PENDENGARAN
1. Anisa Fitriani
2. Destyana Wahyu Wantari
3. Ibnu Abas
4. Rani Yustina
5. Ria Anicha Syofia
6. Umi Sholihat
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya
memiiki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis,
sosial dan ekonomi. Sedangka menurut Pudjiastuti (2003) dalam Muhith (2016)
lansia bukan merupakan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan Menurut BKKBN (Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional) tahun 1995 dalam Muhith (2016)
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia, menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan
tua.Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun secara psikologis.
Memasuki usia tua berarti akan mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, figure tubuh yang
tidak proporsional, dan gangguan pendengaran (Nugroho, 2008).
Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang menyertai
proses menua dan utama dengan hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan
lanjut usia yang bersifat simetris dengan perjalanan yang progresif lambat
(Nugroho, 2008).
Prevalensi penurunan pendengaran akibat proses penuaan juga meningkat
yaitu sekitar 12 % pada kelompok umur 65-74 tahun, 16 % pada umur 75-84
tahun dan 30 % pada umur lebih dari 85 tahun. Dari data lain menunjukkan
penurunan pendengaran oleh berbagai sebab lebih tinggi lagi yaitu 44 % dan
meningkat menjadi 66 % pada usia 70-79 tahun dan akan menjadi 90 % pada
umur lebih dari 80 tahun (Setiati dan Laksmi, 2015). Penurunan kemampuan
mendengar biasanya dimulai pada usia dewasa tengah,yaitu usia 40 tahun.
Penurunan kemampuan mendengar pada lansia tersebut terjadi sebagai hasil dari
perubahan telinga bagian dalam. Seperti halnya rusaknya cochlea atau reseptor
saraf primer, kesulitan mendengar suara bernada tinggi (presbikusis), dan
timbulnya suara berdengung secara terus menerus (tinnitus). Sistem vestiular
bersama-sama dengan mata dan propioseptor membantu dalam mempertahaan
keseimbanganfisik dan tubuh.Gangguan pada sistem vestibular dapat mengarah
pada pusing dan vertigo yang dapat mengganggu keseimbangan (Mauk,2010).
Faktor resiko perubahan kemampuan mendengar pada lansia seperti proses
penyakit, medikasi ototoksik, dan pengaruh lingkungan. Dampak fungsional dan
komplikasi dari gangguan tersebut berpengaruh pada pemahaman dalam
berbicara, gangguan komunikasi, kebosanan aptis, rendah diri atau rasa malu,
isolasi sosial atau menarik diri dari aktivitas sosial dan isolasi yang berlebih
dapat menimbulkan efek psiko logis dan fisik serta ketakutan dan kecemasan
yang berhubungan dengan bahaya keamanan lingkungan (Widyanto, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
KONSEP TEORI
B. Konsep Menua
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
tahun 1995 dalam Muhith (2016) lansia adalah individu yang berusia diatas 60
tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi
biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut Pudjiastuti (2003)
dalam Muhith (2016) lansia bukan merupakan penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Menurut Constantanides (Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith, 2016) menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang di derita. Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan
umur seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai pertambahan umurnya,
seperti berkurangnya fungsi-fungsi organ tubuh.
Menurut Dewi (2014) proses menua yang terjadi bersifat individual, yang
berarti :
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith, 2016. Penuaan dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis. Faktor yang mempengaruhi yaitu hereditas atau
genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan,
dan stres.
Perubahan pada proses menua meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke
semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genital urinnaria, endokrin, dan integumen (Siti Bandiyah
(2009) dalam Muhith (2016). Pada perubahan fisiologi pendengaran lansia
terdapat beberapa masalah yang sering ditemui diantaranya:
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
b. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
c. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
d. terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin.
a. Tuli perseptif, yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf
b. Tuli konduktif, yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan struktur
penghantar rangsang suara
Penyebab gangguan pendengaran yang lain seperti sindrom Meniere dengan
gejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh, tinnitus, dan
hilangnya daya pendengaran dan aquostik neuroma (Pujiastuti, 2003).
Pendengaran
Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis
Penurunan sel rambut koklea Kesulitan mendengar suara
Perubahan telinga dalam berfrekuensi tinggi
Degenerasi pusat pendengaran Penurunan kemampuan
Hilangnya fungsi neurotransmitter membedakan pola titik nada
Penurunan kemampuan dan
penerimaan bicara
Penurunan fungsi membedakan
ucapan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) intervensi keperawatan sesuai
dengan pengkajian diatas yaitu:
a. Gangguan persepsi sensori
b. Gangguan komunikasi verbal
c. Resiko harga diri rendah situasional
d. Gangguan interaksi sosial
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi keperawatan sesuai
dengan diagnosa diatas, yaitu :
a. Gangguan Persepsi Sensori
Intervensi Utama : Meminimalisasi Rangsangan
R/: mengurangi jumlah atau pola rangsangan baik internal maupun
eksternal (misal : suara, cahaya, dll).
