Oleh :
HARMA YUDHANINGTYAS
201402020
Oleh :
HARMA YUDHANINGTYAS
201402020
i
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
v
4. My Best
Teruntuk seseorang yang selalu disampingku Diaz Prasetya Tama, yang
selalu setia menemani setiap langkah dan perjuanganku dari awal
perjuangan sampai saat ini. Terimakasih untuk waktu, semangat, kesabaran
dan dukunganmu selama ini.
5. Terimakasih untuk moodboster terbaik (Bigbang, EXO, BTS, Seventeen, dan
NCT) yang setiap saat memberikan suntikan energi.
6. Dan terimakasih untuk semua pihak yang telah mambantu selama pembuatan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Harma Yudhaningtyas
vi
MOTTO
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2
Rumusan Masalah ...................................................................... 5 1.3 Tujuan
Penelitian ........................................................................ 5 1.4 Manfaat
Penelitian ...................................................................... 6 1.5 Keaslian
Penelitian ...................................................................... 7 BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep Skabies ........................................................................... 9 2.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Skabies ............ 26 2.1.1 Faktor
Pengetahuan ........................................................ 26 2.1.2 Faktor
Sikap .................................................................... 32 2.1.3 Faktor Perilaku
Personal Hygiene................................... 36 2.1.4 Faktor Sanitasi
Lingkungan ............................................ 47 2.3 Konsep Pondok
Pesantren .......................................................... 51 2.4 Kerangka
Teori............................................................................ 54 BAB 3 KERANGKA
KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 55 3.2
Hipotesis ..................................................................................... 56 BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 58 4.2
Populasi Dan Sampel .................................................................. 58 4.3
Teknik Sampling ........................................................................ 60 4.4
Kerangka Kerja ........................................................................... 62 4.5
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 63 4.6
Instrumen Penelitian ................................................................... 66 4.7
Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................... 67
ix
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 67 4.9
Teknik Pengolahan Data ............................................................. 73 4.10 Etika
Penelitian ........................................................................... 76 BAB 5 HASIL DAN
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum ........................................................................ 78
5.2 Hasil Penelitian............................................................................ 79 5.3
Pembahasan ................................................................................. 88 5.4
Keterbatasan penelitian ..................................................................99 BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.................................................................................. 100
6.2 Saran............................................................................................ 100
Lampiran 1 Surat Ijin Pencarian Data Awal dari STIKES BHM Madiun ..... 105
Lampiran 2 Surat Ijin Pencarian Data Awal Bankesbangpol Kab.
Magetan ....................................................................................... 106 Lampiran 3
Surat Ijin Pencarian Data Awal Di Pondok Pesantren ................ 108 Lampiran 4
Surat Ijin Penelitian dari STIKES BHM Madiun........................ 110 Lampiran 5
Surat Ijin Penelitian dari Pondok Pesantren ................................ 111 Lampiran 6
Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 112 Lampiran 7
Lembar Informed Consent........................................................... 113 Lampiran 8
Lembar Kisi-Kisi Kuesioner........................................................ 114 Lampiran 9
Lembar Kuesioner ....................................................................... 116 Lampiran 10
Lembar Observasi........................................................................ 119 Lampiran 11
Tabulasi Data Umun dan Data Khusus ....................................... 120 Lampiran 12
Uji Validitas................................................................................. 122 Lampiran 13
Uji Reliabilitas............................................................................. 126 Lampiran 14
Hasil Analisis Univariat .............................................................. 127 Lampiran 15
Hasil Analisis Bivariat................................................................. 129 Lampiran 16
Hasil Analisis Multivariat............................................................ 133 Lampiran 17
Lembar Kegiatan Penelitian ........................................................ 134 Lampiran 18
Lembar Bimbingan Skripsi.......................................................... 135 Lampiran 19
Dokumentasi................................................................................ 138
xiii
DAFTAR ISTILAH
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
KATA PENGANTAR
Puju syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Skabies Pada Santriwati Di
Pondok Pesantren Salaffiyah Miftahul Nurul Huda Kecamatan Panekan
Kabupaten Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlaksana
sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti. Untuk
itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. KH Abdul Wahid pimpinan Ponpes Salaffiyah Miftahul Nurul Huda Desa
Turi Kec. Panekan Kab. Magetan.
2. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes selaku ketua STIKES BHM Madiun. 3.
Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi S-1 Keperawatan
STIKES BHM Madiun.
4. Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing 1 dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing 2 dalam
penyususnan SKRIPSI ini.
6. Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes. selaku ketua dewan penguji ujian
proposal dan ujian skripsi.
7. Responden yang telah bersedia dan membantu proses pengambilan data.
8. Ayah, Ibu, Adik, Kakek, Nenek, dan seluruh keluarga tercinta yang selalu
memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
xvi
9. Diaz Prasetya tama, terimakasih untuk semua semangat dan dukungannya
selama ini.
10. Sahabat-sahabatku, Ella Thalia, Ulfa Nur Baiti, Yusi Vita, Indah Epti,
Candra Wahyu, dan Siti Nur Cholifah, selalu memberikan semangat
yang besar.
11. Teman-teman kelas 8a keperawatan
12. Dan semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan kita semua.
Harma Yudhaningtyas
NIM. 201402020
xvii
ABSTRAK
Harma Yudhaningtyas
xviii
ABSTRACT
Harma Yudhaningtyas
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab.
terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari data prevalensi
tahun 2008 sebesar 5,60% - 12,96%, prevalensi tahun 2009 sebesar 4,9-12,
95 %, tahun 2013 yakni 3,9 – 6 %, dan data terakhir yang didapat tercatat
belum terbebas dari penyakit skabies dan masih menjadi salah satu masalah
1
prevalensi skabies masih sangat tinggi di Indonesia terutama pada
imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik serum
dari kulit ke kulit, bahkan secara tidak langsung melalui benda-benda yang
timbul erosi, eksoriasi, kusta, dan infeksi sekunder.Bila skabies tidak diobati
furunkel.
tempat yang relatif sempit. Dan apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh
2
banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan
program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang
masih banyak ditemukan santriwati yang terkena penyakit kulit skabies. Ini
pemukiman dan tempat tinggal yang kumuh. Ditambah dengan santri wati
kulit ini, karena beranggapan penyakit kulit skabies ini bisa sembuh dengan
3
sendirinya seiring berjalannya waktu, jika bertambah parah mereka baru
sama di kolam besar yang airnya berwarna coklat susu dan mereka juga
mandi lain tetapi mereka hanya menggunakan untuk kegiatan MCK saja.
Mereka juga menyatakan bahwa saling meminjam baju dan handuk satu
Lingkungan asrama mereka juga terbilang tidak higienis, satu kamar dihuni
skabies dan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Penelitian
Anna & Kurnia (2016) mengatakan bahwa penyakit skabies bisa dicegah
dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat, tidak bergantian handuk,
4
1.2 Rumusan Masalah
skabies.
penyakit skabies.
skabies.
5
1.4 Manfaat Penelitian
pesantren.
6
1.5 Keaslian Penelitian
7
No. Peneliti Judul Design Variabel Hasil
dan Tahun dan
Instrumen
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
tempat presileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala
ataupun secara tidak langsung melalui sprei, baju, handuk, alat sholat,
bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan oleh penderita dan belum
kebersihan diri yang kurang terjaga dan faktor lingkungan yang buruk.
2. Etiologi
melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita
9
penyakit ini. Semua kelompok umur bisa terkena. Penyakit ini biasanya
dalam tugas pelayanan kesehatan tidak perlu takut tertular penyakit ini
3. Patofisiologi
scabiei var. Hominis. Selain itu, S. Scabieiada juga pada kambing dan
babi.
ini translusen berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina
perekat.
10
Siklus skabies adalah sebagai berikut, setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, tungau jantan akan mati, kadang
kadang masih dapat hidup bebeerapa hari dalam terowongan yang digali
Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur
akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dapat tinggal
hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur
Tungau skabies dapat hidup diluar tubuh manusia selama 24-36 jam.
11
Lesi primer skabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur
pustul dan kadang bula. Lesi tersier dapat juga terjadi berupa ekskoriasi,
(Linuwih, 2016).
4. Epidemiologi
3000 tahun yang lalu. Di zaman itu penyakit ini diketahui tersebar di
Asia sejak dari dataran Cina hingga India. Sebaran skabies pada hewan
17 familia dan 7 ordo mamalia. Diluar asia pada masa lamapu ada
12
di Jawa Barat. Amirudin, dalam penelitiannya di Rumah Sakit Dr.
tahun 2015-2016.
buruk., dan malnutrisi serta menurunnya daya tahan tubuh seperti pada
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
13
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
(carrier).
kaki.
e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal
14
6. Penularan
kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang
saling bersentuhan atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur,
handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui
15
langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang
2016).
7. Klasifikasi Skabies
berikut :
ditemukan pada bayi dan anak kecil. Berbeda dengan skabies orang
ditemukan lesi kulit yang khas,tetapi rasa gatal tampak lebih berat
terjadi pada pasien yang menderita penyakit berat atau pasien yang
jumlah yang sangat banyak. Banyaknya tungau ini diduga akibat sistem
imun penderita yang
16
buruk, sehingga tungau berkembang biak dalam jumlah besar, dari
mengalami linchenifikasi.
difenhidramin.
17
Selain skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus
yaitu :
ditemukan.
Gejalanya rasa gatal ringan, tidak ada terowongan, lesi pada tempat
mandi bersih-bersih.
d. Skabies noduler
sering dikenai adalah genetalia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini
skabies.
18
e. Skabies inkognito
terbatas.
tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah diagnosis,
19
AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksik
a. Diagnosis
pyogenes.
pustula.
20
3) Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal
Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu
2009).
b. Diagnosis Banding
21
paget, harus dicurigai pula adanya skabies. Skabies krutosa dapat
menyerupai dermatitis hiperkeratosis, psoriasis, dan dermatitis
9. Komplikasi
pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur
1. Pengetahuan
22
2. Sikap
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi
4. Usia
umur, tetapi untuk usia anak sekolah dan remaja lebih rentan
terserang skabies.
5. Sanitasi lingkungan
sanitasi dan hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak
sangat jelek.
23
11. Pengobatan
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi :
secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang
telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam
diperhatikan:
matahari.
b. Penatalaksanaan Khusus
antiskabies :
24
dilakukan maksimal 2 kali dalam 1 minggu. Penggunaan yang
berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat.
2) Sulfur
selama 3 malam.
3) Benzilbenzoat (crotamiton)
4) Monosulfiran
takikardi.
25
5) Malathion
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam.
6) Permethrin
1. Definisi
(Notoatmodjo, 2014)
2. Tingkat Pengetahuan
antara lain :
26
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi (Aplication)
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil. Aplikasi disini
27
masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan
f. Evaluasi (Evaluation)
ada.
Faktor Internal
1) Usia
28
2) Pengalaman
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
2) Informasi
penalaran.
29
4) Ekonomi
Pengetahuan
Penelitian Kuantitatif.
Wawancara
responden sendiri.
30
2) Angket atau Kuesioner
sendiri.
b. Penelitian Kualitatif.
1) Wawancara mendalam
jelasnya.
berjumlah 6 – 10 orang.
31
2.2.2 Faktor Sikap
1. Definisi
yang melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti senang tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik (Notoatmodjo, 2014). 2.
Tingkatan Sikap
berikut :
a. Menerima (receiving)
b. Merespons (responding)
c. Menghargai (valving)
Bertanggungjawab (responsible)
32
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
a. Pengalaman Pribadi
Kebudayaan
d. Media Massa
33
4. Pengukuran Sikap
Kuantitatif
1) Wawancara
b. Kualitatif
34
5. Kriteria Pengukuran Sikap
Konsep sikap yang dapat dijadikan acuan pengukuran sikap antara lain:
adalah penilaian dan atau pendapat individu terhadap objek. Oleh sebab
35
2.2.3 Faktor Perilaku Personal Hygiene
1. Perilaku
a. Definisi perilaku
kegiatan baik yang diamati langsung dan tidak diamati oleh pihak
36
c. Bentuk Perilaku
secara jelas.
d. Perilaku Kesehatan
37
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana
1) Faktor Intern
2) Faktor Ekstern
sebagainya.
38
Lawrence green (1980), menganalisis perilaku manusia
sarana kesehatan.
perilaku masyarakat.
39
Model ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Factors F = Fungsi
Keterangan :
BEHAVIOR
B = Behavior
Gambar 2.1 Teori Perilaku Lawrence Green
f. Perubahan Perilaku
40
1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat
berikutnya.
diterimanya (bersikap).
perilaku).
41
1) Perubahan Alamiah (Natural Change)
mengalami perubahan.
jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
42
Pengukuran dibedakan menjadi terstruktur dan tidak terstruktur :
a. Terstruktur
b. Tidak Terstruktur
pengamatan.
2. Personal Hygiene
seperti perawatan kulit, kuku, gigi, mulut, hidung, mata, telinga dan
43
4) Mencegah penyakit
5) Menciptakan keindahan.
hygiene :
1) Budaya
yang lainnya.
2) Agama
Upacara pembersihan dilakukan oleh beberapa agama.
3) Lingkungan
4) Tahap Perkembangan
44
5) Kesehatan dan Energi
hygiene sendiri.
(Desmawati, 2015).
1) Kebersihan kulit
45
lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan
tangan.
terlalu
46
yang bersih setiap hari. Pemakaian pakaian khusus saat tidur
berikut :
47
1. Ketersediaan Air Bersih
a. Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air bersih yang sehat adalah
manusia.
tubuh tidak terjaga karena tidak tersedianya air bersih sehingga dapat
48
berkaitan erat dengan penggunaan air untuk kebersihan diri dan alat
kebutuhan sehari-hari.
tempat tinggal manusia secara intens, maka harus dijaga agar dalam
keadaan bersih. Jendela kamar tidur dibuka setiap pagi agar terjadi
sirkulasi udara dan menjaga kelembaban udara agar kuman tidak dapat
3. Kelembaban
tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata
seperti skabies.
49
4. Luas Ventilasi
tidur juga harus memiliki ventilasi yang cukup untuk memenuhi kondisi
5. Pencahayaan
50
banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam kamar
yaitu luas ruangan tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan lebih dari
dua orang dalam satu ruang kamar tidur, kecuali anak dibawah usia 5
tahun.
1. Definisi
menyebut pondok dan pesantren adalah asrama dan tempat murid murid
51
Beberapa perilaku yang dilakukan santriwati dalam tindakan
2007).
dalam satu asrama dan selalu berinteraksi satu sama lain (Hidayat,
52
dari dan oleh warga pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif
3. Tujuan Poskestren
tujuan:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
kesehatan.
pesantren.
53
2.4 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang mempengaruhi kejadian
skabies
Pengetahuan Sanitasi
Kejadian Skabies
Gambar 2.2 Kerangka teori Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Skabies pada Santriwati Di Pondok Pesantren Salaffiyah Miftahu
Nurul Huda Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan
54
BAB 3
1. Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Perilaku Personal
Hygiene
2. Faktor Pemungkin
a. Fasilitas kesehatan /
poekestren b. Sikap petugas
kesehatan
b. Sanitasi Lingkungan
Keterangan :
55
Dari gambar diatas dapat diuraikan bahwa kejadian skabies di pondok
poskestren dan sanitasi lingkungan. Dan faktor penguat yang terdiri dari
sikap dan perilaku tokoh agama/ketua dan pengurus ponpes serta sikap
petugas kesehatan.
dari penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat diterima
Kabupaten Magetan.
3. Adanya hubungan Perilaku personal hygiene terhadap kejadian skabies
56
4. Adanya hubungan usia terhadap kejadian skabies pada santriwati di
Kabupaten Magetan.
METODOLOGI PENELITIAN
(Notoatmodjo, 2012).
4.2.1 Populasi
N
n=
1 N(d)2
+
Keterangan :
n : Besar sample
N : Besar populasi
��
n=
2
1+��(��)
79
n=
1 79(0,1)2
+
79
n=
1 79(0,01)
+
79
n = 1 0,79
+
79
n=
1,79
n = 44,134 = 44
59
4.2.3 Kriteria Sample
1. Kriteria Inklusi
elemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame kecil nama bisa ditulis
pada secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk, dan diambil secara acak