Anda di halaman 1dari 252

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK


SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PUCAKWANGI
KABUPATEN PATI

SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
PRIYATI OKTAVIASARI
1401412159

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Jelajah dan tafsirkan dunia dengan membaca”. (Priyati Oktaviasari)

“Strive not to be a success, but rather to be a value”. Kerja keras bukan untuk
sukses tetapi untuk sebuah nilai. (Albert Enstein)

PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur peneliti kepada
Allah SWT, karya tulis ini peneliti persembahkan
untuk:

1. Orang tua tercinta (Bapak Sutar dan Ibu


Sureni) terimakasih atas kasih sayang, doa,
semangat dan dukungan yang selalu
menyertaiku setiap langkahku.
2. Almamaterku PGSD UNNES.

v
PRAKATA

Peneliti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kelancaran dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman
terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin melasanakan penelitian.
3. Drs. Isa Ansori. M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar
penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Dra. Nuraeni Abbas, M.Pd., Dosen Penguji Utama skripsi.
7. Segenap dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah membekali ilmu yang
bermanfaat.

vi
8. Seluruh Kepala Sekolah SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian
9. Seluruh guru kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusuan skripsi yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan pelaksanaan pembelajaran di SD.

Semarang, 5 Agustus 2016


Peneliti

Priyati Oktaviasari
NIM 1401412159

vii
ABSTRAK
Oktaviasari, Priyati. 2016. “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman
terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. dan Dra. Sri
Susilaningsih, M.Pd. 238 Hlm.

Membaca pemahaman digunakan untuk memeroleh informasi dari suatu


bacaan secara menyeluruh sehingga siswa mengetahui unsur-unsur pembangun
dari bacaan tersebut. Sehingga membaca pemahaman dapat membantu siswa
dalam kegiatan apresiasi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan dan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati.
Penelitian dilaksanakan pada tujuh SD di Gugus Sultang Agung
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, pada bulan Mei 2016. Populasinya
adalah siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati sejumlah 120 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu Proportional Random Sampling dengan jumlah 60 siswa (50%). Teknik
pengumpulan data menggunakan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif persentase, uji korelasi, dan regresi linear sederhana.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara
kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita
pendek yaitu sebesar 0,828 termasuk dalam kategori sangat kuat. Perhitungan
persamaan regresi menunjukkan Ŷ = 0,611 + 0,816X, artinya apabila nilai
kemampuan membaca pemahaman bertambah satu satuan, maka nilai kemampuan
mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816. Nilai determinasi kemampuan
membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar
68,6%, artinya kemampuan mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh
tingginya kemampuan membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor
lainnya, misalnya tingkat intelegensi siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat
hubungan positif dan pengaruh signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Hal ini harus
menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran, guru perlu merencanakan
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang peningkatan keterampilan membaca
siswa.

Kata Kunci: kemampuan; membaca pemahaman; mengapresiasi cerita pendek

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
PRAKATA ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTRA GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 12
2.1 Kajian Teori ................................................................................ 12
2.1.1 Hakikat Belajar ........................................................................... 12
2.1.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................... 12
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran ............................................................... 13
2.1.2 Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa
Indonesia ....................................................................................... 15
2.1.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia ......................................................... 15
2.1.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia................................................................ 16
2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ........................ 17
2.1.2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia ............................................... 19
2.1.3 Hakikat Membaca ....................................................................... 21

ix
2.1.3.1 Pengertian Membaca ..................................................................... 21
2.1.3.2 Tujuan Membaca .......................................................................... 23
2.1.3.3 Teknik Membaca .......................................................................... 25
2.1.3.4 Jenis Membaca .............................................................................. 26
2.1.4 Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman ......................... 29
2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman ........................... 29
2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman ...................................................... 30
2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman ................................................ 31
2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman ..................... 32
2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman ....................... 34
2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman .. 36
2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman ......................... 36
2.1.5 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra ............................ 40
2.1.5.1 Pengertian Sastra dan Sastra Anak ............................................... 40
2.1.5.2 Pengertian Apresiasi Sastra ........................................................... 42
2.1.5.3 Manfaat Mengapresiasi Sastra ...................................................... 44
2.1.5.4 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra .............................................. 45
2.1.5.5 Jenis-jenis Karya Sastra ................................................................ 47
2.1.5.6 Pengertian Cerita Pendek .............................................................. 49
2.1.5.7 Jenis-jenis Cerita Siswa SD .......................................................... 50
2.1.5.8 Unsur Pembangun Cerita Pendek ................................................. 51
2.1.5.9 Langkah-langkah Mengapresiasi Cerita Pendek ........................... 53
2.1.5.10 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra ............ 54
2.1.6 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ............................. 56
2.2 Kajian Empiris ............................................................................ 57
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................... 61
2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 64
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 65
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 65
3.2 Prosedur Penelitian ..................................................................... 66

x
3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ...................................... 67
3.3.1 Subjek Penelitian .......................................................................... 67
3.3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................... 67
3.3.3 Waktu Penelitian ........................................................................... 67
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................. 67
3.4.1 Populasi ......................................................................................... 67
3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling ....................................................... 68
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 70
3.5.1 Variabel Bebas (X) ....................................................................... 70
3.5.2 Variabel Terikat (Y) ...................................................................... 71
3.6 Definisi Operasional Variabel .................................................... 71
3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 73
3.8 Instrumen Penelitian .................................................................. 73
3.8.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................. 75
3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 79
3.9 Analisis Data ................................................................................ 81
3.9.1 Analisis Data Awal ....................................................................... 81
3.9.1.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 81
3.9.1.2 Uji Prasyarat Analisis .................................................................... 84
3.9.1.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 84
3.9.1.2.2 Uji Homogenitas ........................................................................... 85
3.9.1.2.3 Uji Linearitas Regresi ................................................................... 87
3.9.2 Analisis Data Akhir ....................................................................... 88
3.9.2.1 Pengujian Hipotesis ...................................................................... 88
3.9.2.2 Uji Signifikansi ............................................................................. 88
3.9.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana ............................................... 90
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... 91
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 91
4.1.1 Analisis Deskriptif Persentase ...................................................... 91
4.1.1.1 Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ..................... 92
4.1.1.2 Data Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ........... 102

xi
4.1.2 Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................ 110
4.1.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 110
4.1.2.2 Uji Homogenitas ........................................................................... 112
4.1.2.3 Uji Linearitas ................................................................................ 113
4.1.3 Analisis Data Akhir ....................................................................... 114
4.1.3.1 Pengujian Hipotesis ...................................................................... 114
4.1.3.2 Analisis Regresi Sederhana ........................................................... 117
4.1.3.3 Uji Signifikansi ............................................................................. 118
4.2 Pembahasan ................................................................................. 119
4.2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman (Variabel X) ....................... 120
4.2.2 Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Variabel Y) ............. 122
4.2.3 Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................................. 123
4.2.4 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................................. 127
4.2.5 Implikasi Hasil Penelitian ............................................................. 129
4.2.5.1 Implikasi Teoritis .......................................................................... 129
4.2.5.2 Implikasi Praktis ........................................................................... 130
4.2.5.3 Implikasi Pedagogis ...................................................................... 130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 131
5.1 Simpulan ...................................................................................... 131
5.2 Saran ............................................................................................ 132
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 134

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
3.1 Data Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2016 ...................... 68
3.2 Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan
Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran
2015/2016 ............................................................................................... 70
3.3 Validitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ................ 76
3.4 Validitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
................................................................................................................. 78
3.5 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ............ 81
3.6 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 81
3.7 Bobot Penskoran dan Distribusi Skor .................................................... 83
3.8 Kriteria Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan
Mengapresiasi Cerita Pendek ................................................................. 84
3.9 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ............... 89
4.1 Analisis Deskripsi Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ............................................ 91
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ............ 93
4.3 Kriteria Ketuntasan Kemampuan Membaca Pemahaman ...................... 94
4.4 Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman ...... 95
4.5 Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman ...... 96
4.6 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Memahami Arti Kata-kata
sesuai Penggunaan dalam Wacana ......................................................... 97
4.7 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Susunan
Organisasi Wacana dan Antar Hubungan Bagian-bagiannya ................ 98
4.8 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Pokok-pokok
Pikiran yang Terungkapkan dalam Wacana ........................................... 99

xiii
4.9 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Menjawab Pertanyaan-
pertanyaan yang Jawabannya secara Eksplisit terdapat dalam
Wacana ................................................................................................... 101
4.10Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 103
4.11Kriteria Ketuntasan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ........... 104
4.12Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 105
4.13Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 106
4.14Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Kognitif ....................... 107
4.15Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Emotif .......................... 108
4.16Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Evaluatif ...................... 109
4.17Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Y ................................................. 111
4.18Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 113
4.19Hasil Uji Linearitas antar Variabel ......................................................... 114
4.20Hasil Uji Korelasi antar Variabel ........................................................... 115
4.21Hasil Analisis Regresi Sederhana ........................................................... 118
4.22Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ...................................................... 119

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Desain Kerangka Berpikir .................................................................... 63
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 65
4.1 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ......... 94
4.2 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................. 104
4.3 P-Plots Hasil Uji Normalitas ............................................................... 112

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Daftar Nama Sampel Uji Coba .......................................................... 138
2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Uji Coba) ......... 139
3. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Uji Coba) ........................ 140
4. Lembar Hasil Uji coba Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ..... 150
5. Tabulasi Data Uji Coba Kemampuan Membaca Pemahaman ........... 152
6. Uji Validitas Kemampuan Membaca Pemahaman ............................ 153
7. Uji Reliabilitas Kemampuan Membaca Pemahaman ........................ 155
8. Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Uji
Coba) .................................................................................................. 157
9. Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Uji Coba) .............. 158
10. Lembar Hasil Uji coba Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek ................................................................................................ 162
11. Tabulasi Data Uji Coba Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek ................................................................................................ 163
12. Uji Validitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ................. 164
13. Uji Reliabilitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .............. 165
14. Daftar Nama Sampel Penelitian ......................................................... 166
15. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Penelitian) ........ 167
16. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Penelitian) ....................... 168
17. Lembar Hasil Penelitian Tes Kemampuan Membaca
Pemahaman ........................................................................................ 176
18. Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
(Penelitian) ......................................................................................... 178
19. Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Penelitian) ............. 179
20. Lembar Hasil Penelitian Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek ................................................................................................ 183
21. Tabulasi Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ........... 185

xvi
22. Tabulasi Data Variabel Kemampuan Mengapresiai Cerita
Pendek ................................................................................................ 188
23. Analisis Deskriptif Persentase Kemampuan Membaca
Pemahaman ........................................................................................ 189
24. Analisis Deskriptif Kemampuan Membaca Pemahaman Per
Indikator ............................................................................................. 193
25. Analisis Deskriptif Persentase Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek ..................................................................................... 201
26. Analisis Deskriptif Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Per Indikator ...................................................................................... 205
27. Uji Normalitas ................................................................................... 212
28. Uji Homogenitas ................................................................................ 213
29. Uji Linearitas ..................................................................................... 214
30. Uji Regresi Sederhana ....................................................................... 215
31. Jadwal Penelitian ............................................................................... 218
32. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 219
33. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ................................................ 221
34. Surat Ijin Penelitian ........................................................................... 222
35. Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 229

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

karena setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang

dalam pendidikan. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab III Pasal

4 Butir 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat (Sisdiknas 2011:8). Sesuai dengan hal

tersebut, Indonesia perlu memposisikan dirinya menjadi bangsa yang berbudaya

baca tulis, maka perlu dilakukan upaya pengembangan, baik melalui jalur

pendidikan formal maupun nonformal. Pengembangan melalui pendidikan formal

dimulai dari sekolah dasar yang berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan

baca tulis. Jadi sekolah harus membekali lulusannya dengan kemampuan dan

keterampilan dasar yang memadai (Zulela 2013:1).

Pedoman pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar mengacu pada

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang memuat

standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa Bahasa memiliki

peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

1
2

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP 2006:231).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar

memiliki tujuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien

sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai

dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa

Negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5)

menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan tujuan tersebut,

pembelajaran bahasa di sekolah dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang

matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup

bermasyarakat (BSNP 2006:231).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

mengemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: (a) aspek mendengarkan; (b)

aspek berbicara; (c) aspek membaca; dan (d) aspek menulis (BSNP 2006:232).

Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang
3

lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang ada yaitu rendahnya

keterampilan membaca pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu, yaitu

dilaksanakan sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya,

maka pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara

rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia.

Membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat

diaplikasikan.

Salah satu jenis membaca yang dapat digunakan untuk menggali ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah membaca pemahaman. Tujuan membaca

pemahaman ialah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan

secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama dan

informasi yang baru diketahuinya. Hal ini didukung oleh pendapat dari Dalman

(2014:87), membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada

pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara

kognitif (membaca untuk memahami), maka pembaca dituntut mampu memahami

isi bacaan. Setelah membaca teks, pembaca dapat menyampaikan hasil

pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan

menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun

tulisan. Jadi hal terpenting dalam mengajar membaca pemahaman adalah

bagaimana cara siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya. Dalam hal
4

ini, peran guru sangat diharapkan untuk dapat menemukan berbagai ide kreatif

dalam mengajar agar siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya.

Sehingga siswa akan dapat menggali pengetahuan yang terdapat dalam suatu

bacaan serta dapat mengikuti arus perkembangan zaman. Pembelajaran membaca

pemahaman digunakan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pemahaman siswa terhadap suatu karya sastra.

Dalam pelajaran sastra, salah satu hal yang penting adalah apresiasi sastra.

Pelajaran sastra harus menumbuhkan apresiasi siswa terhadap karya sastra.

Mengapresiasi sastra ialah mengenal, memahami, menghayati, dan menikmati

karya sastra. Seseorang yang sudah menikmati karya sastra akan senang dengan

karya sastra, dan kemudian dapat menghargai karya sastra.

Pelajaran sastra di sekolah tidak untuk membuat siswa menjadi seorang

sastrawan atau seorang ahli sastra, melainkan ingin menanamkan apresiasi sastra.

Pelajaran sastra mengarahkan agar siswa menjadi orang yang menggemari karya

sastra, mau membaca sendiri karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai

terutama nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat dari Zulela (2013:5), kemampuan bersastra untuk sekolah dasar

bersifat apresiatif, karena dengan sastra dapat menanamkan rasa peka terhadap

kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana menghargai orang lain, mengerti hidup,

dan belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan.

Kemampuan apresiasi sastra bagi siswa sekolah dasar itu sangat penting

untuk diajarkan dalam pendidikan formal. Apresiasi sastra dapat melatih siswa

mengembangkan tingkat imajinasinya, menambah wawasan dan memberi


5

pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta

dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang

dihadapinya. Pengajaran sastra di sekolah-sekolah diharapkan banyak

memberikan kegiatan kepada siswa untuk membaca karya sastra secara langsung

dan utuh. Karya sastra yang diajarkan di sekolah di antaranya drama, novel,

cerpen, dan puisi. Maka dari itu, di sekolah siswa diperkenalkan langsung pada

sastra tersebut secara langsung bukan pada teorinya, sehingga siswa akan

mempunyai kemampuan mengapresiasi sastra.

Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran

Bahasa (BSNP, 2007:9-11) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan

standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu guru banyak mengalami kendala

dalam memahami kurikulum untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi

progam pembelajaran. Pelaksanaan program tersebut tidak sesuai dengan prinsip

pengembangan KTP, silabus, RPP, dan prinsip pelaksanaan KTSP. Cara

mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan beberapa kegiatan, yaitu (a) pelatihan,

(b) sosialisasi, dan (c) supervisi klinis. Selain itu, guru belum menguasai penilaian

yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa, misalnya kompetensi

berbicara diujikan secara tertulis.

Berdasarkan kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy

Study) 2011 yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di

seluruh dunia ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV

sekolah dasar di Indonesia berada pada urutan terakhir dari 45 negara di dunia.

Subtansi yang diteskan terkait dengan kemampuan siswa menjawab beragam


6

proses pemahaman, pengula-ngan, pengintegrasian, dan penilaian atas teks yang

dibaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa Indonesia mampu menjawab

butir soal level sempurna (0,1%), mampu menjawab butir soal level tinggi 4%,

mampu menjawab butir soal level sedang 28%, dan mampu menjawab butir soal

level lemah 66%. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia

dalam menguasai bahan bacaan masih rendah, karena mereka mengalami

kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan

penalaran (Pusat Penilaian Badan Penelitian Kemendikbud).

Fenomena permasalahan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

tersebut, merupakan gambaran yang terjadi di kelas V sekolah dasar di Gugus

Sultan Agung Pucakwangi Kabupaten Pati. Hasil wawancara dengan guru dan

siswa kelas V, saat pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan beberapa

permasalahan yaitu seringkali pengajaran membaca hanya untuk kepentingan

praktis yakni siswa mampu menjawab pertanyaan berdasarkan isi karya sastra

sehingga kemampuan apresiasi sastra siswa masih kurang. Selain tingkat apresiasi

siswa kurang, pemahaman siswa terhadap isi bacaan secara menyeluruh juga

kurang, karena siswa hanya konsen membaca untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada. Masalah lain yang ditemukan yaitu: (1) siswa merasa

kesulitan dalam memahami makna yang terkandung dalam suatu karya sastra; dan

(2) minat atau motivasi membaca siswa yang masih rendah. Hal ini dapat

disebabkan karena pada era sekarang jarang sekali orang tua yang membiasakan

bercerita atau mendongeng kepada anaknya. Padahal melalui cerita/dongeng yang

dibacakan sebelum tidur akan meningkatkan kecerdasan emosional anak dan rasa
7

ingin tahu yang tinggi. Hilangnya kebiasaan orang tua tersebut mengakibatkan

anak kesulitan memahami makna yang terkandung dalam suatu cerita dan malas

untuk membaca cerita karena tidak terbiasa membaca atau mendengarkan cerita.

Sehingga anak juga akan kesulitan dalam kegiatan apresiasi cerita. Sesuai dengan

masalah tersebut dan mengingat pentingnya peranan ke empat keterampilan

berbahasa, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita

pendek.

Permasalahan mengenai kualitas pembelajaran bahasa Indonesia yang

masih belum optimal tersebut terutama pada keterampilan membaca pemahaman

merupakan masalah yang perlu diketahui sebab dan/atau akibatnya karena

keterampilan membaca pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dan

berpengaruh bagi mata pelajaran yang lainnya. Peneliti akan mengidentifikasi

sebab dan/atau akibat dari masalah keterampilan membaca siswa untuk

mengetahui akar permasalahan pada pembelajaran bahasa Indonesia tersebut

dengan cara mengidentifikasi pengaruh kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Sehingga diharapkan

dapat memperbaiki proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam aspek

keterampilan membaca pemahaman dan apresiasi cerita pendek.

Penelitian yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah

penelitian yang dilakukan Oleh Rabiatul Adawiyah, dkk tahun 2013 dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Diskusi Siswa

Kelas IV SDN Inti Tomoli”. Hasil penelitiannya pada pelaksanaan tindakan siklus
8

I ketuntasan klasikal siswa adalah 60% (12 orang siswa yang tuntas hasil belajar),

tetapi hal tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, yaitu

tuntas secara klasikal bila mencapai = 75% atau memperoleh skor = 65. Pada

tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 100% dengan perolehan

nilai semua siwa (20 siswa) sudah mencapai skor = 65. Dengan demikian,

kemampuan membaca pemaha-man siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli dapat

ditingkatkan melalui metode diskusi.

Penelitian lain yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Suhartiningsih tahun 2012 dengan judul

“Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita Siswa Kelas IV

Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Area Isi”. Hasil yang diperoleh adalah sebagai

berikut: (1) 80% dari siswa bisa menemukan unsur-unsur yang membentuk cerita

dengan benar, (2) 75% dari siswa dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung

dalam cerita dengan benar, dan (3) 80% dari siswa bisa memberikan tanggapan

tertulis tentang isi cerita dengan bahasa kronologis yang mudah dipahami.

Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Ombra A. Imam, dkk tahun 2013

dengan judul “Correlation between Reading Comprehension Skills and Students’

Performance in Mathematics”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor secara

signifikan berkorelasi dengan nilai koefisien korelasi berikut: Pemahaman

Membaca 0,670 dan Matematika 0,596. Tes ditetapkan pada tingkat signifikansi

0,05. Jadi kemampuan membaca pemahaman siswa tidak memiliki kaitan

langsung pada kinerja matematika mereka secara keseluruhan menyiratkan bahwa


9

faktor lain yang tidak berhubungan dengan membaca harus dieksplorasi untuk

menjelaskan kinerja yang buruk siswa dalam matematika.

Kemampuan apresiasi cerita pendek yang memadai, dapat dimiliki oleh

siswa jika siswa mempunyai kemampuan membaca yang baik. Oleh karena itu,

untuk memastikan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan kemampuan

membaca pemahaman terhadap kemampuan apresiasi cerita pendek siswa sekolah

dasar perlu diadakan penelitian.

Mengingat cakupan karya sastra itu luas dan banyak faktor yang

mempengaruhi tingkat kemampuan apresiasi sastra yaitu: 1) kepekaan emosi atau

perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur

keindahan yang terdapat dalam cipta sastra; 2) pemilikan pengetahuan dan

pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan;

3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan; dan 4) pemahaman terhadap unsur-

unsur instrinsik, maka tidak mungkin seluruh masalah dibahas di dalam penelitian

ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan masalah. Genre karya sastra

yang dijadikan objek kajian adalah cerita pendek (cerpen), sedangkan faktor-

faktor yang dipandang dominan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca

pemahaman. Jadi, dalam penelitian ini kemampuan apresiasi cerita pendek

dipandang sebagai variabel terikat; sedangkan faktor yang lain, yakni faktor

kemampuan membaca pemahaman dijadikan variabel bebas.

Berdasarkan ulasan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan topik yang sama mengenai kemampuan membaca pemahaman

dengan sasaran siswa sekolah dasar, maka peneliti akan mengkaji melalui
10

penelitian korelasional dengan judul “Pengaruh Kemampuan Membaca

Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V

SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui adakah pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoretis

1.4.1.1 Memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia.

1.4.1.2 Memperluas khasanah pengetahuan guru tentang pengaruh kemampuan

membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita

pendek.
11

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran guru tentang pengaruh

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi

cerita pendek.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dan menerapkan

ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam kehidupan

praktek belajar mengajar yang sesungguhnya.

1.4.2.3 Bagi Pembaca

Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan

khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kemampuan membaca

pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Winataputra (2008:1.4), belajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan

dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang

memandu perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku belajar sebagai proses

psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami,

sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-

pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan

belajar yang sengaja diciptakan.

Daryanto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamanannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Sardiman (2012:20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:66) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama

periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

12
13

Ada tiga unsur utama dalam konsep belajar yaitu: (1) belajar berkaitan dengan

perubahan perilaku; (2) perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh

proses pengalaman; (3) perubahan perilaku karena belajar bersifat permanen.

Ciri-ciri belajar menurut William Burton (dalam Hamalik, 2013:31)

diantaranya yaitu: (1) proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan

melampaui; (2) proses itu mulai bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu; (3) pengalaman belajar secara

maksimum bermakna bagi kehidupan murid; (4) pengalaman belajar bersumber

dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu;

(5) proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan; (6)

proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-

perbedaan individual di kalangan murid-murid.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka hakikat belajar yaitu proses

yang dilalui seseorang untuk membangun pemahaman dan perubahan perilaku ke

arah yang lebih baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang

diperoleh dari pengalaman dan pengetahuannya. Proses belajar didapatkan dari

beberapa sumber belajar, yaitu salah satunya adalah pendidikan formal di sekolah.

Proses belajar di sekolah dilakukan dalam suatu pembelajaran setiap mata

pelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang sengaja dilakukan antara pendidik

dengan siswa ke arah yang lebih baik dengan menggunakan sumber belajar dan
14

lingkungan yang dapat memudahkan siswa mengembangkan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik untuk mendukung meningkatkan kualitas belajar pada

diri siswa.

Pengertian pembelajaran tersebut didukung oleh Winataputra (2008:1.18),

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan

meningkatkan intensitas serta kualitas belajar pada diri siswa. Menurut Undang-

Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 20 tentang Sisdiknas (Sisdiknas 2011:5),

pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni

interaksi, siswa, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.

Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:158), pembelajaran merupakan

serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses

internal belajar. Peristiwa ini dirancang agar siswa memperoleh informasi yang

nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hamdani (2011:71), pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru

sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Jadi pembelajaran

adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,

potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. Salah satu pembelajaran

yang sangat penting dalam proses interaksi antara guru dan siswa serta antarsiswa

adalah bahasa Indonesia, karena proses interaksi akan berjalan dengan lancar jika

menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga terjadi hubungan timbal balik

yang baik juga.


15

2.1.2 Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa Indonesia

2.1.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai naluri untuk senantiasa

hidup bersama. Manusia harus mengadakan interaksi sosial untuk dapat hidup

dengan sesamanya, karena interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan

sosial. Syarat terjadinya Interaksi sosial yaitu adanya kontrak sosial dan

komunikasi. Kontrak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial.

Oleh sebab itu, manusia harus memiliki alat komunikasi yang disebut bahasa. Jadi

hakikat bahasa dapat dimaksudkan bahasa menjadi alat komunikasi yang

diperlukan dalam komunikasi antar manusia sebagai makhluk sosial. Bahasa

Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi

negara kita. Dalam penggunaannya, bahasa Indonesia mempunyai beberapa aturan

yang harus ditaati agar kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar.

Kridalaksana (dalam Doyin dan Wagiran, 2012:1), bahasa Indonesia

merupakan salah satu ragam bahasa melayu. Bahasa Indonesia memiliki peran

sebagai alat komunikasi dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam

penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa

pengantar pada jenis dan jenjang pendidikan.

Keraf (dalam Faisal, 2009:1.4), bahasa meliputi dua bidang yaitu: (1)

bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam

arus bunyi; dan (2) bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang

merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung
16

di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Sehingga Bahasa

adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, yang berupa lambang bunyi

suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

2.1.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia

Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik

komunikasi secara lisan maupun tulis. Sehubungan dengan hal tersebut, Santosa

(dalam Faisal, 2009:1.6) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi

memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik

antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.

2. Fungsi ekspresi diri, bahasa sebagai alat ekspresi diri berarti dengan bahasa

manusia dapat menyatukan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di

dalam pikiran manusia untuk mengekspresikan diri.

3. Fungsi integrasi dan adaptasi sosial, bahasa sebagai alat integrasi, bahasa

memungkinkan setiap penuturannya merasa diri terikat dalam kelompok

sosial atau masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama, para anggota

kelompok itu dapat melakukan kerja sama dan membentuk masyarakat.

Bahasa yang sama yang memungkinkan mereka bersatu atau berintegrasi di

dalam masyarakat tersebut.

