PROPOSAL
Oleh :
Luh Putu Indah Yuniari Dewi
NIM. 181420105
i
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI
KABUPATEN BULELENG TAHUN 2022
Oleh :
Luh Putu Indah Yuniari Dewi
NIM. 181420105
i
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, berkat
rahmat dan bimbinganNya saya dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Insomnia Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten Buleleng Tahun 2022”.
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rana Wijaya.
v
7. Seluruh staff pengajar STIKes Rana Wijaya yang telah memberikan
ilmu pengetahuan selama penulis menempuh Pendidikan di STIKes
Rana Wijaya.
8. Teristimewa kepada orang tua tercinta Bapak Kadek Ganda Suartana
dan Ibu Ni Nyoman Supadmi yang telah memberi dukungan baik
doa, kasih sayang, nasehat, materi dan motivasi serta atas
kesabarannya yang luar biasa dalam setiap langkah hidup penulis.
9. Tercinta kepada ketiga saudara/I saya Made Angga Puja Setyawan,
Komang Trisna Chintya Utami, dan Ketut Ayu Vira Lestari yang
selalu memberi dukungan, motivasi dan menjadi alasan saya untuk
semangat menyelesaikan tugas ini.
10. Kakek dan nenek dari Ibu saya I Ketut Gama & Ketut Suarsini,
kakek dan nenek dari Bapak saya alm. Nengah Mandiasa & Komang
Murti Asri dan keluarga yang selalu mendukung serta memberikan
semangat dan motivasi kepada saya selama perjalanan hidup saya.
11. Seseorang yang spesial, kekasih saya Andika Fuadi yang selalu
menemani dan mendukung dalam proses pengerjaan tugas ini.
12. Terimakasih juga yang teramat dalam saya ucapkan kepada
Namjoonie, Seokjinie, Min Suga, Hobi-Ssi, Jiminie, Taetae,
Jungkookie, yang telah selalu memberikan semangat kepada saya
untuk meraih mimpi-mimpi saya, yaitu salah satunya adalah
menyelesaikan proposal ini, borahae bangtan boys-ku, dangsineun
nega magic shop.
13. Rekan kerja saya, Desy Ratna yang telah meminjamkan laptop saat
penyusunan proposal, partner kerja dari pagi sampai malam karena
laptop yang sering loading, serta partner makan gorengan dan rujak
buah saat penyusunan tugas ini.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
proposal ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dan
penulis mengucapkan terima kasih.
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI...................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan......................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................. 5
1.4 Manfaat....................................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian..................................................................................... 7
viii
2.2.5 Kualitas Tidur................................................................................... 17
2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur.................................... 18
2.2.7 Penyebab Menurunnya Kualitas Tidur............................................. 19
2.2.8 Pengukuran Kualitas Tidur.............................................................. 20
2.2.9 Dampak Menurunnya Kualitas Tidur............................................... 21
2.3 Konsep Insomnia........................................................................................ 21
2.3.1 Pengertian Insomnia......................................................................... 21
2.3.2 Etiologi Insomnia............................................................................. 22
2.3.3 Manifestasi Klinis Insomnia............................................................ 22
2.3.4 Penyebab Insomnia.......................................................................... 23
2.3.5 Klasifikasi Insomnia......................................................................... 26
2.3.6 Tingkat Insomnia............................................................................. 27
2.3.7 Dampak Insomnia Pada Lansia........................................................ 29
2.3.8 Penatalaksanaan Insomnia............................................................... 29
2.3.9 Pengukuran Insomnia....................................................................... 34
2.4 Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif..................................................... 37
2.4.1 Definisi Terapi Relaksasi Otot Progresif......................................... 37
2.4.2 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif........................................... 37
2.4.3 Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif......................................... 38
2.4.4 Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif......................................... 38
2.4.5 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif.............................. 38
2.4.6 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan..................................................... 38
2.4.7 Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif........................................ 39
2.5 Hubungan Terapi Relaksasi Otot Progresif dengan Insomnia.................... 43
viii
4.7 Instrumen Penelitian................................................................................... 52
4.8 Prosedur Pengumpulan Data....................................................................... 53
4.8.1 Pengumpulan Data/Instrumen.......................................................... 53
4.8.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 53
4.9 Analisa Data................................................................................................ 54
4.9.1 Teknik Pengolahan Data.................................................................. 54
4.9.2 Analisis Data.................................................................................... 56
4.10Etika Penelitian.......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Proses menua (usia lanjut) merupakan proses alami yang disertai adanya
satu sama lain. Pada usia lanjut terjadi proses menghilangnya secara perlahan
akan mengalami permasalahan baik fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial.
