2.6 Penanganan
Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), terdapat beberapa cara
untuk penanganan BPH, antara lain:
a. Watchful waiting
Watchful waiting artinya klien tidak mendapatkan terapi apapun namun
perkembangan penyakitnya selalu di pantau oleh dokter. Pada watchful
waiting ini, klien diberikan penjelasan mengenai hal yang dapat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mencegah formasi clot, melancarkan
aliran urin, dan mempertahankan kateter dengan secara terus menerus
melakukan irigasi kandung kemih dengan menggunakan cairan rumatan
normal saline (ACI Urology Network-Nursing, 2012). Selain itu, penelitian
yang dilakukan Nojiri et al (2007) menyebutkan bahwa continuous bladder
irrigation menurunkan insiden terjadinya obstruksi kateter.
Universitas Indonesia
Normal saline merupakan cairan yang paling baik karena merupakan cairan
isotonik dan tidak mudah diabsorbsi. Klien dengan irigasi kandung kemih
harus didokumentasikan intake dan output dalam sebuah chart irigasi
bladder. Selain itu, klien juga harus dipantau untuk mengetahui ada atau
tidak hematuria dengan memantau warna urin dan konsistensinya (Afrainin,
2010). Jika tidak terdapat komplikasi, kecepatan aliran dapat dikurangi dan
kateter dapat dilepas pada hari pertama atau hari kedua post operasi.
2.2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi mungkin terjadi pada klien BPH yang telah menjalani
prosedur pembedahan, baik prostatektomi maupun TURP. Berikut beberpa
komplikasi yang mungkin terjadi (Fillingham and Douglas, 2000) :
a. Inkontinensia
Satu persen klien yang menjalani operasi prostatektomi mengalami
inkontinensia dalam jangka waktu yang lama.
Universitas Indonesia
b. Striktur
Striktur uretra dapat terjadi sepanjang prosedur operasi.
c. Impotensi
TURP yang diikuti terjadinya impotensi dilaporkan terjadi antara 4% dan
30% (Tanagho and McAnicnh, 1992).
d. Hemoragi
Perdarahan post operatif terjadi hampir pada 4% klien post operatif.
Perdarahan berulang dapat saja terjadi yang menyebabkan klien harus
kembali ke rumah sakit.
e. Kematian
Secara keseluruhan, kematian akibat TURP kurang dari1% dan biasanya
terjadi akibat permasalahan kardiovaskular atau komplikasi pernafasan.
Namun, risiko kematian juga dapat ditimbulkan jika terjadi sindroma
TUR dan tidak segera dilakukan penanganan secara tepat.
Universitas Indonesia
20 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8. Mulut :
Sebagian gigi sudah tanggal, klien menggunakan gigi palsu, tidak ada
bau mulut, tidak ada sariawan, kebiasaan membersihkan gigi dan mulut
2x/hari.
9. Leher :
Tidak terlihat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid.
10. Dada
a. Paru-paru
- Inspeksi : dada terlihat simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu nafas
- Palpasi : lapang kanan dan kiri dada klien sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+),
Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-,
b. Jantung
- BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)
11. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada perbesaran
- Palpasi : tidak ada masaa, lembek
- Perkusi : dullnes
- Auskultasi : BU (+)
12. Ektrimitas : akral hangat, bengkat/ edema ekstrimitas (saat
pengkajia) tidak ada.
Universitas Indonesia
2. Sirkulasi
Klien mengatakan tidak ada rasa kesemutan atau baal pada kaki.