4. Fungsi kontrol sosial, bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai

aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dan mengarahkan kedalam

suatu tujuan yang di inginkan. Bahasa pula yang dilakukan oleh seseorang.
17

Segala kegiatan atau aktivitas dapat berjalan dengan baik apabila diatur atau

dikontrol dengan bahasa.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang

kebangsaan; (2) lambang identitas nasional; (3) alat penghubung antarwarga,

antardaerah dan antarbudaya; dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan

berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang

berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Sedangka sebagai

bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai: (1) bahasa resmi kenegaraan;

(2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan; (3) alat perhubungan pada

tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;

dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar perlu dilaksanakan

dengan benar. Kridalaksana (dalam Doyin dan Wagiran, 2012:1), bahasa

Indonesia merupakan salah satu ragam bahasa melayu. Bahasa Indonesia memiliki

peran sebagai alat komunikasi dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara. Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi

dalam penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai

bahasa pengantar pada jenis dan jenjang pendidikan.

Keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar

adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal

terpenting bagi manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam

Susanto, 2015:245), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan


18

untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Zulela (2013:4) menyatakan bahwa Standar Kompetensi pembelajaran

bahasa Indonesia di SD merupakan kualifikasi minimal siswa, yang

menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam

pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat:

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulisan.

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan cepat dan efektif

dalam berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa.

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia.

Susanto (2015:242), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak

terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,


19

membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan.

Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia

lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi

menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis.

2.1.2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

mengemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: (a) aspek mendengarkan; (b)

aspek berbicara; (c) aspek membaca; dan (d) aspek menulis (BSNP 2006:232).

Sejalan dengan pendapat Doyin dan Wagiran (2009:11), keterampilan berbahasa

mempunyai empat komponen yang saling berhubungan yaitu: (1) keterampilan

menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

keterampilan membaca (reading skills); (4) keterampilan menulis (writing skills).

Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa tersebut melalui urutan yang

teratur. Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan keterampilan

berbahasa lisan yang bersifat alamiah yang didapatkan melalui peniruan yang

bersifat alamiah dan langsung dalam proses komunikasi. Keterampilan membaca

dan menulis diperoleh secara sengaja melalui proses belajar dan digunakan dalam

komunikasi tertulis secara tidak langsung.

1. Keterampilan Menyimak (listening skills)


20

Logan (dalam Santosa, 2007:6.31), menyimak dapat dilihat dari berbagai

segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu

keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau

sebagai suatu pengalaman kreatif.

2. Keterampilan Berbicara (speaking skills)

Brown dan Yule (dalam Santosa, 2007:6.34), berbicara dapat diartikan

sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan

atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan.

3. Keterampilan Membaca (reading skills)

Santosa (2007:6.3), membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca

sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu

pada aktivitas mental dan fisik dalam usaha memahami bacaan. Sedangkan

membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan membaca yang

dilakukan saat membaca.

4. Keterampilan Menulis (writing skills)

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan

dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan

secara alamiah, melainkan melalui proses belajar dan berlatih. Dalam kegiatan

menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosa-kata, struktur

kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa.

Dalam berbahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang dipelajari

secara berurutan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa


21

tersebut dapat diperoleh secara alamiah dan melalui proses belajar. Salah satu

keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar adalah keterampilan

membaca. Jadi keterampilan berbahasa Indonesia yang akan diteliti pada

penelitian ini adalah keterampilan membaca.

2.1.3 Hakikat Membaca

2.1.3.1 Pengertian Membaca

Salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang sangat penting adalah

membaca. Tarigan (2008:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca adalah

suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.

Somadayo (2011:3), membaca merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang sangat penting di samping tiga keterampilan lainnya. Hal ini

karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan

sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali

pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan. Somadayo juga mengungkapkan bahwa

membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Membaca semakin penting

dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek melibatkan

kegiatan membaca dan kemampuan membaca juga merupakan tuntutan realitas

kehidupan sehari-hari manusia.

Klein, dkk (dalam Rahim, 2011:3), membaca mencakup: pertama,

membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau
22

pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam

membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif

menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks

dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif.

Keterlibatan membaca dengan teks tergantung pada konteks. Berdasarkan uraian

tersebut dapat dikatakan bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan

memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca

mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum

isi teks yang bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.

Dalman (2014:5), membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif

yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.

Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang

dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf

yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja,

tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan

menginterprestasi-kan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang

disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Berdasarkan beberapa definisi membaca di atas, maka membaca adalah

proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang

bermakna. Kegiatan membaca sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental

yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan

dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca

dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.


23

2.1.3.2 Tujuan Membaca

Setiap kegiatan membaca, pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh

pembacanya. Tujuan membaca dapat dicapai sesuai dengan kepentingan pembaca.

Dalam hal ini, teks bacaan (fiksi atau nonfiksi) yang digunakan untuk membaca

perlu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembaca perlu mencari teks

yang sesuai dengan tujuan membacanya.

Tarigan (2008:9), tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti

(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam

membaca. Tujuan membaca adalah sebagai berikut.

1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang

telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah

yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or

facts).

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau

yang dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk

mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan


24

ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,

adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca

untuk mengetahui urusan atau susunan, organisasi cerita (reading for

sequence or organization).

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh

pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-

kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.

Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

inference).

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak

wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita

itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan,

membaca untuk mengklasifikasi (reading to classify).

6. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh

tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut

membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana

hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita

mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini

disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading

to compare or contrast).
25

Tampubolon (dalam Haryadi, 2012:15), tujuan umum membaca ada tiga

jenis, yaitu untuk studi, usaha, dan kesenangan. Membaca untuk studi ialah

membaca untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan dalam

menyelesaikan masalah-masalah studi untuk memperkaya pengetahuan dalam

bidang ilmu atau disiplin yang ditekuninya. Membaca untuk usaha ialah membaca

untuk menemukan dan memahami berbagai informasi yang terkait dengan usaha

yang dilaksanakan. Membaca untuk kesenangan ialah membaca untuk mengisi

waktu luang atau senggang dan memuaskan perasaan dan imajinasi. Tujuan

membaca yang telah dijelaskan tersebut dapat tercapai jika menggunakan teknik

membaca yang tepat.

2.1.3.3 Teknik Membaca

Pada dasarnya, membaca bertujuan mendapat informasi. Untuk

menemukan informasi fokus secara efisien, ada beberapa teknik membaca yang

digunakan, yaitu:

1. Baca-pilih (selecting) ialah bahwa pembaca memilih bahan bacaan dan/atau

bagian (bagian-bagian) bacaan yang dianggapnya relevan, atau berisi

informasi fokus yang ditentukannya.

2. Baca-lompat (skipping) ialah bahwa pembaca dalam menemukan bagian atau

bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagian-

bagian lain.

3. Baca-layap (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi

umum suatu bacaan atau bagiannya.


26

4. Baca-tatap (scanning) yaitu membaca dengan cepat dan dengan memusatkan

perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang

telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga

informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar (Dalman

2014:15).

Setelah menentukan teknik yang akan digunakan dalam proses membaca,

maka pembaca juga harus menentukan jenis/cara membaca yang disesuaikan

dengan keinginan dan kemampuan pembaca itu sendiri.

2.1.3.4 Jenis Membaca

Berdasarkan teknik membaca yang sudah dijelaskan di atas, maka terdapat

dua macam jenis membaca yang dapat diterapkan saat kegiatan membaca, yaitu:

1. Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara

atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang

cukup keras. Membaca nyaring bertujuan agar seseorang mampu mempergunakan

ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca

dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan

menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.

2. Membaca Senyap (dalam hati)

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa

gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan

yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga

kata per detik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, dan dapat
27

menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam

bahan bacaan itu. Membaca senyap dapat dibagi atas:

1). Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, objeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif

meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal.

a. Membaca Survei

Membaca survei adalah jenis membaca dengan memeriksa, meneliti indeks,

bagan, skema, dan buku yang bersangkutan.

b. Membaca Sekilas

Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak

dengan cepat melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta

mendapatkan informasi penerangan.

c. Membaca dangkal

Membaca dangkal bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal

yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.

2). Membaca Intensif

Membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan

terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek

kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif dibedakan atas

membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.

a. Membaca telaah isi terdiri atas:

a). Membaca teliti


28

Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka

seringkali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan yang disukai.

b). Membaca pemahaman

Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk

memahami tentang standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, dan

pola-pola fiksi.

c). Membaca kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,

mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan

bacaan, baik makna baris-baris, makna antarbaris, maupun makna balik baris.

d). Membaca ide

Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,

memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

e). Membaca kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekadar

menangkap makna tersurat, makna antarbaris, tetapi juga mampu secara

kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.

b. Membaca telaah bahasa terdiri atas:

a). Membaca bahasa

Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata dan

mengembangkan kosakata.

b). Membaca sastra


29

Dalam membaca sastra, perhatian pembaca harus dipusatkan pada

penggunaan bahasa dalam karya sastra agar dapat membedakan antara bahasa

ilmiah dan bahasa sastra (Dalman 2014:63).

Dalam kegiatan membaca, untuk memperoleh informasi yang lengkap

dapat menggunakan jenis membaca intensif. Pada penelitian ini akan

memfokuskan pada jenis membaca intensif khususnya membaca telaah isi yaitu

membaca pemahaman.

2.1.4 Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman

2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman

Hal yang paling penting dalam kegiatan membaca ialah kemampuan

seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut

dengan kemampuan membaca pemahaman. Tarigan (2008:56), membaca

pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-

standar atau norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review),

drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of ficion).

Somadayo (2011:10), membaca pemahaman merupakan suatu proses

pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman

yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan

demikian, terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu: (1)

pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik; (2)

menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca; dan

(3) proses memperoleh makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang

dimiliki.
30

Dalman (2014:87), membaca pemahaman merupakan keterampilan yang

berada pada urutan paling tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara

kognitif (membaca untuk memahami). Oleh sebab itu, setelah membaca teks,

pembaca diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan

cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri dan

menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka kemampuan membaca pemahaman

ialah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan

dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat

rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas

proses kognitif yang dilakukan oleh pembaca.

2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman

Selain untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat

menyampaikan hasil pemahaman membacanya, membaca pemahaman juga

mempunyai tujuan lainnya. Tarigan (2008:117), tujuan utama membaca

pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan-

pertanyaan tersebut adalah: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik; (2)

masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (3)

hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.

Nutall (dalam Somadayo, 2011:11), tujuan membaca merupakan bagian

dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari
31

teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan,

dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka tujuan membaca

pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu

bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama

dan informasi yang baru diketahuinya. Tujuan membaca pemahaman tersebut

dapat dicapai jika pembaca mengetahui jenis membaca pemahaman secara

menyeluruh.

2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman

Dalam proses membaca, pembaca menggunakan beberapa jenis membaca

pemahaman, yaitu:

1. Pemahaman Literal

Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan

menangkap arti yang tertera secara tersurat sehingga pembaca hanya berusaha

menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak

berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna-makna

tersiratnya, baik tataran antarbaris, apalagi makna yang terletak di balik

barisnya.

2. Pemahaman Interpretasi

Burns menyatakan bahwa membaca interprestasi merupakan suatu proses

pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung. Dalam membaca

interpretasi, pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna

dari apa yang dinyatakan di dalam teks.


32

3. Pemahaman Kritis

Membaca kritis menurut Rubin merupakan tingkat pemahaman dan lebih

tinggi dari dua kategori sebelumnya karena tingkat ini melibatkan evaluasi

pribadi, dan kebenaran apa yang dibaca. Membaca kritis merupakan

kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan

menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun

makna tersirat.

4. Pemahaman Kreatif

Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca

seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna

antarbaris, dan makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif

menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari (Somadayo

2011:19).

2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Syafi’ie (dalam Somadayo, 2011:27), faktor yang berpengaruh terhadap

proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah penguasaan struktur

wacana/teks bacaan. Proses pemahaman tidak datang dengan sendirinya,

melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui kegiatan

menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang dimiliki

sebelumnya. Sedangkan Ebel mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa

dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor: a) siswa yang

bersangkutan; b) keluarganya; c) kebudayaan-nya; dan d) situasi sekolah.


33

Pada umumnya, faktor kemampuan membaca yang dimaksud disini adalah

ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat

kecepatan yang dimilikinya. Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain:

1. Tingkat intelegensia, membaca pada hakekatnya proses berpikir dan

memecahkan masalah.

2. Kemampuan berbahasa, seseorang yang menghadapi bacaan yang bahasanya

tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami bacaan tersebut, salah

satu penyebabnya adalah keterbatasan kosakata yang dimilikinya.

3. Sikap dan minat, sikap ditunjukan oleh rasa senang dan tidak senang,

sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang untuk

mendorongnya melakukan sesuatu.

4. Keadaan bacaan, tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain

halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf, dan sebagainya.

5. Kebiasaan membaca, seseorang menentukan waktu atau kesempatan membaca

yang disediakan sebagai sebuah kebutuhan.

6. Pengetahuan tentang cara membaca, pengetahuan untuk menemukan ide pokok

secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan lain sebagainya.

7. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, seseorang akan kesulitan dalam

menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya memiliki latar belakang

kebudayaannya.

8. Emosi, keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi membaca seseorang.

9. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman


34

Tujuan utama dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah untuk

mengembangkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Adapun tahapan

pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman meliputi:

1. Tahap Prabaca

Pelaksanaan kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang

dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Guru perlu

mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan

dengan topik bacaan. Kegiatan pembelajaran pada tahap prabaca adalah

membangkitkan skemata siswa tentang topik sehingga siswa dapat menggunakan

pengetahuan dan pengalaman latarnya. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan

siswa pada tahap ini adalah mengajukan sejumlah pertanyaan tentang topik,

kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan menghubungkan latar

pengalaman yang dimiliki.

2. Tahap Saat Baca

Kegiatan saat baca dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan

memonitor pemahaman siswa terhadap bacaan dengan cara memusatkan perhatian

siswa terhadap bacaan yang disediakan oleh guru maupun bacaan yang dipilih

siswa sendiri. Rubin menyatakan bahwa pada saat ini, kegiatan saat baca

dilakukan dengan cara guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan.

3. Tahap Pascabaca
35

Burns, dkk mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk

membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata

yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

Pada kegiatan ini, siswa diberi kesempatan mengembangkan belajar mereka

dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan

atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan dimana

mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut. Setelah itu, mereka membaca

tentang topik dan berbagai temuannya dengan teman-temannya (Somadayo

2011:35).

2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

Pemahaman bacaan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan

merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menguasai

keterampilan membaca. Siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan dengan

cara menentukan informasi, baik yang tersurat maupun yang tersirat serta

memahami kosa kata tertentu dalam bacaan sesuai indikator pembelajaran yang

telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataannya ditemukan beberapa permasalahan

yang menjadi kendala dari pembelajaran membaca pemahaman, yaitu sebagai

berikut.

1. Masih kurangnya budaya membaca siswa di sekolah maupun di rumah.

2. Ketersediaan buku bacaan untuk anak-anak yang masih kurang.

3. Guru banyak mengalami kesulitan dalam memahami kurikulum untuk

merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pembelajaran.


36

4. Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik

keterampilan berbahasa.

5. Pengawasan dan perhatian orang tua yang perlahan menghilang terhadap

perkembangan pendidikan anak.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran membaca

pemahaman di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

1. Memberikan motivasi kepada siswa dengan menciptakan kegiatan membaca

yang menyenangkan dan rutin, sehingga siswa mempunyai minat untuk

membaca dan budaya membaca dapat berjalan secara aktif.

2. Melengkapi buku-buku bacaan di perpustakaan sekolah sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa.

3. Perlu adanya seminar atau workshop peningkatan kinerja guru, khususnya

tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian keterampilan berbahasa.

4. Perlu adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua tentang

perkembangan pendidikan anak di sekolah.

2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman

Pembelajaran membaca perlu difokuskan pada aspek kemampuan

memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk

memahami suatu teks bacaan. Menurut Dalman (2014:9) yang perlu diuji dalam

kemampuan memahami isi bacaan yaitu meliputi:

a. Memahami makna kata-kata yang dibaca;

b. Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;

c. Memahami inti sebuah kalimat yang dibaca;


37

d. Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;

e. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang

dibaca, dan menarik kesimpulan dari suatu wacana yang dibaca;

f. Membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa

sendiri;

g. Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa

sendiri di depan kelas.

Penilaian kemampuan membaca yang bertujuan untuk mengukur

kompetensi siswa dalam memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan

dapat dilakukan dengan melihat ikhtisar kemampuan membaca. Farr (dalam

Djiwandono, 2011: 117) mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami

bacaan untuk siswa SD sebagai berikut.

a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana,

b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya,

c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana, dan

d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit

terdapat dalam wacana.

Dari keempat kemampuan tersebut, indikator dalam kemampuan membaca

pemahaman dalam penelitian ini akan dijelaskan pada masing-masing indikator,

yaitu:

a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana

Siswa dapat mengerti makna kata-kata sulit (yang tidak biasa digunakan)

dalam cerita.
38

b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya

Siswa dapat menjelaskan keruntutan cerita antar bagian satu dengan bagian

lain dan dapat memberikan sebuah kesimpulan.

c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana

Siswa dapat menjelaskan pokok pikiran paragraf dalam cerita pendek.

d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit

terdapat dalam wacana.

Burns (dalam Somadayo, 2011:39), tes kemampuan membaca

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa mamahami isi atau informasi

yang terdapat dalam bacaan. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari

beberapa segi, yaitu:

1. Tingkat Kesulitan Wacana

Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekomplekan kosakata

dan struktur. Wacana yang baik untuk bahan tes kemampuan membaca adalah

wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau yang sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa. Tingkat kesulitan wacana biasanya ditentukan oleh jumlah

dan/atau tingkat kesulitan kosakata. Tingkat kesulitan kosakata yang

ditentukan berdasarkan frekuensi pemunculannya. Tingkat kesulitan wacana

dapat dilihat dari tingkat kesulitan dan jumlah kosakata yang dipergunakan.

2. Isi Wacana

Secara pedagogis, bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat

perkembangan jiwa, dan kebutuhan atau menarik perhatian siswa.


39

3. Panjang Pendek Wacana

Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. Wacana pendek yang

dimaksudkan dapat berupa satu atau dua alenia, kira-kira 50 sampai 100 kata.

4. Bentuk-bentuk Wacana

Wacana yang digunakan adalah berbentuk prosa (narasi), dialog (drama),

ataupun puisi. Pada umumnya wacana yang berbentuk prosa banyak

dipergunakan orang, tetapi jika dimanfaatkan secara tepat, ketiga bentuk

wacana tersebut dapat sama-sama efektif.

Nurgiyantoro (2014:376), penilaian hasil membaca pemahaman dapat

dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Tes kompetensi

membaca dibagi dalam dua cara, yaitu:

a. Tes Kompetensi Membaca dengan Merespon Jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca

siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal.

Soal yang biasa digunakan adalah pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa

disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih

opsi jawaban.

b. Tes Kompetensi Membaca dengan Mengonstruksi Jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar meminta siswa

memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia, akan tetapi

siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa

berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan. Dalam

mengerjakan tes ini, siswa dituntut untuk memahami wacana, dan


40

berdasarkan pemahamannya itu kemudian siswa mengerjakan tugas yang

diberikan. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas otentik yang menuntut

siswa untuk berunjuk kerja secara aktif produktif. Dengan demikian, tes

kompetensi membaca yang semula bersifat reseptif diubah menjadi tugas

reseptif dan produktif.

Berdasarkan pemaparan di atas, tes yang akan dipilih dalam penelitian ini

adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa

mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes

yang digunakan adalah tes objektif yang mampu menampung banyak soal dan

lebih efektif, serta jenis bacaan yang digunakan adalah teks sastra.

2.1.5 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra

2.1.5.1 Pengertian Sastra dan Sastra Anak

Tujuan dari membaca pemahaman adalah agar siswa memahami makna isi

bacaan secara menyeluruh sehingga siswa mampu melakukan apresiasi sastra.

Sastra merupakan bagian dari kesenian yang dapat memberikan kesenangan,

hiburan, kebahagiaan pada manusia. Untuk itu, maka manusia ingin mewujudkan

keindahan itu dalam bentuk, seperti: seni tari, mewujudkan keindahan gerak tubuh

manusia; seni rupa, mewujudkan keindahan bentuk benda dan susunannya; seni

sastra, mewujudkan keindahan bentuk keindahan susunan bahasa; dan masih

banyak seni lainnya. Sastra berhubungan dengan penciptaan dan ungkapan pribadi

(ekspresi). Jadi sastra merupakan bagian kecil dari kebutuhan hidup manusia yang

berupa perwujudan dari rasa seni dan keindahan yang menjadikan bahasa sebagai
41

media. Keindahan karya sastra terletak pada pengolahan bahan pokoknya melalui

bahasa. Jadi sastra adalah seni, bukanlah ilmu pengetahuan (Zulela 2013:18).

Dalam bahasa Indonesia, karya sastra berasal dari bahasa Sansekerta,

yakni berasal dari akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan

sebagai “mengarahkan”, “mengajar”, dan “memberi petunjuk atau intruksi”.

Akhiran –tra menunjukkan alat berdasarkan kata dalam bahasa Sansekerta,

diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku instruksiatau

pengajaran (Rosdiana 2008:5.3).

Sedangkan sastra siswa merupakan suatu karya sastra yang bahasa dan

isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang

yang sudah dewasa, remaja, atau oleh siswa itu sendiri. Dalam segi bahasa, sastra

siswa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat

memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan siswa (Faisal, dkk 2009:7.4).

Rosdiana (2008:5.3) mendeskripsikan sastra anak adalah sastra yang

disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik berupa prosa, puisi, maupun

drama, dan berisi pelajaran moral untuk siswa, serta ditulis oleh orang tua.

Berdasarkan pendapat di atas, maka sastra adalah karya fiksi yang

merupakan hasil kreasi berdasarkan ungkapan perasaan atau emosi yang spontan

dan mampu mengungkapkan aspek estetika baik yang didasarkan aspek

kebahasaan maupun aspek makna. Sedangkan sastra anak merupakan karya sastra

yang ditujukan untuk siswa dan mengandung nilai-nilai moral yang ditulis oleh

orang dewasa, remaja, maupun siswa. Salah satu hal penting dalam pembelajaran

membaca karya sastra adalah apresiasi sastra, karena siswa dapat mengenal,
42

memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra, serta dapat menyerap nilai-

nilai yang terkandung dalam karya sastra.

2.1.5.2 Pengertian Apresiasi Sastra

Upaya pemahaman unsur-unsur bacaan sastra tidak dapat dilepaskan dari

masalah membaca. Jadi untuk mengetahui pemahaman terhadap unsur-unsur

sastra, perlu adanya kegiatan apresiasi. Apresiasi berasal dari bahasa latin

apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam konteks yang

lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (dalam Aminuddin, 2013:34)

mengandung makna: (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin; dan

(2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan

pengarang. Selain itu, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu

proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni: (1) aspek kognitif; (2) aspek

emotif; dan (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan

intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat

objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam

upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Aspek

evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-

buruk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain

yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup

dimiliki oleh pembaca. Berdasarkan pendapat Squire dan Taba tersebut, indikator

dalam kemampuan apresiasi ini meliputi tiga unsur inti apresiasi yang telah

dikembangkan lagi oleh peneliti.


43

Effendi mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli

karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,

penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

karya sastra. Jadi kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca

mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya,

menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu

sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan

rohaniahnya (Aminuddin 2013:35).

Bentuk apresiasi sastra yang diharapkan dapat berwujud kegiatan langsung

maupun kegiatan tak langsung. Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan

membaca untuk menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara

langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung itu dapat terwujud

dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra,

baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra yang

berupa puisi. Sedangkan kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu dapat

ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang

berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun di koran, mempelajari

buku-buku maupun essay yang membahas dan memberikan penilaian terhadap

suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra (Aminuddin, 2013:36).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka apresiasi sastra merupakan

suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan

penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan

batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan


44

yang diungkapkan oleh pengarang. Sedangkan apresiasi sastra anak merupakan

serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman,

penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi siswa

terhadap karya sastra anak. Apresiasi sastra sangat bermanfaat bagi siswa, karena

dapat melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasi dan menambah wawasan

dan pengetahuan baru kepada siswa.

2.1.5.3 Manfaat Mengapresiasi Sastra

Sebagai sesuatu yang mengandung berbagai aspek, manfaat yang

diperoleh seseorang sewaktu atau setelah membaca sastra dibedakan menjadi dua

ragam, yaitu:

1. Manfaat secara Umum

Sebagian besar masyarakat peminat atau pembaca sastra melakukan kegiatan

membaca hanya untuk mendapatkan hiburan dan pengisi waktu luang.

Sedangkan menurut Olsen, cipta sastra pada dasarnya mampu memberikan

man-faat yang lebih bernilai dari sekedar pengisi waktu luang atau pemberi

hiburan.

2. Manfaat secara Khusus

Manfaat yang akan diperoleh oleh seorang pembaca sehubungan dengan

upaya pencapaian tujuan-tujuan tertentu yaitu: (1) dapat dijadikan pengisi

waktu luang; (2) pemberian atau pemerolehan hiburan; (3) untuk

mendapatkan informasi; (4) media pengembang dan pemerkaya pandangan

kehidupan; (5) memberikan pengetahuan nilai sosio-kultural dari zaman atau

masa karya sastra itu dilahirkan (Aminuddin 2013:60).


45

Manfaat lain dari apresiasi sastra menurut Moody dan Leslie (dalam

Faisal, 2009:7.6) yaitu: (1) melatih keempat keterampilan berbahasa; (2)

menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat,

agama, kebudayaan, dsb; (3) membantu mengembangkan pribadi; (4) membantu

pembentukan watak; (5) memberi kenyamanan; (6) meluaskan dimensi kehidupan

dengan pengalaman baru.

2.1.5.4 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra

Pendekatan sebagai prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh

seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam.

Berdasarkan dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat

menggunakan beberapa pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Parafrastis dalam Mengapresiasi Sastra

Pendekatan parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam

suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang

disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang

digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan pendekatan

parafrastis adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat

seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan

makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.

2. Pendekatan Emotif dalam Mengapresiasi Sastra

Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan

unsur-unsur yang mengaduk emosi dan perasaan pembaca. Prinsip-prinsip

dasar adanya pendekatan emotif adalah pandangan bahwa cipta sastra


46

merupakan bagian dari karya seni yang hadir di hadapan masyarakat pembaca

untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.

3. Pendekatan Analitis dalam Mengapresiasi Sastra

Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami

gagasan, cara pengarang atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang

dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme

hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun

adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk

maupun totalitas maknanya.

4. Pendekatan Historis dalam Mengapresiasi Sastra

Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada

pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan

yang melatar-belakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca,

serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun

kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.

5. Pendekatan Sosiopsikologis dalam Mengapresiasi Sastra

Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha

memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat,

maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan

kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.

6. Pendekatan Didaktis dalam Mengapresiasi Sastra

Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan

memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap


47

kehidupan. Penerapan pendekatan didaktis akan menuntut daya kemampuan

intelektual, kepekaan rasa, maupun sikap yang mapan dari pembacanya

(Aminuddin 2013:40).

2.1.5.5 Jenis-jenis Karya Sastra

Jenis sastra merupakan hasil dari klasifikasi terhadap bentuk dan isi dari

karya sastra. Berdasarkan bentuknya, karya sastra terbagi atas prosa, puisi, dan

drama.

1. Prosa

Surana (dalam Faisal, 2009:7.16), prosa adalah bentuk karangan sastra

dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-kalimat yang jelas pula

runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam

kelompok-kelompok yang merupakan alenia-alenia. Sedangkan prosa fiksi adalah

kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,

latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi

pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin 2013:66). Karya sastra

berbentuk prosa dapat berupa novel, roman, novelet, cerpen, dan beberapa istilah

lain, yang berisi sebuah cerita tentang kehidupan khusus untuk anak-anak bisa

dikelompokkan ke dalam cerita anak-anak. Sebuah karya prosa dibangun oleh

unsur-unsur yang saling mendukung, yaitu: tokoh, tema, alur, latar, gaya, dan

pusat pengisahan (Rosdiana 2008:5.18). Unsur intrinsik prosa adalah unsur yang

terdapat dalam diri prosa. Unsur intrinsik prosa meliputi ; tema, penokohan, latar,

alur, amanat, gaya bahasa, dan sudut pandang.


48

2. Puisi

Puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat” atau poeisis

“pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Hudson

menyatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-

kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Unsur

pembentuk puisi meliputi (1) bunyi; (2) kata; (3) larik atau baris; (4) baik; dan (5)

tipografi (Aminuddin 2013:134).

3. Drama

Drama adalah suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yang ditulis

dalam bentuk dialog. Secara teknis unsur drama meliputi wawancang atau dialog

dan kramagung yang merupakan petunjuk bagi aktor, penata panggung, dan

sutradara yang melaksanakan tugasnya dengan baik (Faisal, dkk 2009:9.27).

Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada apresiasi karya

sastra prosa dalam bentuk cerita pendek, karena siswa sekolah dasar lebih tertarik

untuk membaca cerita pendek daripada drama, puisi, atau yang lainnya.

2.1.5.6 Pengertian Cerita Pendek

Cerita adalah susunan dari beberapa kalimat yang mengisahkan atau

menjelaskan sesuatu. Cerita ada dua macam yakni, cerita fiksi dan cerita nonfiksi.

Cerita fiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan imajinasi atau khayalan

pengarang. Misalnya, cerita Abu Nawas, Si Kancil dan Aladin. Sedangkan cerita

nonfiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan kejadian nyata. Misalnya, cerita

sejarah, laporan penelitian dan karangan ilmiah.


49

Cerita pendek adalah suatu bentuk karya sastra yang mengisahkan

kehidupan manusia, baik nyata atau khayalan yang disajikan secara singkat dan

padat. Karena cerita pendek ditunjukan untuk anak SD, isi cerita pendek berbeda

dengan cerita pendek untuk anak dewasa. Cerita pendek anak sering disebut

dengan cerita anak yang merupakan cerita pendek berisi tentang kehidupan siswa.

Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2013: 12) mengatakan sesuai dengan namanya,

cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berupa ukuran panjang pendek itu

memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para pengarang

dan para ahli.

Ian Reid (dalam Herman, 2014:4) menyebutkan panjang cerita pendek

antara 1.600 kata sampai dengan 20.000 kata. Sementara S. Tasrif menyatakan

bahwa panjang cerita pendek antara 500 sampai dengan 32.000 kata. Nugroho

Notosusanto menyebut panjang cerita pendek sekitar 5.000 kata atau 17 halaman

kertas kuarto spasi rangkap. Guntur Tarigan membandingkan panjang cerita

pendek 10.000 kata, sedangkan novel kurang lebih 35.000 kata (atau 30 halaman

dibandingkan 100 halaman kertas folio). Untuk panjang cerita pendek anak sekitar

5.000 kata. Jika dibaca memerlukan waktu sekitar 10-20 menit. Pendapat lain dari

Nurgiyantoro (2013:12), ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan

mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya

cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story),

yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata.

Tarigan (dalam Herman, 2014:5) menyatakan bahwa ciri-ciri cerita pendek

adalah: (1) singkat, padu, dan ringkas; (2) memiliki unsur utama berupa adegan,
50

tokoh, dan gerakan; (3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian; (4)

mengandung tentang konsepsi kehidupan; (5) memberikan efek tunggal dalam

pikiran pembaca; (6) mengandung detil dan insiden yang betul terpilih; (7) ada

pelaku utama yang benar-benar menonjol dalam cerita; (8) menyajikan kebulatan

efek dan kesatuan emosi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka cerpen adalah cerita yang

pendek yang menceritakan kehidupan manusia dengan panjang atau jumlah kata-

katanya di bawah 10.000 kata. Cerita pendek mempunyai beberapa jenis/genre

yang khusus untuk siswa sekolah dasar yang biasanya berisi nilai-nilai moral

kehidupan.

2.1.5.7 Jenis-jenis Cerita Siswa SD

Rosdiana (2008:6.7), cerita dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan atau

fungsi cerita, kelompok usia anak, atau sifat cerita itu sendiri. Untuk keperluan

sekolah (SD) maka pengelompokan cerita siswa didasarkan atas perkembangan

jiwa sesuai dengan usia anak. Jenis-jenis cerita untuk siswa SD, yaitu:

1. Cerita Jenaka

Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah

laku seorang tokoh yang lucu. Misalnya cerita Kabayan, Abu Nawas,

Nasaruddin, dan lainnya.

2. Dongeng

Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan.

Dongeng mengandung cerita yang menggambarkan sesuatu di luar dunia


51

nyata. Misalnya kisah-kisah Ketimun Emas, Tongkat Ajaib, Cinderella, dan

lainnya.

3. Fabel

Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-

tokohnya. Misalnya cerita Kancil dan Kera, Kancil dan Buaya, dan lainnya.

4. Legenda

Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda

bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam.

Misalnya cerita Malin Kundang, Batu Menangis, Sangkuriang, dan

sebagainya.

5. Mite atau Mitos

Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno,

menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Misalnya

cerita Nyi Roro Kidul.

Setiap jenis cerita terdiri dari unsur-unsur pembangun, baik unsur

instrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur pembangun cerita inilah yang membuat

sebuah cerita menjadi hidup dan dapat dinikmati oleh pembacanya, serta pembaca

dapat memahami makna yang ingin disampaikan oleh penulis.

2.1.5.8 Unsur Pembangun Cerita Pendek

Suatu karya sastra yang baik pasti mengandung unsur-unsur pembangun

yang mendukung karya sastra tersebut. Unsur-unsur pembangun/intrinsik yang

dapat dimanfaatkan pengarang untuk membangun suatu cerita yang

menyenangkan dan bermakna dalam cerita pendek yaitu:


52

1. Tema

Tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pegarang dalam

menyusun cerita dan sekaligus merupakan permasalahan yang ingin

dipecahkan pengarang dalam karyanya serta merupakan gagasan, ide, atau

pikiran yang ada dalam cerita. Tema yang terkandung dalam cerita anak dapat

berupa pendidikan, hiburan, kasih sayang orang tua, cita-cita, dan lain-lain.

2. Alur/plot

Alur merupakan cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan

dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga membentuk suatu

kesatuan cerita yang utuh dan padu. Dilihat dari segi bentuknya, alur terdiri

atas beberapa macam seperti alur maju, mundur, dan maju mundur.

3. Penokohan

Penokohan merupakan pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.

Penokohan ini dapat berwujud manusia, hewan, atau yang lain. Dalam suatu

cerita ada tiga macam pelaku, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis.

Protagonis, yaitu tokoh yang berwatak baik, sedangkan antagonis yaitu tokoh

yang berwatak kurang baik (penentang protagonis) dan tokoh yang menjadi

penengah antara protagonis dan antagonis adalah tritagonis.

4. Latar Cerita (setting)

Latar adalah segala petunjuk, keterangan, atau hal yang berkaitan dengan

waktu, tempat, dan suasana dalam cerita. Penggambaran latar yang rinci

dalam narasi dapat membantu penyusunan alur, memperjelas pelaku narasi,


53

dan memudahkan pembaca menangkap amanat atau pesan yang disampaikan

oleh penulisnya.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara

garis besar, ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita

yaitu: (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami); dan

(b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia (manusia atau binatang).

6. Amanat

Amanat merupakan hal-hal yang baik untuk dilakukan atau hal yang negatif

untuk tidak dilaksanakan yang terdapat dalam karya sastra.

7. Gaya Pengungkapan

Gaya merupakan teknik penyampaian gagasan pengarang tertentu dalam

bercerita sebagai karakteristik tersendiri bagi dirinya yang tidak ditemukan

pada pengarang yang lain (Faisal, dkk 2009:8.8).

Seorang apresiator harus menguasai unsur-unsur pembangun/instrinsik

dari suatu cerita sebelum melakukan kegiatan apresiasi. Setelah apresiator

mengetahui dan memahami, selanjutnya apresiator harus menguasai juga langkah-

langkah yang harus dilakukan dalam mengapresiasi suatu karya sastra khususnya

cerita pendek.

2.1.5.9 Langkah-langkah Mengapresiasi Cerita Pendek

Seorang apresiator harus memiliki pengetahuan awal dalam megapresiasi

cerita pendek. Apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam

menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas


54

sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman,

dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang.

Pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh seorang calon apresiator adalah (1)

kepekaan emosi atau perasaan sehingga mampu memahami dan menikmati unsur-

unsur keindahan dalam cipta sastra, (2) pemilikan pengetahuan dan pengalaman

yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan masalah kemanusiaan, baik

melalui penghayatan kehidupan ini, maupun dengan membaca buku yang

berhubungan dengan masalah kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan ini

secara intensif-kontemplantif maupun dengan membaca buku-buku yang

berhubungan dengan masalah humanitas, (3) pemahaman terhadap aspek

kebahasaan, dan (4) pemahaman terhadap unsur-unsur instrinsik cipta sastra yang

akan berhubungan dengan telaah teori sastra.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam mengapresiasi cerita pendek

seorang apresiator dituntut mempunyai pengetahuan tentang karya sastra yang

akan diapresiasi. Langkah-langkah dalam mengapresiasi cerita pendek yaitu

mengetahui unsur-unsur instinsik cerita pendek, membaca cerita pendek dan

memahami maknanya, kemudian menemukan dan memahami unsur-unsur

instrinsik cerita pendek yang telah dibaca. Melalui langkah-langkah tersebut

diharapkan seorang apresiator dapat mengapresiasi cerita pendek dengan tepat dan

hasilnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5.10 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra

Pengajaran sastra di lembaga pendidikan formal banyak ditemukan

berbagai persoalan yang disebabkan karena berbagai hal yaitu sebagai berikut.
55

1. Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam mengapresiasi karya sastra.

2. Pembelajaran sastra Indonesia yang dianggap membosankan, karena bentuk

penyampaian materi yang kurang menarik.

3. Pengetahuan dan kemampuan dasar dalam bidang kesastraan para guru sangat

terbatas.

4. Keterbatasan buku dan bacaan penunjang pembelajaran sastra di sekolah.

5. Minat belajar dan minat membaca para siswa masih sangat rendah.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran apresiasi

sastra di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

1. Memperbaiki kurikulum dengan mengarahkan pengajaran sastra pada

penumbuhan apresiasi sastra para siswa sesuai dengan tingkat kematangan

emosionalnya.

2. Pengajaran sastra harus diarahkan pada penumbuhan kemampuan siswa

dalam menilai atau mengkritik kelebihan dan kekurangan teks yang ada.

3. Mengadakan program membawa kembali sastra ke sekolah dan melibatkan

guru-guru untuk mengikuti pelatihan sastra.

4. Pemanfaatan media massa tercetak, seperti koran harian, mingguan, tabloid,

dan majalah yang memuat karya sastra serta

5. Penggunaan metode penyajian dan pengevalusian hasil pembelajaran sastra di

sekolah yang menarik sehingga pengajaran sastra tidak hanya bersifat

teoretis. Serta guru juga dapat mengundang sastrawan ke sekolah untuk

menarik minat siswa dalam belajar sastra.


56

2.1.6 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan

Mengapresiasi Cerita Pendek

Kemampuan apresiasi sastra bagi siswa sekolah dasar sangat penting untuk

diajarkan dalam pendidikan formal. Manfaat dari apresiasi sastra adalah dapat

melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasi, menambah wawasan dan

memberi pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya,

serta dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang

dihadapinya. Selain itu, pelajaran sastra di sekolah akan mengarahkan siswa

menjadi orang yang menggemari karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai

terutama nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Jadi untuk melakukan

kegiatan apresiasi sastra khususnya cerita pendek, siswa harus memahami dan

menguasai unsur-unsur pembangun pada cerita pendek tersebut. Kegiatan

apresiasi memerlukan tingkat pemahaman yang menyeluruh dalam membaca

karena pembaca harus teliti dalam memahami setiap kalimatnya.

Membaca pemahaman merupakan salah satu bagian dari pengajaran

membaca yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini

akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan belajar siswa pada masa

mendatang. Nurgiyantoro (2014: 369), membaca pemahaman tampaknya yang

paling penting dan harus mendapat perhatian khusus. Kompetensi pemahaman

terhadap berbagai teks yang dibaca tidak akan diperoleh secara mudah tanpa ada

usaha untuk meraihnya. Kompetensi membaca pemahaman yang baik diperlukan

dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur

kompetensi dan mata pelajaran yang lain.


57

Sesuai dengan tujuan membaca pemahaman yaitu untuk memperoleh

pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca

mampu menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru

diketahuinya, maka membaca pemahaman dapat membantu siswa dalam kegiatan

apresiasi cerita pendek. Karena melalui membaca pemahaman, siswa akan

mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh dari suatu bacaan.

Jadi siswa akan mudah menentukan dan memahami unsur pembangun cerita

pendek yang dibacanya, serta siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Secara langsung kemampuan membaca pemahaman akan mempengaruhi

kemampuan mengapresiasi unsur-unsur pembangun cerita pendek. Jadi apabila

siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi maka

kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa akan tinggi. Sebaliknya jika siswa

mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang rendah maka kemampuan

mengapresiasi cerita pendek siswa juga akan rendah. Kedua kemampuan ini akan

saling mempengaruhi satu sama lain dalam kegiatan membaca.

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, didasarkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Abbas Pourhosein tahun 2011 dengan judul “The

Relationship between L2 Reading Comprehension and Schema Theory: A Matter

of Text Familiarity”. Untuk mengetahui pengaruh dalam kemampuan membaca


58

ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 125 subjek. Sebagian subjek membaca

dua teks cerita yang tidak diadaptasi dari bahasa Inggris, sebuah cerita rakyat

bahasa Iran, dan sebuah cerita rakyat Amerika. Sedangkan sebagian subjek yang

lain membaca beberapa cerita yang diadaptasi dari Amerika. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa lebih mudah mempelajari teks bacaan yang sesuai

dengan budaya dan kebiasaannya jika dibandingkan dengan teks bacaan yang lain.

Jadi siswa lebih tertarik untuk mempelajari bacaan yang menggunakan bahasa

pertama (L1) daripada bahasa kedua (L2).

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Omid Pourkalhor

tahun 2013 dengan judul “Teaching Reading Comprehension Through Short

Stories in Advance Classes”. Semua subjek belajar bahasa Inggris sebagai bahasa

asing, usia mereka antara 18-24 tahun yang terbagi menjadi dua grup siswa yaitu

grup A dan grup B berdasarkan level usia. Pada kegiatan Pre-Test, penelitian pada

kelas kontrol menggunakan desain membaca pelajaran dengan materi dari buku

bacaan, internet, majalah, dan lain-lain. Sedangkan pada kelas eksperimen

menggunakan cerita pendek. Saat kegiatan Post-Test terdiri dari lima seleksi

membaca dari perbedaan buku TOEFL. Sehingga dalam penelitian ini ditemukan

alasan yang signifikan dalam mempelajari cerita pendek dalam kelas kemampuan

membaca bahasa Iran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurdia Artu tahun 2013

dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

Kelas IV SDN Pembina Liang melalui Penerapan Strategi Survey Questions

Reading Recite Review (SQ3R)”. Hasil penelitiannya pada siklus I nilai rata-rata
59

kelas mencapai 66,13 dengan ketuntasan belajar mencapai 50%, siklus II nilai

rata-rata kelas mencapai 72,27 dengan ketuntasan belajar mencapai 63,63%, dan

siklus III nilai rata-rata kelas mencapai 77,95 dengan ketuntasan belajar mencapai

86,36%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan

strategi SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas

IV SDN Pembina Liang yang dilihat dari hasil tes kemampuan membaca

pemahaman setiap siklusnya.

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Idah Faridah Laily tahun 2014

dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan

Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar”. Berdasarkan

hasil penelitiannya, kemampuan memahami isi bacaan dengan belajar matematika

merupakan salah satu faktor yang menentukan optimal tidaknya hasil belajar

matematika yang diperoleh. Apabila siswa mempunyai kemampuan memahami isi

bacaan dengan baik, maka siswa dapat menyelesaikan soal, siswa akan paham

dengan apa ditanyakan oleh soal dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan

menggunakan model matematika yang siswa ketahui sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar matematika. Dari penjelasan tersebut, maka jelas

bahwa pembelajaran memerlukan pemahaman agar pembelajaran lebih bermakna

bagi siswa sehingga dapat diaplikasikan oleh siswa sehingga tidak akan mudah

dilupakan oleh siswa.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Auzar tahun 2013

dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan

Kemampuan Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika Murid-Murid


60

Kelas 5 SD 006 Pekanbaru”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang

kuat atau signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan

kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita matematika dengan nilai r =

0,726. Kemampuan membaca pemahaman murid-murid kelas 5 SD 006 Tampan,

Pekanbaru digolongkan sedang, yaitu 7,19. Kemampuan memahami bahasa soal

hitungan cerita matematika murid-murid kelas 5 SD 006 Tampan, Pekanbaru

digolongkan rendah, yaitu 4,79. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara

kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan memahami bahasa soal

hitungan cerita matematika, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan membaca

pemahaman terhadap kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita

matematika.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Agus Basuki tahun 2011 dengan

judul “Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Tes

Internasional dan Tes Lokal”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas IV SD berada pada tahap sangat rendah. Siswa

hanya menguasai 30% bahan bacaan. Berdasarkan hasil tes lokal berkorelasi

secara signifikan dengan skor kemampuan memahami keseluruhan bacaan

berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat tinggi

(0,907). Skor kemampuan memahami bacaan informasi berdasarkan hasil tes lokal

berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami bacaan

informasi berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang tinggi

(0,780). Skor kemampuan memahami bacaan sastra berdasarkan hasil tes lokal

juga berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami bacaan


61

sastra berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat

tinggi (0,826). Jadi, hasil tes PIRLS yang menunjukkan kondisi lemahnya

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD merupakan kondisi

senyatanya, bukan karena tes yang digunakan berlatar bukan keindonesiaan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Samirun tahun 2013 dengan

judul “Korelasi Penguasan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman dengan

Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi”.

Berdasarkan analisis data diperoleh, hasil data nilai R = 0,546; R² = 0,298; F =

8,819, F kritis tabel = 4,21, nilai tersebut signifikan pada taraf 0,05. Hasil ini

menggambarkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara

penguasaan kosakata dan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis

karangan siswa kelas V SDN Margomulyo Ngawi Tahun 2012/2013.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, hasil analisis data menunjukkan

adanya pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman

dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Maka dari itu, peneliti

menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan

Pucakwangi Kabupaten Pati”.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan dua

variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
62

bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini kemampuan membaca pemahaman

dan variabel terikat (Y) adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami

isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil

pemahaman membacanya. Membaca pemahaman memerlukan tingkatan kognitif

dan konsentrasi yang tinggi agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh

pembaca. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang

tinggi apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, yaitu: (1)

memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana; (2) mengenali

susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya; (3) mengenali

pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana; dan (4) mampu

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam

wacana.

Kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kecerdasan

siswa, terutama kecerdasan emosional. Karena kegiatan apresiasi memerlukan

pemahaman yang mendalam terhadap suatu cerita yang dibaca serta siswa harus

mampu menemukan dan memahami unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut.

Siswa dikatakan mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang tinggi

apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, meliputi: (1) aspek

kognitif; (2) aspek emotif; dan (3) aspek evaluatif.

Secara teoretis, membaca pemahaman merupakan kegiatan yang sangat

penting dilakukan oleh siswa agar mendapat pengetahuan/informasi dari sebuah

cerita secara utuh. Sehingga siswa akan mampu mengetahui unsur pembangun
63

dari cerita dan dapat mengapresiasi cerita tersebut. Jadi kemampuan membaca

pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mempunyai

hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi

kemampuan membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan

mengapresiasi cerita pendeknya. Begitu sebaliknya, semakin rendah tingkat

kemampuan membaca pemahaman siswa, maka siswa akan mengalami kesulitan

dalam mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian terdapat hubungan dan

pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti memastikan bahwa kemampuan

membaca pemahaman (X) mempunyai pengaruh terhadap kemampuan

mengapresiasi cerita pendek (Y). Untuk memperjelas kerangka berpikir yang telah

diuraikan di atas, berikut ini disajikan skema alur berpikir yang mengambarkan

pengaruh variabel bebas dan variabel terikat untuk penelitian jenis korelasi.

Membaca

Kemampuan Membaca

Pemahaman

Tinggi Rendah

Kemampuan Mengapresiasi Cerita

Pendek

Gambar 2.1 Desain Kerangka Berpikir


64

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti

merumuskan hipotesis penelitian ini bahwa.

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V

SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa

kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Ho: Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa

kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

2. Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan

Pucakwangi Kabupaten Pati.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian yang telah ditetapkan, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono 2012:14).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional sebab-akibat, karena

untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y (Sugiyono 2013:5).

Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoretis, bahwa sesuatu

variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau

mengakibatkan variabel tertentu. Sedangkan desain penelitian korelasional

menggunakan penelitian hubungan (bivariat) yaitu untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Pola hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam

desain penelitian sebagai berikut:

X Y

Gambar 3.1: Desain Penelitian


Keterangan:

X : kemampuan membaca pemahaman

Y : kemampuan mengapresiasi cerita pendek

65
66

3.2 PROSEDUR PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif korelasional

ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi masalah, yaitu proses pengamatan awal tentang

permasalahan dan menentukan permasalahan yang akan dikaji.

2. Menyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis.

3. Mengembangkan instrumen berdasarkan kerangka teori dan menggunakannya

untuk pengumpulan data.

Prosedur dalam tahap ini adalah dimulai dari penyusunan kisi-kisi dan

instrumen penelitian. Instrumen berupa sebuah tes berupa soal-soal untuk

mengukur kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi

cerita pendek dari masing-masing siswa dengan bentuk pilihan ganda dan

uraian, sehingga responden (subjek penelitian) dapat langsung menjawab

pertanyaan dengan benar. Presentase pemahaman yang diperoleh masing-

masing siswa harus rata-rata 50%, atau berkisar 40-60 %. Jika nilai hasil

jawaban yang dicapai siswa sudah memenuhi ketentuan berarti dapat

dikatakan pengukuran kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek siswa sudah sesuai dengan aturan dalam

membaca.

4. Menganalisis data dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk

menguji hipotesis dan menjawab permasalahan.


67

3.3 SUBJEK, LOKASI, DAN WAKTU PENELITIAN

3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian korelasi ini adalah siswa kelas V SD di

Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

3.3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah SD di Gugus Sultan Agung

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

3.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016.

3.4 POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING

3.4.1 Populasi

Sugiyono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan Arikunto (2013:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Jadi populasi merupakan keseluruhan obyek atau subjek yang memiliki kualitas

serta karakteristik tertentu untuk dipelajari oleh peneliti kemudian ditarik

kesimpulan.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di

Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati berjumlah 120

siswa dari tujuh sekolah tahun pelajaran 2015/2016 dengan rincian sebagai

berikut.
68

Tabel 3.1
Data Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V


1 SDN Karangwotan 01 27
2 SDN Karangwotan 02 28
3 SDN Karangwotan 03 9
4 SDN Bodeh 7
5 SDN Kepoh Kencono 27
6 SDN Triguno 14
7 SDN Grogolsari 8
Jumlah 120
Sumber : UPTD Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati

3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sugiyono (2012:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari oleh sampel kesimpulannya akan

dapat diberlakukan oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif (mewakili). Sejalan dengan pernyataan tersebut,

Arikunto (2013:174) yang mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Jadi, sampel adalah bagian dari kualitas dan

karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel yang diambil harus betul-betul

representatif karena kesimpulan yang diambil dari sampel tersebut akan

diberlakukan untuk populasi.

Dalam penelitian ini untuk menentukan ukuran sampel dengan

menggunakan acuan dari Musfiqon (2012:91) yang menyatakan bahwa

pengambilan sampel disesuaikan dengan besarnya populasi, yaitu berkisar antara

20-30 persen dari total jumlah populasi. Hal ini didukung juga oleh pendapat dari

Darmawan (2014:143) menyatakan bahwa jika ukuran populasinya sekitar 100,

sampelnya paling sedikit 30%. Dalam penelitian ini dengan populasi sejumlah
69

120 siswa dan akan diambil 50% dari jumlah populasi yang ada untuk dijadikan

sebagai sampel penelitian. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan sampel

yang berjumlah 60 siswa.

Peneliti menggunakan teknik Probability Sampling yaitu Proportional

Random Sampling untuk menentukan pengambilan sampel. Menurut Sugiyono

(2012:120), proportional sampel merupakan teknik sampling yang dapat

digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional. Menurut Arikunto (2013:182), proportional artinya

pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling yang

sesuai, tiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek

dari setiap kelas. Random artinya menganggap semua subjek memiliki hak yang

sama dalam memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Dari tujuh SD

di Gugus Sultan Agung kelas V, peneliti menggunakan semua sekolah untuk

dijadikan sampel penelitian dengan jumlah sampel setiap sekolah yang berbeda-

beda sesuai dengan perhitungan dan dapat memenuhi kuota sampel yang telah

ditentukan. Perhitungan jumlah sampel dari setiap SD ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

ni = xn

Sumber: (Riduwan 2015:29)

dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah proporsi menurut sampel

N = jumlah populasi seluruhnya


70

Tabel 3.2
Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD di
Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
Tahun pelajaran 2015/2016

No Nama Sekolah Perhitungan Proporsi Jumlah Sampel


1 SDN Karangwotan 01 x 27 = 13,5 13
2 SDN Karangwotan 02 x 28 = 14 14
3 SDN Karangwotan 03 x 9 = 4,5 5
4 SDN Bodeh x 7 = 3,5 4
5 SDN Kepoh Kencono x 27 = 13,5 13
6 SDN Triguno x 14 = 7 7
7 SDN Grogolsari x8=4 4
Jumlah 60

3.5 VARIABEL PENELITIAN

Sugiyono (2012:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah suatu sifat yang diambil

dari suatu nilai yang berbeda, jadi variabel merupakan suatu yang bervariasi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel

terikat.

