Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA Ny. T DENGAN GASTRITIS DI DESA BOGOREJO VI


KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Ahmad Athoullah 20192062030
M. Depi Setiawan 20192062030
Siti Rohani 2019206203035
Sintia Febiliana 2019206203034
Esti Andaresta Ariyuspeta 2019206203014
Dwi Rahma Aulia 2019206203013

Dosen Pengampu :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Pertambahan jumlah lanjut usia akan
menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, meliputi aspek fisi,
biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Menurut data Susenas tahun 2012
menjelaskan bahwa angka kesakitan pada lansia tahun 2012 di perkotaan adalah
24,77% artinya dari setiap 100 orang lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami
sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28
orang mengalami sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Masalah kesehatan
terbanyak yang dialami lansia adalah penyakit degeneratif atau tidak menular yang
terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013), 1,53% lansia di Indonesia mengalami


masalah pada sistem eliminasi (misalnya konstipasi) yang berkaitan dengan gangguan
pada sistem pencernaan. Masalah pada sistem pencernaan yang terjadi pada lansia
dapat diakibatkan oleh perubahan secara fisiologis ataupun patologis. Seiring dengan
permasalahan tersebut, akan mempengaruhi aktivitas fisik dan asupan makanan yang
pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu dengan
mengetahui sistem pencernaan pada lansia dapat mengetahui kondisi fisiologis dan
gambaran patologis sistem pencernaan pada lansia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Apa saja perubahan fisiologis sistem pencernaan yang terjadi pada lansia?
2. Apa saja perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan perubahan fisiologis sistem pencernaan yang terjadi pada lansia
2. Memaparkan perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia
3. Untuk mengetahu asuhan keperawatan pada lansia dengan Gastritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan
suatu proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan
berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis
dan biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan.

Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (45-59
tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun).
Ada lagi yang membagi ke dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84
tahun), Old-old (usia 85 tahun ke atas) (Mauk, 2010).

2. Karakteristik lansia
Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
2) Kesehatan)
3) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
4) kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
5) kondisi maladaptif.
6) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

3. Proses penuaan
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan,
menjadi tua merupaka proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan , yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran ,
misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara


alamiah yang umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalanya, dengan
kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada
organ tubuh tidak akan sama. Adalakalahnya seseorang belum tergolong lanjut
usia atau masih mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok
(deskriminasi).

Ada pula orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar
bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering di alami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin
banyak distorsi meteoritik dan struktural yang disebut sebagai penyakit
degeneratif, (misalnya hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus, dan kanker)
yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang
dramatis, misalnya stroke , infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis dan
sebagainya (Nugroho, 2008).

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.
1) Teori biologi
a. Teori Jam Genetik
Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah
terprogram bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan
memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini di
dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia memiliki rentang
kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel diperkirakan hanya
mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi (Padila, 2013).
b. Wear and Tear Theory
Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi
akibat kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi
lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).
c. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel- sel
tubuh telah terpakai (Padila, 2013).
d. Slow Immunology Theory
Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,
regulasi dan responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu
saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak dapat bertahan sehingga zat tersebut menjadi jaringan lemah
(Padila, 2013).
e. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi (Padila, 2013).
f. Teori Rantai Silang
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
molecular, lama kelamaan akan meningkat kekakuanya(tidak elastis),
hal ini disebabkan oleh karena sel- sel yang sudah tua dan reaksi
kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).
g. Teori Mutasi Somatik
Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-
menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel normal menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).
h. Teori Nutrisi
Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu
meningkatkan makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan
lebih lama sehat. (Sofia, 2014).
2) Teori Psikologis Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang
efektif termasuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan. Teori
yang merupakan psikososial adalah sebagi berikut :
a. Teori integritas Ego
Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas
yang harus di capai dalam tahap perkembangannya. Tugas
perkembangan terkahir merefleksikan kehidupan seseorang dan
pencapaianya.
b. Teori integritas personal
Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak-
kanak dan tetap bertahan secara stabil.perubahan yang radikal pada
usia tua bias menjadi mengindikasi penyakit otak (Padila 2013).

3) Teori Sosial
Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan,
kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen
sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga
diri dan kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila 2013).

4) Teori konsekuensi fungsional


Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila, 2013).

4. Perubahan yang terjadi pada lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,
dan psikologi.
1) Perubahan Fisik
a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan
tampilan dan fungsi fisik lansia menjadi lebih pendek akibat adanya
pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan
diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang
dan masa lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya
penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah
(kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru,
otototot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan terjadinya
penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi
fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih
tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan
rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi
menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk Perubahan sistem
persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Saraf
pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.
e. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca menopause
yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat
mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut
dan mengalami sklerosis.
f. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan
asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut
menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris
menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan
enzim pencernaan.
g. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke
ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.
h. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat
menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi
retensi urine.
i. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang
dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
j. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun
terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang
pandang menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).

2) Perubahan Psikologis
Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan
fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan
kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi
memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur
dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia
dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun
terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah,
2010).

3) Perubahan Kognitif
Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah
lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru
merrupakan hal yang sering terjadi (Fatimah 2010)

4) Perubahan Sosial
Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian, kehampaan,
ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal
(Siti dkk, 2008).
B. KONSEP GASTRITIS
1. Pengertian
Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat
bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis
yang paling sering terjadi :gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik.

2. Etiologi
a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi),
kafein, alkohol,dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.
b. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.
c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala
yang mengarah pada gastritis.
d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh
panas, merokok, merupakan predisposisi timbulnya gastritis atropik.
e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan
gangguan mekanisme imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai
antibodi terhadap sel parietal dalam darahnya, lebih spesifik lagi, penderita
ini juga mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik.

3. Patogenesis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan – keadaan
klinisyang berat belum diketahui benar. Aspirin dan obat anti inflamasi non
steroid merusakmukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensif mukosa lambung yang amat
penting. Selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspiran dan obat
aninflamasi topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat
korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberianaspirin dan obat
antiflamasi non steroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukusoleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

4. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim–enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal
inimenimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut
sering kali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus,
jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat
seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan
nekrosis pada dnding lambung.Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan
dengan atropi kelenjar-kelenjar lambungdan keadaan mukosa terdapat bercak-
bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosalambung akhirnya akan
berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang
tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri
epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisis
biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan
yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di mulut. Sedangkan
manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12, sakit ulu hatisetelah
makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.

6. Pemeriksaan diagnosis
Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis
yang berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini
ditegakkan dengan pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan
tampak mukosa yang sembab,merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan
spontan, erosi mukosa yang bervariasi dariyang menyembuh sampai tertutup oleh
bekuan darah dan kadang ulserasi. Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. Untuk pemeriksaan
histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua segmen lambung. Perlu
pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksihelicobacter pylori
apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum,
mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%.
Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H. Pylori jika hasil PA positif.
7. Penatalaksanaan
Gastritis akut
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan
c. Pemberian obat– obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus
lambung yang lain

Gastritis kronis :
a. Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus
diperhatikan ialah penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat
dihubungkan dengan gastritis kronik.Anemia yang disebabkan oleh
gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberianvitamin B12
atau preparat besi, tergantung dari defisiensinya.

8. Komplikasi
Komplikasi pada gastritis akut adalah :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang – kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.

Komplikasi pada gastritis kronik adalah :


a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama
terhadap vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12
selanjutnya dapat menyebabkan anemia yangsecara klinik hampir sama
dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan denganmemeriksa
antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B12 penyerapan besi juga
dapatterganggu.
b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah
antrum pilorum.Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan
lambung, terutama gastritis kronikantrum pilorus.
BAB III
PEMBAHASAN

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 70 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku : Jawa
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Ruangan :-
9. Tanggal Masuk RS :-
10. Tanggal Pengkajian : 18 November 2022
11. Alasan Masuk RS :-

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
Status kesehatan saat ini :
a. Keluhan utama : Ny. T mengeluh nyeri perut di bagian uluhati
b. Status kesehatan selama setahun yang lalu : Ny. T mengatakan pernah sakit perut
dan demam dan dilakukan perawatan
di Puskesmas
c. Obat-obatan yang digunakan : Ny.T sekarang sudah jarang mengonsumsi obat
dari dokter. Ketika sakit ia hanya mengonsumsi
obat warung
d. Alergi
 Obat-obatan : Tidak ada
 Makanan : Tidak ada
 Lingkungan : Tidak ada

Aspek Psiko-sosial-spiritual
Psikologis
 Adakah orang yang terdekat dengan pasien
: Ny. T mengatakan orang terdekat adalah keluarganya
 Masalah-masalah utama yang dialami
: Tidak ada.
 Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan
: Merasa kesal.
 Bagaimana mengatasi stres yang dialami
: Ny.T mengatakan saat dia merasa stress atau jenuh ia bermain dengan anak
dan cucunya
 Apakah harapan klien pada saat ini dan akan datang
: Ny. T ingin selalu bersama keluarganya dan berharap keluarganya selalu
menjaga dan merawatnya sampai kapanpun

Sosial
 Dari mana sumber keuangan klien
: Pendapatan berasal dari hasil berdagang
 Apa kesibukan klien dalam mengisi waktu luang
: klien selalu mengisi waktu luangnya dengan berdagang di rumah
 Kegiatan organisasi yang diikuti lansia
: pengajian dibeberapa rumah-rumah.
 Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
: Sering melakukan komunikasi dengan tetangga rumah.
 Siapa saja yang biasa mengunjungi
: anak-anaknya

Spiritual
 Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?
: Ny.T shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat tahajud
 Apakah secara teratur mengikuti/terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
: Ny.T mengikuti kelompok pengajian
 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah? apakah dengan berdo’a
: Ny.T selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT dan menyerahkan
semuanya serta meminta petunjuk agar semua masalah apapun yang
dihadapinya dengan tenang
 Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal?
: Ny.T terlihat sabar dan tawakal saat mendapatkan suatu masalah atau ujian
yang diberikan oleh Allah SWT
Pola kebiasaan sehari-hari (saat ini)
Pola nutrisi
 Frekuensi : 2 x/hari
 Nafsu makan : Ny.T mengatakan semenjak sakit ia tidak nafsu
makan
 Jenis Makanan : Makanan yang sering dimakan oleh Ny.T
makanan yang berlemak dan berkuah
 Kebiasaan sebelum makan : Ny.T suka meminum air teh sebelum makan
pagi dan malam
 Kesulitan mengunyah : Tidak ada kesulitan mengunyah saat makan
 Nyeri saat menelan : Tidak ada keluhan nyeri saat menelan
makanan

Pola eliminasi
Buang air kecil
 Frekuensi : 500 cc/hari
 Nyeri saat Bak : Tidak ada nyeri
 Retensi urine : Tidak ada
 Inkontinensia : Mampu BAK sendiri ke kamar mandi sendiri pada
waktunya berkemih
Buang air besar
 Frekuensi : 2 x/hari
 Waktu : Tidak tertentu
 Keluhan : Tidak ada keluhan

Pola personal hygene


Mandi
 Frekuensi : 2 x/hari
 Penggunaan sabun : Menggunakan sabun saat mandi

Oral hygene :
 Frekuensi : 2 x/hari
 Waktu : Pagi dan sore
 Penggunaan pasta gigi : Menggunakan pasta gigi
Cuci rambut
 Frekuensi : 2 hari sekali
 Penggunaan shampo : menggunakan shampo

Pola istirahat dan tidur


 Lama tidur : 4 jam/hari
 Kebiasaan tidur siang : Jarang untuk tidur siang
 Kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur : Tidak ada
 Keluhan/masalah : Mudah terbangun pada saat tidur

Pola aktivitas dan latihan


 Kegiatan dalam pekerjaan sehari-hari : berdagang
 Kegiatan waktu luang : waktu luang diisi dengan berdagang
 Olah raga : jarang melakukan olahraga
 Keluhan dalam beraktifitas : tidak ada keluhan saat beraktivitas

C. PENGKAJIAN KHUSUS
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 110 x/mnt
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 37oC

Sistem penglihatan
a. Posisi mata : ( ✔ ) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata : ( ✔ ) Normal ( ) Ptosis
c. Gerakan kelopak mata : ( ✔ ) Normal ( ) Abnormal
d. Pergerakan bola mata : ( ✔ ) Normal ( ) Abnormal
e. Konjunktiva : ( ) Anemis (✔ ) Ananemis
f. Kornea : ( ✔ ) Normal ( ) Keruh/berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
g. Visus :-
h. Sklera : (✔ ) Ikterik ( ) Anikterik
i. Pupil : (✔ ) Isokor ( ) Anisokor
j. Fungsi penglihatan : Normal
k. Penggunaan alat bantu :-
l. Tanda-tanda radang :-

Sistem pendengaran
a. Daun telinga : ( ✔ )Normal
( ) Sakit saat digerakkan
( ) Tidak sakit saat digerakkan
b. Bentuk : ( ✔ ) Normal ( ) Makrotia
( ) Mikrotia
c. Posisi : (✔ ) Simetris ( ) Asimetris
d. Karakteristik serumen : Bau
e. Perasaan penuh pada telinga :-
f. Tinitus : Tidak ada
g. Kebersihan : Terdapat Sekret
h. Fungsi pendengaran : Normal
i. Penggunaan alat bantu :-

Sistem wicara
a. Kesulitan/gangguan wicara : ( ) Aphasia ( ) Dysphasia ( )Aphonia
( )Anartria ( ) Dysartria

Sistem pernapasan
a. Jalan napas : Bersih
b. Pernapasan : ( ) Sesak ( ✔ ) Tidak Sesak
Bila sesak : ( ) Dengan aktivitas
( ) Tanpa aktivitas ( ) Setelah aktivitas
c. Penggunaan otot-otot pernapasan : mengeluh sesak saat kecapekan,
d. Irama : irama teratur
e. Kedalaman : tidak ada suara nafas tambahan
f. Batuk : ( ✔ ) Produktif ( ) Tidak produktif
g. Sputum : Tidak ada
h. Konsistensi :-
i. Suara napas : Suara terdengar sonor

Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
- Nadi : 110 x/menit
- Irama : Teratur
- Denyut : ( ) Lemah (✔ ) Kuat
- Distensi vena jugolaris :-
- Temperatur kulit : (✔ ) Hangat ( ) Dingin
- Warna kulit : Pucat, sianosis, kemerahan
- CRT :-
- Edema : Tidak ada

b. Sirkulasi jantung
- Irama : Irama jantung teratur
- Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
- Nyeri dada : Tidak ada keluhan nyeri dada
- Keluhan lain : Tidak ada

Sistem saraf pusat


a. Tingkat kesesadaran : composmetis
b. Reaksi pupil terhadap cahaya : pupil isokor
c. GCS : normal
d. Peningkatan TIK : tidak ada keluhan pusing

Sistem pencernaan
a. Keadaan mulut : kebersihan
b. Gigi : Kebersihan, jumlah, gigi palsu
c. Bibir : kering, pecah-pecah
d. Gusi : tidak ada perdarahan
e. Keadaan saliva :-
f. Nyeri daerah perut : nyeri tekan
g. Karakter nyeri : skala nyeri 3 dari 6
h. Lokasi nyeri : di daerah ulu hati
i. Bising usus : Bising usus 12x/menit
j. Hepar : tidak teraba pembesaran hepar
k. Skibala :-

Sistem imunologi
a. Hb :-
b. Ht :-
c. Leukosit :-
d. Eritrosit :-
e. Trobosit :-
f. Keluhan sakit :-
g. Perdarahan :-

Sistem endokrin
a. Napas berbau keton :-
b. Hypokalemi :-
c. Hyperkalemi :-
d. Polidipsi,poliphagi,poliuri :-
e. Gangren :-
f. Exopthalmus :-
g. Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
h. Tremor :-

Sistem urogenitalia
a. Perubahan pola kemih : Urgensi, retensi
b. Frekuensi : 2 x/hari, terkontrolVolume dalam 24 jam : cc
c. Warna urien : kuning
d. Distensi kandung kemih : bau dengan khas
e. Pembesaran kelenjar prostat : Tidak
f. Keadaan genitalia : Bersih