Riwayat hipertensi (-), masalah jantung (-), riwayat batuk/hemoptisis(+)
saat klien berusia 12 tahun, riwayat DM tipe 2 (-)
Hasil pemeriksaan fisik (20/05/2013) menunjuukan
a. TTV
TD = 120/80 mmHg RR = 20 x/menit
Nadi = 84 x/menit Suhu = 36 0C
b. Dada
Paru-paru
- Inspeksi : dada terlihat simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
- Palpasi : lapang dada kiri dan kanan sama
- Perkusi : sonor
Universitas Indonesia
c. CRT < 3
d. Tanda homans (-)
e. Warna
- Lidah : pink
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sklera : tidak ikterik
f. Diaforesis : tidak ada
g. Turgor kulit : elastis, membran mukosa lembab
h. Edema ekstrimitas : tidak ada
i. Asites : tidak ada
j. Distensi vena jugularis : tidak ada
k. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
3. Integritas Ego
Klien mengatakan tidak memikirkan penyakit yang sedang dideritanya
saat ini. Namun, klien mengatakan cemas dengan tindakan operasi yang
akan dilakukan. Klien mengatakan ini merupakan pertama kalinya klien
melakukan operasi. Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah
dijelaskan tentang prosdur yang akan dilakukan. Dokter mengatakan
klien akan menjalani prosedur pembedahan prostat namun tidak
dijelaskan terkait anestesi dan efek yang akan dirasakan setelah operasi.
Universitas Indonesia
4. Eliminasi
Klien mengatakan tidak ada keluhan diare . BAB lancar 1x/hari, BAB
konsistensi padat. Saat ini, klien terpasang kateter dengan produksi per
24jam 3000-3500 cc.
Hasil pemeriksaan menunjuukan nyeri tekan tidak ada. Abdomen lunak,
tidak ada massa, bising usus (+)
6. Higiene
Aktifitas sehari-hari dilakukan secara mandiri. Saat ini klien masih
dapat beraktivitas seperti biasa meskipun terpasang selang kateter.
umum klien bersih, tidak ada bau badan, pakaian sesuai dengan
kondisi/keadaan, kutu rambut (-).
7. Neurosensori
Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala. Tidak merasa kebas
dan tidak ada gangguan pendengaran. Hasil pemeriksaan menunjukkan
status mental/ tingkat kesadaran klien adalah compos mentis (CM).
Klien masih terorientasi waktu, tempat dan orang. Klien dapat dapat
mengingat memori jangka panjang (riwayat klien masuk RS) dan
riwayat jangka pendek. Reaksi pupil baik. Klien menggunakan alat
bantu penglihatan. Penggunaan alat bantu dengar tidak ada.
Universitas Indonesia
8. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Saat ini klien mengatakan nyeri sudah tidak ada setelah dipasang kateter.
Namun, saat selang kateter dilepas, klien mengatakan nyeri saat BAK
dengan skala 7 dari total 10. Saat dilakukan pengkajian, klien tidak
merasakan nyeri. Mengerutkan muka (-), penyempitan fokus (-)
9. Pernapasan
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak merasakan sesak.
Klien juga mengatakan tidak ada keluhan batuk ataupun sakit
tenggorokan. Klien memiliki riwayat perokok berat namun saat ini klien
sudah tidak merokok.
10. Keamanaan
Klien dapat berakitivitas secara normal. Klien masih mampu berjalan-
jalan dan tidak menggunakan alat bantu. Alergi terhadap obat tidak ada.
Pemeriksaan TTV khususnya suhu adalah 360C (afebris), tidak ada
diaforesis. Tonus otot baik. Rentang gerak aktif, cara berjalan normal.
11. Seksualitas
Sebelumnya klien tidak pernah memiliki riwayat pembesaran prostat.
Klien terpasang chateter folley, dan kadang klien menggantungkan urin
bag di bagian pinggang saat akan beraktivitas.
Universitas Indonesia
Hemostasis
Test Hasil Pemeriksaan Nilai normal
PT INR
PT 10,7 10-14 detik
INR 0,90
Control 11,7 10-13,8 detik
APTT
APRR os 35,1 29-40 detik
Control 34,2 28,9-38,3 detik
Universitas Indonesia
B. Intra Operasi
Pengkajian
Klien dibawa ke ruang operasi pada pukul 09.15 WIB. Klien
dipindahkan dari tempat tidur biasa ke tempat tidur operasi. Klien
berada pada posisi litotomi dengan anestesi spinal. Medikasi yang
digunakan Bupivacain spinal 5% 12,5 gr dam fentanyl 25 mg. Klien
lalu terpasang O2 2 liter/menit. Pemantauan TTV pukul 09.30: TD
140/90 N: 80. Pukul 09.35 operasi TURP dimulai. Alat sitoskopi
dimasukkan dan dokter memantau besarnya ukuran prostat melalui
sebuah monitor. Setelah alat mencapai prostat, secara perlahan-lahan
jaringan prostat yang membesar mulai dikikis. Jaringan yang telah
dikikis di keluarkan dengan menggunakan cairan irigasi dextrose 5%.