Intervensi Pendukung :
Intervensi Pendukung :
10) Konseling
R/: memberikan bimbingan untuk meningkatkan atau
mendukung penanganan, pemecahan masalah, dan
hubungan interpersonal
d. Gangguan Interaksi Sosial
Intervensi Utama :
1) Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial
R/: mengubah pengembangan atau peningkatan keterampilan
sosial interpersonal
2) Promosi Sosialisasi
R/: meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain
Intervensi Pendukung :
1) Dukungan Kelompok
R/: memfasilitasi peningkatan kemampuan penyelesaian
masalah dan perasaan didukung oleh kelompok individu
dengan pengalaman dan masalah yang sama sehingga lebih
memahami situasi masing-masing
2) Promosi Dukungan Sosial
R/: meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain
3) Promosi Hubungan Positif
R/: meningkatkan interaksi antara dua orang atau lebih yang
saling menguntungkan dan ditandai dengan adanya timbal
balik yang sesuai
4) Promosi Keutuhan Keluarga
R/: meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien untuk
menjaga dan meningkatkan kerekatan dan keutuhan
keluarga
5) Promosi Komunikasi Efektif
R/: meningkatkan kemampuan pasien untuk pengambilan
keputusan kesehatan pasien
6) Promosi Komunikasi : Pendengaran
R/: menggunakan teknik komunikasi tambahan pada individu
dengan gangguan pendengaran
7) Promosi Koping
R/: meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai
dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan
sumber-sumber yang ada
8) Terapi Kelompok
R/: menggunakan kelompo dengan masalah yang sama untuk
memberikan dukungan emosional dan perilaku, melatih
perilaku baru, dan berbagi informasi kesehatan
9) Terapi Keluarga
R/: menggunakan keluarga untuk menggerakkan keluarga
melakukan cara hidup yang lebih produktif
4. Evaluasi Keperawatan
Menurut Asmadi (2008) evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi terbagi menjadi 2 , yaitu :
a. Evaluasi Formatif
Meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP yakni
Subjektif, Objektif, Analisa data dan Perencanaan.
b. Evaluasi Sumatif
Dilakukan setelah seluruh aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan. Bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas pelayanan
asuhan keperawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang laki – laki usia 65 tahun tinggal dipanti werda, mengeluh sudah 3 minggu
mengalami penurunan fungsi pendengaran pada kedua telinga terutama telinga kanan.
Klien jarang membersihkan lubang telinga. Kedua lubang telinga terlihat kotor. Klien
terlihat memperhatikan gerakan bibir lawan bicara saat berkomunikasi. 1minggu lalu
klien mengalami kecelakaan saat akan menyebrang jalan karena tidak mendengar
suara klakson motor.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Fokus
DS:
a. Pasien mengeluh sudah 3 minggu mengalami penurunan fungsi
pendengaran pada kedua telinga terutama telinga kanan.
b. Klien mengatakan bahwa 1 minggu yang lalu klien mengalami kecelakaan
saat akan menyebrang jalan karena tidak mendengar suara klakson motor.
c. Klien mengatakan jarang membersihkan lubang telinganya.
DO:
a. Kedua lubang telinga terlihat kotor
b. Klien terlihat memperhatikan gerakan bibir lawan bicara saat
berkomunikasi
2. Analisa Data
DS: Gangguan persepsi sensori:
1. Pasien mengeluh sudah 3 minggu pendengaran
mengalami penurunan fungsi
pendengaran pada kedua telinga
terutama telinga kanan
2. Klien mengatakan bahwa 1
minggu yang lalu klien
mengalami kecelakaan saat akan
menyebrang jalan karena tidak
mendengar suara klakson motor
DO:
1. Klien terlihat memperhatikan
gerakan bibir lawan bicara saat
berkomunikasi
Gangguan Personal Hygiene; Telinga
DS:
1. Klien mengatakan jarang
membersihkan lubang telinganya
DO:
1. Kedua lubang telinga terlihat
kotor
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: pendengaran.
2. Gangguan personal Hygiene; Telinga.
C. Intervensi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya
memiiki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis,
sosial dan ekonomi. Sedangka menurut Pudjiastuti (2003) dalam Muhith (2016)
lansia bukan merupakan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua
tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan
pendengaran, pengecap, penciuman, dan peraba.
B. SARAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik kita sebagai perawat harus
meningkatkan rasa peduli terhadap klien dan melakukan pengawasan pada klien.
Keluarga harus memberi dukungan dan motivasi pada klien untuk
mengembangkan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Keluarga harus
memotivasi klien untuk selalu menjaga kebersihan telinganya.
Lampiran
Pada pemeriksaan tes rinne didapatkan pada telinga kanan dan kirisebanyak
24 responden dengan hasil positif.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, Carol. (2015). Nursing for Wellness in Older Adults Seventh Edition.
R. Siti Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado
Tahun 2018. Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR) Vol. 1 Nomor 2
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI