Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG KEPERAWATAN GERONTIK (LANSIA)

Dosen Pembimbing
Ns. Chandra Tri Wahyudi, M.Kes

Disusun Oleh
Nurhidayah Perwaningsih 2110721089

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2021
A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun
(WHO, 2013). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998, lanjut
usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Pusdatin, 2014).
Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (Darmojo, 2015).
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008). Lansia merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,
mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
(tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang
terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan
dibandingkan dengan orang dewasa lain (Kholifah, 2016).
Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama pada kesehatan
fisik. Kesehatan lansia menurun seiring bertambahnya usia yang akan mempengaruhi
kualitas hidup lansia, seperti timbulnya berbagai penyakit, penurunan fungsi tubuh,
keseimbangan tubuh dan risiko jatuh. Selain bertambahnya masalah pada kesehatan, lansia
juga mengalami tidak mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, tidak memiliki jaminan hari
tua, tidak memiliki dukungan sosial dari keluarga atau teman untuk merawat mereka dan
kurang latihan fisik (Putri, 2016).

B. Klasifikasi lansia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun. 5) Lansia sangat tua (very old), yaitu
kelompok usia lebih dari 90 tahun.

Menurut DepkesRI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :


1. Pra lansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia diantara 45-59 tahun.
2. Lansia, yaitu seseorang yang berusia diantara 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi, ialah seseorang yang berusia 70 tahun tahun atau lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa.
5. Lansia tidak potensial, ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

C. Proses Penuaan
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan mengalami
perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ juga mengalami penurunan.
Banyak factor yang dapat mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan
pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori,
berbagai macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi.
Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres
oksidasi sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo, et.al,
2016).
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat beberapa teori
penuaan (aging process) yaitu:
a. Teori Biologis
Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir
sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh
faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan
struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada
perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis.
b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)
Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon perkembangannya.
Perkembangan seseorang akan terus berjalan walaupun seseorang tersebut telah menua.
Teori psikologi terdiri dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s
hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang
paling rendah (kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri)
sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory
of individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver.
Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat
perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir
yang harus dicapai seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang
mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang bijaksana
(menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang
bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil).
c. Teori Kultural
Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang menjelaskan
bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya
merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan
dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu
dipertahankan sampai tua.
d. Teori Sosial
Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas (lansia yang
aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang
mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori
kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak
diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan).
e. Teori Genetika
Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan memiliki
komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung
hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa
mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.
f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk mengenali dirinya
berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini disebut peristiwa
autoimun (Hayflick, 1965).
g. Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak, kebingungan,
pendengaran yang menurun atau disebut dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau
inkontinensia urin (Martono, 2006).
h. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa lansia adalah
orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social. Continuity theory adalah
perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya,
dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai
menarik diri dari pergaulan.

D. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif
pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk
menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli
pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan
berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M, 2011, 2011).

a. Perubahan Fisik
1) Sel
jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler
menurun.
2) Kardiovaskular
katub jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menuruh
(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3) Respirasi
otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun,
kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadinya penyempitan pada
bronkus.
4) Persarafan
saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khusunya yang berhubungan dengan stres. Berkurang
atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon
motorik dan refleks.
5) Muskuloskeletal
cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar dan
menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
6) Gastrointestinal
esofagus melebar, asam lambung menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya
absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori
menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan.
7) Genitouinaria
ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus
menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin
juga ikut menurun.
8) Vesika urinaria
otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urin. Prostat akan mengalami
hipertrofi pada 75% lansia.
9) Vagiana
selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
10) Pendengaran
membran tympani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
11) Penglihatan
respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi
menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
12) Endokrin
produksi hormon menurun.
13) Kulit
keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidun dan telinga
menebal. Elastisitas menurun, vasikularisasi menurun, rambut memutih, kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti
tanduk.
b. Perubahan sosial
Meliputi perubahan peran, keluarga, teman, masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi,
keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama dan panti jompo.
c. Perubahan psikososial
Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa
lansia menjadi kurang cekatan. Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, ten)ang dan mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi jika pasa masa lansia tidak
diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis
maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan merana,apalagi jika tidak segera bangkit dari
kedukaanya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehinggal menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

E. Penyakit yang terjadi pada lansia


1) Penyakit Sistem Pernafasan
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,
kekuatan kontraksi otot pernafasan dapat berkurang sehingga sulit bernafas. Fungsi paru
menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah
dalam paru untuk digunakan tubuh. Jadi, konsumsi oksigen sangat erat hubungannya
dengan arus darah ke paru-paru. Dengan demikian mudah dimengerti bahwa konsumsi
oksigen akan menurun pada orang usia lanjut. Infeksi yang sering diderita lanjut usia
adalah pneumonia bahkan mempunyai angka kematian cukup tinggi. Tuberkulosis pada
lanjut usia diperkirakan masih cukup tinggi. Secara patofisiologis, lanjut usia tanpa
penyakit saja sudah mengalaami penurunan fungsi paru, apalagi menderita
Tuberculosis/TB Paru maka akan jelas memperburuk keadaan.
2) Penyakit Sistem Kardiovaskuler
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang
paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin
berkuarangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot
jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. Tekanan darah akan
naik secara bertahap.
Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut usia adalah terjadi
pada pembuluh darah. Proses yang disebut sebagai Arterisklerosis atau pengapuran
dinding pembuluh darah dapat terjadi dimana-mana. Proses pengapuran ini akan berlanjut
menjadi proses yang menghambat aliran darah yang pada suatu saat dapat menutup
pembuluh darah. Pada tahap awal gangguan dari dinding pembuluh darah yang
menyebabkan elastisitasnya berkurang memacu jantung bekerja lebih keras, karena
terjadi hipertensi. Bila terjadi sumbatan maka jaringan yang dialiri zat asam oleh
pembuluh darah ini akan rusak/mati, terjadi infark. Bila terjadi diotak akan terjadi stroke,
bila terjadi di jantung dapat menyebabkan infark jantung atau infark miokard.
3) Penyakit Sistem Pencernaan
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks
karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelicin makanan berkurang
sehingga proses menelan lebih sukar. Keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di
perut dan sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang bisa dicernakan akibat
berkuangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak. Penyakit
dan gangguan pada lambung yaitu gastritis atau proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung, insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua.
Ulkus peptikum yang bisa terjadi di esofagus, lambung, dan duodenum walaupun kadar
asam lambung pada lanjut usia sudah menurun, insidensi ulkus di lambung masih lebih
banyak di banding ulkus duodenum.
4) Penyakit Sistem Urogenital
Peradangan dalam sistem urogenital terutama dijumpai wanita lanjut usia berupa
peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat sisa air seni pada vesika
urinaria. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor
yang menyumbat saluran kemih. Pada pria berusia 50 tahun, sisa air seni dalam kandung
kemih dapat disebabkan pembesaran kelenjar prostat (hipertrofi prostat).
5) Penyakit gangguan endokrin (metabolik)
Penyakit metabolik yang banyak pada lansia terutama disebabkan menurunnya produksi
hormon antara lain terlihat pada wanita mendekati 50 tahun yang ditandai mulainya
menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali/menopause. Penyakit
metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetes melitus atau kencing manis dan
osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang lebih
mudah rapuh dan menipis).
6) Penyakit Persendian dan Tulang
Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-
sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Hampir 8% orang berusia 50 tahun ke
atas mempunyai keluhan pada sendi sendinya, misal : linu-linu, pegal, dan kadang terasa
seperti nyeri. Biasanya yang terkena ialah persendian pada jari-jari, tulang punggung,
sendi-sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Biasanya nyeri akut pada persendian
itu disebabkan oleh gout, hal ini disebabkan gangguan metabolisme asam urat dalam
tubuh.
Hal serupa diungkapkan oleh kemenkes mengenai penyakit yang sering
terjadi pada lansia ialah mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut
usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi,
gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut
diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi
radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta
daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia
kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila
ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat
masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan
untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa
kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan
ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup
serius.

F. Tipe Lansia
Beberapa tipe lansia pada bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut (Maryam, 2018) :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tak acuh.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi. 2015. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Wahyudi Nugroho, Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. (Jakarta: EGC,2008)

Kholifah, S.N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta
Kemenkes RI Pusdik SDM Kesehatan

Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. CV Andi Offset. Yogyakarta.

PusdatinRI (2014), Situasi dan Analisis Lanjut Usia, Jakarta, Kementrian Kesehatan RI

Putri, S. T. (2016). Differences of Quality of Life of Eldery Woman Who Follow Brain
Movement Exercise and Angklung Music Therapy. Jurnal Keperawatan Soedirman,
11(2), 106– 117.

Anda mungkin juga menyukai