TURP dilakukan secara sistematis dan didapat jaringan prostat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Do:
- Klien nampak tegang
- Klien nampak nervous
Ds: Kurang pengetahuan
- Klien mengatakan mendapatkan penjelasan
bahwa klien akan menjalani operasi TURP
- Klien tidak mengetahui prosedur operasi yang
akan dijalani
- Klien mengatakan belum mendapatkan
penjelasan tentang anestesi yang akan
digunakan
- Klien mengatakan tidak mengetahui dampak
yang terjadi setelah operasi
Do:
- Melaporkan masalah yang dihadapi
- Klien tidak dapat menjawab beberapa
pertanyaan yang diajukan
Universitas Indonesia
Post Op
Data Pengkajian Masalah Keperawatan
Ds: Nyeri
- Klien mengeluhkan nyeri saat
berkemih
- Klien mengatakan nyeri pada bagian
yang terpasang kateter
- Klien mengatakan skala nyeri yang
dirasakannya adalah 6 dari nilai
maksimal 10
- Klien mengatakan setelah minum
obat, nyeri sedikit berkurang namun
tidak hilang
Do:
- Klien terlihat mengernyitkan wajah
- Klien nampak menarik nafas panjang
beberapa kali
Universitas Indonesia
B. Post Operatif
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang didapat saat pengkajian post
op klien, dapat ditegakkan dua diagnosa yakni nyeri dan risiko perdarahan.
Diagnosa nyeri diangkat karena klien mengatakan skala nyeri berada pada
rentang enam sampai tujuh. Sedangkan diagnosa risiko perdarahan
ditegakkan karena prosedur pembedahan yang klien jalani.
Universitas Indonesia
yang nyaman, anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang
lama sesudah tindakan TURP, latih klien teknik relaksasi untuk mengurangi
nyeri, jaga selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah
peningkatan tekanan pada kandung kemih, serta tindakan kolaboratif
pemberian analgesik.
Universitas Indonesia
pertama kalinya, selama klien cemas tidak ada tindakan yang dilakukan.
Klien juga mengatakan merasa lebih tenang setelah melakukan teknik nafas
dalam. Sedikit demi sedikit rasa cemas berkurang meskipun tidak hilang
secara keseluruhan. Klien mengatakan sangat terbantu dengan penjelasan
yang diberikan tentang nafas dalam. Hail pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan dalam rentang normal, yakni TD 120/80 mmHg, Nadi 84 kali
per menit, RR 20 kali per menit, suhu 36,5 0C. Selain itu, klien dapat
melakukan teknik nafas dalam dengan benar. Ekspresi wajah klien pun
tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan.
Universitas Indonesia
Evaluasi dari implementasi penanganan nyeri antara lain skala nyeri klien
berkurang setiap harinya. Pada hari pertama post operasi, klien mengatakan
skala nyeri 6 dari skala 10. Hari kedua post op, skala nyeri 4 dan pada hari
ketiga post op skala nyeri klien berkisar pada angka 3-4. Pemberian posisi
dilakukan sesuai dengan kenyamanan klien. Klien merasa nyaman berada
dalam posisi semi fowler. Klien juga melakukan teknik nafas dalam jika
rasa nyeri timbul. Pemberian analgetik dalam kasus ini adalah kaltopren
dilakukan hanya pada hari pertama. Karena setelah dilakukan evaluasi oleh
dokter, pada hari kedua post op rasa nyeri tidak terlalu mengganggu
sehingga pemberian obat hanya jika klien merasa nyeri yang tidak tertahan.
Diagnosa kedua menekankan pada pemantauan irigasi bladder untuk
mencegah terjadinya retensi karena penimbunan clot. Implementasi yang
dilakukan meliputi memantau traksi kateter, memantau tanda perdarahan,
memantau warna dan konsistensi urin, mengobservasi tanda vital,
memberitahu keluarga untuk segera mengganti cairan irigasi jika akan habis,
memberikan informasi agar tidak melakukan valsava manuver, tindakan
kolaborasi dengan ahli gizi dengan menyediakan makanan tinggi serat, serta
kolaborasi pemberian medikasi vitamin K dan kalnex.
Evaluasi yang didapat antara lain pada hari pertama post operasi masih di
dapatkan tanda perdarahan. Urin klien berwarna merah muda namun tidak
Universitas Indonesia
ada clot. Traksi masih dipasang dengan kuat pada hari pertama post operasi
untuk menekan perdarahan yang mungkin terjadi pada uretra. Pada hari
kedua, urin masih berwarna merah muda namun tidak seperti hari pertama.
Pada hari ketiga, kateter dilepas dan mahasiswa melakukan discharge
planning. Discharge planning yang diberikan meliputi konsumsi cairan
minimal delapan gelas per hari, makan buah dan sayuran, menghindari
minum teh, kopi dan minuman bersoda,serta melanjutkan minuman obat-
obat yang diresepkan. Selain itu, penjelasan tentang komplikasi yang
mungkin terjadi seperti adanya darah pada urine pada tujuh sampai 14 hari
post operasi. Klien juga diberikan penjelasan tentang aktivitas yang boleh
dan sebaiknya dihindari seperti hanya melakukan pekerjaan ringan selama
dua sampai tiga minggu post operasi, tidak melakukan pekerjaan berat
selama empat sampai enam minggu post operasi, tidak melakukan hubungan
seksual selama dua sampai tiga bulan setelah operasi.
Universitas Indonesia
39 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Faktor keempat adalah aktivitas seksual. Saat ini klien tinggal berdua
dengan istri di rumah, meskipun aktivitas seksual klien tidak terkaji karena
klien enggan menceritakan, namun terdapat penelitian yang menunjukkan
hubungan antara aktivitas seksual dan terjadinya BPH. Penelitian yang
dilakukan James Meigs (2001) menunjukkan laki-laki yang menikah dan
hidup bersama istri memiliki risiko 60% peningkatan gejala klinis BPH.
Hal ini dikarenakan saat kegiatan seksual, kelenjar prostat akan mengalami
peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi. Suplai darah yang
tinggi akan menyebabkan kelenjar prostat menjadi bengkak
Masalah keperawatan yang biasa timbul pada klien BPH antara lain nyeri,
sulit berkemih. Tiga minggu SMRS, Bpk. DM mengeluh sulit BAK, harus
mengejan, BAK terasa tidak tuntas serta urin masih menetes setelah BAK.
Keluhan tersebut merupakan tanda gejala yang khas pada penderita BPH
Universitas Indonesia
yang dikenal dengan istilah LUTS atau Lower Urinary Tract Symptoms
(Ikatan Ahli Urologi Indonesia).
Masalah keperawatan post operasi yang muncul antara lain nyeri dan
risiko perdarahan. Nyeri dapat terjadi karena pemasangan kateter
threeway yang digunakan untuk irigasi bladder. Sedangkan risiko
perdarahan dapat terjadi karena prosedur operasi TURP yang mengerok
atau mengikis bagian prostat yang mengalami pembesaran.
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Salah satu intervensi post operatif yang dilakukan perawat adalah
pemantau irigasi kandung kemih (continuous bladder irrigation). Tujuan
dari tindakan ini adalah untuk mencegah formasi clot, melancarkan aliran
urin, dan mempertahankan kateter dengan secara terus menerus melakukan
irigasi kandung kemih dengan menggunakan cairan rumatan normal saline
(ACI Urology Network-Nursing, 2012).
Pada kasus Bpk. DM, pemantauan 24 jam pertama post operatif TURP
didapatkan warna urin masih berwarna merah muda. Kecepatan tetesan
dipertahankan diatas 30 tpm. Afrainin, Syah (2010) menyatakan bahwa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Simpulan
1. Cairan rumatan normal saline merupakan cairan yang paling tepat digunakan
utnuk irigasi bladder karena bersifat isotonik sehingga tidak mudah diabsorbsi
oleh area di sekitar prostat yang akan menyebabkan sindrom TUR.
2. Pemantauan ballance cairan dilakukan untuk mengetahui adanya sindrom
TURP yang disebabkan karena absorbsi cairan irigasi oleh area di sekitar
prostat.
3. Pemantauan warna dan konsistensi urine dilakukan untuk mengetahui adanya
hematuria atau adanya urin dalam darah.
4. Konsumsi air putih disarankan mencapai tiga liter per hari untuk mencapai
urin output yang baik dan mengurangi risiko terjadinya hematuria.
5. Kecepatan tetesan dipertahankan 500ml/jam atau diatas 30 tpm untuk
mencegah penumpukan clot.
6. Penyumbatan kateter ditandai dengan spasme kandung kemih, kebocoran urin
di sekitar kateter, distensi pada area suprapubik, terdapat clot pada lumen.
7. Komplikasi yang mungkin timbul pada klien post op TURP antara lain
perdarahan, retensi clot, infeksi genitourinari, dan kegagalan untuk
mengosongkan kandung kemih
8. Peningkatan pengetahuan perawat perlu dilakukan guna meningkatkan asuhan
keperawatan pada klien post op TURP
.
5.2.Saran
45 Universitas Indonesia
5.2.3 Penelitian
5.2.3.1 Karya ilmiah ini dapat dijadikan data dasar dan pengembangan ide
untuk penelitian yang selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada klien BPH
Universitas Indonesia
48 Universitas Indonesia
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Ansietas Setelah dilakukan - Klien 1. Diskusikan tentang 1. Dengan mengenal
asuhan mengungkapkan perasaan klien saat sedang ansietasnya, klien akan
kekeperatan perasaan ansietas, menghadapi masalah atau lebih kooperatif terhadap
selama 1 x 20 penyebab ansietas, tekanan. tindakan keperawatan.
menit, Klien dan perilaku akibat 2. Identifikasi situasi yang 2. Menyamakan persepsi
akan ansietas membuat klien ansietas bahwa ansietas terjadi pada
menunjukkan cara - Klien mampu klien
koping adaptif mendemonstrasikan 3. Ajarkan klien teknik 3. Membantu mengurangi
terhadap stres cara mengatasi relaksasi ansietas
ansietas secara
positif
- Tanda tanda vital
dalam batas normal.
TD 100/70-120/90
RR 18-20
Suhu 36-37
Nadi 60-100
Do:
- Melaporkan masalah
yang dihadapi
Klien tidah dapat
menjawab beberapa
pertanyaan yang
diajukan
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Nyeri b.d spasme kandung Setelah Mandiri Mandiri
kemih dan insisi sekunder dilakukan - Klien mengatakan 1. Observasi tanda vital 1. Mengetahui perkembangan
pada TURP asuhan nyeri berkurang / lebih lanjut terkait kondisi
keperawatan hilang. klien
Ds: selama 3x30 - Ekspresi wajah 2. Berikan lingkungan yang 2. Menurunkan reaksi
- Klien mengeluhkan nyeri menit rasa klien tenang. tenang dan nyaman terhadap stimulasi dari luar
saat berkemih nyeri yang - Klien akan atau sensitivitas pada
- Klien mengatakan nyeri dirasakan klien menunjukkan cahaya dan meningkatkan
pada bagian yang dapat ketrampilan istirahat/relaksasi
terpasang kateter berkurang atau relaksasi. 3. Tingkatkan tirah baring, 3. Menurunkan gerakan yang
- Klien mengatakan skala hilang - Klien akan tidur / bantulah kebutuhan dapat meningkatkan nyeri
nyeri yang dirasakannya istirahat dengan perawatan diri yang
adalah 6 dari nilai tepat. penting
maksimal 10 - Tanda tanda vital 4. Dukung untuk 4. Menurunkan iritasi
- Klien mengatakan setelah dalam batas normal. menemukan posisi yang meningeal, resultan
minum obat, nyeri sedikit nyaman ketidaknyamanan lebih
berkurang namun tidak lanjut
hilang 5. Anjurkan pada klien 5. Mengurangi tekanan pada
untuk tidak duduk dalam luka insisi
Do: waktu yang lama sesudah
- Klien terlihat tindakan TURP
Kolaborasi Kolaborasi
Berikan analgesik sesuai Diperlukan untuk menghilangkan
indikasi nyeri yang berat dan tidak dapat
ditolerir pasien
Risiko perdarahan Setelah - Klien tidak 1. Jelaskan pada klien 1. Menurunkan kecemasan
dilakukan menunjukkan tentang sebab terjadi klien dan mengetahui
asuhan tanda tanda perdarahan setelah tanda tanda perdarahan
keperawatan perdarahan . pembedahan dan tanda
selama 3x30 - Tanda tanda tanda perdarahan .