efektif dan menyebabkan kualitas tidur yang tidak adekuat serta menyebabkan
di Asia Tenggara telah mencapai 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun
2050, populasi lanjut usia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dari
sekitar 27,08 juta jiwa pada 2020, 33,69 juta jiwa pada 2025, dan 40,95 juta
jiwa pada 2030 (Pusdatin, 2017). Jumlah penduduk lanjut usia yang berusia
60-75 keatas di Provinsi Bali yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Bali tahun 2022 yaitu sebanyak 602,900 jiwa. Menurut data
1
prevalensi tahun 2021 yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Buleleng, penduduk lanjut usia pada kelompok usia 60-75 tahun ke atas
pernah mengalami insomnia, hal ini meningkat setiap tahun dan keluhannya
sangat parah sehingga menyebabkan tekanan mental bagi pasien. Satu dari tiga
28 juta dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. Jumlah ini
(Siregar, 2018). Di pulau Jawa dan Bali prevalensi insomnia pada lansia cukup
tinggi sekitar 44% dari jumlah total lanjut usia (Kurniawan, Kusumayanti, &
Puteri, 2020). Artinya, sekitar 265.276 jiwa dari total 602.900 penduduk lansia
Werdha Jara Mara Pati pada bulan Mei 2022, diperoleh data jumlah lansia
terganggu karena nyeri pada persendian, banyak pikiran (stress), dan merasa
cemas dengan kondisinya sehingga lansia sering terbangun pada malam hari
dan sulit untuk kembali tidur. Sedangkan 31 orang lainnya ada yang
mengalami tremor, sakit kepala, dan 1 orang dalam keadaan bedrest (stroke).
2
Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
mendalam. Kualitas tidur yang buruk pada lanjut usia disebabkan oleh proses
gangguan tidur yang paling umum saat ini, penyebabnya adalah karena
penyakit fisik atau faktor mental seperti kecemasan atau perasaan gelisah.
Orang dengan insomnia sering terbangun dalam tidurnya, lebih sulit untuk
tertidur, bangun lebih awal dan kesulitan untuk kembali tidur (Fini, 2017).
Insomnia dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bertambahnya usia, jenis
minuman berkafein, faktor medis, stres psikologis dan kebisingan (Ali Azizah,
2019).
Kuntarti, 2019). Kualitas tidur adalah ukuran seberapa mudah seseorang mulai
tertidur, mampu untuk tetap tertidur, dan merasa rileks setelah bangun dari
tidur (Mardius, Ali., 2017). Metode yang dapat digunakan untuk mengatasi
3
farmakologi, salah satunya adalah terapi relaksasi, atau relaksasi otot progresif
(Asmara, Rini & Daud, 2017). Menurut (Zhao et al, 2018), teknik relaksasi
Terhadap Insomia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati
permasalahan yaitu:
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten Buleleng
Tahun 2022?”
insomia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati
4
1. Mengidentifikasi insomnia pada lansia sebelum dilakukan terapi
Tahun 2022.
Tahun 2022.
nonfarmakologis.
5
Mendapatkan pelayanan yang adekuat mengenai
Buleleng.
pada lansia.
6
1.5 Keaslian Penelitian
terhadap insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati
bentuk rancangan the one group pretest - post test design. Tujuan
data penelitian ini menggunakan uji paired t test. Setelah dilakukan uji
7
dan setelah mendapatkan intervensi responden tidak mengalami
insomnia.
penelitian ini adalah 115 lansia yang mengalami insomnia yang terdata
terapi rendam air hangat pada kaki untuk menurunkan tingkat insomnia
8
sama-sama diberikan terapi rendam air hangat pada kaki selama 15
menggunakan alat ukur Insomnia Rating Scale. Dan hasil dari penelitian
tersebut yaitu Sebelum dilakukan intervensi rendam air hangat pada kaki
setelah dilakukan terapi air hangat pada kaki selama 5 hari berturut-
turut.
9
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
depresi atau tidak bahagia saat memasuki usia tua. Jika mereka
memasuki akhir hayat, yang dimana proses ini terjadi secara terus
dengan proses menua. Lanjut usia yang sehat adalah lansia yang dapat
11
2.1.2 Pembagian Lansia
(Abarca, 2021):
kelompok, yaitu:
sosial dan sexual. Adapun perubahan yang terjadi yaitu (National &
Pillars, 2020) :
12
1. Perubahan fisik
diatas 60 tahun.