Sistem integumen
a. Keadaan rambut : terlihat bersih, ada sedikit ketombe, ada beberapa uban
b. Kuku : bersih
c. Turgor kulit : kurang
d. Warna kulit : Sawo matang
e. Keadaan kulit : bersih

Sistem muskuloskletal
a. Kesulitan dalam pergerakan :-
b. Sakit pada tulang/sendi :-
c. Fraktur :-
d. Kontraktur :-
e. Tonus otot :-
f. Kelainan bentuk tulang :-
g. Kelainan sendi :-

2. Pengkajian Status Fungsional


Modifikasi Indeks Kemandirian Katz Menurut Maryam, R. Siti, dkk, 2011
No Aktivitas Mandiri Tergantung
Nilai (1) Nilai (0)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok, 1
membersih, dan mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 1
menggunakannya
3 Memakan makanan yang telah 1
disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk 1
penampilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, menggosok gigi)
5 Dapat mengontrol pengeluaran feses 1
(tinja)
6 Buang air besar di WC ( membersihkan 1
dan mengeringkan daerah bokong)
7 Buang air kecil di kamar mandi 1
(membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air 1
kemih
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal 1
atau keluar ruangan tanpa alat bantu,
seperti tongkat
10 Menjalankan agama sesuai agama dan 1
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah seperti: 1
(merapihkan tempat tidur, mencuci
pakaian, memasak, dan membersihkan
ruangan)
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri dan 1
kebutuhan keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan 0
menggunakan uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi 0
umum untuk berpergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat 1
sesuai dengan aturan (takaran obat dan
waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil 0
keputusan untuk kepentingan keluarga
dalam hal penggunaan uang, aktivitas
sosial yang dilakukan dan kebutuhan
akan pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang 1
(keagamaan, sosial rekreasi, olah raga
dan menyalurkan hobi)
Analisa hasil :
Point : 13 - 17 mandiri
Point : 0 – 12 ketergantungan

Keterangan : Ny. T memiliki tingkat kemandirian dengan jumlah point 14

3. Pengkajian Status Kognitif


Pengkajian status mental lansia (SPMSQ)
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ)
Skor No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1 0 1 Tanggal berapa hari ini? 18 November 2022
1 0 2 Hari apa sekarang ini? Jum’at
1 0 3 Apa nama tempat ini Rumah
4 Berapa nomor telepon anda Tidak punya nomor
telepon
1 0 5 Dimana alamat anda (tanyakan Bogorejo VI, Kec.
hanya bila klien tidak mempunyai Gedongtataan,
nomor telepon) Kab. Pesawaran
1 0 6 Berapa umur anda? 70 Tahun
1 0 7 Kapan anda lahir? 15 Juni 1952
1 0 8 Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko Widodo
1 0 9 Siapa presiden sebelumnya? SBY
1 10 Siapa nama kecil ibu anda? Tidak tahu
1 0 11 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5, 2
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun
10 1 Jumlah kesalahan total
Interperstasi :
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : fungsi intelektual berat

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan salah 1, fungsi intelektual utuh

D. ANALISA DATA
Data Problem Etiologi
Ds : Nyeri akut berhubungan Inflamasi mukosa
- Klien mengatakan dengan inflamasi mukosa lambung
nyeri perut dibagian lambung. ↓
uluh hati Sekresi asam lambung
Do : meningkat
- Klien tampak ↓
merasakan nyeri Iritasi lambung nyeri
- Skala 3-6
- Terdapat nyeri tekan
- Ekpresi wajah
tampak meringis
- TD : 120/80 mmHg
Ds : Defisit nutrisi Peningkatan asam
- Klien mengatakan berhubungan dengan lambung
semenjak sakit ia anoreksia. ↓
tidak nafsu makan Perangsangan kolinergi
- Klien mengatkan ↓
lemas, mual, muntah Menstimulus saraf fagus
Do : pada hipotalamus
- Klien tidak nafsu ↓
makan Anoreksi
- Porsi makan tidak ↓
dihabiskan hanya Nutrisi kurang dari
(1/2) porsi
kebutuhan tubuh
- Frekuensi makan 2 x
sehari
- Muntah setiap kali
makan
Ds : Gannguan pola tidur Kesulitan memulai tidur
- Klien mengatakan ↓
susah untuk memulai Terbangun saat tidur
tidur ↓
- Klien mengatakan Kurang kontrol tidur
tidurnya mudah
terbangun dan hanya
tidur selama 4-5
jam/hari
Do :
- Kantung mata
tampak menghitam
- Klien tampak letih
- 120/80 mmHg

