H
LANSIA SEHAT
Disusun Oleh :
SISKA NURAINI
NIM. 071202031
Darmojo & Martono 2013) sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejastermasuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) endogenic aging, yaitu yang dimulai dengan
cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ
tubuh, proses ini seperti jarum jam yang terus berputar; (2) exogenic factor, yang
dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana seseorang hidup dan
faktor sosio budaya yang paling tepat disebut gaya hidup (life-style).
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia
harapan hidup sebagai akibat kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan
selama ini (Darmojo dan Martono, 2010) maka Lansia yang memiliki pengalaman
pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan
tubuh terlalu sering digunakan dan disalahgunakan. Organ tubuh seperti hati,
lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena
stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, namun
juga terjadi pada tingkat sel(Goldman dan Klatz, 2007),demikian juga dengan
penyalahgunaan organ tubuh membuat kerusakan lebih cepat, karena itu ketika
tubuh menjadi tua, sel merasakan pengaruhnya. Perlu adanya pemahaman yang
benar bahwa proses penuaan sebenarnya masih bisa diperlambat dengan mengatur
pola hidup dan aktivitas fisik, sebab 64% penyebab kematian disebabkan oleh
pola hidup yang tidak sehat. Penuaan juga berasal dari akumulasi kerusakan
seluler juga molekuler (Wolpert, 2012) yang tidak diperbaiki dan keterbatasan
akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Radikal bebas juga merusak
kolagen dan elastin (Pangkhila, 2011),suatu protein yang menjaga kulit tetap
lembab, halus, fleksibel dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat
lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal
bebas.
tertentu setiap spesies mempunyai nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jamini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar (Pangkahila, 2002), menurut
konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa
Konsep genetic clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara
hidup yang nyata misalnya manusia dapat hidup 116 tahun, bulus mencapai 170
tahun, simpanse mencapai 50 tahun, sapi sampai usia 20 tahun. Secara teoritis
dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi (Darmojo dan Martono, 2014),meski
dalam hidup. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.Jika
berpatokan pada usia produktif manusia normal, maka komunitas lanjut usia
adalah orang-orang yang sudah berusia enam puluh tahun keatas. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi, dan selanjutnya
memasuki usia yang lanjut dan kemudian meninggal. Bagi Lansiayang normal,
tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan social. Data
BPS (2011) Populasi penduduk lanjut usia di Indonesia dalam waktu 10 tahun ini
lansia. Peningkatan Periode lanjut usia dalam kategori usia ekstrim yaitu diatas 75
tahun juga meningkat dari 6,8% menjadi 10,2% di tahun 2010 (Badan Pusat
berkembang atau 65 tahun ke atas untuk di negara maju (RAN, 2009). Umur yang
dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-
65 tahun. Para ahli membuat batasan lanjut sebagai berikut: (1) Definisi dari
tahap yaitu: a). Usia pertengahan (midlle age) 45-59 tahun. b). Lanjut usia
(elderly) 60 – 74 tahun. c). Lanjut usia (old) 75 – 90 tahun. d). Usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun; (2) Menurut Burnside ada 4 tahap lanjut usia yaitu:
(a). Young old, usia 60-69 tahun. (b). Midle age old, usia 70-79 tahun. (c). Old-
old, usia 80-89 tahun. (d). Very old-old, usia 90 tahun keatas (Nugroho, 2012).
Bila di simpulkan batasan dari Lansia adalah individu yang berumur lebih dari 60
tahun, yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial, tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain.
perkembangan yang dilakukan lanjut usia secara khusus adalah menata kembali
hidup.
kenaikan dari tahun ke tahun. Saat ini demografi di dunia sedang mengalami
yang berusia lebih dari 60 tahun juga bertambah.Data U.S. Census Bureau
mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2007 sebesar 18,96 juta jiwa
penduduk Indonesia mencapai angka sekitar 248 juta jiwa sehingga Indonesia
menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
dihadapi Pemerintah saat ini yaitu: (1) jumlah dan proporsi semakin meningkat;
signifikan; (3) masih banyak Lansia terlantar belum tersentuh program dan tidak
punya jaminan pensiun; (4) aksesibilitas Lansia masih rendah, masih dianggap
sebagai beban bukan sebagai modal padahal seharusnya Lansia harus dihargai
Perkembangan Ergonomi dimulai sejak akhir abad 19, sejak para ahli
tertarik mempelajari waktu dan pola gerak pekerjaan dalam melakukan aktivitas.
Ergonomi di beberapa negara (Manuaba,1998),berkembang menjadi ilmu
tersendiri yang memiliki arti yang sama, seperti di Amerika dikenal dengan istilah
Eropa Barat populer dengan istilah Ergonomi. Kata Ergonomi di tingkat nasional
mulai diperkenalkan sejak tahun 1969 oleh Manuaba melalui suatu pertemuan
Ergonomi. Ergonomi adalah ilmu atau pendekatan multi & interdisipliner untuk
berarti „tatacara kerja‟. Dalam arti segala aktivitas yang dilakukan manusia terkait
nyaman, aman, efektif, produktif dan profit atau disingkat enasepp.Egonomi juga
didefinisikan sebagai ilmu, teknologi dan seni atau pendekatan multi dan
al., 2004) yang diarahkan untuk mengumpulkan informasi tentang kapasitas dan
kemampuan manusia, dan memanfaatkannya dalam merancang pekerjaan, produk,
disiplin ilmu yang terutama bertujuan untuk memahami interaksi antar manusia
termasuk pada Lansiadan unsur lain dari sistem dan merupakan profesi yang
kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara menyeluruh (IEA, 2010). Bila
tanpa pengaruh buruk. Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan aktivitas
rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload) karena
keseimbangan antara kapasitas fisiologi dengan tuntutan tugas atau aktivitas seperti
pada Gambar
Karakteristik Karakteristik Kapasitas Kapasitas
Material Pribadi Kapas itas Fisiologi
Aktivitas
Tunt
Karakteristik aktivutan
itas Kapasitas
Karakteristik Kapasitas
Organisasi Lingkungan Psikologi Biomekanik
Kualitas Stres
Kelelahan Kecelakaan
Tampi lann
Ketidaknyam an Penyakit
Ketidak amanan
Produktivitas
Cidera
dan fungsional pada organ-organ tubuh makin besar. Pada orang tua banyak
ditemukan limitasi pada dirinya, oleh karenanya seorang ergonom harus
penurunan kemampuan tubuh dan kebolehan Lansia, secara lebih rinci dapat
tahun, dam menurut Manuaba (2013) bahwa kapasitas fisiologi seseorang akan
seseorang berbanding langsung dengan umur sampai batas tertentu, dan mencapai
menurun 60%.Akan tetapi bila kapasitas seseorang ada batasnya sesuai dengan
umur (Sutjana, 2008) bukan berarti bahwa nilainya tidak bisakarena ditingkatkan
dengan faktor kebolehan. Pada upaya pemberian latihan dan pemberian gizi yang
lebih baik, tidak hanya akan meningkatkan kapasitas tetapi juga dapat
Kapasitas
Latihan & gizi baik
Lahir 25 th 60 th
45 th
Umur (th)
Hubungan Kapasitas dengan Umur
Secara progresif terjadi penurunan sistem syaraf pada orang tua (Cremer,et
al.,1994), perubahan sistem saraf pada Lansiaditandai dengan keadaan matinya sel
di dalam otak secara kontinyu mulai seseorang berumur 50 tahun, hal ini akan
konduksi saraf, hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan saraf dalam
menyampaikan impuls dari dan ke otak (Rabbitt & Carmichael, 1994), penurunan
kapasitas processing ini akan berakibat kepada lambatnya reaksi tubuh dan
ketidak tepatan reaksi pada kondisi kritis. Akibat lain yang perlu mendapat
keseimbangan yang tinggi seperti titian, blind step, juga tangga. (2) Penurunan
sensitivitas alat perasa pada kulit, upayakan untuk menggunakan peralatan kamar
mandi yang relatif aman bagi Lansia, seperti ; pemanas air dan termostat. Keadaan
ini berakibat pada pergerakan Lansia yang semakin lamban dan terbatas, sehingga
diperlukan alat bantu untuk memudahkan dalam bergerak seperti pegangan tangan
(Gandjean, 2007;Tilley,1993), dan (3) Secara umum perlu dihindarkan
menurun sebesar 50%, dan kekuatan otot lengan menurun 50%, jugaberkurangnya
kekuatan dan keleluasaan bergerak pada tubuh Lansia. terjadi karena menurunya
berbarengan, akan tetapikekuatan otot paha bagian bawah lebih cepat melemah
dibanding kekuatan otot pada tangan sehingga otot lengan akan lebih intensif
banyak faktor yang berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri Lansia
kekakuan sendi, sinkope, serta faktor ekstrinsik seperti lantai licin dan tidak rata,
seseorang yang terduduk di lantai/ tanah atau tempat lebih rendah tanpa
merupakan tanda awal akan makin melemahnya sistem kontrol koordinasi pada
duduk setelah midlife. Perubahan pada tulang,otot, dan jaringan saraf juga terjadi
pada orang tua. Degenerasi proses pada tulang rawan (cartilage) dan otot
terpenting pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua sebaiknya yang tidak
kekuatan hilang pada umur 65 tahun, tetapi kekuatan tangan hanya turun 16%.
beraktivitas yang lebih aman dan nyaman untuk bergerak, dan latihan untuk dapat
2013).
H. SISTEM PENGLIHATAN
Pertambahan usia diatas 40 tahun mempengaruhi kepekaan terhadap
kontras cahaya dan kekuatan mata untuk berakomodasi (Irdiastadi & Yassierli.,
2014) karena lensa berkurang elastisitasnya. Jumlah cahaya yang mencapai retina
pada orang usia 60 tahun adalah 1/3 dari orang usia 20 tahun.Disamping itu juga
terjadi banyak perubahan respek pada sensasi orang tua. Visual Acuity (tajam
penerangan, namun mereka juga rentan terhadap kesilauan. Setelah umur 55 tahun
setelah berumur 70 tahun atau lebih. Daya dengar pada orang tua juga menurun
terutama pada frekuensi 1000Hz dan lebih. Kornea lebih berbentuk bola (sferis).
lambat, susah melihat dalam gelap. Daya membedakan warna menurun, terutama
warna biru atau hijau pada skala (Nugroho, 2012). Kelelahan matamelihat objek
dari jarak dekat akan memberikan kelelahan mata yang jauh lebih besar daripada
melihat objek jarak jauh (Bridger, 2009),hal ini karena adanya kerja akomodasi
otot mata ketika otot berkontraksi untuk melihat benda lebih dekat.
I. SISTEM KARDIOVASKULER
kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi sekuncup. Pada katup jantung menebal dan
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
posisi dari tidur ke duduk dan duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan. Tekanan darah
J. SISTEM RESPIRASI
dan menjadi kaku. Aktivitas silia menurun, Paru kehilangan elastisitas, kapasitas
batuk berkurang.
K. SISTEM GENITOURINARIA
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Pada otot Vesika urinariamenjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil
meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
L. KERAPUHAN TULANG
Kerapuhan tulang (osteoporosis) termasuk penyakit gangguan metabolisme
M. AKSESIBILITIAS LANSIA
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana, dan
menyebutkan bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
dilakukan secara mandiri tanpa dibelas kasihani oleh orang lain sehingga Lansia
partisipasi penuh, kesetaraan dan quality of life bagi Lansia dalam segala aspek
kehidupan (CAE, 2013). Pernyataan Ariani (2011) aksesibilitas menjadi isu yang
semakin popular seiring dengan meningkatnya tuntutan dari kalangan lanjut usia
untuk memperoleh akses yang sama dalam kehidupan social, politik, ekonomi.
mudah.
Disain universal adalah disain untuk produk, lingkungan, dan bermanfaat bagi
Depsos (2002c), tentang prinsip disain dari bangunan untuk Lansia sebagai
berikut:
a. Dapat digunakan oleh semua orang: sebuah disain harus dapat digunakan dan
PSTW dalam sarana dan prasarana dapat diwujudkan melalui langkah yang
c. Mudah digunakan: sebuah disain harus mudah untuk dipahami bagi semua
berbeda-beda.
f. Ukuran dan ruang yang tepat: ukuran dan lebar yang sesuai dalam sebuah
(Depsos, 2002b).
dan prasarana umum yang meliputi Aksesibilitas pada bangunan umum termasuk
juga pada panti jompo, asas fasilitas dan aksesibilitas adalah: 1) Keselamatan
yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan terbangun,
dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. 4) Kemandirian yaitu
setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan menggunakan semua tempat atau
N. KebutuhanDasar Manusia
yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan dasar manusia Maslow yang
meliputi lima tingkatan kebutuhan dasar ( Mubarak et al., 2015), yakni sebagai
berikut.
Pada tingkat yang paling bawah (basic needs) terdapat kebutuhan yang bersifat
fisiologik yang merupakan hal mutlak dipenuhi Lansia untuk bertahan hidup.
Terdapat delapan (8) macam kebutuhan fisiologis yaitu: (a) kebutuhan oksigen;
(b) kebutuhan cairan dan elektrolit; (c) kebutuhan makanan; (d) kebutuhan
personal hygiene (eliminasi uriene dan alvi); (e) kebutuhan istirahat dan tidur; (f)
kebutuhan aktivitas; (g) kebutuhan pemeliharaan suhu dan (h) kebutuhan seksual.
2). Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs)
Kebutuhan keselamatan dan keamanan yang dimaksud adalah keadaan aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi sebagai
berikut: (a) kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi; (b) bebas dari rasa takut dan kecemasan; (c) bebas dari perasaan terancam
(3). Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and belonging needs)
Setelah kebutuhan dasar dan aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk
dimiliki dan dicintai. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut: (a) memberi dan
menerima kasih sayang; (b) perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengn
orang lain; (c) kehangatan; (d) persahabatan; (e) diakui dalam keluarga dan
lingkungan sosial.
yangterpenuhi kebutuhan harga dirinya akan merasa percayaan diri dan mandiri.
Pengasuh dapat memenuhi kebutuhan harga diri Lansia dengan cara menerima
nilainilai dan keyakinan Lansia, memberikan support pada Lansia untuk mencapai
Tingkat kebutuhan yang menempati tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisai diri adalah kebutuhan Lansia untuk dapat
kebutuhan aktualisai diri Lansia. Berikut ini adalah ciri-ciri kebutuhan aktualisasi
diri terpenuhi: (a) memecahkan masalah sendiri; (b) membantu orang lain
memecahkan masalah ; (c) menerima saran orang lain; (d) memiliki kemampuan
Salah satu aspek kehidupan yang selalu menjadi perhatian dan pergumulan
komunitas lanjut usia adalah kualitas hidup (Quality of life) artinya (Surbakti,
Sebetulnya tidak hanya kelompok lanjut usia yang berkepentingan dengan kualitas
hidup. Setiap kelompok usia, bahkan setiap orang normal di dunia ini pasti
berkepentingan dengan kualitas hidup dan hidup berkualitas. Namun bagi Lansia,
kualitas hidup perlu mendapat perhatian khusus, karena mereka lebih rentan
tentu saja semakin lanjut usianya. Sebaliknya semakin buruk kualitas hidup
seseorang, maka semakin buruk pula harapan hidupnya. Pada umumnya faktor-
faktor yang menjadi standar kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan
kualitas hidup mereka dengan estetika. Pada umumnya laki-laki merasa hidup
memiliki harga diri atau gengsi, memiliki integritas, dan memiliki tanggung
keindahan ragawi dan juga ketrampilan. Banyak faktor yang menentukan kualitas
hidup para lanjut usia antara lain faktor ekonomi, faktor pendidikan faktor
Pada usia lanjut kualitas hidup perlu mendapat perhatian yang lebih serius
lebih rendah. Beberapa contoh kualitas hidup Lansiayang dapat disaksikan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain: (1) pemikiran yang cemerlang dengan menjadi
motor penggerak bagi masyaraat melalui ide atau gagasan; (2) kehidupan spiritual
yang berharga; (3) kesehatan jasmani yang tetap terjaga dengan baik; (4)
ekonomi; (5) memiiki tempat tinggal sendiri; (6)tata nilai, dengan mengajarkan
dilakukan sesuai dengan standar tertentu yang harus dicapai baik secara kualitatif
dapat dilihat dari beberapa kriteria, antara lain;keluhan muskuloskeletal, self care,
a. Keluhan Muskuloskeletal
pada tulang dan terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya dapat
tubuh; (2) Mempertahankan sikap tubuh melalui kontraksi otot secara lokal
tersebut. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan
kaku. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis. Atrofi serabut otot, serabut otot
mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor
(perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami). Komposisi otot berubah
sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut).
tulang rawan, saraf, dan pembuluh darah (Adiputra et al., 2005) gangguan itu
dapat terjadi pada semua jenis pekerjaan, apakah bebankerjanya ringan, sedang
ataupun berat. Sebelum rasa sakit pada otot-otot skeletal tersebut muncul,
meregangkan otot yang dirasakan lelah atau beristirahat sehingga proses keluhan
otot itu akan hilang dan pulih kembali. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal
biasanya disebut keluhan otot skeletal yang artinya rasa tidak nyaman sampai
terasa nyeri pada otot dan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, dan keluhan tersebut akan segera hilang apabila
walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
Lansiayang tidak memadai, gerakan repetitif, desain alat yang tidak sesuai dengan
pemakai dan sikap yang tidak alamiah. Sikap kerja dengan punggung
dan kenyerian pada otot bagian belakang, sedangkan sikap kerja berdiri yang
alamiah, leher, punggung, lengan dan tangan mendapatkan beban yang paling
kecil, sehingga tidak menimbulkan stress. Rasa tidak aman dan nyaman menurut
Adiatmika (2007) bisa terjadi karena ada tekanan pada jaringan lembut yang
stress (Yassierli dan Iftikar, 2000) dimana aliran darah ke otot terganggu yang
menyebabkan suplai oksigen ke otot berkurang, sehingga mengganggu
metabolisme. Hal ini berakibat timbulnya kelelahan otot dan bila berlangsung
lama (lebih dari beberapa menit) dapat menimbulkan postural strain, di mana pada
awalnya orang akan merasa kurang nyaman yang bisa berkembang menjadi
keluhan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh. Adanya rasa sakit yang dirasakan
muskuloskeletal seperti aktivitas fisik yang kurang fisiologis seperti sikap statis
dalam waktu relatif lama, serta gerakan memutar dan menunduk yang berulang,
atau tidak alamiah harus dihindari; (2) hindari posisi ekstensi lengan yang terus-
sambil duduk; (4) kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah
berlawanan.
atau kegiatan untuk validasi prinsip ergonomi. EMG adalah alat yang sangat
penting dalam ergonomi, dan telah digunakan secara luas dalam penelitian
terdiri atas : Sangat Tidak Sakit dengan skor 1; Tidak Sakit dengan skor 2;
Agak Sakit dengan skor 3; Sakit dengan skor 4; dan Sangat Sakit dengan skor 5
(Sutajaya, 2006b). Pengukuran Kelelahan otot sesuai dengan Nordic Body Map
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian otot trunkus, bagian otot
ekstremitas bagian atas (upper extrimities) dan bagian otot ekstremitas bagian
bawah (lower extrimities) sebagai berikut: (a). Bagian otot trunkus terdiri dari:
leher bagian atas, leher bagian bawah, punggung, pinggang, bokong, pantat;
(b). Bagian otot ekstremitas bagian atas terdiri dari: bahu kiri, bahu kanan,
lengan atas kiri, lengan atas kanan, siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri,
tangan kiri, tangan kanan; (c). Bagian otot ekstremitas bagian bawah terdiri
dari: paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, betis kiri, betis kanan,
pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan, kaki kiri, kaki kanan (Sutajaya,
2013).
b. “Self care”
Self care atau mandiri merawat diri adalah suatu pelaksanaan kegiatan
yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh individu atau Lansiaitu sendiri untuk
kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat maupun sakit (Orem‟s, 1980 dalam
Dermawan 2012).
Hidayat (2008) kategori perawatan Diri Sendiri (Self Care) meliputi : (1)
Self Care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh
kesehatan, serta kesejahteraan; (2) self care agency merupakan suatu kemampuan
individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh
atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri
yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan
menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat; (4) kebutuhan self care
merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh. Self care yang bersifat
sendiri (Kusnanto, 2004) seperti pada Model Orem‟s secara umum adalah
sendiri, ini berarti menghilangkan self care deficit. Bantuan diberikan kepada
kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang akan
untuk Lansiayang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak
2008).
kontinensia, dan makan. Indeks ini membentuk suatu kerangka kerja untuk
sendiri. Bantuan aktivitas ditekankan untuk jumlah bantuan fisik yang akan
2012).
dialami Lansia, karena pernah hampir mengalami kecelakaan (near miss), ternyata
berakibat pada timbulnya rasa takut, depresif, atau lebih jauh mogok untuk
beraktivitas dikamar mandi secara mandiri; parameter untuk melakukan uji ini
adalah check list sikap tubuh, seperti: jari kaki mencengkram, langkah mengecil,
pula oleh kebiasaan hidup secara mandiri atau menggantungkan pada bantuan
orang lain dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah fasilitas dan sarana
Solichul, 2011).
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wolf et
al.,2014).
Kebersihan perseorangan pada lanjut usia (Depkes RI, 2012; Maryam et al.,
2011) meliputi:
1) Kebersihan fisik
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
berkumur secara teratur meskipun sudah ompongbagi yang masih aktif dan
kali dalam sehari, pagi saat bangun tidur dan malam sebelum tidur.
Upaya membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi dua kali
debu-debu serta kotoran yang melekat pada rambut dan kulit kepala.
Membersihkan kepala dengan cara mencuci rambut yang dilakukan setiap
d. Kebersihan kuku
e. Kebersihan mata
Dibersihkan bila ada kotoran pada mata dengan menggunkan kapas lembab
kecil jadi kabur pada jarak membaca normal, tetapi jadi terang bila bila jarak
dijauhkan.
f. Kebersihan telinga
g. Kebersihan hidung
Pembasuhan alat kelamin dengan cara Siram daerah sekitar kemaluan dan
alat kelamin dengan larutan air sabun kemudian bilas dengan air biasa.
sedangkan untuk laki-laki dimulai dari ujung kemaluan lalu kearah bawah.
2) Eliminasi
nyaman dan keselamatan Lansia (Hidayat, 2004). Fasilitas kamar mandi bagi
Lansia, lebih menitik beratkan pada penyesuaian peralatan yang lebih ergonomis.
menghindari penggunaan bahan lantai yang licin, penambahan hand rails dan
d. Kebutuhan Keamanan
fisik)merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan
kaki berkurang, dan radang persendian yang dapat mengakibatkan lansia lebih
mudah jatuh atau cedera. Permasalahan fisik ini menyebabkan tingginya kejadian
Sebuah institusi atau rumah tinggal yang dihuni oleh lanjut usia perlu
mengunjungi kekamar mandi lebih dari 3 kali dalam sehari. Oleh karenanya
kamar mandi dapat menjadikan lingkungan yang paling berbahaya baginya, maka
Tempat buang air besar (kloset), tentukan dengan tepat model duduk atau
39.43 + 5,52 cm.Di era moderen telah banyak dikembangkan peralatan untuk
memudahkan pembilasan (flusher, jet washer) setelah buang hajat dikloset dan
setelah buang hajat dengan mempergunakan air dengan gayung, hal ini karena
Menurut Manuaba, (2013), apabila disediakan ember dan gayung, letakkan pada
posisi dan tata letak yang tepat. Tinggi dinding bak penampung dan ke
tangan oleh para Lansia. Gayung yang terlampau besar, ukurannya lebih dari 1
3) Pegangan Tangan(railing)
untuk tergelincir dan jatuh karena hilangnya keseimbangan tubuh. Sangat penting
dengan ukuran diameter rerata genggaman Lansia dan dipilih dari bahan yang
tidak licin.
karena mereka melakukan kegiatan yang pada saat tersebut berada di luar
mudanya. Sikap tubuh dan sikap tangan juga perlu mendapat perhatian ketika
seluruh bahan handel yang beredar terbuat dari logam tuang-cetak, dengan
berbagai cara finishing. Dalam bentuk penggambaran pada skala 1x1 cm2 setiap
kotaknya (Solichul, 2001). Penambahan hand rail dan grab bars, untuk
memudahkan mengangkat tubuhnya dari kloset, bathub, dan keluar masuk kamar
mandi. Lansia menghadapi kondisi alat baru melalui proses adaptasi, sesuai
kelelahan dan keluhan serta gangguan bahkan cedera (Adiatmika, 2017). Handel
Pintu Kamar Mandi Penggunaan handel pintu kamar mandi bagiLansiaharus dapat
sebagian penghuni PSTW adanya tingkat kesulitan penggunaan handel pintu yang
untuk kamar mandi, di antaranya adalah : (a). Pilih bahan yang memiliki tekstur
permukaanya kasar; (b). Permukaan bahan tidak menyerap air atau kedap air
tingkat kemiringan yang memadai (+4o), agar air tidak terlampau lama
lantai
Manfaat studi gerak dan waktu (time & motion study) untuk teknik analis
efisiensi yang lebih tinggi. Hambatan pergerakan dalam suatu aktivitas akan
mempengaruhi hasil dan kinerja suatu proses. Dengan peralatan CCTV dan alat
gerakan Lansiamobilitas menuju kamar mandi dan selama di dalam kamar mandi.
Dari analisis beda waktu pada kegiatan yang sama dan keleluasaan gerak, akan
2007) yang mempunyai manfaat praktis untuk menentukan ukuran tempat duduk,
umur 20 tahun . Hal ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya: (a). Bongkok
dan pembekokan tulang belakang karena proses penuaan; (b). Perubahan tulang
rawan dan persendian menjadi tulang dewasa; (c). Perubahan susunan tulang
kerangka pembentuk tubuh karena proses penuaan, dan akibat penyakit lain yang
F Jarak RaihTangan
: an dari tepi belakang bahu
Panjang sampai pertengahan kayu yang digenggam
leng telapak tangan.
abduc-tion, dari tubuh Lansia, keadaan ini akan mengurangi kebolehan dan
keterbatasan dalam ukuran dimensi tubuh oleh karna itu dibutuhkan data-data
Antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu kamar mandi bisa sesuai
dengan orang yang akan menggunakannya seperti pada populasi Lansia. Ukuran
tubuh yang yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari
pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk alat yang
dibuat berdasarkan pesanan (job order). Situasi mulai menjadi berubah manakala
lebih banyak lagi alat kerja sepertiakses kamar mandi standar yang harus dibuat
untuk digunakan oleh banyak orang Lansia. Permasalahan disini yang timbul
adalah ukuran siapakah yang akan dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi
yang ada, mengingat ukuran individu akan bervariasi satu dengan populasi yang
N(X,σX
95
2,5%
1,96 σX 1,96σX
2,5%
Persentil 5 X Persentil 95
berdasarkan harga rerata ˏX dan simpang baku σ Xdari data yang ada. Data
ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai rerata (mean) dan simpang baku
Tabel 2.2
Perhitungan Nilai Persentil
Persenti Perhitungan
l
1st ᵡ -2,325 SD
2,5th ᵡ -1,960 SD
5th ᵡ -1.645 SD
10th ᵡ -1,280 SD
25th ᵡ -0,674 SD
50th ᵡ
75th ᵡ + 0,674 SD
90th ᵡ +1,280 SD
95th ᵡ +1,645 SD
97,5th ᵡ +1,960 SD
99th ᵡ + 2,325 SD
implementasi atau intervensi dalam modifikasi alat dan desain sebagai perlakuan
semua aspek atau unsur yang terkait disusun dan dikerjakan secara sistem,
sehingga dengan pendekatan ini diharapkan tidak ada masalah yang tertinggal.