2. Perubahan Kognitif
tersebut tidak hanya terjadi pada lansia, tetapi dapat terjadi pada
3. Perubahan Psikososial
13
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
kualitas hidup.
a) Masalah Fisik
14
b) Masalah kognitif (intelektual)
c) Masalah emosional
besar. Selain itu, lanjut usia sering marah dan sering merasa stres
d) Masalah spiritual
15
2.2 Konsep Tidur
Fungsi dan tujuan tidur tidak begitu jelas diketahui, tetapi diyakini
tidur memiliki dua efek : pertama, efek pada sistem saraf yang
antara berbagai sistem saraf, dan kedua efek pada struktur tubuh
16
2.2.3 Fisiologi Tidur
mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun.
siang hari pineal tidak efektif tetapi jika matahari sudah tenggelam
dan hari mulai gelap, pineal mulai memproduksi melatonin yang akan
Ada dua tahap tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) atau
tidur slow eye movement dan tidur rapid eye movement (REM)
17
1. Tahapan Tidur NREM
jangka panjang.
18
2.2.5 Kualitas Tidur
mata perih, sulit berkonsentrasi, sakit kepala dan sering menguap, atau
gelisah. Lansia yang stres dan memilih tidur di siang hari dapat
pada kualitas tidur pada lanjut usia (Utami, Indarwati, & Pradanie,
19
dapat mempengaruhi hasil kesehatan, kualitas tidur, kualitas hidup,
dan kematian. Malnutrisi atau kelebihan gizi pada masa dewasa akhir
faktor gaya hidup dan aktivitas fisik dipengaruhi oleh aktivitas sehari-
dan/atau tidur. Waktu yang berlebihan di tempat tidur pada siang hari
utama biasanya dialami oleh lansia yaitu (Sukandar & Putra, 2019) :
20
b. Pola makan
kurang tidur dan durasi tidur yang pendek, dan makan sebelum
beberapa pereda nyeri, alergi dan obat flu, dan produk penurun
lainnya.
tidur, dan gangguan atau keluhan saat bangun tidur (Mawaddah &
Wijayanto, 2020).
21
2.2.9 Dampak Menurunnya Kualitas Tidur
obat-obatan, dan psikosis. Selain itu, kopi dan teh yang mengandung
stimulan sistem saraf pusat juga dapat menyebabkan sulit tidur. Selain
Gangguan tidur memiliki beberapa efek serius pada lanjut usia, seperti
kematian, penyakit jantung dan kanker pada orang yang tidur lebih
dari 9 jam atau kurang dari 6 jam sehari dibandingkan dengan mereka
yang tidur antara 7-8 jam sehari (Sukandar & Putra, 2019).
disebabkan oleh satu dari hal berikut ini : sulit memasuki tidur, sering
terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak. Insomnia adalah salah satu
tidur yang sangat buruk yang dialami individu. Insomnia akut terjadi
22
bulan dan tidak mudah ditemukan penyebabnya (Ariana, Putra, &
Wiliantari, 2020).
2. Konsentrasi/ingatan bermasalah.
23
2.3.4 Penyebab Insomnia
tidak menyenangkan.
Depresi
24
Perubahan lingkungan
WITA.
25
membuat sebagian orang lainnya kesulitan untuk tidur di
seksual.
Skizofrenia
26
2.3.5 Klasifikasi Insomnia
ini.
1. Psychophysiological Insomnia
27
Insomnia psikofisiologis ditandai dengan peningkatan
2. Idiopathic Insomnia
3. Paradoxical Insomnia
atau aktigrafi.
tidur.
28
2.3.6 Tingkat insomnia
a) Insomnia primer
b) Insomnia sekunder
29
Insomnia sementara terjadi pada seseorang yang
yang disayang).
30
non farmakologi ataupun pendekatan farmakologi. Fokus utama dari
berlangsung.
31
3) Nonbenzodiazepine adalah kelas obat resep yang agak mirip
lebih lama.
Manfaatnya paling besar bagi orang yang sulit tidur, hal ini
menjadi kebiasaan.
32
dengan kesulitan tidur. Efek samping silenor yaitu rasa
kering.
1) Terapi relaksasi
33
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur
waktu-waktu tidurnya.
34
Stimulus control therapy berguna untuk
hanya sesaat.
8) Cognitive Therapy
tidur.
9) Imagery Training
menyenangkan.
35
tidur (insomnia). Adapun cara pengukurannya yaitu dengan
1. Lamanya tidur
2. Mimpi-mimpi
1) Tidak bermimpi.
saja.
3. Kualitas tidur
4. Memulai tidur
36
4) Memulai waktu tidur antara 30-44 menit.
tidur kembali.
3) Bangun satu jam lebih cepat dan tidak bisa tidur lagi.
4) Lebih dari 1 jam bangun lebih awal dan tidak bisa tidur
kembali.
1) Perasaan segar.
37
Setelah semua nilai terkumpul, maka dihitung serta
38
progresif dilakukan dengan cara mengendorkan atau mengistirahatkan
kecemasan.
2022)
39
2.4.5 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
berikut:
1. Jangan terlalu tegang otot Anda karena Anda akan melukai diri
sendiri.
6. Lakukan dua kali di sisi kanan tubuh, lalu dua kali di sisi kiri.
Jeklin, 2019).
a. Persiapan
40
1. Bina hubungan saling percaya, jelaskan prosedur, tujuan terapi
pada pasien.
ditopang.
4. Persiapan klien :
ditopang.
dan sepatu.
b. Prosedur
detik.
41
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga
belakang.
menegang.
mengendur.
42
1) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis
mata.
mulut.
43
2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
2) Punggung dilengkungkan.
kemudian relaks.
sebanyak-banyaknya.
44
1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.
lebih 1 bulan dan keadaan ini harus menyebabkan gangguan klinis yang
lansia dikaitkan dengan ketidakpuasan dengan kualitas atau kuantitas tidur dan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur
yaitu dengan terapi non farmakologis salah satunya dengan terapi relaksasi
otot progresif karena teknik ini tidak menimbulkan efek samping yang
dimana seseorang meregangkan otot-otot, mulai dari otot tangan sampai otot
kaki dan dapat dilakukan dengan mudah, Tindakan ini dapat dilakukan dengan
posisi duduk maupun berbaring, tindakan ini dilakukan selama 10-15 menit
dimana peserta harus memfokuskan kepada setiap bagian otot yang akan
45
dikencangkan. Teknik relaksasi otot progresif ini dilakukan dengan cara
menegangkan otot-otot dari mulai wajah tangan sampai kaki dan rasakan
otot ini ditahan selama lima detik dan kemudian lepaskan dan mengendorkan
semua otot secara serentak dan merilekskan otot selama 20-30 detik. Terapi
efek positif pada lanjut usia, dapat mengurangi gangguan tidur, membantu
menghilangkan kekakuan pada otot tertentu, dan membuat tubuh tetap segar
dan rileks. Latihan terapi relaksasi progresif merupakan salah satu teknik
relaksasi otot yang telah terbukti dalam program untuk mengatasi keluhan
insomnia, ansietas, kelelahan, kram otot, nyeri pinggang dan leher, tekanan
46
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka diatas dapat disusun suatu
Perubahan yang
Lansia terjadi pada lansia : Insomnia
1. Perubahan fisik
2. Perubahan kognitif Faktor penyebab
3. Perubahan insomnia :
psikososial 1. Kondisi medis
2. Kondisi psikiatrik
atau lingkungan
47
3.2 Hipotesis Penelitian
yang diperoleh melalui pengumpulan data atau kuisioner. Hasil dari penelitian
ini maka hipotesis dapat disimpulkan benar atau salah, diterima atau ditolak,
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
harus spesifik, jelas dan rinci, ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi
kuantitatif dengan rancangan pre test – post test one group only design yang
insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten
4.2.1 Populasi
66
4.2.2 Sampel
responden.
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
terakhir.
66
3. Lansia yang memiliki keterbatasan/kelumpuhan (bedrest).
4.2.3 Sampling
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kesimpulan. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu
66
bebas. Pada penelitian ini, yang menjadi variabel dependen yaitu
tabel berikut :
Tabel 4.1 Definisi Operasional : Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Insomnia
Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten Buleleng Tahun
2022.
Definisi
Hasil Ukur / Skala
No Variabel Operasional Cara Ukur
Kategori Data
Variabel
66
serta bangun
terlalu awal Skore 3 = Insomnia
dipagi hari sedang : 18-24.
berlangsung
selama 1 minggu Skor 4 = Insomnia
atau lebih. berat : 25-33.
Penelitian ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2022 sampai Agustus 2022.
SOP terapi relaksasi otot progresif. Sebelum diberikan terapi relaksasi otot
Rating Scale untuk mengetahui lansia yang mengalami gangguan tidur. Terapi
relaksasi otot progresif ini dilakukan selama tujuh hari secara rutin selama 10-
66
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
dari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten
1. Tahap Persiapan :
responden.
kuesioner.
66
2. Tahap Pelaksanaan
tujuan.
Rating Scale.
66
perhitungan statistik untuk menentukan besarnya pengaruh terapi
(Notoatmodjo, 2018)
2) Coding
Insomnia ringan =2
Insomnia sedang =3
Insomnia berat =4
Laki-laki =1
Perempuan =2
55-59 = kode 1
60-64 = kode 2
66
65-69 = kode 3
70 keatas = kode 4
3) Tabulating
sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
60 tahun keatas.
66
2. Analisis Bivariat
progresif.
otot progresif.
66
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian.
telah terisi hanya akan diberi nomor kode yang tidak bisa
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
66
Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas
66
DAFTAR PUSTAKA
Andari, F. N., Wijaya, A. K., & Reska Ayu Santri. (2022). Penurunan Skala
Nyeri Rheumathoid Arthritis Dengan Terapi Simple Reminiscence. Prodi
Ilmu Keperawatan UM Bengkulu, 17(1), 41–51. Retrieved from
http://jurnal.umb.ac.id/index.php/avicena/article/view/3210
Andrew Jeklin. (2019). Terapi Relaksasi Otot Progresif. (July), 1–23. Retrieved
from http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5007/3/BAB II Tinjauan
Pustaka.pdf
Anggarwati, E. S. B., & Kuntarti, K. (2019). Peningkatan Kualitas Tidur Lansia
Wanita melalui Kerutinan Melakukan Senam Lansia. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 19(1), 41–48. Retrieved from:
https://doi.org/10.7454/jki.v19i1.435
Aprilia, R., Iksan, R. R., & Wahyuningsih, S. A. (2022). Penurunan Tingkat
Insomnia Setelah diberikan Terapi Rendam Air Hangat pada Lansia.
MAHESA : Malahayati Health Student Journal, 2(1), 134–143. Retrieved
from https://doi.org/10.33024/mahesa.v2i1.5321
Ariana, P. A., Putra, G. N. W., & Wiliantari, N. K. (2020). Relaksasi Otot
Progresif Meningkatkan Kualitas Tidur Pada Lansia Wanita. 15(2), 1–23.
Retrieved from
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1051
Asmara, Rini & Daud, I. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Budi
66
Sejahtera Martapura Tahun 2016. Revista Brasileira de Ergonomia, 3(2),
80–91. Retrieved from
https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/view/355%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/731%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/269%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106
Asmara, R. (2020). Upaya Lansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan Di
Posyandu Lansia Cipto Usodo Kelurahan Bergaslor Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang. Revista Brasileira de Ergonomia, 3(2), 80–91.
Retrieved from
https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/view/355%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/731%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/269%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106
66
Kulkarni, V. K., Kandya, A., Arora, S., & Singh, G. (2018). Decreased sleep in
children and their behavioral problems in dental operatory. In Journal of
Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry (Vol. 35). Retrieved
from https://doi.org/10.4103/JISPPD.JISPPD_117_16
Kurniawan, A., Kusumayanti, E., & Puteri, A. D. (2020). Pengaruh Senam Lansia
Terhadap Penurunan Skala Insomnia Pada Lansia Di Desa Batu Belah
Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Tahun 2020. Jurnal Ners Universitas
Pahlawan, 4(23), 102–106. Retrieved from
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
Mardius, Ali., dan Y. A. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kebugaran
Jasmani Warga Perumahan Pondok Pinang Kelurahan Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tengah Kota Padang. Jurnal of Education Research and
Evaluation, 147–152. Retrieved from
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/view/10381
Mawaddah, N., & Wijayanto, A. (2020). Peningkatan Kemandirian Lansia
Melaluiactivity Daily Living Training Dengan Pendekatankomunikasi
Terapeutikdi Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Hospital Majapahit,
12(1), 32–40. Retrieved from
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7270/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
Napitupulu, M., & Sutriningsih. (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Lansia Penderita Insomnia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 70–75.
Retrieved from
https://jurnal.stikes-aufa.ac.id/index.php/health/article/view/181
Nasrullah. (2020). Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia
Di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Kota Palembang Tahun 2021.
Jurnal Keperawatan, 5p. Retrieved from
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/article/view/23660/13255
National & Pillars. (2020). Upaya Keluarga dalam Mengatasi Insomnia pada
Lansia. 60, 5–23. Retrieved from
https://eprints.umm.ac.id/63450/1/Pendahuluan.Pdf
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian. Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2018/09/Metod
ologi-Penelitian-Kesehatan_SC.pdf
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Retrieved from
https://api.penerbitsalemba.com/book/books/08-0284/contents/fc506312-
5e09-4027-a661-9ba646dced46.pdf
Pusdatin. (2017). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kesehatan
Indonesia, 155–165. Retrieved from
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
66
Siregar. (2018). Penyakit Yang Diam-diam Mematikan. Kesehatan. Retrieved
from http://opac.pamekasankab.go.id/library/index.php?
p=show_detail&id=7006
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Kesehatan
Indonesia. Retrieved from https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?
id=22862
Sukandar, D., & Putra, A. (2019). Persepsi Pasien Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia Di Rumah Sakit Umum Kota Banda Aceh. IV(1),
46–53. Retrieved from http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/11743
Surgawa, E., & Nikado, H. (2019). Tingkat Insomnia Mahasiswa Tahap Sarjana
dan Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699. Retrieved from http://repository.unimus.ac.id/271/3/BAB II.pdf
Utami, R. J., Indarwati, R., & Pradanie, R. (2021). Analisa Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Tidur Lansia Di Panti. Jurnal Health Sains, 2(3),
362–380. Retrieved from https://doi.org/10.46799/jhs.v2i3.135
Wibowo. (2019). Konsep Dasar Lansia. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, (2005),
7–29. Retrieved from http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8645/5/Chapter
2.pdf
World Health Organization. (2019). World Health Organization. Kesehatan.
Retrieved from
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/311696/WHO-DAD-
2019.1-eng.pdf
Yula, I. M. (2021). Gambaran Pola Tidur Pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang Di-masa Pandemi Covid-19. Skripsi, 8–
35. Retrieved from https://eprints.umm.ac.id/72430/2/BAB II-dikonversi.pdf
Zhao et al. (2018). Teknik Relaksasi Otot Progresif. Kesehatan Lansia. Retrieved
from https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/
705/499
66
66
66
66
66
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Di-
Tempat
Nama saya Luh Putu Indah Yuniari Dewi, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Panti Sosial
Relaksasi Otot Progresif terhadap Insomnia Pada Lansia. Untuk keperluan diatas
saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
yang telah saya siapkan. Partisipasi Bapak/Ibu sangat saya hargai dan sebelumnya
Peneliti
66
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Insomnia Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Kabupaten Buleleng Tahun 2022”,
maka saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama/Inisial : .........................................................................................................
Umur : .........................................................................................................
Pendidikan : .........................................................................................................
Singaraja, 2022
Hormat Saya,
Responden
66
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Standar
Operasional RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Prosedur
66
dan sepatu.
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain
yang sifatnya mengikat ketat.
1. Kursi
Persiapan Alat
2. Bantal
66
seakan-akan hingga menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak
ketegangan yang terjadi di bahu punggung atas,
dan leher.
Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-
otot wajah (seperti dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan
ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
a) Katupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di
sekitar otot rahang.
Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot
di sekitar mulut.
a) Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher
bagian depan maupun belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian
belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat
beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan
kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan
ketegangan di bagian belakang leher dan
66
punggung atas.
Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher
bagian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat
merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.
Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung.
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan.
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang
selama 10 detik, kemudian relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke
kursi sambil membiarkan otot menjadi lurus.
Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-
paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada sampai
turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas
normal dengan lega. Ulangi sekali lagi sehingga
dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.
Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras
selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk
perut.
Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot
66
kaki (seperti paha dan betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke
otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu
dilepas.
d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua
kali.
66
66
KUESIONER PENGUKURAN INSOMNIA PADA LANSIA
(INSOMNIA RATING SCALE)
A. Karakteristik Responden
1. Nama Inisial Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
Petunjuk pengisisan :
a. Mohon dijawab semua pertanyaan dibawah ini.
b. Berilah tanda (✓) pada jawaban yang menurut saudara benar.
No
Item yang dipilih Skor Nilai
.
75
5. Apakah anda sering terbangun di malam hari?
Perasaan segar. 0
Tidak begitu segar. 1
Tidak segar sama sekali. 2
Total 42
Keterangan :
Klasifikasi insomnia
1. Tidak mengalami insomnia : 1-10.
2. Insomnia ringan : 11-17.
3. Insomnia sedang : 18-24.
4. Insomnia berat : 25-33.
75
75