menit klien vital dalam batas 2. Irigasi aliran kateter jika 2. Gumpalan dapat
tidak normal . terdeteksi gumpalan dalm menyumbat kateter,
menunjukkan - Urine lancar lewat saluran kateter menyebabkan peregangan
perdarahan. kateter . dan perdarahan kandung
kemih
3. Pantau traksi kateter: 3. Traksi kateter
catat waktu traksi di menyebabkan
pasang dan kapan traksi pengembangan balon ke
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Senin, Ansietas Mandiri S:
27 Mei 1. Mendiskusikan - Klien mengatakan
2013 tentang perasaan klien ini pertama kalinya
Jam saat sedang klien melakukan
13.00- menghadapi masalah operasi
13.15 atau tekanan. - Klien mengatakan
2. Mengidentifikasi cemas karena akan
situasi yang membuat operasi besok
klien ansietas - Klien mengatakan
3. Mengajarkan klien cemas berkurang
teknik relaksasi setelah melakukan
nafas dalam
O:
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 84 x/menit
- RR 20 x/menit
- Suhu 36,5 0C
- Klien dapat
melakukan nafas
dalam dengan benar
- Ekspresi wajah
tenang
A:
Masalah teratasi
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Senin, Kurang Mandiri S:
27 Mei pengetahuan b.d 1. Mengobservasi tanda vital - Klien
2013 tidak familiar 2. Mendorong pasien mengatakan
Jam dengan sumber menyatakan rasa takut memahami
13.15- informasi/ kurang persaan dan perhatian. penjelasan yang
13.30 informasi 3. Menjelaskan terkait diberikan
prosedur operasi yang akan O:
Ds: dijalani - TD 120/80
- Klien tidak Prosedur operasi mmHg
mengetahui TURP - Nadi 80 x/menit
prosedur operasi
Anestesi yang akan - RR 20 x/menit
yang akan
digunakan beserta - Suhu 36,5 0 C
dijalani
efek anestesi yang - Klien mengerti
- Klien
akan dirasakan dengan
mengatakan
Efek post operasi penjelasan yang
tidak mengetahui
dampak yang Hal-hal yang perlu diberikan
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Rabu, Nyeri b.d spasme Mandiri S:
29 Mei kandung kemih dan 1. Mengobservasi tanda - Klien mengatakan
2013 insisi sekunder pada vital nyeri pada bagian
Jam TURP 2. Memberikan yang terpasang
16.00- lingkungan yang kateter
16.20 Ds: tenang dan nyaman - Klien mengatakan
- Klien 3. Meningkatkan tirah nyeri jika akan BAK
mengeluhkan baring, bantulah - Klien mengatakan
nyeri saat kebutuhan perawatan skala nyeri 6 dari 10
berkemih diri yang penting - Klien mangatakan
- Klien mengatakan 4. Membantu untuk melakukan nafas
nyeri pada bagian menemukan posisi dalam jika terasa
yang terpasang yang nyaman nyeri
kateter 5. Menganjurkan pada O:
- Klien mengatakan klien untuk tidak - TD 130/90 mmHg
skala nyeri yang duduk selama 12 jam - Nadi 84 x/menit
dirasakannya post op TURP - RR 20 x/menit
adalah 6 dari nilai 6. Melatih klien teknik - Suhu 36,5 0C
maksimal 10 relaksasi untuk - Klien dapat
- Klien mengatakan mengurangi nyeri melakukan teknik
setelah minum 7. Menjaga selang nafas dalam dengan
obat, nyeri sedikit drainase urine tetap baik
berkurang namun aman dipaha untuk - Ekspresi wajah
tidak hilang mencegah meringis
peningkatan tekanan - Klien berada pada
pada kandung kemih. posisi 30 derajat
P:
- Evaluasi skala nyeri
klien
- Evaluasi terknik
nafas dalam
- Observasi TTV
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Kamis, Nyeri b.d spasme Mandiri S:
30 Mei kandung kemih dan 1. Mengobservasi tanda - Klien mengatakan
2013 insisi sekunder pada vital nyeri masih ada
Jam TURP 2. Membantu untuk namun berkurang
13.15- menemukan posisi - Klien mengatakan
13.25 Ds: yang nyaman masih nyeri jika
- Klien 3. Mengevaluasi skala BAK
mengeluhkan nyeri klien - Klien mengatakan
nyeri saat 4. Mengevaluasi teknik skala nyeri 4 dari 10
berkemih relaksasi nafas dalam - Klien mengatakan
- Klien mengatakan 5. Mengendurkan traksi melakukan nafas
nyeri pada bagian selang kateter dalam jika sedang
yang terpasang 6. Memotivasi klien merasa nyeri
kateter untuk latihan duduk - Klien mengatakan
- Klien mengatakan 7. Memotivasi klien sebelumnya takut
skala nyeri yang untuk menggerakkan untuk duduk karena
dirasakannya kaki takut sakit
adalah 6 dari nilai
maksimal 10
- Klien mengatakan O:
setelah minum - TD 120/80 mmHg
obat, nyeri sedikit - Nadi 80 x/menit
berkurang namun - RR 20 x/menit
tidak hilang - Suhu 36,3 0C
- Klien terlihat duduk
Do: secara bertahap
P:
- Evaluasi skala nyeri
klien
- Observasi TTV
- Lakukan discharge
palnning
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jumat, Nyeri b.d spasme Mandiri S:
31 Mei kandung kemih dan 1. Mengobservasi tanda - Klien mengatakan
2013 insisi sekunder pada vital skala nyeri 3 dari 10
Jam TURP 2. Membantu untuk - Klien mengatakan
17.00- menemukan posisi setelah selang
17.15 Ds: yang nyaman dilepas, masih terasa
- Klien 3. Mengevaluasi skala nyeri saat BAK
mengeluhkan nyeri nyeri klien - Klien mengatakan
saat berkemih 4. Memotivasi klien sudah mulai latihan
- Klien mengatakan untuk melakukan berjalan
nyeri pada bagian aktivitas bertahap - Klien mengatakan
yang terpasang 5. Melakukan discharge memahami tentang
kateter planning hal yang tidak boleh
- Klien mengatakan dilakukan setelah
skala nyeri yang operasi TURP
dirasakannya O:
adalah 6 dari nilai - TD 120/80 mmHg
maksimal 10 - Nadi 80 x/menit
- Klien mengatakan - RR 20 x/menit
setelah minum - Suhu 36,3 0C
obat, nyeri sedikit - Kateter sudah
berkurang namun dilepas
tidak hilang - Klien memahami
penjelasan yang
diberikan
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Rabu, Risiko perdarahan Mandiri S:
29 Mei 1. Menjelaskan pada - Klien mengatakan
2013 klien tentang sebab memahami tentang
Jam terjadi perdarahan penyebab terjadinya
16.20- setelah pembedahan perdarahan
16.30 dan tanda tanda
perdarahan . O:
2. Pantau traksi kateter: - TD 130/90 mmHg
catat waktu traksi di - Nadi 84 x/menit
pasang dan kapan - RR 20 x/menit
traksi dilepas. - Suhu 36,5 0C
3. Pantau urin : warna, - Traksi terpasang
jumlah, konsistensi dengan kuat
4. Observasi tanda vital - Traksi terpasang
5. Anjurkan klien untuk pukul 10.30 di ruang
tidak melakukan operasi
valsava manuver - Urin murni/24 jam
6. Memberitahu 3000 cc, warna
keluarga agar cairan merah
irigasi tidak terputus - Tidak ada clot
- Tidak ada distensi
Kolaborasi kandung kemih
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk A:
menyediakan diet Masalah teratasi sebagian
makanan tinggi serat - Menjelaskan tentang
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Kamis, Risiko perdarahan Mandiri S:
30 Mei 1. Memantau tanda - Klien mengatakan
2013 perdarahan BAK sudah tidak
Jam 2. Memantau urin : terlalu sakit
13.25- warna, jumlah, - Klien mengatakan
13.55 konsistensi sudah makan buah
3. Mengobservasi tanda O:
vital - TD 120/80 mmHg
4. Menganjurkan klien - Nadi 80 x/menit
untuk tidak - RR 20 x/menit
melakukan valsava - Suhu 36,3 0C
manuver - Traksi sudah dilepas
5. Memberitahu - Kateter terfikasasi di
keluarga agar cairan paha
irigasi tidak terputus - Urin jernih namun
6. Menganjurkan klien sedikit berwarna
untuk makan merah
makanan tinggi serat - Urin murni/24 jam
seperti sayur dan 2800cc.
buah - Tidak ada clot
- Tidak ada distensi
Kolaborasi kanung kemih
7. Kolaborasi dengan A:
ahli gizi untuk Masalah teratasi sebagian
menyediakan diet - Memantau urin
Nama : Tn. DM
Usia : 67 tahun
Ruangan : Ruang Bedah Kelas, Anggrek Tengah Kanan
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jumat, Risiko Mandiri S:
31 Mei perdarahan 1. Memantau tanda - Klien mengatakan
2013 perdarahan BAK sudah lancar,
Jam 2. Memantau urin : tidak terputus-putur,
17.15- warna, jumlah, tidak perlu mengedan,
17.30 konsistensi dan terapas puas
3. Mengobservasi setelah berkemih
tanda vital - Klien mengatakan
4. Mengevaluasi warna urin jernih tidak
kemampuan ada darah
berkemih klien - Klien mengatakan
5. Melakukan memahami tentang hal
discharge planning yang boleh dan tidak
boleh dilakukan
Kolaborasi setelah operasi TURP
6. Memberikan terapi O:
medikasi sesuai - TD 120/80 mmHg
indikasi - Nadi 80 x/menit
- Vit K 2 x 1 - RR 20 x/menit
- Kalnex 3 x 1 - Suhu 36,3 0C
- Kateter sudah dilepas
- Klien dapat
menjelaskan hal yang
harus dilakukan
- Minum minimal 8
gelas per hari
BC = I - O
Keterangan:
Intake (I) Range
1. Air minun = 1400 1800 cc
2. Air dalam makanan = 700 1000 cc
3. Air hasil oksidasi = 300 400 cc
Pengukuran IWL
1. IWL dewasa = 15 - 20 cc/kgBB/hari
IWL anak = 30 usia (thn) cc/kgBB/hari
Standar kehilangan IWL
Neonatus : 30 ml/kgBB/hari
Bayi : 50-60 ml/kgBB/hari
Anak : 40 ml/kgBB/hari
Remaja : 30 ml/kgBB/hari
Dewasa : 20 ml/kgBB/hari
2. Jika ada kenaikan suhu maka :
IWL = 200 x (suhu badan sekarang-36,8 C)
Identitas Personal
Nama : Esti Giatrininggar
TTL : Jakarta, 24 Oktober 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Mesjid Al Muhajirin No. 51 RT 004/09
Tanah Tinggi, Tangerang 15119
No. Telepon : 085717242171
E-mail : egiatrininggar@gmail.com