DISUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun
(WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).1 Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik sehingga rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan karena perubahan berbagai macam dalam struktur, fungsi, sel dan jaringan serta
sistem organ. Secara ekonomi penduduk lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa tidak lagi memberikan banyak
manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering sekali
dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek social,
penduduk lansia merupakan satu kelompok social sendiri.
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindari dan pasti akan
terjadi dalam siklus kehidupan manusia. Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap
tegar dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat
dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat. Menjadi
tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan
terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami
kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang
universal, tidak seorang pun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa
manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, anak-anak,
dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat
memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia
50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun. 2
1
Riska Ariana, ‘Klasifikasi Lansi Menurut Who’, 2019, 1–23.
2
I Bab, ‘Bab i Pendahuluan 1.1’.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia
dalam kondisi sehat atau sakit.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan
kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu
tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana
pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan,
(tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia. Adapun program kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia yang diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM
yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di
puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah
keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya
menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan tugas ini salah satunya untuk memenuhi penugasn take home mata
kuliah “Keperawatan Gerontik” disamping itu juga bertujuan untuk memberikan informasi,
gambaran, keterangan serta penjelasan-penjelasan mengenai “ trand dan Issue pada keperawatan
lansia/gerontik”.
C. Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan tugas ini adalah :
1. Fenomena lansia
2. Fenomena demografi
3. Permasalahan pada lansia
4. Pendekatan Keperawatan Gerontik
5. Masalah kesehatan gerontik
6. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
7. Peran Perawat
8. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini meliputi :
BAB I, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, lingkup penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II, Tinjauan Pustaka yang terdiri dari Fenomena lansia, Fenomena demografi,
Permasalahan pada lansia, Fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia, Masalah
kesehatan gerontik, Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia, Hukum dan Perundang-
undangan yang Terkait dengan Lansia, Peran Perawat serta Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Lansia.
BAB III, Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fenomena Lansia
1. Pengertian
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55
tahun (WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).3
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).4
Di Indonesia yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun ke atas. lansia adalah bagian siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami
setiap orang, yang dapat berdaya guna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat.
2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
3. Mekanisme Penuaan
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
3
Ariana.
4
Dinka Anindya Putri, ‘Status Psikososial Lansia Di Pstw Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta Tahun 2019’, Poltekkes
Joga, 53.9 (2019), 1689–99.
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Prof.Dr.R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono,1994). Ada 2 jenis teori penuaan
yaitu, teori biologi, teori psikososial. Teori biologis meliputi teori genetik dan mutasi, teori
imunologis, teori stres, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori menua akibat
metabolisme. Teori sosial meliputi pelepasan, teori aktivitas, teori interaksi sosial, teori
kepribadian berlanjut, teori perkembangan.
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik dan Mutasi. Teori genetik menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa
menua terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi
spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia. Sebagai
contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
(Suhana,1994; Constantinides,1994).
b. Teori Imunologis. Teori imunologis menua merupakan suatu alternatif yang
diajukan oleh Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang tidak
terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein,1989).
c. Teori Stres. Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh lemah.
d. Teori Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolisme. Radikal bebas merupakan suatu atom
atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan
berbagai kerusakan atau perubahan dalam oksidasi bahan organik, misalnya
karbohidrat dan protein.
e. Teori Rantai Silang. Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, yang mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan
pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang
elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
f. Teori Menua Akibat Metabolisme. Telah dibuktikan dalam percobaan hewan,
bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan
kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi
Darmojo,1999).
2. Teori Psikososial
a. Teori Penarikan Diri / Pelepasan. Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan
yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry
(1961). Teori ini menyatakan bahwa mayarakat dan individu selalu berusaha untuk
mempertahankan diri mereka dalam keseimbangan dan berusaha untuk
menghindari gangguan.
b. Teori Aktivitas. Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et
al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari
bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan
memepertahankan aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
c. Teori Interaksi Sosial. Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons
(1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemampuannya bersosialisasi.
d. Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lanjut usia. Pengalaman seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.
e. Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi
tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap bagaimana
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif
maupun negatif.
B. Fenomena Demografi
Fenomena yang mennjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tindakan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat
dari angka harapan hidup (AHH) yaitu : AHH di Indonesia pada tahun 1971 : 46,6 tahun,
sedangkan AHH di Indonesia pada tahun 2000 meningkat menjadi : 67,5 tahun. Yang artinya
terjadi peningkatan angka harapa hidup bagi penduduk negara indonesia. Sebagaimana
dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia akan diperkirakan
beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di
atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/
5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-
1993). Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
b. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
c. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat
d. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
e. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.
4. Palliative care
5
Eva Susanti, ‘Modul Mata Kuliah: Keperawatan Perioperatif’, Global Aksara Pers, 2022.
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh
klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu
keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan
antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5. Penggunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang
sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas,
termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan
untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita
bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis
obat.
G. Peran Perawat
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan psikis lansia adalah memberikan dukungan
emosional, peduli dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam pemenuhan kebutuhan
sosial lansia, perawat mempunyai peran untuk peduli, memberikan hiburan serta membina
sosialisasi dan komunikasi yang baik dengan orang lain. Menurut pendapat Doheny (1982)
ada beberapa elemen perawat professional antara lain:
1. Care Giver, perawat diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan diagnosis
masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah
yang komplek. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,
perawat harus memperhatikan klien berdasarakan kebutuhan signifikan dari Klien.
2. Client Advocate, merupakan tugas perawat yaitu bertanggung jawab membentu klien
dan keluarga dalam memberikan informasi lain yang di perlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang di berikan.
3. Counselor, dilakukan oleh perawat kepada keluarga dalam membantu mengatasi
masalah dan beradaptasi terhadap konsekuensi dari proses menua yang dialami oleh
lansia serta meningkatkan hubungan interpersonal diantara anggota keluarga. maupun
swasta dalam memberikan pelayanan yang komprehensif pada keluarga dengan usia
lanjut tersebut.
4. Researcher, perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian yang terkait dengan
asuhan keperawatan keluarga dengan usia lanjut. Perawat merancang dan
menyelenggarakan penelitian sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi. Hasil
penelitian tersebut diidesiminasikan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan
keluarga dengan usia lanjut.
Hal-hal yang harus ada pada perawat lansia profesional dalam melakukan perawatan
terhadap lansia adalah sebagai berikut:
1. Perawat lansia harus kompeten dan sudah bersertifikat yang artinya sudah melewati
serangkaian proses untuk menjadi perawat lansia yang professional.
2. Perawat memiliki pengetahuan dan dasar yang cukup mengenai penyakit yang di derita
oleh Lansia.
3. Perawat lansia harus memiliki kesabaran yang mumpuni untuk mengurus lansia yang
terkadang kebiasaanya sudah mulai seperti anak-anak.
4. Perawat lansia harus punya rasa tanggung jawab yang tinggi pada lansia dan pekerjaan
5. Perawat mampu berkomunikasi dengan baik dengan lansia dan secara efektif bisa
menjalin hubungan dan rasa percaya antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas. Usia lanjut perlu diperhatikan tingkat kesejahteraan karena
kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam
pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat. Perawat juga memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan lansia,
sebagai perawat profesional harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
sakit, mendukung masa tua lansia agar lebih optimal. Sarana pelayanan kesehatan tingkat
dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lansia.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi para pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan untuk menambah ilmu pengetahuan dan memberi literatur dalam pelayanan
keperawatan pada lansia. Serta diharapkan keaktifan para perawat dalam memberi asuhan
keperawatan yang optimal pada lansia yang membutuhkan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA