TINJAUAN TEORI
2. Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terjadi terus-menerus secara alamiah.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak sama cepatnya. Adakalahnya
orang yang belum tergolong usia lanjut usia tetapi sudah mengalami kekurangan
ataupun penurunan yang menyolok.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh menhadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh
(Nugroho,2000).
6
7
Ada beberapa teori dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk
kelompok teori biologis dan teori psikososial (Padila, 2013) diantaranya :
1. Teori biologis
a. Teori jam genetik
Menurut Hay ick, secara genetik sudah terprogram bahwa material
didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-
spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula.
Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun,
sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah
itu akan mengalami deteriorasi.
b. Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya susunan
molekular, lama kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal
ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya
menyebabkan jaringan yang sangat kuat.
c. Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik.
d. Teori imunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.
System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,
regulasi dan responsibilitas.
e. Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
f. Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
2. Teori psikososial
a. Teori integritas ego
8
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling
sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh
yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu,
terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
c. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah
dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial.
Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal
pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh
lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah,
baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk
kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering
mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga
berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai
dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan
beser bak tadi.
d. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi
gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan shari-hari. Kejadian ini
meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu
kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini
meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan
gangguan intelektual lainnya.
e. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik
yang menyebabkan keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta
risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang
menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan
gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ
10
oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti
penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru
saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang
kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
n. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts
Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia
40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi,
yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 %
dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan
aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding
pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun
penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat
kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan (Siburian, 2009).
4. Tugas dan Perkembangan pada Lansia
Tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia ,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan
regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,
sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk
menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun
para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor
gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan
13
oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom.
Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada
ujung kritis tertentu.
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik
dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah
kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan
atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah
skrining awal. (Smeltzer, 2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis. (Price, 2005)
18
6. Pathway
7. Manifestasi Klinik
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Susah Tidur
8. Mata berkunang-kunang
9. Peningkatan tekan darah
10. Pusing
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Price, 2005)
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Komplikasi
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin.
A. Pengkajian
2. Sirkulasi
regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau
brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6. Neurosensori
kabur).
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
hipertensi.
kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa
(feokromositoma)
8. Pernafasan
9. Keamanan
Hipotensi posturnal.
5 Kelebihan volume cairan Setelah diberikan asuhan 5.1 Awasi denyut jantung, 1. Tacikardi dan hipertensi terjadi
berhubungan dengan edema keperawatan diharapkan pasien TD, CVP karena kegagalan ginjal untuk
menunjukkan keseimbangan 5.2 Catat pemasukan dan mengeluarkan urine,
volume cairan dengan kriteria : pengeluaran secara pembatasan cairan berlebih
1. Masukan dan haluaran akurat. selama mengobati
seimbang 5.3 Awasi berat jenis urine hipovolemia/hipotensi atau
2. BB stabil 5.4 Timbang tiap hari dengan perubahan fase oliguri gagal
3. Tanda vital dalam alat dan pakaian yang ginjal dan perubahan pada
rentang normal ( N : 70 – sama renin-angiotensin.
30
80 x mnt, R : 16 – 20 x 5.5 Kaji kulit, wajah area 2. Perlu untuk menentukan fungsi
/mnt, S : 36 – 37,2, T : tergantung untuk edema gnjal, kebutuhan penggantian
120 / 80 mmHg) 5.6 Berikan obat sesuai cairan
4. Oedema tidak ada indikasi (diuretik) 3. Mengukur kemampuan ginjal
untuk mengkonsentrasikan urine
4. Penimbangan berat badan
harian adalah pengawasan status
cairan terbaru. Peningkatan
berat badan lebih dari 0,5 kg per
hari diduga ada retensi cairan.
5. Edema terjadi terutama pada
jaringan yang tergantung pada
tubuh contoh : tangan, kaki,
area lumbosakral
6. Membantu dalam pengeluaran
cairan
6 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 6.1 Kaji respon pasien 1. Menyebutkan parameter
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien terhadap aktivitas, membantu dalam mengkaji
Kelemahan umum dan dapat berpartisipasi dalam perhatikan frekuensi nadi respons fisiologi terhadap stres
ketidakseimbangan antara aktivitas yang lebih dari 20 kali per aktivitas dan bila ada,
suplai dan kebutuhan diinginkan/diperukan dengan menit di atas frekuensi merupakan indikator dari
oksigen kriteria hasil : istirahat, peningkatan kelebihan kerja yang berkaitan
1. Melaporkan tekanan darah yang nyata dengan tingkat aktivitas.
peningkatan dalam toleransi selama /sesudah aktivitas, 2. Teknik menghemat energi
aktivitas yang dapat diukur dpsnea atau nyeri dada, mengurangi penggunaan energi,
2. Menunjukkan keletihan dan kelemahan juga membantu keseimbangan
penurunan dalam tanda- yang berlebihan, antara suplai dan kebutuhan
tanda intoleransi fisiologi diaforesis, pusing atau oksigen.
pingsan 3. Mengidentifikasi sejauh mana
6.2 Instruksikan pasien kemampuan pasien dalam
tentang teknik melakukan aktivitas dan prwt
penghematan energi , diri.
31
1. Definisi
sebagai arthritis akut atau kronis, dan pengendapan kristal urat dalam jaringan
ikat, ginjal dan deposisi kristal urat monosodium di sendi, tulang, jaringan lunak,
Asam urat merupakan rematik pirai (gout artritis) yang merupakan jenis
merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) yang menumpuk di
dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout,
terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat didalam persendian. Gout pada
dasarnya adalah gangguan metabolisme asam urat tetapi dapat terjadi juga kareana
Deposisi kristal urat di hyperuricaemic hasil individu dalam gout akut , ditandai
dengan nyeri yang menyiksa dan peradangan onset cepat, paling sering
all, 2005)
karena deposisi, deposit atau timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar
sendi atau tofi. Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
berlanjut akan mengaki-batkan nyeri hebat. Jika tidak diobati, endapan kristal ini
34
akan menyebabkan kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak. Hasil produksi
oleh tubuh, merupakan hasil akhir metabolisme purin. Purin adalah protein yang
termasuk golongan nukleo protein. Purin didapat dari makanan selain itu juga
berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. Pembuatan atau sintesis
purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan seperti: CO2,
glutamine, glisin, asam aspartat dan asam folat. Diduga hasil metabolisme purin
di-angkut ke hati, lalu mengalami oksi-dasi menjadi asam urat, dan kelebihan
asam urat dibuang melalui ginjal lewat urine dan usus (Hidayat, 2012).
2. Etiologi
2) Jenis kelamin dan umur : Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih
beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan
dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau
dari tubuh.
6) Obat-obatan tertentu
35
3. Klasifikasi
Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang tidak
Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, yang
c. Produksi asam urat juga dapat meningkat karena penyakit pada darah
salisilat).
d. Obesitas (kegemukan).
e. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Dimana
yang meninggi akan menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi.
36
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan
dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam
serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respons
dinamakan thopiakan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga. Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder
kronis. Gambaran kristal urat dalam dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik
imunologik.
37
5. Pathway
6. ManifestasiKlinik
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
a) Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat
tidur.
b) Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba
dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi
berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila berlanjut akan
berikut :
terpolarisasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan
pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam urat tinggi
Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam
8. Komplikasi
9. Penatalaksanaan
Indometachin (Indocin)
b. Sendi diistirahatkan
c. Kompres dingin
mg 2x/hari.
Pengobatan
urat lewat ginjal. Diberikan juga obat-obat untuk mengatasi radang dan
rasa sakit yaitu analgesik dari golongan AINS atau NSID seperti
1. Perawatan
2. Diet
3. Olahraga
Memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi dan sangat berguna untuk
memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi selain itu
pengendapan
D. Aerobik
E. Latiahan Peregangan/ROM
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama.
3. Riwayat Kesehatan.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dikerjakan pasien buat
menanggulanginya.
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau tidak?
41
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau tidak ?
d. Riwayat psikososial
c. Pola eliminasi
3) Adakah kasus dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
2) Kekuatan Otot
2) Kasus Pola Tidur : Tanyakan Apakah terjadi kasus istirahat atau tidur
atau tidak?
memahami sesuatu
6) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu muncul gatal-gatal atau bercak merah pada
kulit.
dirinya
2) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi pasien, Apakah pasien merasa
1) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di pstw budi mulya
penggunaan obat buat penghilang stres atau pasien yang sering berbagi
2 Hambatan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Berikan penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
kaku sendi 3x24 jam diharapkan hambatan mobilitas teratasi 2. Berikandorongan kepatuhan pada program
dengan kriteria hasil : latihan yang ditentukan, yang dapat meliputi
Keterbatasan pada rentang gerak latihan rentang gerak dan penguatan otot
Adanya deformitas 3. Berikan dorongan untuk melakukan latihan
yang sesuai denga tingkat aktivitas penyakit.
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Menjaga kulit agar kerap kali lembab.
b/dnyeri / sekunder terhadap 3x24 jam diharapkan pola tidur klien kembali 2. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
fibrositas. normal dengan kriteria hasil : tidur.
Kebutuhan Tidur yang lazim, pola, terbangun 3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
pada malam hari. 4. Fasilitasi buat mempertahankan aktifitas
Adanya fibrositis sekunder. sebelum tidur.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
tidur.
4 Defisiensi pengetahuan b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji Apakah pasien memahami dan mengerti
kurangnya informasi tentang 3x24 jam diharapkan pengetahuan klien bertambah tentang penyakitnya
penyakit. dengan kriteria hasil : 2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang
Pemahamaman klien tentang penyakit benar, memperbaiki kesalahan konsepsi atau
bertambah informasi.
3. Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan
penggunaan obat-obatan lainnya.
4. Nasehati pasien agar menjaga hyangiene pribadi
juga lingkungan.