ilmu yang terkait karena kompleksitas persoalan yang akan dipecahkan termasuk
partisipatori adalah keterlibatan mental dan emosi dari pimpinan PSTW dan
fasilitas dengan melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen yang terkait,
seperti pimpinan dan pemakai, sehingga dapat lebih efektif dan efisien serta sesuai
2012).
A. Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Status kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan
d. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2. Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4. Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
6. Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
Pengumpulan data dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksanaan dilakukan dengan
cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan
sistem tubuh.
1. Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya
ingatan menurun atau melemah,
2. Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil:
kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses
pemenuaan,
3. Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan,
apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4. Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah
ada keluhan pusing, edema.
5. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual,
muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan
rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada
pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia
alvi.
6. Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air
kecil, kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan
sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
7. Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan
luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut,
keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
8. Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan
melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
e. Perubahan Psikologis
1. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4. mengatasi stres yang di alami
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
f. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1. Darimana sumber keuangan lansia
2. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3. Dengan siapa dia tinggal
4. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
7. Siapa saja yang bisa mengunjungi
8. Seberapa besar ketergantungannya,
9. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada
g. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya,
2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin
3. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
4. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
h. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
i. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg
i. Pengkajian status kognitif lansia
1. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat.
A. IDENTITAS UMUM
Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 56tahun, √ Middle □ Elderly □ Old □ Very old
Jenis kelamin :□ Laki-laki √ Perempuan
Status : √Menikah □ Tidak menikah □ Janda □ Duda
Agama : √ Islam □ Protestan □ Katolik□ Hindu □ Budha
□ Lainnya
Suku : √Jawa □ Madura □ Lain-lain,
Pendidikan :□Tidak tamat SD □Tamat SD S √MP □ SMU
□ PT □ Buta huruf
Alamat : Karangbale RT : 10/15 Kedungupit, kec. Sragen, kab. Sragen
Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : wiraswasta
Diagnosa Medis/masalah KDM : Hipertensi
Identitas Penanggungjawab ( Jika ada )
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Alamat :-
Hub dengan klien :-
Inspeksi
7.Leher
Inspeksi
Kesimetrisan leher : simetris
Palpasi
Kelenjar limfe :tidak ada pembesaran kelenjar limfe , □ JVP
Pembesaran Kelenjar tyroid : □ Ya √Tidak
Kaku kuduk : □ Ya √Tidak
Temuan yang lain : tidak ada
8.Payudara (pada laki laki dan perempuan )
Inspeksi
Bentuk : normal
Kesimetrisan : simetris
Posisi puting : √Menonjol □ Tidak menonjol
Tampilan payudara : bersih
Palpasi
Benjolan : □ Ada √Tidak ada
Temuan lainnya : tidak ada
Inspeksi
Bentuk dada : √Simetris □ Tidak simetris
Kelainan bentuk dada : tidak ada
Kelainan tulang belakang : tidak ada
Temuan yang lain : tidak ada
Inspeksi
Pengembangan dada :√Simetris □ Tidak simetris
Pernafasan :□ Cepat √Tidak
Retraksi interkosta :□ Ya √Tidak
Cuping hidung : □ Ya √Tidak
Palpasi
Taktil fremitus : teraba normal
Perkusi
√Sonor □ Hipersonor □ Redup
Auskultasi
√Vesikuler □ Bronchovesikuler □ Bronkial □Trakheal
Suara tambahan : tidak ada
1. Makan 5 10 Frekuensi 3x
sehari
Jumlah 1 porsi
penuh
Jenis : nasi,
sayur dan lauk
Jumlah 1- 1,5 lt
Konsistensi
lembek
Warna kuning
jernih
Jenis bersepeda
SKOR NORTON
Kesadaran 4 Juli
2021
a. Komposmentis 4
b. Apatis
c. Sopor
ASPEK YANG DIKAJI SKOR TGL
d. Koma
Akivitas 4 Juli
2021
a. Ambulan 4
b. Ambulan dengan bantuan
c. Hanya bisa duduk
d. Tiduran
Mobilitas 4 Juli
2021
a. Bergerak bebas 4
b. Sedikit terbatas
c. Sangat terbatas
d. Tidak bisa bergerak
Inkontinensia 4 Juli
2021
a. Tidak ada 4
b. Kadang-kadang
c. Sering inkontinensia urin
d. Inkontinensia urin dan alvi
Skor 20 4 Juli
2021
Kategori skor:
Skala Braden
JUMLAH 10
Interpretasi Hasil:
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi/kesimpulan : klien menjawab semua pertanyaan dengan benar
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam);Fostein MF,1975 :
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
kognitif maks klien
28 - 41 = kecemasan berat
3 Ketakutan 0√ 1 2 3 4
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
4 Gangguan tidur 0√ 1 2 3 4
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lsu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan 0 1√ 2 3 4
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung) 0 1√ 2 3 4
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Bangun dini hari
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik/fisik otot 0√ 1 2 3 4
a. Sakit dan nyeri otot-otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala somatik/fisik (sensorik) 0 1√ 2 3 4
a. Tinitus (telinga berdering)
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh 0√ 1 2 3 4
darah)
a. Takikardia (denyut jantung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
FORM SKRINING*
SKOR SKRINING : 13
• Jika nilai ≥12 : tdak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form penilaian
• Jika ≤ 11 ungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form penilaian
II. Penilaian
FORMULIR PENILAIAN **
1. Skor Skrining
II. Skor PenilaianSkor total indikato malnutrisi (maksimum 30)
17-23.5 : risiko malnutrisi
Kurang dari 17 : malnutrisi
Perhitungan kebutuhan energi berdasarkan rule of thumb
Kebutuhan energi (kalori) 25-30 kalori/kgBB
BB ideal yang dipergunakan apabila seseorang termasuk katagori obes.
BB ideal (≥ 40ta un) : (TB-100) x 1 Kg
BB aktual yang di ergunakan apabila seseorang termasuk katagori non obes
BB : 25 Kalori/kg BB aktual
BB normal : 30 Kalori/kg BB aktual
2. Pemenuhan cairan
Frekuensi minum : > 3 gelas
Jenis minuman : Air putih
3.Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur : > 6 jam
Gangguan tidur berupa : Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : pergi kerumah tetangga atau saudara
4. Pola eliminasi BAB
Frekuensi BAB : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Gangguan BAB : -
5.Pola BAK
Frekuensi : 4-6 kali sehari
Warna urin : Kuning jernih
Gangguan BAK :-
6.Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan :
√Membantu kegiatan dapur
□ Berkebun
√Pekerjaan rumah tangga
□ Ketrampilan tangan
7. Pola pemenuhan personal hygiene
Mandi :□ 1x sehari √2x sehari
Memakai sabun : □ Ya √ Tidak
Sikat gigi : □ 1x sehari √2x sehari
Menggunakan pasta gigi : □ Ya √ Tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih : □ 1x sehari √ > 1x sehari □ Tidak
O.PEMERIKSAAN PENUNJANG (jika ada)
Foto Rontgen : tidak ada
CT SCAN : tidak ada
USG : tidak ada
EKG : tidak ada
Pemeriksaan Hasil Laboratorium : tidak ada
Pemeriksaan yang lain : tidak ada
A. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN STASE GERONTIK
ANALISA DATA
No DATA Masalah keperawatan
1 Ds : manajemen kesehatan tidak
efekti (D.0116)
- Klien mengatakan mempunyai riwayat
hipertensi
Do :
- TD : 140/100 mmHg
2 Ds : Kesiapan peningkatan
pengetahuan (D.0113)
- klien mengatakan tidak ada pantangan
makanan
Do :
- TD : 140/100 mmHg
- Klien tidak melakukan pantangan
makanan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Skala 2 ditingkatkan ke
skala 4
- Klien
memberikan
beberapa
pertanyaan terkait
kondisinya
- Klien
mengatakan
sangat terbantu
DO.
- Klien
sangat antusia
mengikuti
penyuluhan
- Klien
mengatakan rutin
minum rebusan
daun seledri
DO.
- TD :
135/95 mmHg
- Klien
terlihat sangat
antusias
- Klien
terlihat lebih
tenang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. (2011).Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.Jakarta: Rineka
Cipta
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media
Boedhi, Darmojo, R. (2011).Buku Ajar Geriatic Ilmu Kesehatan Lanjut Usia edisi ke –
4.Jakarta :Balai Penerbit FKUI