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur yang
ditandai dengan mata menghitam.
F. Rencana Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan


Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
No. dx Diagnosa keperawatan Indonesia (SLKI). Keperawatan
Indonesia (SIKI)
1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan perawatan (L.08238)
Nyeri Akut berhubungan dengan selama 1 x 24 jam. Klien diharapkan :
inflamasi mukosa lambung. kriteria hasil : Observasi
Ds : - mampu mengotrol nyeri 1. Lokasi,
- Klien mengatakan nyeri - Skala nyeri ringan (0-3). karakteristik,
perut dibagian uluh hati - Keadaan umum baik. durasi, frekuensi,
Do : kualitas, intensitas
- Klien tampak merasakan nyeri.
2. Identifikasi skala
nyeri
nyeri
- Skala 5-6
- Terdapat nyeri tekan Terapuetik
- Ekpresi wajah tampak 3. Fasilitas istirahat
meringis dan tidur
- TD : 100/80 mmHg 4. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan)
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri mis:
aroma terapi,
kompres
hangat/dingin
Edukasi
6. Jjelaskan penyebab,
periode, danpemicu
nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan
menggunakan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
9. Kolaborasi
pemberian
analgetik jika perlu
5. Ajarkan tentang
teknik mengurangi

nyeri dengan non


farmakologi
6. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
7. Tingkatkan

kualitas istirahat
8. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain bila ada
keluhan dan tindakan
nyeri yang tidak
berhasil
2. Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan (I.03119)
anoreksia Keperawatan selama 1x24 jam, Klien Obervasi :
Ds : diharapkan Dapat : 1. identifikasi status
- Klien mengatakan Status Nutrisi : Intake Nutrisi nutrisi
semenjak sakit ia tidak Kriteria Hasil : 2. identifikasi
- Keadaan umum baik makanan yang
nafsu makan
- BB meningkat disukai
- Klien mengatkan lemas, - nafsu makan kembali baik 3. monitor asupan
mual, muntah - porsi makanan di habiskan makanan
Do : 4. monitor berat
- Klien tidak nafsu badan
makan
- Porsi makan tidak terapuetik:
dihabiskan hanya (1/2) 5. berikan makanan
porsi tinggi kalori dan
- Frekuensi makan 2 x sehari tinggi protein
Muntah setiap kali makan 6. berikan suplemen
makanan, jika
perlu
3. Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
Gangguan pola tidur yang berhubungan
(L.05174)
dengan kurangnya kontrol tidur yang Keperawatan 1x24 jam. Gangguan pola
ditandai dengan mata menghitam. tidur pasien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil : Observasi :
Ds : 1. indentifikasi pola
- Klien mengatakan susah untuk aktivitas dan tidur
memulai tidur Pola Tidur (L.05045)
2. identifikasi faktor
- Klien mengatakan tidurnya penganggu tidur
mudah terbangun dan hanya Indikator 1 2 3 4 5 3. identifikasi makanan
tidur selama 4-5 jam/hari Keluhan sulit ✔️ dan minuman yang
Do : tidur √ mengganggu tidur
Keluhan sering √ 4. mengidentifikasi obat
- Kantung mata tampak
terjaga tidur yang dikonsumsi
menghitam
- Klien tampak letih Keluhan tidak √
Terapuetik :
- TD : 110/80 mmHg puas tidur
5. modifikasi lingkungan
Keluhan istirahat √ 6. batasi waktu tidur
tidak cukup siang
Keluhan istirahat √
tidak cukup Edukasi :
7. jelaskan pentingnya
Keterangan : tidur cukup selama
1= menurun sakit
8. anjurkan menepati
2= cukup menurun
kebiasaan tidur
3= sedang
4= cukup meningkat
5= meningkat
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37029812/LAPORAN_PENDAHULUAN_GASTRITIS_PADA_LANSIA
http://eprints.umpo.ac.id/9119/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai