Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERWATAN PADA LANSIA DENGAN INSOMNIA

Disusun oleh :

Kelompok 2
Widodo, S.kep
Elidon Meizi, S.Kep
Hadi Suwanto, S.Kep
Betty Efrilyen, S.Kep
Anggi Geovani, S.Kep

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMADIAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021/2022

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam gangguan pola tidur,Jangka

panjang dapat menyebabkan gejala somatik dan perkembangan penyakit (Siregar,

2011:73). Dari semua kelompok usia yang ada, masalah insomnia sering terjadi pada

usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang, makin banyak terjadi insomnia. Pada usia lebih

dari 50 tahun, angka kejadian insomnia sekitar 30% (Siregar, 2011:75).Prevalensi

insomnia di Indonesia sekitar 10%.Artinya kurang lebih 28 juta dari total 238 juta

penduduk Indonesia menderita insomnia.Jumlah ini hanya mereka yang terdata dalam

data statistik.Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia yang belum terdeteksi

(Siregar, 2011:12).

Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya,

seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup

manusia. Oleh karena tingginya angka insomnia yang dialami lansia di Indonesia kami

selaku penulis tertarik untuk membahas mengenai gangguan insomnia pada lansia di

makalah yang berjudul “konsep dan asuhan keperawatan Pada lansia dengan insomnia”

penulis akan membahas lebih jelas mengenai konsep penyakit insomnia dan asuhan

keperawatan insomnia pada lansia

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu

memahami :

1. Konsep penyakit insomnia


2
2. Asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia

3
BAB II

DAFTAR PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA

1. Definisi

Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang

dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia

60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun

karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak

potensial).

2. Batasan Usia Lanjut

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

b. Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun

c. Usia tua (old), antara 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 tahun

3. Proses Menua

Proses menua merupakan proses terus menerus secara alamiah, yang dimulai

sejak lahir dan pada umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua

setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Menua bukanlah suatu

penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Nugroho, 2008)

Menua ( menjadi tua : aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara

pelahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

4
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Darmojo, 2000)

Beberapa ahli berpendapat bahwa proses menua merupakan suatu proses

yang meliputi interaksi antara perubahan biologis, psikologis, dan sosislogis

sepanjang hidup. Beberapa teori sosial tentang proses penuaan antara lain:

a. Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Hardywinoto

dan Setiabudhi 2005, mengemukakan bahwa kemampuan lanjut usia untuk terus

menjalin interksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya atas

dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.

b. Teori penarikan diri (Disengagement Theory)

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal.

Kemiskinan lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan

seorang lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para

lanjut usia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan inetraksi sosial lanjut usia

menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu :

1) Kehilangan peran (Loss of Roles)

2) Hambatan kontak sosial (Restriction of Contacts and Relationships).

3) Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and

Values)
5
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan

yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat

memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi

kematiannya.

c. Teori Aktivitas (Activity Theory)

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al.cit Hardywinoto

2005 yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana

seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori

aktivitas adalah :

1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan

sepenuhnya dari lanjut usia di masyarakat

2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al.cit

Herdywinoto 2005 yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung

dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan

aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.

d. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambarnya kelak padasaat ia menjadi lanjut usia. Dan hal ini dapat

terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak
6
berubah,walaupun ia menjadi lanjut usia. Menurut teori penarikan diri dan teori

aktivitas, proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan proses yang searah,

akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak

arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status

kehidupannya.

e. Teori Perkembangan (Development Theory)

Setiabudhi 2005 menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (Developmental

task) selama hidup yang hars dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu:

1) Penyesuaian terhadap penururnan fisik dan psikis

2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penururnan pendapatan

3) Menemukan makna kehidupan

4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.

7) Menerima dirinya sbagai seorang lanjut usia

f. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)

Menurut Stanley & Beare (2006) penuaan adalah normal, dengan perubahan

fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang

pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini

merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat

diobservasi di dalam satus sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem.

Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam

parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.

7
Kelanjutusiaan (aging) adalah proses alamiah yang dimulai sejak terjadi

pembuahan pada masa janin. Seseorang dilahirkan dan menjalani siklus

kehidupan manusia yakni sebagai bayi, anak, remaja, dewasa muda, usia

menengah, masa lanjut usia sampai orang tersebut meninggal secara normal

ataupun karena suatu penyakit.

4. Masalah Kesehatan Yang Mungkin Muncul Pada Lanjut Usia

Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan

dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar

dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal

mungkin. Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia :

a. Immobility (Kurang Bergerak)

Kurang bergerak disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem muskoloskeletal

seperti terjadinya : Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, Kifosis,

Persendian membesar dan menjadi kaku, Pada otot terjadi atrofi serabut otot

(sehingga seseorang bergerak lamban, otot keram dan menjadi tremor). Pada

kurang gerak bisa juga disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah

(Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).

b. Instability (Berdiri dan Berjalan Tidak Stabil atau Mudah jatuh)

Lansia mudah terjatuh karena terjadinya penurunan fungsi-fungsi tubuh dan

kemampuan fisik juga mental hidupnya. Akibatnya aktivitas hidupnya akan ikut

terpengaruh, sehingga akan mengurangi kesigapan seseorang.

Penyebab terjatuh pada lansia antara lain :

1) Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).

2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan).


8
Akibat dari terjatuh dapat menyebabkan cidera pada lansia sehingga

menimbulkan rasa sakit. Lansia yang pernah terjatuh akan merasa takut untuk

terjatuh lagi sehingga lansia tersebut menjadi takut untuk berjalan dan

membatasi pergerakannya.

c. Inkontinensia

Beser atau yang sering dikenal dengan ”Ngompol” karena saat BAK atau

keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah kesehatan atau sosial.

Untuk mengatasi masalah ini biasanya lansia akan mengurangi minum dengan

harapan untuk mengurangi jumlah dan frekuensi berkemih. Akibatnya lansia

dapat terjadi kekurangan cairan tubuh dan berkurangnya kemampuan kandung

kemih yang justru akan memperberat keluhan beser pada lansia.

d. Intellectual Impairment (Gangguan Intelektual)

Gangguan yang berhubungan dengan kemapuan berfikir atau ingatan yang

mempengaruhi terganggunya aktivitas sehari-hari. Kejadian ini terjadi dengan

capat mulai usia 60-85 tahun atau lebih.

e. Infeksi

Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh juga

menurun karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang bermacam-macam.

Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa terpengaruh terhadap infeksi

yang terjadi pada lansia.

f. Gangguan Pancaindera (Impairment of Vision and Hearing, Taste, Smell,

Communication, Convalescence, Skin Integrity)

Akibat proses menua sehingga semua kemampuan pancaindera

berkurangfungsinya. Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otot-otot.

9
Sehingga pada lansia terjadi penurunan penglihatan, pendengaran dan

komunikasi (berbicara).

g. Impaction (Konstipasi atau Gangguan BAB)

Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena pergerakan fisik pada

lansia yang kurang mengkonsumsi makana berserat, kurang minum juga akibat

pemberian obat-obat tertentu.

Pada kasus konstipasi yaitu feces menjadi keras dan sulit dikeluarkan maka akan

tertahan diusus sehingga dapat terjadi sumbatan diusus yang menyebabkan rasa

sakit diperut.

h. Isolasi (Depresi)

Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan

berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya secara mandiri serta akibat

perubahan-perubahan fisik maupun peran sosial.

Gejala-gejala depresi yang sering muncul dianggap sebagai bagian dari proses

menua. Adapun gejala-gejala seperti dibawah ini antara lain :

1) Gangguan emosional : perasaan sedih, sering menangis, merasa kesepian,

gangguan tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat lelah dan menurunnya

aktivitas, tidak adanya selera makan yang mengakibatkan berat badan

menurun, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan perhatian,

kurangnya minat, hilangnya kesenagnan yang biasanya dinikmati,

menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri

berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan

mau bunuh diri.

10
2) Gangguan fisik : sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,

gangguan pencernaan.

i. Kurang Gizi

Disebabkan oleh perubahan lingkungan yaitu ketidaktahuan lansia dalam

memilih jenis makana yang bergizi, isolasi sosial karena lansia mengalami

penurunan aktivitas karena penurunan fungsi pancaindera. Sedangkan penyebab

lainnya yaitu kondisi kesehatan : sehingga lansia hanya akan mengalami

konsumsi jenis makanan tertentu, adanya penyakit fisik, mental, gangguan tidur

dan obat-obatan.

j. Impecunity (Tidak Punya Uang)

Hal ini berhubungan dengan pekerjaan. Semakin seseorang bertambah tua maka

aktivitasnya akan berkurang yang menjadikan lansia berhenti dari pekerjaannya.

Secara otomatis pendapatannya akan berkurang. Lansia dapat menikmati masa

tua dengan bahagia apabila :

1) Mempunyai pendapatan yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

2) Tempat yang layak untuk tinggal.

3) Masih mempunyai peran setidaknya didalam keluarganya.

k. Latrogenesis (Menderita Penyakit Akibat Obat-obatan)

Banyak kejadian lansia mempunyai berbagai macam penyakit atau yang biasa

disebut komplikasi, sehingga membutuhkan juga obat yang banyak untuk tiap

penyakitnya. Lansia sering kali menggunakan obat dalam jangka waktu yang

lama tanpa pengawasan dari dokter sehingga akan muncul penyakit baru dari

akibat penggunaan obat-obatan tersebut.

11
l. Insomnia

Hampir semua lansia mempunyai gangguan tidur yakni sulit untuk mulai masuk

dalam proses tidur, tidurnya tidak nyenyak dan mudah terbangun, sering

bermimpi, bangun terlalu awal (dini hari). Apabila sudah terbangun maka akan

sulit untuk tidur kembali.

m. Immune Deficiency (Daya Tahan Tubuh yang Menurun)

Salah satu penyebab daya tahan tubuh pada lansia menurun terjadi akibat

terganggunya fungsi organ tubuh. Namun tidak semua proses menua mengakibatkan

penurunan daya tahan tubuh. Hal ini juga dapat terjadi akibat penyakit yang diderita

lansia, penyakit yang sudah akut, penggunaan obat-obat tertentu dan status gizi yang

buruk.

B. KONSEP INSOMNIA

1. PENGERTIAN

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang

bisa bersifat sementara atau persisten (Siregar, 2011:73). Insomnia adalah

ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun

kuantitas.Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat

memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau

sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur

kembali (Potter, 2005).Insomnia merupakan suatu keadaan seseorang yang

mengalami sulit untuk tidur atau sering terbangun di malam hari atau bangun terlalu

pagi (Hariana, 2004:46).Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

insomnia merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan tidur


12
berupa kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun dimalam hari atas sering

bangun terlalu pagi yang dapat bersifat sementara atau persisten.

2. ETIOLOGI

a. Faktor psikologis

Beragam faktor psikologis dapat menyebabkan insomnia. Faktor tersebut

antara lain rasa cemas, depresi, ketakutan, berduka, dan stres.Seorang lansia yang

ditinggal pasangan dan anak cenderung memiliki perasaan depresi. Selain itu,

gangguan tidur pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti

berkurangnya aktivitas, pensiun, perubahan pola sosial, atau kematian pasangan.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan dapat memengaruhi seseorang untuk dapat tidur. Lingkungan

yang bising, cahaya yang terang atau gelap, suhu yang ekstrem, kelembaban

lingkungan, dan tatanan yang tidak familiar bisa mengganggu pola tidur

seseorang. 

c. Asupan nutrisi

Asupan nutrisi bagi lansia juga mempengaruhi timbulnya insomnia, seperti

konsumsi alkohol, kebersihan diri yang tidak terjaga dengan baik, dan konsumsi

obat yang memiliki efek samping gangguan tidur lansia.

d. Ketidaknyamanan fisik

Penurunan fisik dan penyakit yang menghampiri lansia menyebabkan pola

tidur terganggu. Misalnya nyeri, batuk, mual, inkontinensia, permasalahan

13
kardiovaskuler (perawatan paska operasi jantung), urgensi, penyakit Alzheimer,

penyakit degeneratif, penyakit paru. (Joewana, 2006).

3. PATOFISIOLOGI

Pola tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur,Dewasa muda

membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM 25%.Kebutuhan

ini menetap sampai batas lansia.Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di

tempat tidur, mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun dari

tidurnya.Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang

lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi

terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya

terbangun.Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif

terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal

akan terbangun sekitar 2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih sering

terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia hampir sama

dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu.

Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun

pada malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada

siang hari. Dengan perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan

kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal. (Amir, 2007).

14
4. PATHWAY

insomnia

Faktor Faktor
Faktor
Lingkungan Fisiologis
psikologis
Cemas

Merangsang sistem Merangsang Merangsang kortek


limbik (pengatur sensori perifer serebral untuk
sistem emosi) untuk untuk meningkatkan
meningkatkan meningkatkan pengeluaran seroton
pengeluaran pengeluaran
katekolamin serotonin

Merangsang Sistem
Aktivasi Retikuler
(SAR) untuk
menurunkan
pengeluaran
serotonin

Bangun 3 kali atau lebih


dimalam hari, insomnia,
Ganggua ketidakpuasan tidur, total
n Pola waktu tidur kurang,
Tidur kebiasaan buruk saat tidur
dan keluhan verbal lainnya.

15
5. TANDA DAN GEJALA

Menurut Remelda (2008), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang

mengalami insomnia yaitu penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering

terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Insomnia juga bisa

dialami dengan berbagai cara:

1. Sulit untuk tidur tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk

tetap tidur (sering bangun)

2. Bangun terlalu awal Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia.

Gejala yang dialami waktu siang hari adalah:

a. Resah

b. Mengantuk

c. Sulit berkonsentrasi

d. Sulit mengingat

e. Gampang tersinggung

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan insomnia ini dapat

dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : 

1. Tindakan Keperawatan

a. Kaji efek samping pengobatan pada pola tidur klien.

b. Pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya: apnea

saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri / ketidaknyamanan, dan sering berkemih).

c. Jelaskan pada klien pentingnya tidur adekuat (selama kehamilan, sakit, stress

psikososial).

d. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari faktor penyebab (misal : gaya

hidup, diet, aktivitas, dan faktor lingkungan).

16
e. Ajarkan klien dan kelurga dalam teknik relaksasi (pijat/urut sebelum tidur, mandi

air hangat, minum susu hangat).Menurut Remelda (2008) untuk tindakan

keperawatan pada pasien insomnia dimulai dengan menghilangkan kebiasaan

(pindah tempat tidur, memakai tempat tidur hanya untuk tidur, dll). Jika tidak

berhasil dapat diberikan obat golongan hipnotik (harus konsultasi dengan

psikiater).

2. Tindakan Medis

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien insomnia yaitu

dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya : Benzodiazepin

(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat

tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan

psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN INSOMNIA

1.PENGKAJIAN

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan

yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat

ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis

data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan (Tarwoto & Wartonah,

2010).

a. Pengumpulan data

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada

pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi

masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta

17
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan

mudah di analisis.

Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui

suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh,

tekanan darah, serta warna kulit. Adapun fokus dalam pengumpulan data

meliputi:

b. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

Pola koping sebelumnya dan sekarang, Fungsi status sebelumnya dan

sekarang, Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan, Resiko

untuk masalah potensial. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

Pengkajian kebutuhan aktivitas dan istirahat tidur

1) Dalam aktivitas sehari-hari apakah menggunakan alat bantu?

Sebelum MSR : Selama MRS :

Jenis alat bantu : Jenis alat bantu :

2) Dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara ?

Sebelum MSR : pasif/aktif


Selama MRS : pasif/aktif

3) Apakah ada kelainan sendi ?

Sebelum MRS : Selama MRS :

4) Berapa lama melakukan kegiatan sehari-hari?

Sebelum MRS : Selama MRS :

5) Apakah klien memiliki keterampilan kuhusus ?

6) Pola tidur

Sebelum MRS : Selama MRS :

Siang siang

18
7) Kegiatan yang biasa di lakukan untuk pengantar tidur?

Sebelum MRS : Selama MRS :

8) Kebiasaan meminum obat stimulan/penenang/lain-lain?

Sebelum MRS : Selama MRS :

9) Kondisi yang dapat menganggu tidur?

Sebelum MRS : Selama MRS :

10) Aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur?

Sebelum MRS : Selama MRS :

3. ANALISA DATA

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

4. PERUMUSAN MASALAH

Setelah analisa data dilakukan, dapat irumuskan beberapa masalah kesehatan.

Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan

keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih

memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai

dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan

segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan

komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang

tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi

yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat d itentukan

berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang

mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang

kesehatan dan keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2010).

19
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok

dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,

mencegah dan merubah (Tarwoto & Wartonah, 2010). Perumusan diagnosa

keperawatan :

1. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik

yang ditemukan.

2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di

lakukan intervensi.

3. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

4. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat

dalam transisi dari tingkat sajetrah tertetu ketinkat sajetera yang lebih tinggi.

5. Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa

keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena

suatu kejadian atau situasi tertentu (Huda & Kusuma, 2016).

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirahat tidur

diantaranya yaitu :

a) Insomia berhubungan dengan ketidanyamanan fisik dan mengantuk

b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,

gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilisasi, nyeri

pada kaki, takut operasi, lingkungan yang mengganggu.

c) Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk tidur, henti nafas saat

20
tidur, (sleep apnea) dan ketidak mampuan mengawasi prilaku.

d) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.

e) Gangguan pertukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.

f) Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangan tidur hipersomia.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

6. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih

dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang

di harapkan (Huda & Kusuma, 2016).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan

terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan

perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan

tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat

lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan

asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh

perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga

mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Huda & Kusuma, 2016).

21
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan :
keperawatan NOC NIC
Dx.Insomia Rest : Extent and Pattern Sleep Enhancement (
berhubungan Sleep : Extent an Pattern peningkatan tidur)
dengan
Tujuan : a. Fasilitas untuk
ketidaka
mempertahankan
nyamanan fisik Setelah dilakukan tindakan
aktivitas sebelum tidur
dan mengantuk keperawatan diharapkan
(mendengar musik)
secara berlebih pencapaian kebutuhan
b. Ciptakan lingkungan
istirahat dan tidur dapat
yang nyaman
terpenuhi.
c. Instruksikan untuk
Kriteria Hasil : memonitor tidur pasien
d. Monitor waktu makan
a. Jumlah Jam Tidur Dalam
dan minum dengan
Batas Normal 6-8
waktu tidur (Huda &
Jam/Hari
Kusuma, 2016).
b. Pola Tidur, Kualitas
Dalam Batas
Normal
c. Perasaan Segar Sesudah
Tidur Atau Istirahat

7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1: Persiapan

22
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk

mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2: Intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan

pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan

fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan

: independen, dependen,dan interdependen.

Tahap 3: Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan

yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan.

8. EVALUASI

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat

dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana

proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-

hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di

rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah

disusun.

2. Hasil tindakan, keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang

telah dirumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan /


23
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah

baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih

mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan

faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak

tercapainya tujuan (Huda & Kusuma, 2016).

24
BAB III

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN INSOMNIA

Seorang pasien laki-laki usia 70 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sulit

untuk tidur,pasien mengatakan membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk tidur,sering

terbangun dimalam hari dan sulit untuk tidur lagi,pasien mengatakan sering mengantuk pada

siang hari dan sulit berkomunikasi, istri mengatakan suaminya sering marah,setelah

dilakukan pengkajian pasien mengatakan sering merasakan cemas karena memikirkan

anaknya yang jauh darinya.pasien juga sering mengonsumsi kopi dimalam hari,pasien

terlihat lemas dan mengantuk pada siang hari,pasien mengatakan tidak tahu cara untuk

mengatasi masalah tidurnya,pasien tidak bisa menjawab saat ditanya masalah apa yang

membuatnya susah tidur ,TTV,TD: 100/90,N:105 X/mnt,RR: 24 X/mnt,S: 370C

A. PENGKAJIAN

1. DATA BIOGRAFI

Nama : Tn. A

Tempat&tanggal lahir :Sumbawa,22 maret 1948

Gol.Darah:O/A/B/AB

Pendidikan terakhir : SMP

Agama :Islam

Status perkawinan :Menikah

Alamat : Jln.S oedomo No. 05, Kb.tanjung

Orang yang dekat dihubungi:NY.M L/P

Hubungan dengan lansia : Istri


25
Alamat : Jln.Soedomo No. 05, Kb. Tanjung

2. RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

Keterangan :

= Wanita hubungan penikahan =

= laki-laki hubungan saudara =

= pasien meningal dunia =

3. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Pekerjaan saat ini

saat ini pasien bekerja menjaga toko yang dibangun di rumahnya sendiri

2. Pekerjaan sebelumnya

sebelumnya pasien adalah seorang penjual sate keliling

26
4. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

1. Tipe tempat tinggal : Perumahan

2. Ukuran : 6x4 M

3. Jendela :4

4. Pencahayaan : cukup terang

5. Jumlah kamar :3

6. Jumlah orang yang tinggal dirumah :2

5. RIWAYAT REKREASI

1. Hobi/minat : Mancing

2. Keanggotaan organisasi :-

3. Liburan/perjalanan :belum perna malakukan liburan atau perjalanan jauh

6. STATUS KESEHATAN

1. Keluhan utama

Pasien mengeluh tidak bisa tidur

2. Riwayat penyakit sekarang

pasien mengatakan tidak bisa tidur,ia membutuhkan waktu sekitar 40 menit

untuk tidur dan sering terbangun tengah malam,dan pagi harinya selalu terlihat lemah

dan mengantuk,pasien sering mengonsumsi kopi dimalam hari,pasien sering mersa

cemas pada anaknya yang breada jauh darinya,sejak 2 minggu yang lalu.

3. Riwayat penyakit 1 atau 5 tahun yang lalu

semala ini pasien tidak menmiliki riwayat penyakit apapun

27
7. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

1. Aktivitas

Pasien selalu bangun lebih awal nampak lemah dan mengantuk pada siang

hari,sehingga saat siang hari pasien tidak melakukan aktifitas

2. Istirahat/tidur

pasien sulit untuk tidur dimalam hari selalu terbangun lebih awal,dan

mengantuk pada siang hari

3. Rekreasi

semenjak ditingal menikah oleh anaknya pasien dan istri tidak perna pergi

berlibur atau berekreasi

4. Psikologis

- Emosi : sejak 2 minggu ini pasien sulit diajak komunikasi pasien mudah

sekali marah atau tersingung

5. Indeks katz : (A) Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil,

berpakaian dan mandi

8. TINJAUAN SISTEM

 Keadaan umum : Compos metis (CM)

 Tingkat kesadaran :15

 Skala koma Glasgow :E4V5M6

 Tanda-tanda vital : TD :100/90 mmhg,N : 105x/mnt ,S :370C, RR: 24

x/mnt

28
9. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

1. Short portebh mental status questionare (SPMSQ) : Kesalahan 4, (Inteletual Ringan)

Skor
e No Pertanyaan Jawaban

+ -

+ 1 Tanggal berapa hari ini ? 1 maret 2018

+ 2 Hari apa sekarang ? Senin

+ 3 Apa nama Tempat ini ? Jln.kambing hitam NO.22

- 4 Berapa nomor telepon anda ? Tidak hapal

Dimana Alamat anda ?

(tanyakan bila tidak memiliki telepon)

+ 5 Berapa umur anda ? 70 tahun

- 6 Kapan anda lahir ? 22 maret 1948

+ 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Jokowi

+ 8 Siapa Presiden sebelumnya ? SBY

- 9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu

+ 10 Kurangi 3 dari angka 20, tetap kurangi 3 17,14,11


lagi untuk hasil angka pertama, semua
secara menurun

Jumlah Kesalahan Total 4

29
2. Inventaris depresi beck :

Skor Uraian

A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya

2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1 Saya merasa sedih atau galau

0 Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.

C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)

2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan

1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal

D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 Saya tidak merasa tidak puas

E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

F. Tidak Menyukai Diri Sendiri


3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya sendiri

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

30
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G. Membahayakan Diri Sendiri


3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri

H. Menarik Diri Dari Sosial


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka semuanya

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya

0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 Saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik

J. Perubahan Gambaran Diri


3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan

2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan


saya danini membuat saya tampak tua atau tak menarik

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya

K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu.

1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu

31
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya

0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang

1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Napsu makan saya tidak buruk dari biasanya

PENILAIAN

8 Depresi sedang

3. APGAR keluarga :

No Uraian Fungsi Skor

1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga Adaption 2


(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Partnership 2


membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya Growth 2


menerima danmendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru

4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Affection 2


mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai

5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve 1


menyediakan waktu bersama-sama

Penilaian :
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab;
1. Selalu : skor 2

32
2. Kadang-kadang : skor 1
3. Hampir tidak pernah : skor 0

10. Data focus

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan sulit untuk 1. pasien terlihat lemas dan mengatuk
tidur,untuk tidur pasien membutuhkan 2. TD: 100/90,N:105 X/mnt,RR: 24
waktu sekitar 40 menit X/mnt,S: 370C
2. Pasien mengatakan sering terbangun 3. Pasien terlihat binggung saat ditanya
dimalam hari dan sulit untuk tidur mengapa tidak bisa tidur
lagi
3. pasien mengatakan sering mengantuk
pada siang hari dan sulit
berkomunikasi
4. istri pasien mengatakan pasien seing
marah
5. pasien mengatakan tidak tahu cara
untuk mengatasi masalah tidurnya
6. pasien mengatakan tidak tahu
mengapa ia tidak bisa tidur

33
11. Analisa data

ANALISA DATA
SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
Ds : Cemas Gangguan Pola Tidur
1. Pasien mengatakan sulit
untuk tidur,untuk tidur
pasien membutuhkan waktu Merangsang sistem limbik

sekitar 40 menit (pengatur sistem emosi) untuk

2.Pasien mengatakan sering meningkatkan pengeluaran

terbangun dimalam hari dan katekolamin

sulit untuk tidur lagi


3.pasien mengatakan sering
Merangsang Sistem Aktivasi
mengantuk pada siang hari
Retikuler (SAR) untuk
dan sulit berkomunikasi
menurunkan pengeluaran
istri pasien mengatakan
serotonin
pasien seing marah
4.pasien sering
Insomnia
mengonsumsi kopi dimalam
hari, pasien mengatakan
tidak tahu cara untuk
Gangguan Pola Tidur
mengatasi masalah tidurnya
Do :
1. pasien terlihat lemas dan
mengatuk
2. TD: 100/90,N:105
X/mnt,RR: 24 X/mnt,S:
370C
Ds : sering merasa cemas Kurang pengetahuan
1. pasien mengatakan tidak
tahu mengapa ia tidak bisa Pasien tidak bisa tidur sering
tidur bangun malam,tidur tidak
puas(insomnia)
Do :

34
1. pasien terlihat lemas dan Tidak mengerti cara
mengatuk mengatasi gangguan tidur
2. Pasien terlihat binggung
saat ditanya mengapa Kurang pengetahuan
tidak bisa tidur

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas ditandai dengan sulit untuk

tidur,sering terbangun dimalam hari,sering mnegntuk pada siang hari,sulit

berkomunikasi,mudah marah ,dan sering merasa cemas.

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan pemahaman klien yang buruk mengenai

insomnia

35
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Keperawatan Luaran SLKI Intervensi SIKI


1. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. identifikasi pola aktifitas dan
ansietas selama 2x24 jam tidur
gangguan pola tidur 2. identifikasi factor pengganggu
pasien meningkat tidur(fisik/psikologis)
dipertahankan dari skor 3. identifikasi makanan dan
3 (sedang) ke 4 (cukup minuman yang mngganggu
meningkat) dengan tidue (kopi)
indikator : 4. identifikasi obat tidur yang di
 Keluhan sulit tidur gunakan
menurun di Terapeutik :
pertahankan dari skor 5. Modifikasi lingkungan
3 (sedang) ke 6. Batasi waktu tidur siang,jika
4(cukup meningkat) perlu
 Keluhan sering 7. Fasilitasimenghilangkan stress
terjagamenurun waktu tidur
dipertahankan dari 8. Lakukan prosedur untuk
skor 3 (sedanfg0 ke 4 meningkatkan kenyamanan
(cukup meningkat) misalnya pijat
Edukasi:
9. jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur

2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan


tindakkan keperawatan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan
1 x 24 jam kemampuan Observasi :
pemahaman klien yang 1. identifikasi kemampuan dan
pengetahuan pasien
buruk mengenai meningkat di kesiapan menerima informasi
pertahankan dari skor 3 2. identifikasi factor-faktor
36
insomnia (sedang) ke 4 (cukup yang dapat meningkatkan dan
meningkat) dengan menurunkan motivasi perilaku
indikator : hidup bersih dan sehat
1. Kemampuan Terapeutik :
menjelaskan 3.sediakan materi dan
pengetahuan mediapendidikan kesehatan
tentang suatu 4.jadwalkan pendidikan
topic meningkat kesehatan sesuia kesepakatan
dipertahankan 5.berikan kesempatan untuk
dari skor menjawab
3(sedanf) ke 4 Edukasi:
(cukup 7. Jelaskan factor resiko yang
meningkat) dapat
mempengaruhikesehatan
8. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
9. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

1.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No.dx waktu Implementasi Respon pasien Ttd


dan
Tanggal
1 1. Memonitor pola S: pasien mengatakan membutuhkan
tidur dan jumlah waktu sekitar 40 menit untuk
jam tidur tidur,sering tebangun dimalam hari,
O: -pasien tidur selama 4 jam dan
sering terbangun
2. Menganjurkan agar S:-pasien mengatakan tidak minum
37
kafein dan kopi lagi
dihilangkan dari O: -pasien tidak minum kafein atau
diet klien di malam kopi lagi
hari
3. Membantu klien S:-pasien mengatakan mengerti
mengidentifikasi alasan dibalik dari perubahan pola
penyabab kesulitan tidur yang dialami pasien stelah
tidur dan berdiskusi
membantu pasien O:-pasien dapat mengidentifikasi
mengatasi stres masalah yang dihapainya dan dan
mengetahui cara-cara mengatsi stress
seperti mengerjakan hobi yang
disukai,belibur atau berrekreassi
bersama keluarga
4. Menentukan S:-pasien mengatakan sudah
waktu sebelum melakukan ritual seperti relaksasi
klien pergi tidur nafas dalam atau mengunakan teknik
untuk latihan relasasi seblum tidur,dan mandi air
relaksasi yang hangat sebelum tidur
tenang, dan mandi O: -pasien membaca sebelum
dan Memfasilitasi tidur,ruangan pasien tenang tanpa
untuk bising dan dengan cahaya yang
mempertahankan cukup
aktivitas sebelum
tidur (membaca)
dan menciptakan
lingkungan yang
nyaman
5. Menjelaskan S: pasien mengatakan sudah
pentingnya tidur mengerti mengenai pentingnya tidur
yang adekuat dan berapalama frekuensi tidur yang
dibutuhkan untuk tingakt usianya
O: pasien dapat mengulang kembali
penyelasan yang diberikan mengenai
38
pentingnya tidur yaitu untuk
membantuk otak beristirahat sengga
tidak berkerja secara berlebihan dan
tubuh tidak mudah lelah,tidur yang
cukup juga bermanfaat untuk
meningkatkan system imun,pasien
juga mampu menjelaskan tidur yang
baik selama 8 jam
2 1. Membantu pasien S:Pasien mengatakan telah mampu
mengidentifikasi mengerti penyebab dari gangguan
penyebab tidur yang dialaminya
gangguan tidur O:-pasien dapat menjelaskan bahwa
pada pasien gangguan tidur yang dialaminya
karena dirinya sedang merasa cemas
terhap anaknya yang berada jauh
darinya
2. Menjelaskan pada S:pasien mengatakan sudah paham
pasien mengenai mengenai tanda dan gejala dari
tanda dan gejala insomnia
dari perubahan O:paien mempu menjelaskan
yang dihadapi kembali tanda dan gejala yang
dialaminya dan mengidentifikasi
perubahan yang dihadapinya seperti
mudah lelah,cemas dan mudah
marah merupakan dampak dari
kurangnya istirahat dan waktu tidur
3. Mendiskusikan S:pasien mengatakan mengerti cara
bersama pasien untuk menyelesaikan masalahnya
dan keluarga O: pasien dapat menjelaskan cara
cara mengatasi penyelesaian masalahnya adalah
masalah tidur dengan berkomunikasi dengan
pasien anaknya yang jauh,pasien dapat
mengisi waktu luang dengan berlibur
ataupun berekreasi bersama keluarga
39
pasien dapat melakukan hobi atau
hal-hal yang ia sukai,pasien harus
tenang dan rileks,tidak boleh teralu
stres

3.5 EVALUASI

No.dx waktu dan Evaluasi TTD


Tanggal
1 S : pasien mengatakan sudah dapat tidur dengan
nyenyak,tidak terbangun saat malam hari dan sudah tidak
merasa cemas lagi
O: -pasien tidur selama 8 jam
-tidak ada kantung mata
-wajah pasien terlihat berseri
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 S :-pasien mengatakan sudah paham mengenai penyebab
kesulitan tidur dan mampu mngatasinya
O: -pasien mampu mengulang kembali pentingya istirahat
dan tidur,penyebab dari masalah dan cara menatasinya
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

BAB IV

PENUTUP
40
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada klien Tn. A dengan

masalah Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dapat disimpulkan

sebagai berikut.

A. KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada Tn.A dengan

masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dapat di tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Nama klien Tn. A berusia usia 70 tahun datang kerumah sakit dengan

keluhan sulit untuk tidur,pasien mengatakan membutuhkan waktu sekitar

40 menit untuk tidur,sering terbangun dimalam hari dan sulit untuk tidur

lagi,pasien mengatakan sering mengantuk pada siang hari dan sulit

berkomunikasi, istri mengatakan suaminya sering marah,setelah

dilakukan pengkajian pasien mengatakan sering merasakan cemas karena

memikirkan anaknya yang jauh darinya.pasien juga sering mengonsumsi

kopi dimalam hari,pasien terlihat lemas dan mengantuk pada siang

hari,pasien mengatakan tidak tahu cara untuk mengatasi masalah

tidurnya,pasien tidak bisa menjawab saat ditanya masalah apa yang

membuatnya susah tidur ,TTV,TD: 100/90,N:105 X/mnt,RR: 24

X/mnt,S: 370C

2. Diagnosa yang muncul pada kasus ini berdasarkan respon klien yaitu

Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas ditandai dengan sulit

untuk tidur,sering terbangun dimalam hari,sering mengantuk pada siang

hari,sulit berkomunikasi,mudah marah ,dan sering merasa cemas.

3. Perencanaan keperawatan yang di tegakan adalah meliputi NOC : tidur

41
(kuantitas dan kualitas tidur), NIC yang di tetapkan adalah sleep

Enhancement (fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

seperti mendengarkan musik, ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor

waktu makan dan minum dengan waktu tidur dan catat kebutuhan tidur

pasien setiap hari dan jam).

4. Pelaksanaan pada pengelolaan kasus gangguan kualitas dan kuantitas

tidur pada klien harus selalu disesuaikan dengan kondisi dan keluhan

klien, lingkungan serta kemampuan klien dengan melibatkan peran

perawat sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

5. Evaluasi yang di peroleh terhadap NOC yang di tetapkan adalah setelah

di lakukan pengkajian di dapatkan peningkatan kuantitas tidur sekitar 1

jam 40 menit sejak hari pertama hingga hari ketiga. Sedangkan kualitas

tidur mengalami peningkatan sebesar 20 % untuk kualitas tidur fisik dan

10% untuk kualitas tidur psikologis sejak hari pertama hingga hari

ketiga.

B. SARAN

Bagi lahan RS Ryakudu kotabumi Lampung Utara Sebaiknya bekerja

sama antar perawat dan klien lebih ditingkatkan dan meningkatkan kinerja

petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada penerima manfaat yang membutuhkan informasi

masalah kesehatan yang dialami, serta dalam pemberian pelayanan kepada

klien disiapkan fasilitas-fasilitas yang memadai untukmenunjang

42
pemeriksaan dan tindakan keperawatan terutama pada klien dengan

masalah gangguan istirahat dan tidur

43
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan Penatalaksanaannya.

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.

Puri, B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Hal: 268. Jakarta : EGC.

Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP

PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP

PPNI

Anda mungkin juga menyukai