3.5.1 Variabel bebas (X)

Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel bebas (independent

variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah kemampuan membaca pemahaman.


71

3.5.2 Variabel terikat (Y)

Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel terikat (dependent

variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya veriabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat

adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Pada penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu kemampuan

membaca pemahaman (X) dan kemampuan mengaresiasi cerita pendek (Y).

Variabel-variabel tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut.

1. Kemampuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan suatu rangkaian aktivitas proses kognitif

yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi bacaan atau teks secara

menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan

cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Pemahaman bacaan dalam penelitian ini ialah memahami isi/pesan yang

terkandung dalam suatu cerita pendek berupa rincian-rincian/fakta-fakta,

mendapatkan ide pokok paragraf, membuat kesimpulan bacaan, dan

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya serta

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai yang diperoleh siswa

mencerminkan kesanggupan siswa dalam menangkap ide/informasi yang

disampaikan oleh seorang penulis sehingga ia mampu menginterpretasikan

ide-ide yang ia temukan dalam sebuah bacaan baik secara tersurat maupun
72

tersirat. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemahaman dalam

penelitian ini ialah: 1) memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam

wacana; 2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-

bagiannya; 3) mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam

wacana; dan 4) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara

ekplisit terdapat dalam wacana.

2. Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya

sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya

melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan

pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada jenis/genre karya sastra

cerita pendek. Nilai yang diperoleh siswa mencerminkan kesanggupannya

dalam mengenali, memahami, menghayati, dan menghargai cerita pendek,

yang diukur melalui keterampilannya untuk menangkap unsur-unsur dalam

cerita pendek yang dibacanya. Indikator yang digunakan untuk mengukur

kemampuan mengapre-siasi dalam penelitian ini ialah: (1) aspek kognitif:

memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif; (2) aspek emotif:

menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca

(menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan cerita); dan (3)

Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan.


73

3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan

cara. Ada beberapa teknik pengumpulan data baik berupa tes maupun nontes.

Teknik nontes antara lain wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Dikutip dari Webster’s

Collegiate (dalam Arikunto, 2013:46), tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur siswa dan mengukur

keberhasilan program pengajaran yaitu untuk mendapatkan data tingkat

kemampuan membaca pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita

pendek. Pada tes ini, siswa berkonsentrasi dalam membaca teks cerita pendek

yang berisikan 500-1.600 kata. Cara pengukuran kemampuan membaca

pemahaman, peneliti menyediakan soal berbentuk obyektif sesuai indikator yang

telah ditetapkan. Sedangkan untuk mengukur kemampuan mengapresiasi cerita

pendek, peneliti menyediakan soal uraian yang berhubungan dengan unsur

pembangun cerita. Tes dikerjakan secara individu, setelah siswa selesai dalam

membaca teks.

3.8 INSTRUMEN PENELITIAN

Sugiyono (2012:147), instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sedangkan

Arikunto (2010:203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang


74

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yaitu

menggunakan dua kali tes. Tes pertama untuk mengukur variabel bebas (X) yaitu

kemampuan membaca pemahaman, sedangkan tes kedua untuk mengukur variabel

terikat (Y) yaitu kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Sebelum menentukan

istrumen tes, peneliti terlebih dahulu menentukan indikator yang kemudian

dirumuskan ke dalam kisi-kisi tes uji coba. Kisi-kisi dibuat berdasarkan indikator,

selanjutnya menyusun tes yang akan digunakan untuk penelitian.

Instrumen tes kemampuan membaca pemahaman adalah tes pilihan ganda

sebanyak 30 butir. Skor dihitung dengan cara memberi nilai 1 untuk butir soal

yang dijawab benar dan nilai 0 untuk butir soal yang dijawab salah. Persentase

pemahaman dihitung dengan melihat persentase jawaban yang benar atas

pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, misalnya jika ada 10 pertanyaan, dan

jawaban yang benar adalah 5, maka persentase pemahaman isi adalah x 100%

= 50%. Sedangkan instrumen tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah

tes uraian sebanyak 15 soal dengan rentang skor 0-5 untuk menjelaskan unsur

pembangun atau instrinsik cerita serta aspek-aspek di dalamnya. Tes pilihan ganda

dan uraian ini dikembangkan peneliti berdasarkan indikator-indikator kemampuan

membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, kemudian

peneliti menjelaskan dalam butir-butir pertanyaan. Sebelum melakukan

pengambilan data, instrumen yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu
75

kepada 32 siswa yang berada di luar sampel penelitian untuk dihitung validitas

dan reliabilitas instrumennya.

3.8.1 Uji Validitas Instrumen

Arikunto (2010:211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen

dikatakan valid atau sahih mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa

yang diinginkan.

Validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan suatu pengukuran.

Jadi tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran.

Suatu alat ukur dirancang hanya untuk satu tujuan yang spesifik sehingga hanya

menghasilkan data yang valid untuk tujuan tersebut saja (Azwar 2015:11).

Instrumen penelitian selanjutnya akan diuji cobakan pada subjek uji coba

yaitu subjek di luar sampel penelitian yang masik termasuk dalam populasi

penelitian. Dalam menghitung validitas instrumen hasil uji coba pada instrumen

tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita

pendek dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus

sebagai berikut.

∑ (∑ )(∑ )
rxy =
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Sumber : (Arikunto 2012:87)

Keterangan: rxy : koefisien korelasi

N : jumlah sampel

X : nilai variabel 1

Y : nilai variabel 2
76

∑X2 : jumlah kuadrat dari skor item

∑Y2 : jumlah kuadrat dari skor total

∑XY : jumlah perkalian antara skor item dan skor total

Harga r yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan tabel product

moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r hitung > r tabel maka item soal dikatakan

valid, jika r hitung < r tabel maka item soal tidak valid.

1. Uji Validitas Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman

Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan mengujicobakan

instrumen penelitian berupa tes kepada 32 siswa sekolah dasar dengan jumlah

item sebanyak 30 soal pilihan ganda. 32 siswa tersebut diambil dari populasi

di luar sampel secara acak pada setiap sekolah dasar. Langkah pengujian

validitas tersebut harus dibandingkan dengan rtabel, dapat diketahui bahwa

rtabel untuk 32 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,349. Hasil uji

validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa dari tiap item

yang menggunakan rumus product moment dengan penggunaan Microsoft

Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3
Validitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman

No Soal r R Keterangan
Hitung Tabel
1 0.477158867 0,349 Valid
2 0.541634143 0,349 Valid
3 0.41406348 0,349 Valid
4 0.445611174 0,349 Valid
5 0.513764681 0,349 Valid
6 0.448240148 0,349 Valid
7 0.586930629 0,349 Valid
8 0.483002615 0,349 Valid
9 0.477158867 0,349 Valid
77

10 0.031111234 0,349 Tidak Valid


11 0.41406348 0,349 Valid
12 0.400202167 0,349 Valid
13 0.183422335 0,349 Tidak Valid
14 0.444493038 0,349 Valid
15 0.477158867 0,349 Valid
16 0.356277189 0,349 Valid
17 -0.082812696 0,349 Tidak Valid
18 0.586930629 0,349 Valid
19 0.41406348 0,349 Valid
20 0.349248045 0,349 Valid
21 0.432074574 0,349 Valid
22 0.372752434 0,349 Valid
23 -0.041146573 0,349 Tidak Valid
24 -0.027604232 0,349 Tidak Valid
25 0.075044279 0,349 Tidak Valid
26 0.04324752 0,349 Tidak Valid
27 0.541634143 0,349 Valid
28 0.586930629 0,349 Valid
29 0.329040301 0,349 Tidak Valid
30 0.549861326 0,349 Valid

Berdasarkan perhitungan validitas pada tabel 3.5, dapat terlihat bahwa

30 item soal mengenai kemampuan membaca pemahaman yang diberikan

kepada responden, terdapat delapan soal yang tidak memenuhi kriteria

validitas atau tidak valid yaitu nomor 10, 13, 17, 23, 24, 25, 26, dan 29. Soal

yang tidak valid tersebut kemudian dapat digugurkan atau dihilangkan,

sehingga jumlah soal yang valid berjumlah 22 item soal yang akan diujikan

kembali kepada 60 responden.

2. Uji Validitas Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan mengujicobakan

instrumen penelitian berupa tes kepada 32 siswa sekolah dasar dengan jumlah

item sebanyak 15 soal uraian. 32 siswa tersebut diambil dari populasi di luar
78

sampel secara acak pada setiap sekolah dasar. Langkah pengujian validitas

tersebut harus dibandingkan dengan rtabel, dapat diketahui bahwa rtabel untuk

32 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,349. Hasil uji validitas

variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa dari tiap item yang

menggunakan rumus product moment dengan penggunaan Microsoft Excel

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4
Validitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek

No Soal r r Keterangan
Hitung Tabel
1 0.549137845 0,349 Valid
2 -0.033677267 0,349 Tidak Valid
3 0.553886162 0,349 Valid
4 0.381395112 0,349 Valid
5 0.390840337 0,349 Valid
6 0.351505018 0,349 Valid
7 0.255497998 0,349 Tidak Valid
8 0.504016322 0,349 Valid
9 0.396610328 0,349 Valid
10 0.572453052 0,349 Valid
11 0.306417938 0,349 Tidak Valid
12 0.690815395 0,349 Valid
13 0.60881607 0,349 Valid
14 0.48835632 0,349 Valid
15 0.784578886 0,349 Valid

Berdasarkan tabel uji validitas di atas, terdapat tiga item soal yang

tidak valid, yaitu nomor 2, 7, dan 11. Dengan demikian item soal tersebut

dibuang atau dihilangkan sehingga jumlah soal yang valid adalah 12 item soal

yang akan diujikan kembali kepada 60 responden.


79

3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes. Jika hasilnya berubah-ubah, perubahan yang

terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto 2012:100). Instrumen yang reliabel

berarti instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek

yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil penelitian yang dikatakan

reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono

2012:348).

Perhitungan koefisien reliabilitas untuk instrumen kemampuan membaca

pemahaman dilakukan dengan menggunakan rumus KR-21. Alasan digunakannya

KR-21 adalah karena instrumen tersebut bersifat dikotomi (1-0), maka reliabilitas

instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 21 sebagai berikut.

( ) * ( )+
ri =

Sumber: (Arikunto 2010:232)

Keterangan : ri = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

M = skor rata-rata

(∑ )

Vt = varians total, dimana: Vt =

∑X = jumlah skor total

∑X2 = jumlah kuadrat skor total


80

n = banyaknya responden atau subjek

Sedangkan perhitungan koefisien reliabilitas untuk instrumen kemampuan

mengapresiasi cerita pendek dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach yaitu sebagai berikut.

r11 =  k  1   b 
 2
 k  1  t2 
  

Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

 2
b = jumlah variansi skor butir soal ke-i

i = 1, 2, 3, 4, …n

 t2 = variansi total

Adapun kriteria keputusan pengujiannya adalah dengan membandingkan

rhitung dengan rtabel, dengan ketentuan jika rhitung > rtabel berarti dinyatakan reliabel,

sedangkan rhitung ≤ rtabel berarti tidak reliabel.

1. Uji Reliabilitas Kemampuan Membaca Pemahaman

Pengujian reliabilitas ini harus membandingkan antara rhitung dengan

rtabel. Variabel kemampuan membaca pemahaman diperoleh rtabel dari

responden yang berjumlah 32 siswa dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar

0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa

dari tiap item yang menggunakan rumus KR-21 dengan penggunaan

Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


81

Tabel 3.5
Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman

r hitung r tabel Keterangan


0.705026423 0,349 Reliabel

2. Uji Reliabilitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Pengujian reliabilitas ini harus membandingkan antara rhitung dengan

rtabel. Variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek diperoleh rtabel dari

responden yang berjumlah 32 siswa dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar

0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa

dari tiap item yang menggunakan rumus alpha cronbach dengan penggunaan

Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6
Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

r hitung r tabel Keterangan


0.735103975 0,349 Reliabel

3.9 ANALISIS DATA

3.9.1 Analisis Data Awal

3.9.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2012:207) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam menganalisis data dengan

statistik deskriptif, data yang dianalisis berupa data kuantitatif. Data dalam

penelitian ini berupa skor tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan
82

mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan

Pucakwangi Kabupaten Pati.

Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel

yang ada dalam penelitian ini yaitu kemampuan membaca pemahaman dan

kemampuan mengapresiasi cerita pendek dengan berpedoman pada PAP

(Penilaian Acuan Patokan). Deskripsi awal juga menggambarkan tabel distribusi

frekuensi yang ditentukan dengan rumus Sturges, cara yang dilakukan adalah

sebagai berikut.

1. Menghitung jumlah kelas interval

K = 1 + 3,3 log n

n : jumlah responden

2. Menghitung rentang data

R = data terbesar – data terkecil + 1

3. Menghitung panjang kelas

P=R:K

4. Menyusun interval kelas

5. Membuat tabel distribusi frekuensi relatif dan kumulatif (Sugiyono 2012:36).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian dengan menggunakan

penilaian skala – 100 dan skala – 5 adalah sebagai berikut.

a. Membuat tabel bobot penskoran dan distribusi skor tes


83

Tabel 3.7
Bobot Penskoran dan Distribusi Skor Tes

Variabel Nomor Bentuk Soal Bobot St


Kemampuan Membaca Pemahaman 1 s/d 30 Pilihan 1 30
ganda
Kemampuan Mengapresiasi Cerita 1 s/d 15 Uraian 5 75
Pendek

b. Menentukan skor berdasarkan proporsi

Skor = x 100%

B = banyaknya butir yang dijawab benar (bentuk pilihan ganda) atau jumlah

skor jawaban benar pada setiap butir/item soal (tes bentuk

menguraikan)

St = skor teoretis

c. Menentukan batas minimal nilai ketuntasan

Depdiknas RI atau beberapa sekolah biasanya telah menentukan batas

minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakkan

misalnya 60%.

d. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dalam tabel.

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh

(dalam %) dengan analisis deskriptif presentase dikonsultasikan dengan tabel

kriteria. Menentukan presentase yang diperoleh, maka dibuat tabel kategori

yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut.


84

Tabel 3.8
Kriteria Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Tingkat Penguasaan Hasil Penilaian


(%) Nilai Kualifikasi
80 ke atas A Sangat Baik
70-79 B Baik
60-69 C Cukup
50-59 D Kurang
49 ke bawah E Sangat Kurang
Sumber: (Poerwanti 2008:6.14)

3.9.1.2 Uji Prasyarat Analisis

3.9.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk memastikan bahwa data setiap variabel

yang dianalisis berdistribusi normal. Hal tersebut didasarkan pada asumsi statistik

parametris yang mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis

harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis

dilakukan maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas data

(Sugiyono, 2012:241).

Uji normalitas menggunakan Uji Lileifors dengan hipotesis nol bahwa

sampel berasal berdistribusi normal dan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak

normal. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita membandingkan Lo

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk Uji Liliefors untuk

taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi

berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari

daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana 2005:466-468).

Langkah-langkah menguji hipotesis nol sebagai berikut.


85

a. Pengamatan x1, x2, x3….xn dijadikan bilangan baku zi, z2, z3, ……… zn

̅
dengan menggunakan rumus dengan ̅ dan s masing-masing

merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel.

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Zi) = P(z ≤ zi).

c. Selanjutnya menghitung jumlah proporsi z1, z2, z3, …zn yang lebih kecil atau

sama dengan zi yang dijadikan S(Zi). Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z1)

maka ( )

d. Hitung selisih F (Zi – S (Z1), kemudian ditentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga mutlak tersebar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

kemudian diberi symbol Lo.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan Lo dengan

nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk Uji Liliefors untuk taraf

nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi

berdistribusi normal jika Lo diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari

daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana 2005:466-468).

3.9.1.2.2 Uji Homogenitas

Uji Homogenitas menggunakan rumus Uji Bartlett (Sudjana 2005:261-

264). Adapun langkah-langkah dalam uji homogenitas dengan Uji Bartlett adalah

sebagai berikut.

Kita misalkan masing-masing sampel berukuran n1, n2, …., nk dengan data Yij(i =

1,2, …., k dan j= 1,2 ,…., nk) dan hasil pengamatan telah disusun seperti daftar

berikut.
86

Data Populasi ke
1 2 ... K
y11 y21 … yk1
y12 y21 yk1
Data Hasil . . .
Pengamatan . . .
. . .
y1n1 y2n1 … ykn1

Selanjutnya, dari sampel-sampel itu kita hitung variansnya masing-masing adalah


S12, S22, …., Sn2.
Untuk mempermudah perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji

Bartlett lebih baik disusun dalam sebuah daftar berikut.

Sampel ke Dk 1/dk si2 Log si2 dk log (si2)


1 n1-1 1/(n1-1) S12 Logs12 (n1-1)logsi2
2 n2-1 1/(n2-1) S22 Logs22 (n2-1)logsi2
. . . . . .
. . . . . .
K nk-1 1/(nk-1) Sk2 Logsk2 (nk-1)logsk2

Dari daftar ini kita hitung harga-harga yang diperlukan, yaitu sebagai berikut.

1. Varians gabungan dari semua sampel:

S2 = (∑(ni – 1) si2 / (∑(ni-1))

2. Harga satuan B dengan rumus:

B = (log s2) ∑(ni-1)

3. Ternyata bahan uji Bartlett digunakan statistik chi-kuadrat

X2 = (in 10) {B - ∑(ni-1) log si2

Dengan ln10= 2,3026, disebut logaritmas asli dari bilangan 10. Dengan

taraf nyata α, kita tolak hipotesis Ho jika x2≥x2(1-α)(k-1), di mana x2(1-α)(k-1) didapat

dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1).


87

Keterangan:

si 2 = varians masing-masing kelompok

s2 = varians gabungan

ni = banyaknya anggota dalam tiap kelompok/kelas

B = koefisien bartlett

3.9.1.2.3 Uji Linearitas Regresi

Uji linearitas digunakan untuk melihat garis regresi antara X (kemampuan

membaca pemahaman) dan Y (kemampuan mengapresiasi cerita pendek)

membentuk garis linier atau tidak (Sugiyono 2012:265). Pengujian linieritas

dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut.

JK (T) = ∑


JK (A) =

(∑ )(∑ )
JK (b‫׀‬a) = b *∑ - }

JK (S) = JK (T) – JK (A) – JK (b‫׀‬a)

(∑ )
JK (G) = ∑*∑ - }

JK (TC) = JK (S) – JK (G)

Sumber : (Sugiyono 2012:265)

Keterangan : JK (T) = jumlah kuadrat total

JK (A) = jumlah kuadrat koefisien a

JK (b‫׀‬a) = jumlah kuadrat regresi (b‫׀‬a)

JK (S) = jumlah kuadrat sisa

JK (G) = jumlah kuadrat galat


88

JK (TC) = jumlah kuadrat tuna cocok

3.9.2 Analisis Data Akhir

3.9.2.1 Pengujian Hipotesis

Teknik pengujian hipotesis untuk mencari nilai korelasi antara variabel X

dengan variabel Y menggunakan teknik korelasi sederhana yaitu rumus “r”

product moment. Adapun rumus korelasi sederhana sebagai berikut.

∑ (∑ )(∑ )
rxy =
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Sumber : (Arikunto 2012:87)

Keterangan: rxy : koefisien korelasi

N : jumlah sampel

X : nilai variabel 1

Y : nilai variabel 2

∑X2 : jumlah kuadrat dari skor item

∑Y2 : jumlah kuadrat dari skor total

∑XY : jumlah perkalian antara skor item dan skor total

Dengan ketentuan r tidak lebih dari harga ( ). Apabila nilai r = -1

artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1

berarti korelasinya sangat kuat.

3.9.2.2 Uji Signifikansi

Uji signifikansi digunakan untuk menguji data hubungan antara variabel X

dengan variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah sebagai berikut.


89


thitung =

Sumber:(Sugiyono 2012:257)

Keterangan: thitung : nilai t

r : nilai koefisien korelasi

n : jumlah sampel

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. Namun

sebelumnya mencari dk (derajat kebebasan) untuk menentukan ttabel dengan rumus

sebagai berikut.

dk = n – 2

Setelah diperoleh dk selanjutnya adalah mengkonsultasikan dk dengan

tabel nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1% dengan kaidah

pengujian:

Jika thitung ttabel, maka hipotesis diterima, artinya signifikan dan

thitung ttabel, maka hipotesis ditolak, artinya tidak signifikan.

Untuk memberikan penafsiran terhadap korelasi dapat dengan menggunakan

tabel sebagai berikut.

Tabel 3.9
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : (Sugiyono 2012: 257)
90

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X

terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut.

KD = r2 x 100%

Keterangan:KD : nilai koefisien determinan

r : nilai koefisien korelasi

3.9.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis data akhir dalam penelitian ini menggunakan regresi linear

sederhana untuk mengetahui pengaruh yang diberikan variabel X terhadap

variabel Y dengan rumus sebagai berikut.

Ŷ=a+bX

Dimana:Ŷ = subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a = harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan

pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan

bila (-) maka arah garis turun.

X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Rumus untuk mencari harga a dan b adalah sebagai berikut.

( )( ) ( )( )
( )

( )( )
( )

Sumber: (Sugiyono 2012:262)


BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


Deskripsi data yang disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk

memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di

lapangan. Pada bab ini dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan

dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan

software Microsoft Excel dan SPSS versi 16.0 for Windows, untuk mengetahui dan

mendeskripsikan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek, serta kesimpulan berdasarkan uji

hipotesis yang digunakan.

4.1.1 Analisis Deskriptif Persentase

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 60 responden didapatkan rata-rata

kemampuan membaca pemahaman 70,08 dengan standar deviasi 16,89 dan rata-

rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 57,78 dengan standar deviasi

16,64.

Tabel 4.1
Analisis Deskripsi Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Variabel Rata-rata N
Kemampuan Membaca 70% 60
Pemahaman
Kemampuan Mengapresiasi 58% 60
Cerita Pendek

Berdasarkan uraian pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata

penguasaan kemampuan membaca pemahaman di Gugus Sultan Agung termasuk

91
92

kategori baik dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa di Gugus Sultan

Agung termasuk kategori kurang. Deskripsi dari masing-masing variabel

berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

4.1.1.1 Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami

isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil

pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan

menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas proses kognitif yang dilakukan

oleh pembaca. Membaca pemahaman bertujuan untuk memperoleh pemahaman

atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar siswa mampu

menghubungkan informasi lama dan informasi yang baru diketahuinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD di Gugus

Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diperoleh hasil perhitungan

skor tertinggi 91, skor terendah 23, mean (skor rata-rata) adalah 70; rentang skor

69; banyak kelas 7; dan panjang kelas 10.

Data yang diperoleh, akan ditentukan jumlah kelas intervalnya agar lebih

mudah untuk ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dan histogram

frekuensinya dapat dilihat pada gambar 4.1. Langkah-langkah menentukan tabel

distribusi frekuensi (Sugiyono 2012:35) sebagai berikut.

1. Menghitung jumlah kelas interval, dengan menggunakan rumus Sturges

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 60
93

= 6,9 yang dibulatkan menjadi 7

2. Menghitung rentang data

Rumus R = data terbesar – data terkecil + 1

= 91-23+1

= 69

3. Menentukan panjang kelas

Menentukan panjang kelas digunakan rumus panjang kelas = R : K = 69 : 7 =

9,9 dibulatkan menjadi 10.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman

F F
No Kelas Batas Batas Mean
F Relatif Kumulatif
kelas Interval Bawah Atas Tengah
% %
1 83-92 82,5 92,5 87,5 13 22% 22%
2 73-82 72,5 82,5 77,5 23 38% 60%
3 63-72 62,5 72,5 67,5 8 13% 73%
4 53-62 52,5 62,5 57,5 6 10% 83%
5 43-52 42,5 52,5 47,5 5 8% 92%
6 33-42 32,5 42,5 37,5 3 5% 97%
7 23-32 22,5 32,5 27,5 2 3% 100%
60 100%
94

25

20
Frekuensi Absolut

15

10

0
26,5 36,5 46,5 56,5 66,5 76,5 86,5

Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman

Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui persentase ketuntasan

hasil tes kemampuan membaca pemahaman siswa. Batas minimal ketuntasan

peserta tes didasarkan pada pedoman yang sudah ada, yaitu berdasarkan

Depdiknas RI yang telah menentukan batas minimal ketuntasan sebesar 60%,

sehingga siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas dapat dikatakan masuk kategori

tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3
Kriteria Ketuntasan Kemampuan Membaca Pemahaman

No. Perolehan Nilai Kategori Frekuensi Persentase %


1. ≥ 60 Tuntas 44 73%
2. < 60 Tidak Tuntas 16 27%
Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa sudah

tuntas dalam kemampuan membaca pemahaman yaitu sebanyak 44 dari 60 siswa


95

atau 73%. Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam kemampuan membaca

pemahaman adalah 16 dari 60 siswa atau 27%.

Untuk mengetahui tingkatan kriteria nilai tersebut, selanjutnya skor yang

diperoleh siswa dijelaskan dengan analisis deskriptif persentase dengan

mengonsultasikan pada tabel kriteria (lihat BAB III pada tabel 3.8).

Berdasarkan pedoman kriteria penilaian, perolehan nilai dari siswa

dijelaskan dengan pemberian kategori sebagai berikut.

Tabel 4.4
Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 23 38%
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 8 13% 70
4 50 – 59 Kurang 8 13%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 8 13%
60 100% Baik

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut, sebanyak 23 siswa atau 38% dari

60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat

kemampuan membaca pemahaman pada interval 70 – 79 terdapat 13 siswa atau

22%% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan membaca

pemahaman pada interval 60 – 69 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa

mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada

interval 50 – 59 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori

kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa

mendapat kategori sangat kurang. Rata-rata perolehan skor pada hasil sebaran tes

kemampuan membaca pemahaman adalah 70, sehingga dapat diketahui bahwa


96

sebagian besar siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi

Kabupaten Pati memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik.

Data yang terkumpul dari hasil penyebaran tes variabel kemampuan

membaca pemahaman pada 60 responden dapat diketahui presentase skor dari

masing-masing indikator yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.5
Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman

Jumlah Jumlah
No. Indikator % Skor Kategori
Soal Skor
Memahami arti kata-kata sesuai
1. 3 135 75% Baik
penggunaan dalam wacana
Mengenali susunan organisasi
Sangat
2. wacana dan antar hubungan 3 149 83%
Baik
bagian-bagiannya
Mengenali pokok-pokok pikiran
Sangat
3. yang terungkapkan dalam 3 46 46%
Kurang
wacana
Menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang jawabannya
4. 13 558 72% Baik
secara eksplisit terdapat dalam
wacana
Skor Rata-rata 70
Kategori Baik

Dari hasil pengumpulan data tersebut diketahui bahwa rata-rata perolehan

skor pada hasil sebaran tes adalah 70 dengan kategori baik, dimana perolehan skor

tertinggi (83%) terdapat pada indikator “mengenali susunan organisasi wacana

dan antar hubungan bagian-bagiannya” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh

skor sebesar 149. Skor tertinggi kedua (75%) terdapat pada indikator “memahami

arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” dengan jumlah tiga butir soal

diperoleh skor sebesar 135. Selanjutnya yaitu indikator “menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana” dengan


97

jumlah tiga belas butir soal diperoleh skor sebesar 558 (72%) dan skor paling

rendah (46%) terdapat pada indikator “mengenali pokok-pokok pikiran yang

terungkapkan dalam wacana” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar

46. Adapun penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut.

1. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana

Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 9, 20, dan

21. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa sebanyak 29 responden

mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator

“memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” termasuk dalam

kategori baik dengan persentase sebesar 75. Perinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Memahami Arti Kata-kata sesuai
Penggunaan dalam Wacana

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


9 45 33,3%
20 45 33,3%
21 45 33,3%
Jumlah 135 100%

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 29 48%
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 20 33% 75
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perolehan skor untuk tiap

butir soal adalah 33,3%, jadi setiap butir soal menyumbangkan sebesar 33,3%

terhadap indikator memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana.


98

Hasil perhitungan setiap butir soal pada indikator ini 29 siswa atau 48% dari 60

siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai

70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69

diperoleh 20 atau 33% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak ada siswa atau

yang mendapat kategori kurang dan 11 siswa atau 18% dari 60 siswa mendapat

nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.

2. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya

Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 2, 12, dan

18. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa sebagian besar (35

responden) mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan,

indikator “mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-

bagiannya” termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 83.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Susunan Organisasi Wacana
dan Antar Hubungan Bagian-bagiannya

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


2 45 30,2%
12 55 36,9%
18 49 32,9%
Jumlah 149 100%

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 35 58%
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 19 32% 83
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 6 10%
60 100% Sangat Baik
99

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 9

diperoleh skor 30,2%, nomor 12 diperoleh skor 36,9%, dan nomor 18 diperoleh

skor 32,9%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 12 mendapatkan skor

tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 35 siswa

atau 58% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik.

Pada interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval

nilai 60 – 69 diperoleh 19 atau 32% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak

ada siswa yang mendapat kategori kurang dan 6 siswa atau 10% dari 60 siswa

mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.

3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana

Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 16, 17, dan

22. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan membaca

pemahaman didapatkan hasil bahwa sebagian besar (32 responden) mendapatkan

nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “mengenali

pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana” termasuk dalam kategori

sangat kurang dengan persentase sebesar 46. Adapun perinciannya adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.8
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Pokok-pokok Pikiran yang
Terungkapkan dalam Wacana

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


16 32 38,6%
17 38 45,8%
22 13 15,7%
Jumlah 83 100%
100

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 23 38% 46
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 32 53%
60 100% Sangat Kurang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 16

diperoleh skor 338,6%, nomor 17 diperoleh skor 45,8%, dan nomor 22 diperoleh

skor 15,7%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 17 mendapatkan skor

tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 5 siswa

atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada

interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai

60 – 69 diperoleh 19 siswa atau 38% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak

ada siswa yang mendapat kategori kurang dan 32 siswa atau 53% dari 60 siswa

mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.

4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat

dalam wacana

Pada indikator ini terdiri dari 13 butir soal yaitu pada nomor 1, 3-8, 10, 11,

13, 14, 15, dan 19. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan

membaca pemahaman didapatkan hasil bahwa terdapat 22 responden yang

mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator

“menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat

dalam wacana” termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 72.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.


101

Tabel 4.9
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Menjawab Pertanyaan-pertanyaan yang
Jawabannya secara Eksplisit terdapat dalam Wacana

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


1 50 9%
3 42 7,5%
4 55 9,9%
5 46 8,2%
6 54 9,7%
7 40 7,2%
8 19 3,4%
10 43 7,8%
11 36 6,5%
13 56 10%
14 44 7,9%
15 40 7,2%
19 33 6%
Jumlah 558 100%

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 22 37%
2 70 – 79 Baik 15 25%
3 60 – 69 Cukup 8 13% 72
4 50 – 59 Kurang 4 7%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 13

diperoleh skor tertinggi yaitu 10% dan skor terendah terdapat pada butir soal

nomor 8 yaitu 3,4%. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan

22 siswa atau 37% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat

baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa

mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 8 siswa atau 13% dari 60

siswa dengan kategori cukup. Terdapat 4 siswa atau 7% dari 60 siswa mendapat
102

kategori kurang dan 11 siswa atau 18% siswa dari 60 siswa mendapat nilai 49 ke

bawah dengan kategori sangat kurang.

4.1.1.2 Data Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Apresiasi sastra khususnya cerita pendek dapat melatih siswa

mengembangkan tingkat imajinasi, menambah wawasan dan memberi

pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta

dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang

dihadapinya. Selain itu, kegiatan apresiasi di sekolah akan mengarahkan siswa

menjadi orang yang menggemari karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai

terutama nilai moral yang terkandung dalam cerita pendek tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD di Gugus

Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diperoleh hasil perhitungan

skor tertinggi 87, skor terendah 20, mean (skor rata-rata) 58; rentang skor 68;

banyak kelas 7; dan panjang kelas 10.

Data yang diperoleh, akan ditentukan jumlah kelas intervalnya agar lebih

mudah untuk ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada tabel 4.12 dan histogram

frekuensinya dapat dilihat pada gambar 4.2. Langkah-langkah menentukan tabel

distribusi frekuensi (Sugiyono 2012:35) sebagai berikut.

1. Menghitung jumlah kelas interval, dengan menggunakan rumus Sturges

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 60

= 6,9 yang dibulatkan menjadi 7


103

2. Menghitung rentang data

Rumus R = data terbesar – data terkecil + 1

= 87-20+1

= 68

3. Menentukan panjang kelas

Menentukan panjang kelas digunakan rumus panjang kelas = R : K = 68 : 7 =

9,7 dibulatkan menjadi 10.

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek

F F
No Kelas Batas Batas Nilai
F Relatif kumulatif
kelas Interval Bawah Atas Tengah
% %
1 80-89 79,5 89,5 84,5 5 8% 8%
2 70-79 69,5 79,5 74,5 10 17% 25%
3 60-69 59,5 69,5 64,5 15 25% 50%
4 50-59 49,5 59,5 54,5 12 20% 70%
5 40-49 39,5 49,5 44,5 8 13% 83%
6 30-39 29,5 39,5 34,5 8 13% 97%
7 20-29 19,5 29,5 24,5 2 3% 100%
Jumlah 60 100%
104

16

14

12
Frekuensi Absolut

10

0
19,5 29,5 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5

Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita


Pendek

Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui persentase ketuntasan

hasil tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Batas minimal

ketuntasan peserta tes didasarkan pada pedoman yang sudah ada, yaitu

berdasarkan Depdiknas RI yang telah menentukan batas minimal ketuntasan

sebesar 60 %, sehingga siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas dapat dikatakan

masuk kategori tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11
Kriteria Ketuntasan Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek

No. Perolehan Nilai Kategori Frekuensi Persentase %


1. ≥ 60 Tuntas 30 50%
2. < 60 Tidak Tuntas 30 50%
Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang sudah tuntas

dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek yaitu sebanyak 30 dari 60 siswa


105

atau 50%. Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam kemampuan mengapresiasi

cerita pendek adalah 30 dari 60 siswa atau 50%.

Untuk mengetahui tingkatan kriteria nilai tersebut, selanjutnya skor yang

diperoleh siswa dijelaskan dengan analisis deskriptif persentase dengan

mengonsultasikan pada tabel kriteria (lihat BAB III pada tabel 3.8).

Berdasarkan pedoman kriteria penilaian, perolehan nilai dari siswa

dijelaskan dengan pemberian kategori sebagai berikut.

Tabel 4.12
Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
2 70 – 79 Baik 10 17%
3 60 – 69 Cukup 15 25% 58
4 50 – 59 Kurang 12 20%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 18 30%
Jumlah 60 100% Kurang

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut, terlihat bahwa sebanyak 5 siswa

atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik.

Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 70 – 79 terdapat

10 siswa atau 17% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan

mengapresiasi cerita pendek pada interval 60 – 69 terdapat 15 siswa atau 25% dari

60 siswa mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita

pendek pada interval 50 – 59 terdapat 12 siswa atau 20% dari 60 siswa mendapat

kategori kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 18 siswa atau 30% dari 60

siswa mendapat kategori sangat kurang. Rata-rata perolehan skor pada hasil
106

sebaran tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 58, sehingga dapat

diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati memiliki kemampuan mengapresiasi

cerita pendek yang kurang.

Data yang terkumpul dari hasil penyebaran tes variabel kemampuan

mengapresiasi cerita pendek pada 60 responden dapat diketahui presentase skor

dari masing-masing indikator yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.13
Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek

Jumlah Jumlah
No. Indikator % Skor Kategori
Soal Skor
Aspek kognitif: memahami unsur-
1. unsur kesastraan yang bersifat 7 1140 54% Kurang
objektif
Aspek emotif: menghayati unsur-
unsur keindahan dalam teks sastra
2. yang dibaca (menyebutkan nilai- 3 615 68% Cukup
nilai yang terkandung dalam
bacaan cerita)
Aspek evaluatif: memberikan
3. 2 325 54% Kurang
penilaian terhadap isi bacaan
Skor Rata-rata 58
Kategori Kurang

Dari hasil pengumpulan data tersebut diketahui bahwa rata-rata perolehan

skor pada hasil sebaran tes adalah 58 termasuk dalam kategori kurang, dimana

perolehan skor tertinggi (68%) terdapat pada indikator “aspek emotif” dengan

jumlah tujuh butir soal diperoleh skor sebesar 1140. Skor aspek kognitif dengan

jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar 615 (54%) dan aspek evaluatif

dengan jumlah dua butir soal diperoleh skor sebesar 325 (54%). Adapun

penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut.


107

1. Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif

Pada indikator ini terdiri dari tujuh butir soal yaitu pada nomor 1-4, 6, 7,

dan 9. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan

mengapresiasi cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 24 responden

mendapatkan nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator

“aspek kognitif” termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 54.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.14
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Kognitif

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


1 97 8,5%
2 151 13,2%
3 132 11,6%
4 138 12,1%
6 155 13,6%
7 284 24,9%
9 183 16,1%
Jumlah 1140 100%

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 3 5%
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 11 18% 54
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 24 40%
60 100% Kurang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 7

diperoleh skor tertinggi yaitu 24,9% dan skor terendah terdapat pada butir soal

nomor 1 yaitu 8,5%. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan

3 siswa atau 5% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat

baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22% dari 60 siswa
108

mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 11 siswa atau 18% dari 60

siswa dengan kategori cukup. Terdapat 9 siswa atau 15% dari 60 siswa mendapat

kategori kurang dan 24 siswa atau 40% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan

kategori sangat kurang.

2. Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang

dibaca

Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 5, 8, dan 11.

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan mengapresiasi

cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 24 responden mendapatkan nilai

A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator “aspek emotif”

termasuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 68. Adapun

perinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.15
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Emotif

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


5 224 36,4%
8 225 36,6%
11 166 27%
Jumlah 615 100%

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 24 40%
2 70 – 79 Baik 6 10%
3 60 – 69 Cukup 13 22% 68
4 50 – 59 Kurang 3 5%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 14 23%
60 100% Cukup

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 5

diperoleh skor 36,4%, nomor 8 diperoleh skor 36,6%, dan nomor 11 diperoleh
109

skor 27%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 8 mendapatkan skor tertinggi.

Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 24 siswa atau 40%

dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval

nilai 70 – 79 terdapat 6 siswa atau 10% dari 60 siswa mendapat kategori baik.

Interval nilai 60 – 69 diperoleh 13 siswa atau 22% dari 60 siswa dengan kategori

cukup. Terdapat 3 siswa atau 5% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 14

siswa atau 23% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.

3. Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan

Pada indikator ini terdiri dari dua butir soal yaitu pada nomor 10 dan 12.

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan mengapresiasi

cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 26 responden mendapatkan nilai E

dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “aspek evaluatif”

termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 54. Adapun

perinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.16
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Evaluatif

Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor


10 166 51,1%
12 159 48,9%
Jumlah 325 100%

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 16 27%
2 70 – 79 Baik 7 12%
3 60 – 69 Cukup 2 3% 54
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 26 43%
60 100% Kurang
110

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 10

diperoleh skor 51,1% dan nomor 12 diperoleh skor 48,9%. Jadi pada indikator ini

butir soal nomor 10 mendapatkan skor tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan

pada indikator ini didapatkan 16 siswa atau 27% dari 60 siswa mendapat nilai 80

ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 7 siswa

atau 12% dari 60 siswa mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 2

siswa atau 3% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Terdapat 9 siswa atau 15%

dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 26 siswa atau 43% siswa mendapat

nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.

4.1.2 Pengujian Prasyarat Analisis Data

Karakteristik data penelitian yang telah dikumpulkan sangat menentukan

teknik analisis yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum analisis data secara

inferensial untuk kepentingan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu data-

data tersebut diadakan pemeriksaan atau diuji. Pengujian yang dilakukan

menyangkut (1) pengujian normalitas; (2) pengujian homogenitas; (3) pengujian

linearitas; dan (4) keberartian regresi. Perhitungan prasyarat analisis data dalam

penelitian ini menggunakan perangkat lunak program SPSS versi 16.0 for

Windows.

4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

yang diambil dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Taraf signifikansi yang

digunakan sebagai aturan untuk menerima atau menolak pengujian atas normal
111

atau tidaknya suatu distribusi data yaitu α = 0,05. Untuk menguji data normal atau

tidak maka, digunakan rumusan sebagai berikut.

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi p< 0,05, maka Ho ditolak

b. Jika signifikansi p> 0,05, maka Ho diterima

Hasil perhitungan dilakukan dengan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov

melalui program SPSS versi 16.0 for Windows, untuk mengidentifikasi data

berdistribusi normal atau tidak dengan melihat nilai 2-tailed significance. Hasil

perhitungan uji normalitas diketahui sebagai berikut.

Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Y

Kemampuan Kemampuan
Membaca Mengapresiasi
Pemahaman Cerita Pendek

N 60 60

Normal Parametersa Mean 70,0758 57,7778

Std. Deviation 16,88959 16,64028

Most Extreme Absolute 0,162 0,070


Differences
Positive 0,109 0,050

Negative -0,162 -0,070

Kolmogorov-Smirnov Z 1,258 0,541

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,085 0,932


112

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pengujian normalitas terhadap

data kemampuan membaca pemahaman didapatkan nilai signifikansi 0,085 p>

0,05. Dan nilai signifikansi variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek

0,932 p> 0,05. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, apabila nilai

signifikansi p> 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data kemampuan membaca

pemahaman dan data kemampuan mengapresiasi cerita pendek berdistribusi

normal (Ho diterima).

Gambar 4.3 P-Plots Hasil Uji Normalitas

Grafik normal plot pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa penyebaran titik-

titik mengikuti garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi

normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

4.1.2.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui data yang

diperoleh tersebut berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Pengujian
113

dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows untuk melihat nilai

signifikansi. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.18
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances

Kemampuan Membaca Pemahaman


Levene
Statistic df1 df2 Sig.

0,001 1 118 0,977

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel

kemampuan membaca pemahaman (X) berdasarkan variabel kemampuan

mengapresiasi cerita pendek (Y) adalah 0,977 > 0,05, artinya data variabel

kemampuan membaca pemahaman (X) berdasarkan variabel kemampuan

mengapresiasi cerita pendek (Y) mempunyai varian yang sama (homogen).

4.1.2.3 Uji Linearitas

Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat linier atau tidak. Kriteria pengujian linieritas adalah jika

nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat adalah linier. Untuk pengujian linearitas ini peneliti menggunakan

SPSS versi 16.0 for Windows. kriteria yang telah ditentukan adalah jika

signifikansi p< 0,05, maka hubungannya adalah linear, sebaliknya jika

signifikansi p> 0,05, maka hubungannya adalah tidak linear. Hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut.


114

Tabel 4.19
Hasil Uji Linearitas antar Variabel
(Anova Table)

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Kemampuan Between (Combined


11894,656 14 849,618 8,606 0,000
mengapresiasi Groups )
cerita pendek *
Kemampuan Linearity 11200,519 1 11200,519 113,458 0,000
membaca
pemahaman Deviation
from 694,137 13 53,395 0,541 0,886
Linearity

Within Groups 4442,381 45 98,720

Total 16337,037 59

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil taraf signifikansi =

0,000 < 0,05, maka dapat diartikan hubungan antara variabel kemampuan

membaca pemahaman dan variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek

adalah linear.

4.1.3 Analisis Data Akhir

4.1.3.1 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dan membuktikan

apakah hipotesis nol (Ho) yang telah diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf

kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima dan

berdasarkan data yang ada di lapangan. Peneliti mengajukan dua hipotesis sebagai

berikut.
115

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V

SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

2. Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan

Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Adapun rumusan hipotesis pertama adalah sebagai berikut.

Ha : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Ho : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan

membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Koefisien korelasi dicari untuk menguji hipotesis dengan melihat seberapa

besar hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows, hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.20
Hasil Uji Korelasi antar Variabel
Model Summary

Change Statistics
Std. Error
R Adjusted of the R Square F Sig. F
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change

1 0,828a 0,686 0,680 9,41067 0,686 126,473 1 58 0,000

a. Predictors: (Constant), Kemampuan membaca pemahaman


b. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
116

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa ada korelasi antara

kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek

sebesar r hitung = 0,828. Untuk mengetahui koefisien korelasi tersebut bernilai

signifikan atau tidak, maka harus dibandingkan dengan r tabel. Taraf kesalahan

yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu 5% dan N = 60, maka harga r tabel =

0,254, ternyata harga r hitung lebih besar dari harga r tabel, sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima. Jadi ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan

membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 0,828

termasuk dalam kategori sangat kuat. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

berbunyi “terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek” dinyatakan diterima.

Adapun rumusan hipotesis kedua adalah sebagai berikut.

Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara kemampuan membaca pemahaman

terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Besarnya nilai pengaruh

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita

pendek dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi. Adapun nilai determinasi

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita


117

pendek sebesar (r hitung)2 x 100% = (0,828)2 x 100% = 0,686 x 100% = 68,6%. Hal

ini berarti keeratan korelasi antara kemampuan membaca pemahaman terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Nilai determinasi dapat

dilihat pada kolom R square dalam tabel model summary.

Jadi dapat dikatakan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh

signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan

mengapresiasi cerita pendek” dinyatakan diterima, karena kemampuan membaca

pemahaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%.

4.1.3.2 Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana

dengan satu prediktor yaitu kemampuan membaca pemahaman (X) sebagai

variabel bebas dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek (Y) sebagai variabel

terikat. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan antara satu variabel bebas

dan satu variabel terikat. Dari analisis regresi ini dapat diketahui model regresi

yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk pengaruh antara kemampuan

membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Pada

penelitian ini, analisis regresi sederhana dihitung menggunakan program SPSS

versi 16.0 for Windows dengan hasil perhitungan sebagai berikut.


118

Tabel 4.21
Hasil Analisis Regresi Sederhana
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 0,611 5,226 0,117 0,907

Kemampuan
membaca 0,816 0,073 0,828 11,246 0,000
pemahaman

a. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa pada kolom

B didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816. Sehingga

persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816 X. Berdasarkan persamaan

tersebut, apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 1, maka nilai

kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816 atau setiap nilai

kemampuan membaca pemahaman bertambah 10, maka nilai kemampuan

mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 8,16. Nilai X dan Y berbanding

lurus, artinya semakin besar nilai X maka semakin besar pula nilai Y dan

sebaliknya semakin kecil nilai X maka semakin kecil pula nilai Y (X dan Y

memiliki pengaruh yang signifikan).

4.1.3.3 Uji Signifikansi

Uji t atau uji signifikansi parsial digunakan untuk mengetahui ada

pengaruh atau tidaknya antar variabel. Antar variabel dependen dan independen

dikatakan memiliki pengaruh jika nilai signifikansi < 0,05 dan jika nilai

signifikansi > 0,05 maka antar variabel dependen dan independen tidak
119

berpengaruh. Hasil perhitungan uji t dengan menggunakan program SPSS versi

16.0 for Windows adalah sebagai berikut.

Tabel 4.22
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2,126 0,162 13,164 0,000

kemampuan membaca
-0,010 0,002 -0,347 -4,023 0,000
pemahaman

a. Dependent Variable: kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Dari tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa variabel kemampuan

membaca pemahaman diperoleh hasil t hitung = 4,023 dengan nilai signifikansi

0,000. Jadi nilai signifikan < 0,05 sehingga terdapat pengaruh antara kemampuan

membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

4.2 PEMBAHASAN

Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kedua hipotesis

kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan dalam

penelitian ini meliputi kemampuan membaca pemahaman, kemampuan

mengapresiasi cerita pendek, hubungan antara kemampuan membaca pemahaman

dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dan pengaruh kemampuan

membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Secara


120

lengkap pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis diuraikan sebagai

berikut.

4.2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman (Variabel X)

Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali

ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal. Pada

dasarnya, hampir semua jenis membaca memerlukan pemahaman karena kualitas

membaca manusia khususnya kalangan pelajar diukur dari kecepatan membaca,

pemahaman yang mendalam, pengingatan kembali dan penerapan informasi yang

didapat secara kreatif. Kegiatan membaca menuntut siswa untuk lebih terfokus

pada apa yang dibacanya dari segi kemampuan dan pemahamannya. Peranan guru

sangat membantu dalam memilah-milah dan menentukan sumber bacaan,

sehingga siswa tidak hanya terlatih untuk membaca dari berbagai sumber bacaan,

tetapi juga memahami apa yang dibacanya, serta mampu menyampaikan

informasi dalam bentuk lisan maupun tertulis. Salah satu jenis membaca yang

dapat digunakan dalam pembelajaran adalah membaca pemahaman, karena

dengan membaca pemahaman pembaca akan dapat memahami isi bacaan secara

menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan

membuat rangkuman isi bacaan. Hal ini sejalan dengan Somadayo (2011:10),

membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara

aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca

serta dihubungkan dengan isi bacaan. Semakin tinggi tingkat kemampuan

membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman isi
121

bacaan siswa. Jadi pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan oleh guru

untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan.

Tingkat kemampuan membaca pemahaman diketahui dengan

menggunakan teknik tes secara individual yaitu tes objektif (pilihan ganda). Tes

kemampuan membaca pemahaman terdiri dari 22 butir soal yang diujikan pada 60

responden. Berdasarkan hasil perhitungan, 23 siswa atau 38% dari 60 siswa

mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan

membaca pemahaman pada interval 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22% dari 60

siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada

interval 60 – 69 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori

cukup. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 50 – 59 terdapat

8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada interval 49 ke

bawah terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori sangat kurang.

Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD di Gugus

Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah 70 yang termasuk

dalam kategori baik.

Hasil perhitungan untuk masing-masing indikator yaitu pada indikator

“mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya”

mendapatkan skor tertinggi yaitu 83% termasuk dalam kategori sangat baik. Skor

tertinggi kedua (75%) terdapat pada indikator “memahami arti kata-kata sesuai

penggunaan dalam wacana” termasuk dalam kategori baik. Kedua indikator

tersebut sesuai dengan pendapat dari Tarigan (2008:56) bahwa membaca

pemahaman bertujuan untuk memahami standar-standar norma kesastraan, resensi


122

kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi. Didukung juga oleh Nutall (dalam

Somadayo, 2011:11) bahwa tujuan membaca merupakan bagian dari proses

membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang

dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan

bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.

Indikator “menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara

eksplisit terdapat dalam wacana” didapatkan skor sebesar 72% termasuk kategori

baik. Skor paling rendah (46%) terdapat pada indikator “mengenali pokok-pokok

pikiran yang terungkapkan dalam wacana” dengan kategori sangat kurang. Hal ini

didukung oleh pendapat dari Tarigan (2008:117) bahwa tujuan utama membaca

pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan-

pertanyaan tersebut adalah: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik; (2)

masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (3)

hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.

Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan pada penelitian di Gugus

Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk dalam kategori

tuntas dan baik dalam kemampuan membaca pemahaman. Jadi siswa memperoleh

informasi/pemahaman dari bacaan secara menyeluruh dan mampu

menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru diketahuinya.

4.2.2 Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Variabel Y)

Kemampuan bersastra untuk sekolah dasar bersifat apresiatif, karena sastra

dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana


123

menghargai orang lain, mengerti hidup, dan belajar bagaimana menghadapi

berbagai persoalan. Dalam pembelajaran sastra, salah satu hal yang penting adalah

apresiasi sastra. Effendi (dalam Aminuddin, 2013:34), apresiasi sastra adalah

kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan

pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang

baik terhadap karya sastra. Apresiasi bertujuan agar siswa secara emosional dan

estetis peka terhadap suatu karya dan meminta bereaksi terhadap nilai dan

kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada di dalam karya itu. Siswa

lebih tertarik untuk membaca sastra cerita pendek dibandingkan dengan jenis

prosa lainnya. Karena cerita pendek mengisahkan kehidupan manusia, baik nyata

atau khayalan yang disajikan secara singkat dan padat. Sehingga jika siswa

mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang baik, maka siswa akan

dapat memahami dan menentukan unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut,

serta siswa dapat mengambil pelajaran dari cerita yang dibacanya untuk

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat diketahui dengan

dilakukan tes uraian singkat. Tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek dalam

penelitian ini terdiri dari 12 butir soal yang diujikan pada 60 responden.

Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa sebanyak 5 siswa atau 8% dari 60

siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan

mengapresiasi cerita pendek pada interval 70 – 79 terdapat 10 siswa atau 17% dari

60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek

pada interval 60 – 69 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa mendapat kategori
124

cukup. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 50 – 59

terdapat 12 siswa atau 20% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada

interval 49 ke bawah terdapat 18 siswa atau 30% dari 60 siswa mendapat kategori

sangat kurang. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek dari 60

responden siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi

Kabupaten Pati adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang.

Hasil perhitungan masing-masing indikator yaitu perolehan skor tertinggi

(68%) terdapat pada indikator “aspek emotif” dengan kategori cukup. Hal ini

sesuai dengan pendapat Effendi bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli

karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,

penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

karya sastra.

Indikator aspek kognitif diperoleh skor sebesar 54% termasuk dalam

kategori kurang. Hal ini didukung oleh pendapat Moody dan Leslie (dalam Faisal,

2009:7.6) bahwa manfaat apresiasi sastra yaitu: (1) melatih keempat keterampilan

berbahasa; (2) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti

adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb; (3) membantu mengembangkan pribadi;

(4) membantu pembentukan watak; (5) memberi kenyamanan; (6) meluaskan

dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.

Indikator aspek evaluatif diperoleh skor sebesar 54% dengan kategori

kurang. Hal ini sesuai dengan pengertian apresiasi sastra yaitu suatu kegiatan

seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian

terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran
125

kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang

diungkapkan oleh pengarang.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat dikatakan bahwa

kemampuan mengapresiasi cerita pendek termasuk dalam kategori kurang. Jadi

tujuan dari kegiatan mengapresiasi cerita pendek belum tercapai secara maksimal.

4.2.3 Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan

Mengapresiasi Cerita Pendek

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah akan ada hubungan positif

dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek siswa SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan

Pucakwangi Kabupaten Pati. Berdasarkan hasil analisis data dan uji prasyarat

diperoleh data variabel X dan variabel Y berdistribusi normal, homogen, dan

linear. Hubungan kedua variabel dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0

for Windows dengan rumus Product Moment dan hasil yang diperoleh adalah r xy

= 0,828 dan r tabel dengan N = 60 adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga

r xy lebih besar dari r hitung berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel

kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita

pendek. Untuk mengetahui interpretasi koefisien korelasi maka harus berpedoman

pada tabel interpretasi. Hasil perhitungan menunjukkan r xy = 0,828 yaitu

termasuk dalam kategori sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau

searah, karena koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828. Hal ini juga

didasarkan pada hasil perhitungan analisis deskripsi persentase kemampuan


126

membaca pemahaman dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes adalah 70

yang termasuk dalam kategori baik dan juga pada hasil perhitungan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes

adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang.

Sejalan dengan hasil perhitungan tersebut, menurut Moody dan Leslie

(dikutip dari Wardani, 1981 dalam Faisal, 2009:7.6) salah satu manfaat apresiasi

sastra yaitu melatih keempat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa

yang diperlukan siswa dalam kegiatan apresiasi adalah membaca, karena dengan

membaca siswa akan mengetahui dan memahami dengan jelas isi dari karya sastra

yang dibacanya. Agar pemahaman siswa terhadap karya sastra menyeluruh, maka

siswa dapat menggunakan salah satu jenis membaca, yaitu membaca pemahaman.

Menurut Nutall (dalam Somadayo, 2011:11), tujuan membaca merupakan bagian

dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari

teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan,

dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Jadi membaca pemahaman akan

memudahkan siswa untuk mengapresiasi suatu karya sastra, karena dalam

kegiatan apresiasi sastra siswa harus memahami unsur-unsur pembangun dalam

karya sastra tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan dan pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan

bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek kelas V SD di

Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Jadi semakin tinggi

kemampuan membaca pemahaman maka akan semakin besar kemampuan


127

mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan membaca

pemahaman maka akan semakin rendah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

4.2.4 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan

Mengapresiasi Cerita Pendek

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita

pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi

Kabupaten Pati. Pengujian hipotesis ini menggunakan program SPSS versi 16.0

for Windows dengan menggunakan persamaan regresi Ŷ = a + bX. Berdasarkan

hasil perhitungan didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816.

Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816X. Berdasarkan

persamaan tersebut, apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah

satu satuan, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah

0,816 atau setiap nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 10, maka

nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 8,16. Nilai X dan

Y berbanding lurus, artinya semakin besar nilai X maka semakin besar pula nilai

Y dan sebaliknya semakin kecil nilai X maka semakin kecil pula nilai Y (X dan Y

memiliki pengaruh yang signifikan).

Besarnya nilai pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat dilihat dari nilai koefisien

determinasi. Adapun nilai determinasi kemampuan membaca pemahaman


2
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar (r hitung) x 100% =

(0,828)2 x 100% = 0,686 x 100% = 68,6%. Hal ini berarti keeratan korelasi antara
128

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita

pendek sebesar 68,6%. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi

cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan membaca

pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya tingkat

intelegensi siswa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori yang dikemukakan pada bab

II yaitu, kemampuan membaca pemahaman merupakan salah satu faktor

terpenting dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Tujuan membaca

pemahaman yaitu untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu

bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama

dengan informasi yang baru diketahuinya, maka membaca pemahaman dapat

membantu siswa dalam kegiatan apresiasi cerita pendek. Karena melalui

membaca pemahaman, siswa akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan

menyeluruh dari suatu bacaan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap katya

kesastraan manusia Indonesia. Jadi siswa akan mudah menentukan dan

memahami unsur-unsur pembangun cerita pendek yang dibacanya, serta siswa

dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu berdasarkan

jurnal dari Harlin (2015) menyatakan bahwa siswa yang memiliki pemahaman

yang baik terhadap bacaan, maka akan mudah dalam memahami masalah

sehingga dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik pula. Artinya jika siswa

baik dalam membaca pemahaman, maka akan diikuti dengan kemampuan

menyelesaikan soal yang baik pula. Begitu sebaliknya, apabila siswa memiliki

kemampuan membaca pemahaman rendah, maka kemampuan menyelesaikan soal


129

juga akan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dan penjelasan tersebut, maka

kemampuan membaca pemahaman siswa berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

4.2.5 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat memberikan

implikasi baik secara teoretis, praktis, dan pedagogis. Implikasi yang dimaksud

dijelaskan sebagai berikut.

4.2.5.1 Implikasi Teoretis

Dalman (2014:87), membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif

(membaca untuk memahami). Oleh sebab itu, setelah membaca teks, pembaca

diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara

membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Melalui

kegiatan membaca pemahaman, siswa akan mampu mengapresiasi suatu bacaan

dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Serta memberikan

penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan

batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan

yang diungkapkan oleh pengarang.

Hasil penelitian secara teoretis membuktikan bahwa kemampuan membaca

pemahaman berhubungan erat dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki seseorang, maka

akan semakin tinggi pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya,

semakin rendah kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki seseorang, maka

semakin rendah pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Selanjutnya, hasil


130

penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai

kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

4.2.5.2 Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini, secara praktis dapat memberikan acuan kepada guru

SD untuk mengembangkan kemampuan akademik siswa melalui pembelajaran

membaca dan sebagai bahan pertimbangan guru dalam memperhatikan kebutuhan

siswa pada pembelajaran membaca. Selain itu, agar guru memiliki indikator yang

jelas berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca dan kemampuan

apresiasi siswa.

4.2.5.3 Implikasi Pedagogis

Setelah mengetahui hubungan dan pengaruh kemampuan membaca

pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, secara pedagogis

implikasi dari penelitian ini adalah guru dapat mengatasi kesulitan siswa dalam

kegiatan membaca dan memahami isi bacaan dengan membantu siswa

meningkatkan kemampuan membaca yang dimiliki siswa melalui kegiatan

apresiasi karya sastra.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data kemampuan membaca pemahaman dan

kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD di Gugus Sultan

Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk pada kategori baik

yaitu dengan rata-rata 70.

2. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD di Gugus

Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk pada

kategori kurang yaitu dengan rata-rata 58.

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca

pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V

SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang

ditunjukkan dengan hasil perhitungan r xy = 0,828 dan r tabel dengan N = 60

adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga r xy lebih besar dari r hitung.

Hasil perhitungan menunjukkan r xy = 0,828 yaitu termasuk dalam kategori

sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan

kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau searah, karena

koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman

terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD di

Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang

131
132

ditunjukkan dengan hasil perhitungan menggunakan persamaan regresi Ŷ = a

+ bX dan didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816.

Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816X. Adapun nilai

determinasi kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan

mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Hal ini berarti keeratan antara

kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi

cerita pendek sebesar 68,6%. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan

mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan

membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya

tingkat intelegensi siswa.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan pada penelitian ini, peneliti

memberikan saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya banyak berlatih membaca khususnya membaca

pemahaman, karena dengan membaca dan memahami isi bacaan maka siswa

akan mudah untuk mengapresiasi karya sastra. Selain itu, membaca

merupakan keterampilan yang sangat mendukung ketercapaian tujuan

pembelajaran semua bidang studi.

2. Bagi Guru

Guru hendaknya memberikan motivasi dan bimbingan yang teratur kepada

siswa dalam kegiatan membaca. Guru juga perlu merencanakan kegiatan-


133

kegiatan yang dapat menunjang peningkatan keterampilan membaca siswa,

khususnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang dirasa masih

kurang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kemampuan mengapresiasi cerita pendek tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

kemampuan membaca pemahaman saja, maka diharapkan kepada peneliti lain

untuk meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi kemampuan

mengapresiasi cerita pendek.


134

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Rabiatul, dkk. Peningkatan Kemampuan membaca Pemahaman


Melalui Metode Diskusi Siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli. Jurnal Kreatif
Tadulako Online 5:14-25.

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

________________. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Artu, Nurdia. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman


Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang melalui Penerapan Strategi Survey
Questions Reading Recite Review (SQ3R). Jurnal Kreatif Tadulako Online
2:105-113.

Auzar. 2013. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan


Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika Murid-Murid Kelas
5 SD 006 Pekanbaru. Jurnal Bahas 8:33-38.

Azwar, Saifuddin. 2015. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basuki, Imam Agus. 2011. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV


SD Berdasarkan Tes Internasional dan Tes Lokal. Jurnal Bahasa dan Seni
2:202-212.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Perss.

Daryanto. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Djiwandono, Soenardi. 2011. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Malang: Indeks.


135

Doyin dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes Press.

Faisal, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Gilakjani, Abbas Pourhosein, dkk. 2011. The Relationship between L2 Reading


Comprehension and Schema Theory: A Matter of Text Familiarity.
International Journal of Information and Education Technology 1:142-149.

Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Harlin, Arum Titis. 2015. Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman


dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas
IV SDN se-Gugus 3 Imogiri Bantul.

Haryadi, 2012. Dasar-dasar Membaca Bermuatan Berpikir Kreatif dan


Pendidikan Karakter. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Herman, J. Waluyo. 2014. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.

Imam, Ombra A., dkk. 2013. Correlation between Reading Comprehension Skills
and Students’ Performance in Mathematics. International Journal of
Evaluation and Research in Education (IJERE) 2:1-8.

Laily, Idah Faridah. 2014. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan


Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar. Jurnal
Eduma 3:52-62.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi


Pustakaraya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis


Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. 2005. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung:


Sinar Baru Algensindo.

. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar
Baru Algesindo.

Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
136

Pourkalhor, Omid, dkk. 2013. Teaching Reading Comprehension Through Short


Stories in Advance Classes. Asian Journal of Social Sciences &
Humanities 2:52-60.

Priyatno, Dwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi


Aksara.

Riduwan. 2015. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riffa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press.

Rosdiana, Yusi, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Samirun. 2013. Korelasi Penguasaan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman


dengan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo
1 Ngawi. Jurnal NOSI 1:287-295.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhartiningsih. 2012. Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita


Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Area Isi. Jurnal Ilmu
Pendidikan Sekolah Dasar 1:131-142.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia.
137

Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan


Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. 2011. Jakarta: Diperbanyak oleh Sinar Grafika.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.


Bandung: Remaja Rosdakarya.
138

Lampiran 1

DAFTAR NAMA SAMPEL UJI COBA


NO. NAMA KODE
1. AR UC-01
2. AT UC-02
3. AF UC-03
4. AD UC-04
5. BS UC-05
6. CH UC-06
7. DD UC-07
8. DN UC-08
9. VI UC-09
10. FN UC-10
11. HR UC-11
12. ID UC-12
13. IS UC-13
14. IN UC-14
15. IR UC-15
16. MR UC-16
17. MS UC-17
18. RS UC-18
19. RN UC-19
20. MF UC-20
21. RK UC-21
22. RA UC-22
23. RT UC-23
24. RC UC-24
25. SA UC-25
26. MA UC-26
27. MF UC-27
28. BL UC-28
29. AK UC-29
30. DP UC-30
31. IA UC-31
32. MI UC-32
139

Lampiran 2

KISI-KISI

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (UJI COBA)

No. Indikator No. Item Jumlah Item

Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan


1 9, 27-29 4
dalam wacana

Mengenali susunan organisasi wacana dan antar


2 2, 10, 14, 21, 24 5
hubungan bagian-bagiannya

Mengenali pokok-pokok pikiran yang


3 19, 20, 26, 30 4
terungkapkan dalam wacana

Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawaban- 1, 3-8, 11-13, 15-


4 17
nya secara eksplisit terdapat dalam wacana 18, 22, 23, 25

Jumlah item 30

Sumber: Farr (dalam Djiwandono, 2011:117)


140

Lampiran 3

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (UJI COBA)


Petunjuk:
1. Isilah nama dan nomor absen anda pada kolom identitas yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
pada lembar jawaban yang tersedia.
5. Kerjakan semua pertanyaan secara individu.
6. Jika jawaban anda salah dan ingin dibetulkan caranya sebagai berikut:
Contoh: a b c d diperbaiki a b c d

(Bacaan untuk soal no. 1-12)


Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia.
Keluarga itu mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan
bahagia itu terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya
meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat berduka. Sekarang Bawang
Putih hanya tinggal berdua bersama ayahnya.
Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama
Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah sering
berkunjung ke rumah Bawang Putih untuk membawakan makanan, menolong
Bawang Putih membereskan rumah dan menemani Bawang Putih serta ayahnya
mengobrol.
Akhirnya, sang janda itu menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan
Bawang Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara
perempuan, yaitu Bawang Merah. Pada awalnya, sang ibu tiri dan saudara tiri itu
amat baik pada Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan sifat asli mereka mulai
141

terlihat. Mereka sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat
bila ayah mereka pergi berdagang.
Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal.
Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Bawang
Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima
kehidupan itu dengan tabah dan tetap menuruti perintah Bawang Merah dan
ibunya.
1. Apakah judul yang sesuai dengan cerpen di atas?
a. Bawang Merah dan Bawang Putih
b. Bawang Putih dan ibunya
c. Bawang Merah dan ibunya
d. Bawang Merah yang jahat
2. Siapakah tokoh utama dalam cerita di atas?
a. Bawang Putih
b. Bawang Merah
c. Ayah Bawang Putih
d. Ibu Bawang Merah
3. Bagaimanakah watak Ibu Bawang Merah dalam cerpen di atas?
a. Penipu dan jahat
b. Jahat dan kejam
c. Senang berbohong dan licik
d. Penipu dan licik
4. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih sebelum ibunya meninggal?
a. Bawang Putih merasa sangat kesepian
b. Bawang Putih disiksa oleh ibunya
c. Bawang Putih hidup bahagia dan tentram
d. Bawang Putih tidak pernah bekerja
5. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih bersama ibu tirinya?
a. Bawang Putih mendapat perhatian dari ibu tirinya
b. Bawang Putih hidup bahagia dengan ibu tirinya
c. Bawang Putih difitnah oleh ibu tirinya
142

d. Bawang Putih disiksa oleh ibu tirinya


6. Apakah yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya kepada Bawang Putih
ketika ayahnya pergi berdagang?
a. Memberi pekerjaan yang berat kepada Bawang Putih
b. Menyuruh Bawang Putih ikut ayahnya berdagang
c. Memberikan perhatian kepada Bawang Putih
d. Mengajak Bawang Putih pergi berlibur
7. Bagaimana Bawang Putih menjalani kehidupan dengan ibu tirinya?
a. Putus asa
b. Menyerah
c. Bahagia
d. Tabah
8. Terlihatnya sifat asli Bawang Merah dan ibunya terdapat pada paragraf ke ….
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
9. Kata “meninggal” pada paragraf pertama, memiliki sinonim dengan kata ....
a. Pergi
b. Layu
c. Wafat
d. Mengusir
10. Cerita pendek di atas termasuk ....
a. Sage
b. Dongeng
c. Mitos
d. Legenda
11. Apa yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya sebelum menikah dengan
ayah Bawang Putih?
a. Memberikan makanan
b. Berlibur bersama
143

c. Mengawasi Bawang Putih


d. Menolong Bawang Putih
12. Pesan moral dari cerita di atas adalah ....
a. Perbuatan jahat akan mendapatkan balasannya
b. Tabah menjalani musibah
c. Jangan menilai orang dari penampilannya
d. Kerjakan semua pekerjaan dengan ikhlas

(Bacaan untuk soal no. 13-16)


Pahlawan Kecil
Namaku Joni. Semenjak ayahku meninggal, aku tinggal dengan ibuku dan
ketiga adikku. Aku sangat sayang dengan mereka. Aku tinggal di desa Suka Maju,
Kecamatan Sukabumi. Rumahku sangat sederhana. Karena aku yang paling besar,
aku bertanggung jawab atas semua keluargaku. Setiap pulang sekolah aku
berangkat mengamen di pinggir jalan. Walaupun mengamen aku tetap sekolah
untuk menggapai cita-citaku. Aku selalu giat belajar dan bekerja untuk keluarga.
13. Berdasarkan penggalan cerita di atas, tema dari cerita tersebut adalah ....
a. Perjuangan hidup seorang anak
b. Perjuangan pahlawan kemerdekaan
c. Pengamen jalanan
d. Keluarga sejahtera
14. Tokoh utama dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ....
a. Adik
b. Ibu
c. Ayah
d. Joni
15. Apakah yang biasanya dilakukan Joni setelah pulang sekolah?
a. Meminta-minta
b. Mengamen
c. Bekerja
d. Belajar
144

16. Amanat yang terdapat di dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ....
a. Jangan Berbohong
b. Taat Kepada Orang Tua
c. Jangan Boros
d. Menyayangi keluarga

(Bacaan untuk soal no. 17-18)


Raden Pangantin
Di sebuah desa di kawasan hulu sungai Kalimantan Selatan, hidup seorang
janda yang bernama Diang Ingsun bersama anaknya yang bernama Raden
Pangantin. Kehidupan mereka sangat sederhana, Raden Pangantin sangat
menyayangi Ibunya yang sudah tua renta. Mereka berdua hidup bahagia, namun
semua berubah ketika pemuda itu pergi merantau untuk bekerja di luar desanya.
17. Berdasarkan cerita di atas, watak Diang Ingsun adalah ....
a. Anak yang sangat menyayangi ibunya
b. Ibu yang sombong namun sangat menyayangi anaknya
c. Ibu yang sederhana dan tua renta
d. Ibu yang tidak mengakui anaknya
18. Sifat Raden Pengantin kepada ibunya sebelum ia pergi merantau adalah….
a. Penurut
b. Penyayang
c. Pekerja keras
d. Berbakti
19. Bacalah cerita di bawah ini!
Anton anak yang pandai. Setiap hari Anton belajar dengan penuh semangat.
Sehabis pulang dari sekolah, Anton selalu mengulang pembelajaran yang
dipelajari di sekolah. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
tanpa bantuan orang lain.
Gagasan utama pada paragraf di atas adalah ....
a. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
b. Anton anak yang pandai
145

c. Anton belajar penuh semangat


d. Anton mengulang selalu mengulang pembelajaran
20. Cuaca buruk menyebabkan terhambatnya distribusi barang-barang ke pulau
sumatra. Kapal-kapal feri tidak beroperasi karena tinggi ombak di selat sunda.
Akibatnya puluhan truk mengantre di pelabuhan merak. Hal tersebut cukup
merugikan produsen, distributor dan konsumen.
Pikiran pokok dari paragraf diatas adalah….
a. Cuaca buruk menghambat distribusi barang
b. Banyaknya antrian truk di pelabuhan
c. Ombak tinggi di selat sunda
d. Cuaca buruk merugikan produsen

(Bacaan untuk soal no. 21 dan 22)


Pada zaman dahulu, di Bali ada sebuah kerajaan bernama Soma Kencana.
Suatu saat Raja bingung dengan ulah si burung. Burung itu suka merusak tanaman
istana. Akhirnya sang raja membuat pengumuman, siapa yang berhasil menagkap
burung itu akan diberi jabatan di istana. Akhirnya seekor tikus berhasil
menangkap burung itu dengan cepat.
21. Tokoh dalam cerita di atas adalah….
a. Tikus
b. Burung
c. Raja
d. Tikus, burung, dan raja
22. Amanat dari cerita di atas adalah….
a. Binatang harus patuh pada raja
b. Kita tidak boleh membantu rang lain
c. Kita jangan suka berbuat jahat kepada orang lain
d. Semua perbuatan akan ada balasannya
23. Matahari menampakkan diri dari ufuk timur. Petani berangkat ke sawah
dengan gembira. Mereka membawa perlengkapan panen dan makanan
secukupnya. Hamparan butiran padi yang menguning menunduk minta dituai.
146

Latar cerita pada paragraf di atas adalah...


a. Di pegunungan
b. Di pinggir hutan
c. Di sawah pagi hari
d. Di sawah siang hari

(Bacaan untuk soal no. 24 dan 25)


Nunu tak peduli diejek kawan-kawannya. Dia tetap masuk Taman Bacaan
"Kancil". Siang itu dia sengaja menyempatkan mampir ke tempat baca itu.
"Semakin banyak membaca buku, ternyata makin banyak yang ku tahu", gumam
Nunu.
24. Tokoh utama dalam penggalan cerita di atas adalah....
a. Dia
b. Taman Bacaan "Kancil"
c. Nunu
d. Kawan-kawannya
25. Amanat yang terkandung dalam cerita di atas adalah....
a. Rajin membaca
b. Semakin banyak membaca buku semakin banyak tahu
c. Taman bacaan tempat anak yang hobi membaca
d. Meski banyak yang mengejek, Nunu tetap pergi ke Taman Bacaan
"Kancil"
26. Longsornya timbunan sampah di Batujajar menyebabkan bencana alam.
Peristiwa ini telah menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Sebagian
penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Gagasan utama pada paragraf di atas adalah....
a. Bencana alam
b. Longsornya timbunan sampah
c. Korban bencana banyak
d. Penduduk mengungsi ke tempat aman
147

27. Kakak Rudi bekerja sebagai reporter televisi swasta.


Makna kata yang dicetak miring ialah....
a. Orang yang mengetik berita
b. Orang yang melaporkan berita
c. Orang yang menjual berira
d. Orang yang membaca berita
28. Para penonton ... karena lucu.
Kata yang tepat untuk me lengkapi titik-titik tersebut ialah ....
a. Tersipu-sipu
b. Terisak-isak
c. Tersedu-sedu
d. Terbahak-bahak
29. Sungguh megah bangunanmu
Indah dan menggugah
Siapa pun memandang akan ter pesona
Kau salah satu tujuh keajaiban dunia
Kebanggaan bangsa Indonesia
Kutipan puisi tersebut menceritakan ....
a. Candi Borobudur
b. Monas
c. Prasasti
d. Museum
30. Seruni lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dia tak memiliki teman.
Bahkan, kakaknya juga tak mempedulikannya. Terlahir sebagai gadis bisu
dan tuli. Seruni hanya bisa bermain dengan ibu dan kawan khayalannya.
Pokok pikiran pada paragraf di atas adalah....
a. Seruni tidak memiliki teman
b. Seruni terlahir sebagai gadis bisu dan tuli
c. Seruni hanya bisa bermain dengan ibunya
d. Kakak Seruni tak mempedulikannya
148

Nama : NILAI :
Absen :
Kelas :
Sekolah :

LEMBAR JAWABAN

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

1. A B C D 16. A B C D
2. A B C D 17. A B C D
3. A B C D 18. A B C D
4. A B C D 19. A B C D
5. A B C D 20. A B C D
6. A B C D 21. A B C D
7. A B C D 22. A B C D
8. A B C D 23. A B C D
9. A B C D 24. A B C D
10. A B C D 25. A B C D
11. A B C D 26. A B C D
12. A B C D 27. A B C D
13. A B C D 28. A B C D
14. A B C D 29. A B C D
15. A B C D 30. A B C D
149

KUNCI JAWABAN

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

1. A 16. D

2. D 17. C

3. B 18. B

4. C 19. B

5. D 20. A

6. A 21. D

7. D 22. C

8. C 23. C

9. C 24. C

10. B 25. B

11. A 26. B

12. A 27. B

13. A 28. D

14. D 29. A

15. B 30. A
150

Lampiran 4
LEMBAR HASIL UJI COBA
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
151
152

Lampiran 5
TABULASI DATA UJI COBA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

Butir Soal
No Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC-01 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 15
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 24
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 23
4 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 22
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 29
6 UC-06 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 18
7 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 26
8 UC-08 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 22
9 UC-09 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16
10 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 24
11 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26
12 UC-12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 24
13 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 27
14 UC-14 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 17
15 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26
16 UC-16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 26
17 UC-17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18
18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 25
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 27
20 UC-20 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 17
21 UC-21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23
22 UC-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 21
23 UC-23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23
24 UC-24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 18
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 29
26 UC-26 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 17
27 UC-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 25
28 UC-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 21
29 UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
30 UC-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26
31 UC-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
32 UC-32 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 26
N 30 21 30 30 28 27 22 9 30 29 30 23 26 28 30 22 20 22 30 23 24 22 31 30 18 22 21 22 28 10 738
153

Lampiran 6
UJI VALIDITAS KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

Butir Soal
No Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-06 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
7 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
8 UC-08 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
9 UC-09 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
10 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
12 UC-12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 UC-14 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
15 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
16 UC-16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
17 UC-17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
20 UC-20 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
21 UC-21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
22 UC-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
23 UC-23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
24 UC-24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 UC-26 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1
27 UC-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
28 UC-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
29 UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 UC-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
31 UC-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 UC-32 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
N 30 21 30 30 28 27 22 9 30 29 30 23 26 28 30
Rxy 0.477158867 0.541634143 0.41406348 0.445611174 0.513764681 0.448240148 0.586930629 0.483002615 0.477158867 0.031111234 0.41406348 0.400202167 0.183422335 0.444493038 0.477158867
r tabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
Keterangan VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID DROP VALID VALID
154

Butir Soal
No Responden
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC-01 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
2 UC-02 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
3 UC-03 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
4 UC-04 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
6 UC-06 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
7 UC-07 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
8 UC-08 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
9 UC-09 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
10 UC-10 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
11 UC-11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
12 UC-12 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
13 UC-13 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
14 UC-14 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
15 UC-15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
16 UC-16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
17 UC-17 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
18 UC-18 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
20 UC-20 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
21 UC-21 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
22 UC-22 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
23 UC-23 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
24 UC-24 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
26 UC-26 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0
27 UC-27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
28 UC-28 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
29 UC-29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 UC-30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
31 UC-31 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 UC-32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
N 22 20 22 30 23 24 22 31 30 18 22 21 22 28 10
Rxy 0.356277189 -0.082812696 0.586930629 0.41406348 0.349248045 0.432074574 0.372752434 -0.041146573 -0.027604232 0.075044279 0.04324752 0.541634143 0.586930629 0.329040301 0.549861326
r tabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
Keterangan VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID DROP DROP DROP DROP VALID VALID DROP VALID
155

Lampiran 7
UJI RELIABILITAS KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
Butir Soal
No Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-06 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
7 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
8 UC-08 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
9 UC-09 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
10 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
12 UC-12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 UC-14 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
15 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
16 UC-16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
17 UC-17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
20 UC-20 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
21 UC-21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
22 UC-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
23 UC-23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
24 UC-24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 UC-26 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1
27 UC-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
28 UC-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
29 UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 UC-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
31 UC-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 UC-32 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
N 30 21 30 30 28 27 22 9 30 29 30 23 26 28 30
p 0.9375 0.65625 0.9375 0.9375 0.875 0.84375 0.6875 0.28125 0.9375 0.90625 0.9375 0.71875 0.8125 0.875 0.9375
q 0.0625 0.34375 0.0625 0.0625 0.125 0.15625 0.3125 0.71875 0.0625 0.09375 0.0625 0.28125 0.1875 0.125 0.0625
pq 0.05859375 0.225585938 0.05859375 0.05859375 0.109375 0.131835938 0.21484375 0.202148438 0.05859375 0.084960938 0.05859375 0.202148438 0.15234375 0.109375 0.05859375
156

Butir Soal
No Responden
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC-01 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
2 UC-02 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
3 UC-03 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
4 UC-04 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
6 UC-06 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
7 UC-07 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
8 UC-08 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
9 UC-09 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
10 UC-10 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
11 UC-11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
12 UC-12 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
13 UC-13 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
14 UC-14 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
15 UC-15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
16 UC-16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
17 UC-17 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
18 UC-18 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
20 UC-20 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
21 UC-21 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
22 UC-22 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
23 UC-23 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
24 UC-24 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
26 UC-26 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0
27 UC-27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
28 UC-28 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
29 UC-29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 UC-30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
31 UC-31 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 UC-32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
N 22 20 22 30 23 24 22 31 30 18 22 21 22 28 10
Rxyp 0.6875 -0.082812696
0.356277189 0.625 0.6875
0.586930629 0.9375
0.41406348 0.71875
0.349248045 0.4320745740.75 0.6875 -0.041146573
0.372752434 0.96875 -0.027604232
0.9375 0.5625
0.075044279 0.6875
0.04324752 0.65625
0.541634143 0.6875
0.586930629 0.875
0.329040301 0.3125
0.549861326
q
r tabel 0.3490.3125 0.3490.375 0.3490.3125 0.3490.0625 0.28125
0.349 0.349 0.25 0.3490.3125 0.03125
0.349 0.3490.0625 0.3490.4375 0.3490.3125 0.34375
0.349 0.3490.3125 0.349 0.125 0.3490.6875
pq 0.21484375 0.234375 0.21484375 0.05859375 0.202148438 0.1875 0.21484375 0.030273438 0.05859375 0.24609375 0.21484375 0.225585938 0.21484375 0.109375 0.21484375
Keterangan VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID DROP DROP DROP DROP VALID VALID DROP VALID
k 30
∑pq 4.42578125
var 16.74609375
mean 23.0625
ρ (KR 21) 0.705026423
157

Lampiran 8

KISI-KISI

TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

(UJI COBA)

No. Indikator No. Item Jumlah Item

Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang 1-5, 7-9,


1. 9
bersifat objektif 12

Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam


6, 10, 11,
2. teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai-nilai yang 4
14
terkandung dalam bacaan cerita)

3. Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan 13, 15 2

Jumlah 15

Sumber: Aminudin (2013:34)


158

Lampiran 9

TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA)

Petunjuk:
1. Isilah identitas anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahamilah dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar yang telah
disediakan.

Putri Gisela
Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal
seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada
seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk di sekitar
itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya.
Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan
bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan
burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung.
Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya.
Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh
penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah
dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana.
Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi
rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu
adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata, ”Permisi, Nenek yang baik. Saya
tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?”
Gisela menjawab, ”Oh, tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan?
Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena
159

ada yang mau berbicara padanya. Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap
sudah tua.
Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah
kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab, ”Aku Pangeran Jonathan.
Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya
yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian
mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan
dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.”
Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya
mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali.
Tanpa disadarinya, ia bergumam, ”Apakah benar warga negeri Anta
menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan
bertanya, ”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan
ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri Raja
Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada
seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.”
Pangeran Jonathan berkata, ”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan
membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri
yang cantik, yang sangat cantik!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu,
tiba-tiba keluar asap dari tubuh Gisela dan Gisela berubah kembali menjadi Putri
Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran
yang menyebutnya cantik.
Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke
negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela
menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.

(Diolah dari : Ahya Rezqiaufa dalam Bobo no. 05/XXXIV, 2006 hlm 40-41)
160

Nama : NILAI :
Absen :
Kelas :
Sekolah :

Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Apakah tema dari cerita Putri Gisela di atas?
2. Sebutkan tokoh-tokoh dalam cerita Putri Gisela!
3. Apakah alur yang digunakan dalam cerita Putri Gisela!
4. Sebutkan setting tempat dalam cerita Putri Gisela!
5. Jelaskan watak/sifat penasehat kerajaan!
6. Pada paragraf kedua, mengapa Putri Gisela merasa bahagia?
7. Mengapa Putri Gisela diusir dari istana?
8. Pada paragraf kelima terdapat kata “sayembara”, apakah maksud dari kata
tersebut?
9. Siapakah yang menolong Putri Gisela?
10. Bagaimanakah Putri Gisela dapat berubah cantik?
11. Bagaimanakah akhir cerita Putri Gisela?
12. Apakah amanat yang terkandung dalam cerita Putri Gisela?
13. Apakah isi cerita Putri Gisela tersebut menarik? Jelaskan pendapat kalian!
14. Pada paragraf berapakah Pangeran Jonathan memuji kecantikan Putri Gisela?
15. Apakah cerita Putri Gisela cocok untuk anak-anak? Jelaskan pendapat kalian!
161

KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA)
1. Perjuangan atau percintaan.
2. Tokoh: Putri Gisela, Pangeran Jonathan, Penasehat Kerajaan, Raja negeri
Anta.
3. Alur maju.
4. Setting tempat: sebuah hutan, di dekat rumah, di atap, istana, negeri Anta.
5. Watak Penasehat Kerajaan adalah jahat, karena telah menyihir Putri Gisela
menjadi wanita tua.
6. Karena Putri Gisela bisa mencurahkan isi hatinya kepada burung-burung yang
bertengger di atap rumahnya.
7. Karena Putri Gisela disihir oleh Penasehat Kerajaan menjadi wanita tua dan
dianggap sebagai penjelmaan iblis.
8. Sayembara adalah memerebutkan sesuatu yang menjadi bahan perlombaan.
9. Pangeran Jonathan.
10. Putri Gisela bertemu dengan Pangeran Jonathan dan mendapat pujian bahwa
Putri Gisela adalah putrid yang sangat cantik.
11. Putri Gisela dan Pangeran Jonathan kembali ke negeri Anta untuk bertemu
dengan Raja dan akhirnya hidup bahagia selamanya.
12. Jangan melihat orang lain dari penampilan luarnya saja.
13. (tergantung jawaban siswa).
14. Paragraf ketujuh.
15. Cerita Putri Gisela cocok untuk bahan bacaan anak-anak karena mengajarkan
anak untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak menilai orang
dari penampilan luarnya.
162

Lampiran 10
LEMBAR HASIL UJI COBA
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
163

Lampiran 11

TABULASI DATA UJI COBA KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

Butir Soal
No Responden Skor (X)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 2 4 5 2 4 1 5 5 5 1 1 3 3 1 4 46
2 UC-02 1 4 5 2 3 1 5 5 5 4 5 5 1 1 2 49
3 UC-03 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 5 56
4 UC-04 1 5 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 58
5 UC-05 1 4 5 3 3 4 4 5 5 5 2 4 3 1 5 54
6 UC-06 1 4 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 1 5 53
7 UC-07 1 5 5 2 3 5 4 4 5 3 5 4 3 5 3 57
8 UC-08 5 3 5 2 3 1 3 5 5 5 2 5 2 5 5 56
9 UC-09 1 5 1 2 3 5 4 3 4 2 5 1 1 1 1 39
10 UC-10 1 3 1 2 2 1 5 2 5 4 5 5 2 5 3 46
11 UC-11 1 4 1 1 1 2 1 5 5 5 5 3 2 1 3 40
12 UC-12 1 5 1 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 61
13 UC-13 5 3 5 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67
14 UC-14 1 5 1 2 2 1 5 5 5 5 0 3 1 1 2 39
15 UC-15 1 5 5 3 3 1 2 5 1 5 4 4 4 1 2 46
16 UC-16 2 4 5 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62
17 UC-17 1 4 1 2 3 5 3 1 5 1 3 1 1 5 2 38
18 UC-18 1 5 5 5 2 1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 62
19 UC-19 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 5 4 1 1 4 51
20 UC-20 1 4 1 2 1 1 5 1 5 1 4 1 3 1 3 34
21 UC-21 2 3 1 2 3 2 5 1 5 4 5 1 3 5 1 43
22 UC-22 1 3 1 2 1 1 5 5 1 1 3 2 2 1 2 31
23 UC-23 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 2 3 3 1 2 47
24 UC-24 2 4 5 2 3 1 5 5 5 5 4 5 3 1 2 52
25 UC-25 5 3 5 2 3 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 65
26 UC-26 2 5 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 5 1 5 58
27 UC-27 1 4 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 2 1 5 55
28 UC-28 2 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 1 5 60
29 UC-29 2 4 5 3 2 2 2 5 1 4 4 4 4 1 2 45
30 UC-30 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 66
31 UC-31 1 3 1 2 3 2 5 2 5 5 4 4 2 5 3 47
32 UC-32 5 3 5 2 2 1 5 5 5 5 3 4 5 5 5 60
N 59 125 107 73 88 84 139 139 147 131 128 121 95 92 115 1643
Rxy 0.549137845 -0.033677267 0.553886162 0.381395112 0.390840337 0.351505018 0.255497998 0.504016322 0.396610328 0.572453052 0.306417938 0.690815395 0.60881607 0.48835632 0.784578886
r tabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
Keterangan VALID DROP VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID
164

Lampiran 12

UJI VALIDITAS KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

Butir Soal
No Responden Skor (X)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 2 4 5 2 4 1 5 5 5 1 1 3 3 1 4 46
2 UC-02 1 4 5 2 3 1 5 5 5 4 5 5 1 1 2 49
3 UC-03 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 5 56
4 UC-04 1 5 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 58
5 UC-05 1 4 5 3 3 4 4 5 5 5 2 4 3 1 5 54
6 UC-06 1 4 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 1 5 53
7 UC-07 1 5 5 2 3 5 4 4 5 3 5 4 3 5 3 57
8 UC-08 5 3 5 2 3 1 3 5 5 5 2 5 2 5 5 56
9 UC-09 1 5 1 2 3 5 4 3 4 2 5 1 1 1 1 39
10 UC-10 1 3 1 2 2 1 5 2 5 4 5 5 2 5 3 46
11 UC-11 1 4 1 1 1 2 1 5 5 5 5 3 2 1 3 40
12 UC-12 1 5 1 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 61
13 UC-13 5 3 5 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67
14 UC-14 1 5 1 2 2 1 5 5 5 5 0 3 1 1 2 39
15 UC-15 1 5 5 3 3 1 2 5 1 5 4 4 4 1 2 46
16 UC-16 2 4 5 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62
17 UC-17 1 4 1 2 3 5 3 1 5 1 3 1 1 5 2 38
18 UC-18 1 5 5 5 2 1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 62
19 UC-19 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 5 4 1 1 4 51
20 UC-20 1 4 1 2 1 1 5 1 5 1 4 1 3 1 3 34
21 UC-21 2 3 1 2 3 2 5 1 5 4 5 1 3 5 1 43
22 UC-22 1 3 1 2 1 1 5 5 1 1 3 2 2 1 2 31
23 UC-23 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 2 3 3 1 2 47
24 UC-24 2 4 5 2 3 1 5 5 5 5 4 5 3 1 2 52
25 UC-25 5 3 5 2 3 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 65
26 UC-26 2 5 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 5 1 5 58
27 UC-27 1 4 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 2 1 5 55
28 UC-28 2 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 1 5 60
29 UC-29 2 4 5 3 2 2 2 5 1 4 4 4 4 1 2 45
30 UC-30 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 66
31 UC-31 1 3 1 2 3 2 5 2 5 5 4 4 2 5 3 47
32 UC-32 5 3 5 2 2 1 5 5 5 5 3 4 5 5 5 60
N 59 125 107 73 88 84 139 139 147 131 128 121 95 92 115 1643
Rxy 0.549137845 -0.033677267 0.553886162 0.381395112 0.390840337 0.351505018 0.255497998 0.504016322 0.396610328 0.572453052 0.306417938 0.690815395 0.60881607 0.48835632 0.784578886
r tabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
Keterangan VALID DROP VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID
165

Lampiran 13

UJI RELIABILITAS KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

Butir Soal
No Responden Skor (X) Skor Kuadrat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 2 4 5 2 4 1 5 5 5 1 1 3 3 1 4 46 2116
2 UC-02 1 4 5 2 3 1 5 5 5 4 5 5 1 1 2 49 2401
3 UC-03 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 5 56 3136
4 UC-04 1 5 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 58 3364
5 UC-05 1 4 5 3 3 4 4 5 5 5 2 4 3 1 5 54 2916
6 UC-06 1 4 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 1 5 53 2809
7 UC-07 1 5 5 2 3 5 4 4 5 3 5 4 3 5 3 57 3249
8 UC-08 5 3 5 2 3 1 3 5 5 5 2 5 2 5 5 56 3136
9 UC-09 1 5 1 2 3 5 4 3 4 2 5 1 1 1 1 39 1521
10 UC-10 1 3 1 2 2 1 5 2 5 4 5 5 2 5 3 46 2116
11 UC-11 1 4 1 1 1 2 1 5 5 5 5 3 2 1 3 40 1600
12 UC-12 1 5 1 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 61 3721
13 UC-13 5 3 5 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67 4489
14 UC-14 1 5 1 2 2 1 5 5 5 5 0 3 1 1 2 39 1521
15 UC-15 1 5 5 3 3 1 2 5 1 5 4 4 4 1 2 46 2116
16 UC-16 2 4 5 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62 3844
17 UC-17 1 4 1 2 3 5 3 1 5 1 3 1 1 5 2 38 1444
18 UC-18 1 5 5 5 2 1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 62 3844
19 UC-19 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 5 4 1 1 4 51 2601
20 UC-20 1 4 1 2 1 1 5 1 5 1 4 1 3 1 3 34 1156
21 UC-21 2 3 1 2 3 2 5 1 5 4 5 1 3 5 1 43 1849
22 UC-22 1 3 1 2 1 1 5 5 1 1 3 2 2 1 2 31 961
23 UC-23 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 2 3 3 1 2 47 2209
24 UC-24 2 4 5 2 3 1 5 5 5 5 4 5 3 1 2 52 2704
25 UC-25 5 3 5 2 3 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 65 4225
26 UC-26 2 5 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 5 1 5 58 3364
27 UC-27 1 4 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 2 1 5 55 3025
28 UC-28 2 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 1 5 60 3600
29 UC-29 2 4 5 3 2 2 2 5 1 4 4 4 4 1 2 45 2025
30 UC-30 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 66 4356
31 UC-31 1 3 1 2 3 2 5 2 5 5 4 4 2 5 3 47 2209
32 UC-32 5 3 5 2 2 1 5 5 5 5 3 4 5 5 5 60 3600
N 59 125 107 73 88 84 139 139 147 131 128 121 95 92 115 1643 87227
VARIAN ITEM 2.071572581 0.797379032 3.78125 0.53125 0.838709677 2.887096774 1.13608871 1.845766129 1.410282258 1.894153226 1.870967742 2.111895161 1.708669355 4.112903226 2.055443548
JUMLAH VAR ITEM 29.05342742
JUMLAH VAR TOTAL 92.55544355
RELIABILITAS 0.735103975
166

Lampiran 14

DAFTAR NAMA SAMPEL PENELITIAN

No. Nama Kode No. Nama Kode


1 R SP-01 31 YS SP-31
2 AK SP-02 32 AR SP-32
3 BS SP-03 33 VA SP-33
4 DA SP-04 34 FH SP-34
5 DL SP-05 35 NA SP-35
6 IN SP-06 36 TS SP-36
7 KN SP-07 37 AC SP-37
8 RE SP-08 38 DA SP-38
9 RW SP-09 39 ES SP-39
10 YS SP-10 40 IA SP-40
11 SN SP-11 41 ND SP-41
12 DS SP-12 42 RS SP-42
13 GR SP-13 43 DM SP-43
14 MF SP-14 44 AK SP-44
15 AF SP-15 45 AN SP-45
16 AK SP-16 46 CC SP-46
17 BA SP-17 47 SG SP-47
18 IK SP-18 48 AS SP-48
19 KF SP-19 49 II SP-49
20 MC SP-20 50 MF SP-50
21 MA SP-21 51 AA SP-51
22 MK SP-22 52 FN SP-52
23 PA SP-23 53 GT SP-53
24 RS SP-24 54 IG SP-54
25 SJ SP-25 55 MK SP-55
26 TA SP-26 56 AR SP-56
27 TH SP-27 57 SA SP-57
28 FA SP-28 58 DM SP-58
29 FR SP-29 59 MH SP-59
30 HA SP-30 60 AE SP-60
167

Lampiran 15

KISI-KISI

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (PENELITIAN)

No. Indikator No. Item Jumlah Item

Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan


1 9, 20, 21 3
dalam wacana

Mengenali susunan organisasi wacana dan antar


2 2, 12, 18 3
hubungan bagian-bagiannya

Mengenali pokok-pokok pikiran yang


3 16, 17, 22 3
terungkapkan dalam wacana

Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawaban- 1, 3-8, 10, 11, 13,


4 13
nya secara eksplisit terdapat dalam wacana 14, 15, 19

Jumlah item 22

Sumber: Farr (dalam Djiwandono, 2011:117)


168

Lampiran 16

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (PENELITIAN)


Petunjuk:
1. Isilah nama dan nomor absen anda pada kolom identitas yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
pada lembar jawaban yang tersedia.
5. Kerjakan semua pertanyaan secara individu.
6. Jika jawaban anda salah dan ingin dibetulkan caranya sebagai berikut:
Contoh: a b c d diperbaiki a b c d

(Bacaan untuk soal no. 1-11)


Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia.
Keluarga itu mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan
bahagia itu terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya
meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat berduka. Sekarang Bawang
Putih hanya tinggal berdua bersama ayahnya.
Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama
Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah sering
berkunjung ke rumah Bawang Putih untuk membawakan makanan, menolong
Bawang Putih membereskan rumah dan menemani Bawang Putih serta ayahnya
mengobrol.
Akhirnya, sang janda itu menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan
Bawang Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara
perempuan, yaitu Bawang Merah. Pada awalnya, sang ibu tiri dan saudara tiri itu
amat baik pada Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan sifat asli mereka mulai
169

terlihat. Mereka sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat
bila ayah mereka pergi berdagang.
Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal.
Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Bawang
Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima
kehidupan itu dengan tabah dan tetap menuruti perintah Bawang Merah dan
ibunya.
1. Apakah judul yang sesuai dengan cerpen di atas?
a. Bawang Merah dan Bawang Putih
b. Bawang Putih dan ibunya
c. Bawang Merah dan ibunya
d. Bawang Merah yang jahat
2. Siapakah tokoh utama dalam cerita di atas?
a. Bawang Putih
b. Bawang Merah
c. Ayah Bawang Putih
d. Ibu Bawang Merah
3. Bagaimanakah watak Ibu Bawang Merah dalam cerpen di atas?
a. Penipu dan jahat
b. Jahat dan kejam
c. Senang berbohong dan licik
d. Penipu dan licik
4. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih sebelum ibunya meninggal?
a. Bawang Putih merasa sangat kesepian
b. Bawang Putih disiksa oleh ibunya
c. Bawang Putih hidup bahagia dan tentram
d. Bawang Putih tidak pernah bekerja
5. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih bersama ibu tirinya?
a. Bawang Putih mendapat perhatian dari ibu tirinya
b. Bawang Putih hidup bahagia dengan ibu tirinya
c. Bawang Putih difitnah oleh ibu tirinya
170

d. Bawang Putih disiksa oleh ibu tirinya


6. Apakah yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya kepada Bawang Putih
ketika ayahnya pergi berdagang?
a. Memberi pekerjaan yang berat kepada Bawang Putih
b. Menyuruh Bawang Putih ikut ayahnya berdagang
c. Memberikan perhatian kepada Bawang Putih
d. Mengajak Bawang Putih pergi berlibur
7. Bagaimana Bawang Putih menjalani kehidupan dengan ibu tirinya?
a. Putus asa
b. Menyerah
c. Bahagia
d. Tabah
8. Terlihatnya sifat asli Bawang Merah dan ibunya terdapat pada paragraf ke ….
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
9. Kata “meninggal” pada paragraf pertama, memiliki sinonim dengan kata ....
a. Pergi
b. Layu
c. Wafat
d. Mengusir
10. Apa yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya sebelum menikah dengan
ayah Bawang Putih?
a. Memberikan makanan
b. Berlibur bersama
c. Mengawasi Bawang Putih
d. Menolong Bawang Putih
11. Pesan moral dari cerita di atas adalah ....
a. Perbuatan jahat akan mendapatkan balasannya
b. Tabah menjalani musibah
171

c. Jangan menilai orang dari penampilannya


d. Kerjakan semua pekerjaan dengan ikhlas

(Bacaan untuk soal no. 12-14)


Pahlawan Kecil
Namaku Joni. Semenjak ayahku meninggal, aku tinggal dengan ibuku dan
ketiga adikku. Aku sangat sayang dengan mereka. Aku tinggal di desa Suka Maju,
Kecamatan Sukabumi. Rumahku sangat sederhana. Karena aku yang paling besar,
aku bertanggung jawab atas semua keluargaku. Setiap pulang sekolah aku
berangkat mengamen di pinggir jalan. Walaupun mengamen aku tetap sekolah
untuk menggapai cita-citaku. Aku selalu giat belajar dan bekerja untuk keluarga.
12. Tokoh utama dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ....
a. Adik
b. Ibu
c. Ayah
d. Joni
13. Apakah yang biasanya dilakukan Joni setelah pulang sekolah?
a. Meminta-minta
b. Mengamen
c. Bekerja
d. Belajar
14. Amanat yang terdapat di dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ….
a. Jangan Berbohong
b. Taat Kepada Orang Tua
c. Jangan Boros
d. Menyayangi keluarga

Raden Pangantin
Di sebuah desa di kawasan hulu sungai Kalimantan Selatan, hidup seorang
janda yang bernama Diang Ingsun bersama anaknya yang bernama Raden
Pangantin. Kehidupan mereka sangat sederhana, Raden Pangantin sangat
172

menyayangi Ibunya yang sudah tua renta. Mereka berdua hidup bahagia, namun
semua berubah ketika pemuda itu pergi merantau untuk bekerja di luar desanya.
15. Sifat Raden Pengantin kepada ibunya sebelum ia pergi merantau adalah….
a. Penurut
b. Penyayang
c. Pekerja keras
d. Berbakti
16. Bacalah cerita di bawah ini!
Anton anak yang pandai. Setiap hari Anton belajar dengan penuh semangat.
Sehabis pulang dari sekolah, Anton selalu mengulang pembelajaran yang
dipelajari di sekolah. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
tanpa bantuan orang lain.
Gagasan utama pada paragraf di atas adalah ....
a. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
b. Anton anak yang pandai
c. Anton belajar penuh semangat
d. Anton selalu mengulang pembelajaran
17. Cuaca buruk menyebabkan terhambatnya distribusi barang-barang ke pulau
sumatra. Kapal-kapal feri tidak beroperasi karena tinggi ombak di selat sunda.
Akibatnya puluhan truk mengantre di pelabuhan merak. Hal tersebut cukup
merugikan produsen, distributor dan konsumen.
Pikiran pokok dari paragraf diatas adalah….
a. Cuaca buruk menghambat distribusi barang
b. Banyaknya antrian truk di pelabuhan
c. Ombak tinggi di selat sunda
d. Cuaca buruk merugikan produsen

(Bacaan untuk soal no. 18 dan 19)


Pada zaman dahulu, di Bali ada sebuah kerajaan bernama Soma Kencana.
Suatu saat Raja bingung dengan ulah si burung. Burung itu suka merusak tanaman
istana. Akhirnya sang raja membuat pengumuman, siapa yang berhasil menagkap
173

burung itu akan diberi jabatan di istana. Akhirnya seekor tikus berhasil
menangkap burung itu dengan cepat.
18. Tokoh dalam cerita di atas adalah….
a. Tikus
b. Burung
c. Raja
d. Tikus, burung, dan raja
19. Amanat dari cerita di atas adalah….
a. Binatang harus patuh pada raja
b. Kita tidak boleh membantu rang lain
c. Kita jangan suka berbuat jahat kepada orang lain
d. Semua perbuatan akan ada balasannya
20. Kakak Rudi bekerja sebagai reporter televisi swasta.
Makna kata yang dicetak miring ialah....
a. Orang yang mengetik berita
b. Orang yang melaporkan berita
c. Orang yang menjual berira
d. Orang yang membaca berita
21. Para penonton ... karena lucu.
Kata yang tepat untuk me lengkapi titik-titik tersebut ialah ....
a. Tersipu-sipu c. Tersedu-sedu
b. Terisak-isak d. Terbahak-bahak
22. Seruni lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dia tak memiliki teman.
Bahkan, kakaknya juga tak mempedulikannya. Terlahir sebagai gadis bisu
dan tuli. Seruni hanya bisa bermain dengan ibu dan kawan khayalannya.
Pokok pikiran pada paragraf di atas adalah....
a. Seruni tidak memiliki teman
b. Seruni terlahir sebagai gadis bisu dan tuli
c. Seruni hanya bisa bermain dengan ibunya
d. Kakak Seruni tak mempedulikannya
174

Nama : NILAI :
Absen :
Kelas :
Sekolah :

LEMBAR JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

1. A B C D 16. A B C D
2. A B C D 17. A B C D
3. A B C D 18. A B C D
4. A B C D 19. A B C D
5. A B C D 20. A B C D
6. A B C D 21. A B C D
7. A B C D 22. A B C D
8. A B C D
9. A B C D
10. A B C D
11. A B C D
12. A B C D
13. A B C D
14. A B C D
15. A B C D
175

KUNCI JAWABAN

TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

1. A 12. D

2. D 13. B

3. B 14. D

4. C 15. B

5. D 16. B

6. A 17. A

7. D 18. D

8. C 19. C

9. C 20. B

10. A 21. D

11. A 22. A
176

Lampiran 17
LEMBAR HASIL PENELITIAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
177
178

Lampiran 18

KISI-KISI

TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

(PENELITIAN)

No. Indikator No. Item Jumlah Item

Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan 1, 2, 3, 4, 6, 7,


1. 7
yang bersifat objektif 9

Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan

2. dalam teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai- 5, 8, 11 3

nilai yang terkandung dalam bacaan cerita)

Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi


3. 10, 12 2
bacaan

Jumlah 12

Sumber: Aminuddin

(2013:34)
179

Lampiran 19

TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK


(PENELITIAN)

Petunjuk:
1. Isilah identitas anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahamilah dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar yang telah
disediakan.

Putri Gisela
Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal
seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada
seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk di sekitar
itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya.
Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan
bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan
burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung.
Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya.
Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh
penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah
dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana.
Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi
rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu
adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata, ”Permisi, Nenek yang baik. Saya
tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?”
Gisela menjawab, ”Oh, tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan?
180

Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena
ada yang mau berbicara padanya. Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap
sudah tua.
Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah
kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab, ”Aku Pangeran Jonathan.
Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya
yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian
mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan
dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.”
Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya
mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali.
Tanpa disadarinya, ia bergumam, ”Apakah benar warga negeri Anta
menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan
bertanya, ”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan
ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri Raja
Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada
seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.”
Pangeran Jonathan berkata, ”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan
membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri
yang cantik, yang sangat cantik!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu,
tiba-tiba keluar asap dari tubuh Gisela dan Gisela berubah kembali menjadi Putri
Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran
yang menyebutnya cantik.
Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke
negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela
menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.

(Diolah dari : Ahya Rezqiaufa dalam Bobo no. 05/XXXIV, 2006 hlm 40-41)
181

Nama : NILAI :
Absen :
Kelas :
Sekolah :

Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Apakah tema dari cerita Putri Gisela di atas?
2. Apakah alur yang digunakan dalam cerita Putri Gisela!
3. Sebutkan setting tempat dalam cerita Putri Gisela!
4. Jelaskan watak/sifat penasehat kerajaan!
5. Mengapa Putri Gisela diusir dari istana?
6. Pada paragraf kelima terdapat kata “sayembara”, apakah maksud dari kata
tersebut?
7. Siapakah yang menolong Putri Gisela?
8. Bagaimanakah Putri Gisela dapat berubah cantik?
9. Apakah amanat yang terkandung dalam cerita Putri Gisela?
10. Apakah isi cerita Putri Gisela tersebut menarik? Jelaskan pendapat kalian!
11. Pada paragraf berapakah Pangeran Jonathan memuji kecantikan Putri Gisela?
12. Apakah cerita Putri Gisela cocok untuk anak-anak? Jelaskan pendapat kalian!
182

KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1. Perjuangan atau percintaan.
2. Alur maju.
3. Setting tempat: sebuah hutan, di dekat rumah, di atap, istana, negeri Anta.
4. Watak Penasehat Kerajaan adalah jahat, karena telah menyihir Putri Gisela
menjadi wanita tua.
5. Karena Putri Gisela disihir oleh Penasehat Kerajaan menjadi wanita tua dan
dianggap sebagai penjelmaan iblis.
6. Sayembara adalah memerebutkan sesuatu yang menjadi bahan perlombaan.
7. Pangeran Jonathan.
8. Putri Gisela bertemu dengan Pangeran Jonathan dan mendapat pujian bahwa
Putri Gisela adalah putrid yang sangat cantik.
9. Jangan melihat orang lain dari penampilan luarnya saja.
10. (tergantung jawaban siswa).
11. Paragraf ketujuh.
12. Cerita Putri Gisela cocok untuk bahan bacaan anak-anak karena mengajarkan
anak untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak menilai orang
dari penampilan luarnya.
183

Lampiran 20
LEMBAR HASIL PENELITIAN
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
184
185

Lampiran 21
TABULASI DATA VARIABEL KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
Butir Soal
No. Kode Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 SP-01 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 14
2 SP02 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 15
3 SP-03 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 6
4 SP-04 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 16
5 SP-05 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20
6 SP-06 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 9
7 SP-07 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 16
8 SP-08 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
9 SP-09 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 11
10 SP-10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 18
11 SP-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 19
12 SP-12 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 8
13 SP-13 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 17
14 SP-14 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9
15 SP-15 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16
16 SP-16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
17 SP-17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 17
18 SP-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 16
19 SP-19 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 16
20 SP-20 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 18
21 SP-21 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 10
186

Butir Soal
No Kode Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
22 SP-22 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13
23 SP-23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 19
24 SP-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 18
25 SP-25 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 19
26 SP-26 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 12
27 SP-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 15
28 SP-28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 18
29 SP-29 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 15
30 SP-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 17
31 SP-31 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 16
32 SP-32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 19
33 SP-33 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5
34 SP-34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
35 SP-35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 16
36 SP-36 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10
37 SP-37 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 13
38 SP-38 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10
39 SP-39 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18
40 SP-40 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 16
41 SP-41 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 18
42 SP-42 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
43 SP-43 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 18
44 SP-44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 18
187

Butir Soal
No Kode Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
45 SP-45 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 20
46 SP-46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 19
47 SP-47 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 19
48 SP-48 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 18
49 SP-49 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18
50 SP-50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 20
51 SP-51 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 14
52 SP-52 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 16
53 SP-53 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 15
54 SP-54 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 12
55 SP-55 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 14
56 SP-56 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 15
57 SP-57 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 11
58 SP-58 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 16
59 SP-59 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13
60 SP-60 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
JUMLAH 50 45 42 55 46 54 40 19 45 43 36 55 56 44 40 32 38 49 33 45 45 13 925
188

Lampiran 22
TABULASI DATA
VARIABEL KEMAMPUAN MENGAPRESIAI CERITA PENDEK
Butir Soal
No. Kode Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 SP-01 1 5 2 3 4 1 5 5 1 2 1 2 32
2 SP-02 1 1 2 4 4 5 5 5 5 4 1 3 40
3 SP-03 1 1 2 1 3 1 5 3 1 1 1 1 21
4 SP-04 1 1 2 2 5 1 5 4 5 3 5 3 37
5 SP-05 2 1 2 2 2 3 5 5 5 5 5 5 42
6 SP-06 1 1 2 1 3 1 2 4 1 2 1 5 24
7 SP-07 1 1 2 2 5 5 5 5 0 3 1 4 34
8 SP-08 1 5 2 2 5 5 5 5 5 2 1 3 41
9 SP-09 1 1 1 2 1 1 5 4 1 2 1 1 21
10 SP-10 1 1 2 3 4 5 5 4 4 4 1 4 38
11 SP-11 1 5 1 2 5 5 5 5 1 2 1 3 36
12 SP-12 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 13
13 SP-13 1 1 2 3 4 1 5 5 3 2 5 2 34
14 SP-14 5 5 2 2 1 1 5 0 0 0 0 0 21
15 SP-15 1 5 3 2 3 5 5 5 5 3 5 4 46
16 SP-16 1 5 2 2 3 1 5 5 5 4 5 3 41
17 SP-17 1 5 2 3 5 5 5 5 4 2 1 2 40
18 SP-18 0 5 2 5 3 4 5 3 5 2 1 2 37
19 SP-19 1 5 3 1 3 5 5 4 5 1 1 2 36
20 SP-20 1 5 3 2 3 5 5 5 5 4 1 4 43
21 SP-21 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 2 18
22 SP-22 5 5 2 2 3 1 5 5 1 2 5 2 38
23 SP-23 1 0 2 2 3 5 5 5 4 3 1 2 33
24 SP-24 1 1 2 2 4 5 5 5 5 2 5 2 39
25 SP-25 1 5 2 3 5 5 5 5 4 5 5 4 49
26 SP-26 1 1 2 2 3 0 5 2 1 1 1 1 20
27 SP-27 1 5 2 3 3 1 5 3 4 2 1 1 31
28 SP-28 1 1 2 3 4 1 5 5 5 2 5 2 36
29 SP-29 3 1 5 2 5 1 5 5 5 3 0 0 35
30 SP-30 1 5 3 2 3 1 5 4 5 2 5 2 38
31 SP-31 1 5 3 2 3 1 5 5 3 4 5 3 40
32 SP-32 3 1 2 2 3 1 5 5 3 3 1 2 31
33 SP-33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
34 SP-34 3 5 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 52
35 SP-35 1 1 3 1 2 1 4 2 3 5 5 3 31
36 SP-36 1 1 2 1 3 1 5 1 1 2 1 1 20
37 SP-37 5 1 1 2 5 0 5 2 1 2 1 1 26
38 SP-38 1 1 2 1 5 1 5 1 1 2 1 2 23
39 SP-39 1 1 2 2 5 1 5 5 5 2 1 3 33
40 SP-40 5 5 2 2 5 1 5 3 4 3 5 5 45
41 SP-41 1 5 2 3 3 5 5 5 5 4 5 4 47
42 SP-42 5 1 2 2 4 1 5 5 5 5 1 3 39
43 SP-43 5 5 3 2 3 5 5 5 2 4 1 4 44
44 SP-44 1 1 3 5 5 5 5 3 5 5 5 3 46
45 SP-45 1 1 3 5 4 5 5 5 5 5 5 3 47
46 SP-46 1 1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 51
47 SP-47 3 5 2 3 3 5 5 5 5 3 5 3 47
48 SP-48 2 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 3 51
49 SP-49 1 5 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 50
50 SP-50 1 1 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 47
51 SP-51 3 1 2 1 3 1 5 2 1 1 5 2 27
52 SP-52 1 1 2 2 5 1 5 2 3 3 5 4 34
53 SP-53 1 1 2 2 5 1 5 1 1 3 1 2 25
54 SP-54 1 1 2 2 5 1 5 5 1 1 1 3 28
55 SP-55 3 5 2 2 4 1 5 3 1 2 5 3 36
56 SP-56 1 1 1 1 5 1 5 1 1 3 1 2 23
57 SP-57 1 1 1 5 5 5 5 3 1 1 1 1 30
58 SP-58 1 1 3 2 3 1 5 3 1 2 1 2 25
59 SP-59 1 1 3 2 3 1 5 2 1 2 5 3 29
60 SP-60 1 1 2 1 3 1 5 4 1 0 5 3 27
JUMLAH 97 151 132 138 224 155 284 225 183 166 166 159 2080
189

Lampiran 23

ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

1. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

2. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

No. Kode Total Nilai % Skor Kategori


1 SP-01 14 64 Tuntas
2 SP-02 15 68 Tuntas
3 SP-03 6 27 Tidak Tuntas
4 SP-04 16 73 Tuntas
5 SP-05 20 91 Tuntas
6 SP-06 9 41 Tidak Tuntas
7 SP-07 16 73 Tuntas
8 SP-08 20 91 Tuntas
9 SP-09 11 50 Tidak Tuntas
10 SP-10 18 82 Tuntas
11 SP-11 19 86 Tuntas
12 SP-12 8 36 Tidak Tuntas
13 SP-13 17 77 Tuntas
14 SP-14 9 41 Tidak Tuntas
15 SP-15 16 73 Tuntas
16 SP-16 20 91 Tuntas
17 SP-17 17 77 Tuntas
18 SP-18 16 73 Tuntas
19 SP-19 16 73 Tuntas
20 SP-20 18 82 Tuntas
21 SP-21 10 45 Tidak Tuntas
190

22 SP-22 13 59 Tidak Tuntas


23 SP-23 19 86 Tuntas
24 SP-24 18 82 Tuntas
25 SP-25 19 86 Tuntas
26 SP-26 12 55 Tidak Tuntas
27 SP-27 15 68 Tuntas
28 SP-28 18 82 Tuntas
29 SP-29 15 68 Tuntas
30 SP-30 17 77 Tuntas
31 SP-31 16 73 Tuntas
32 SP-32 19 86 Tuntas
33 SP-33 5 23 Tidak Tuntas
34 SP-34 20 91 Tuntas
35 SP-35 16 73 Tuntas
36 SP-36 10 45 Tidak Tuntas
37 SP-37 13 59 Tidak Tuntas
38 SP-38 10 45 Tidak Tuntas
39 SP-39 18 82 Tuntas
40 SP-40 16 73 Tuntas
41 SP-41 18 82 Tuntas
42 SP-42 19 86 Tuntas
43 SP-43 18 82 Tuntas
44 SP-44 18 82 Tuntas
45 SP-45 20 91 Tuntas
46 SP-46 19 86 Tuntas
47 SP-47 19 86 Tuntas
48 SP-48 18 82 Tuntas
49 SP-49 18 82 Tuntas
50 SP-50 20 91 Tuntas
51 SP-51 14 64 Tuntas
52 SP-52 16 73 Tuntas
53 SP-53 15 68 Tuntas
54 SP-54 12 55 Tidak Tuntas
55 SP-55 14 64 Tuntas
56 SP-56 15 68 Tuntas
57 SP-57 11 50 Tidak Tuntas
58 SP-58 16 73 Tuntas
191

59 SP-59 13 59 Tidak Tuntas


60 SP-60 12 55 Tidak Tuntas

3. Menentukan kategori penilaian skala -5 dengan membuat tabel kerja


distribusi frekuensi kemampuan membaca pemahaman.

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 23 38%
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 8 13% 70
4 50 – 59 Kurang 8 13%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 8 13%
60 100% Baik

4. Membuat diagram lingkaran kemampuan membaca pemahaman

Diagram Presentase Kemampuan Membaca


Pemahaman

Sangat Baik 38%


Baik 22%
Cukup 13%
Kurang 13%
Sangat Kurang 13%
192

ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN


KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
Susunan Wacana dan
No. Kode Menjawab Pertanyaan secara Eksplisit Memahami Arti Kata Mengenali Pokok Pikiran Kategori
Hubungan antar Bagiannya Total % skor
1 3 4 5 6 7 8 10 11 13 14 15 19 Jumlah % skor 9 20 21 Jumlah % skor 2 12 18 Jumlah % Skor 16 17 22 Jumlah % Skor
1 SP-01 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8 62 1 0 1 2 67 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 14 64 Cukup
2 SP02 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 10 77 1 0 1 2 67 0 1 0 1 33 1 1 0 2 67 15 68 Cukup
3 SP-03 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 31 0 0 0 0 0 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 6 27 Sangat Kurang
4 SP-04 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 77 0 0 1 1 33 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 16 73 Baik
5 SP-05 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 20 91 Sangat Baik
6 SP-06 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 5 38 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 9 41 Sangat Kurang
7 SP-07 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 10 77 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 16 73 Bak
8 SP-08 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 20 91 Sangat Baik
9 SP-09 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6 46 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 11 50 Kurang
10 SP-10 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 18 82 Sangat Baik
11 SP-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 19 86 Sangat Baik
12 SP-12 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 5 38 0 0 0 0 0 0 1 1 2 67 0 1 0 1 33 8 36 Sangat Kurang
13 SP-13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 0 1 0 1 33 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 17 77 Baik
14 SP-14 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 5 38 1 0 0 1 33 1 0 0 1 33 1 1 0 2 67 9 41 Sangat Kurang
15 SP-15 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 9 69 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 0 1 1 33 16 73 Baik
16 SP-16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 20 91 Sangat Baik
17 SP-17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 10 77 1 0 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 17 77 Baik
18 SP-18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 10 77 1 0 0 1 33 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 16 73 Baik
19 SP-19 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 10 77 1 1 0 2 67 1 1 0 2 67 1 0 1 2 67 16 73 Baik
20 SP-20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 83 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 18 82 Sangat Baik
21 SP-21 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 38 1 1 0 2 67 1 1 0 2 67 0 1 0 1 33 10 45 Sangat Kurang
22 SP-22 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 6 46 0 1 0 1 33 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 13 59 Kurang
23 SP-23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 19 86 Sangat Baik
24 SP-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 1 0 0 1 33 18 82 Sangat Baik
25 SP-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100 1 0 1 2 67 0 1 1 2 67 1 1 0 2 67 19 86 Sangat Baik
26 SP-26 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 46 1 1 0 2 67 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 12 55 Kurang
27 SP-27 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 69 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 0 0 1 1 33 15 68 Cukup
28 SP-28 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 0 1 2 67 18 82 Sangat Baik
29 SP-29 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 69 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 15 68 Cukup
30 SP-30 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 17 77 Baik
31 SP-31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 16 73 Baik
32 SP-32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 11 85 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 19 86 Sangat Baik
33 SP-33 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 23 0 1 0 1 33 0 0 1 1 33 0 0 0 0 0 5 23 Sangat Kurang
34 SP-34 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 20 91 Sangat Baik
35 SP-35 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 10 77 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 1 1 0 2 67 16 73 Baik
36 SP-36 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 7 54 1 0 0 1 33 1 1 0 2 67 0 0 0 0 0 10 45 Sangat Kurang
37 SP-37 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 69 1 0 0 1 33 1 0 0 1 33 1 1 0 2 67 13 59 Kurang
38 SP-38 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 7 54 0 0 0 0 0 1 1 0 2 67 0 1 0 1 33 10 45 Sangat Kurang
39 SP-39 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11 85 1 0 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 18 82 Sangat Baik
40 SP-40 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 0 1 2 67 1 1 0 2 67 0 1 0 1 33 16 73 Baik
41 SP-41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 18 82 Sangat Baik
42 SP-42 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 19 86 Sangat Baik
43 SP-43 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 18 82 Sangat Baik
44 SP-44 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 18 82 Sangat Baik
45 SP-45 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 20 91 Sangat Baik
46 SP-46 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 19 86 Sangat Baik
47 SP-47 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 19 86 Sangat Baik
48 SP-48 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 18 82 Sangat Baik
49 SP-49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 1 0 0 1 33 18 82 Sangat Baik
50 SP-50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 20 91 Sangat Baik
51 SP-51 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 62 1 0 1 2 67 1 0 1 2 67 1 1 0 2 67 14 64 Cukup
52 SP-52 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11 85 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 16 73 Baik
53 SP-53 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 10 77 1 1 0 2 67 0 1 1 2 67 1 0 0 1 33 15 68 Cukup
54 SP-54 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 6 46 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 0 1 0 1 33 12 55 Kurang
55 SP-55 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 9 69 1 1 1 3 100 0 0 1 1 33 1 0 0 1 33 14 64 Cukup
56 SP-56 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10 77 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 15 68 Cukup
57 SP-57 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 54 1 1 0 2 67 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 11 50 Kurang
58 SP-58 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 9 69 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 16 73 Baik
59 SP-59 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7 54 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 1 1 0 2 67 13 59 Kurang
60 SP-60 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 6 46 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 12 55 Kurang
193

Lampiran 24

ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PER INDIKATOR

1. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana


a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

NO. KODE INDIKATOR 1


Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 2 67 Tuntas
2 SP-02 2 67 Tuntas
3 SP-03 0 0 Tidak Tuntas
4 SP-04 1 33 Tidak Tuntas
5 SP-05 3 100 Tuntas
6 SP-06 2 67 Tuntas
7 SP-07 2 67 Tuntas
8 SP-08 3 100 Tuntas
9 SP-09 2 67 Tuntas
10 SP-10 3 100 Tuntas
11 SP-11 3 100 Tuntas
12 SP-12 0 0 Tidak Tuntas
13 SP-13 1 33 Tidak Tuntas
14 SP-14 1 33 Tidak Tuntas
15 SP-15 3 100 Tuntas
16 SP-16 2 67 Tuntas
17 SP-17 2 67 Tuntas
18 SP-18 1 33 Tidak Tuntas
19 SP-19 2 67 Tuntas
20 SP-20 3 100 Tuntas
21 SP-21 2 67 Tuntas
22 SP-22 1 33 Tidak Tuntas
23 SP-23 3 100 Tuntas
24 SP-24 3 100 Tuntas
25 SP-25 2 67 Tuntas
26 SP-26 2 67 Tuntas
194

27 SP-27 3 100 Tuntas


28 SP-28 3 100 Tuntas
29 SP-29 3 100 Tuntas
30 SP-30 3 100 Tuntas
31 SP-31 3 100 Tuntas
32 SP-32 2 67 Tuntas
33 SP-33 1 33 Tidak Tuntas
34 SP-34 3 100 Tuntas
35 SP-35 3 100 Tuntas
36 SP-36 1 33 Tidak Tuntas
37 SP-37 1 33 Tidak Tuntas
38 SP-38 0 0 Tidak Tuntas
39 SP-39 2 67 Tuntas
40 SP-40 2 67 Tuntas
41 SP-41 3 100 Tuntas
42 SP-42 3 100 Tuntas
43 SP-43 3 100 Tuntas
44 SP-44 3 100 Tuntas
45 SP-45 3 100 Tuntas
46 SP-46 3 100 Tuntas
47 SP-47 3 100 Tuntas
48 SP-48 3 100 Tuntas
49 SP-49 3 100 Tuntas
50 SP-50 3 100 Tuntas
51 SP-51 2 67 Tuntas
52 SP-52 2 67 Tuntas
53 SP-53 2 67 Tuntas
54 SP-54 3 100 Tuntas
55 SP-55 3 100 Tuntas
56 SP-56 3 100 Tuntas
57 SP-57 2 67 Tuntas
58 SP-58 3 100 Tuntas
59 SP-59 2 67 Tuntas
60 SP-60 2 67 Tuntas

c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 1


No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 29 48%
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 20 33% 75
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik
195

2. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya

a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

NO. KODE INDIKATOR 2


Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 3 100 Tuntas
2 SP-02 1 33 Tidak Tuntas
3 SP-03 2 67 Tuntas
4 SP-04 3 100 Tuntas
5 SP-05 3 100 Tuntas
6 SP-06 2 67 Tuntas
7 SP-07 3 100 Tuntas
8 SP-08 3 100 Tuntas
9 SP-09 3 100 Tuntas
10 SP-10 3 100 Tuntas
11 SP-11 3 100 Tuntas
12 SP-12 2 67 Tuntas
13 SP-13 3 100 Tuntas
14 SP-14 1 33 Tidak Tuntas
15 SP-15 3 100 Tuntas
16 SP-16 3 100 Tuntas
17 SP-17 3 100 Tuntas
18 SP-18 3 100 Tuntas
19 SP-19 2 67 Tuntas
20 SP-20 3 100 Tuntas
21 SP-21 2 67 Tuntas
22 SP-22 3 100 Tuntas
23 SP-23 3 100 Tuntas
24 SP-24 2 67 Tuntas
25 SP-25 2 67 Tuntas
26 SP-26 3 100 Tuntas
27 SP-27 2 67 Tuntas
196

28 SP-28 3 100 Tuntas


29 SP-29 3 100 Tuntas
30 SP-30 3 100 Tuntas
31 SP-31 3 100 Tuntas
32 SP-32 3 100 Tuntas
33 SP-33 1 33 Tidak Tuntas
34 SP-34 3 100 Tuntas
35 SP-35 1 33 Tidak Tuntas
36 SP-36 2 67 Tuntas
37 SP-37 1 33 Tidak Tuntas
38 SP-38 2 67 Tuntas
39 SP-39 3 100 Tuntas
40 SP-40 2 67 Tuntas
41 SP-41 3 100 Tuntas
42 SP-42 3 100 Tuntas
43 SP-43 3 100 Tuntas
44 SP-44 3 100 Tuntas
45 SP-45 3 100 Tuntas
46 SP-46 3 100 Tuntas
47 SP-47 3 100 Tuntas
48 SP-48 3 100 Tuntas
49 SP-49 2 67 Tuntas
50 SP-50 3 100 Tuntas
51 SP-51 2 67 Tuntas
52 SP-52 3 100 Tuntas
53 SP-53 2 67 Tuntas
54 SP-54 2 67 Tuntas
55 SP-55 1 33 Tidak Tuntas
56 SP-56 2 67 Tuntas
57 SP-57 2 67 Tuntas
58 SP-58 3 100 Tuntas
59 SP-59 2 67 Tuntas
60 SP-60 2 67 Tuntas

c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 2

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 35 58%
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 19 32% 83
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 6 10%
60 100% Sangat Baik
197

3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana


a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

NO. KODE INDIKATOR 3


Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 1 33 Tidak Tuntas
2 SP-02 2 67 Tuntas
3 SP-03 0 0 Tidak Tuntas
4 SP-04 2 67 Tuntas
5 SP-05 3 100 Tuntas
6 SP-06 0 0 Tidak Tuntas
7 SP-07 1 33 Tidak Tuntas
8 SP-08 2 67 Tuntas
9 SP-09 0 0 Tidak Tuntas
10 SP-10 1 33 Tidak Tuntas
11 SP-11 1 33 Tidak Tuntas
12 SP-12 1 33 Tidak Tuntas
13 SP-13 1 33 Tidak Tuntas
14 SP-14 2 67 Tuntas
15 SP-15 1 33 Tidak Tuntas
16 SP-16 3 100 Tuntas
17 SP-17 2 67 Tuntas
18 SP-18 2 67 Tuntas
19 SP-19 2 67 Tuntas
20 SP-20 2 67 Tuntas
21 SP-21 1 33 Tidak Tuntas
22 SP-22 3 100 Tuntas
23 SP-23 2 67 Tuntas
24 SP-24 1 33 Tidak Tuntas
25 SP-25 2 67 Tuntas
26 SP-26 1 33 Tidak Tuntas
27 SP-27 1 33 Tidak Tuntas
198

28 SP-28 2 67 Tuntas
29 SP-29 0 0 Tidak Tuntas
30 SP-30 1 33 Tidak Tuntas
31 SP-31 0 0 Tidak Tuntas
32 SP-32 3 100 Tuntas
33 SP-33 0 0 Tidak Tuntas
34 SP-34 2 67 Tuntas
35 SP-35 2 67 Tuntas
36 SP-36 0 0 Tidak Tuntas
37 SP-37 2 67 Tuntas
38 SP-38 1 33 Tidak Tuntas
39 SP-39 2 67 Tuntas
40 SP-40 1 33 Tidak Tuntas
41 SP-41 1 33 Tidak Tuntas
42 SP-42 3 100 Tuntas
43 SP-43 1 33 Tidak Tuntas
44 SP-44 2 67 Tuntas
45 SP-45 2 67 Tuntas
46 SP-46 1 33 Tidak Tuntas
47 SP-47 2 67 Tuntas
48 SP-48 2 67 Tuntas
49 SP-49 1 33 Tidak Tuntas
50 SP-50 2 67 Tuntas
51 SP-51 2 67 Tuntas
52 SP-52 0 0 Tidak Tuntas
53 SP-53 1 33 Tidak Tuntas
54 SP-54 1 33 Tidak Tuntas
55 SP-55 1 33 Tidak Tuntas
56 SP-56 0 0 Tidak Tuntas
57 SP-57 0 0 Tidak Tuntas
58 SP-58 1 33 Tidak Tuntas
59 SP-59 2 67 Tuntas
60 SP-60 2 67 Tuntas

c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 3

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 23 38% 46
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 32 53%
60 100% Sangat Kurang
199

4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat


dalam wacana
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

NO. KODE INDIKATOR 4


Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 8 62 Tuntas
2 SP-02 10 77 Tuntas
3 SP-03 4 31 Tidak Tuntas
4 SP-04 10 77 Tuntas
5 SP-05 11 85 Tuntas
6 SP-06 5 38 Tidak Tuntas
7 SP-07 10 77 Tuntas
8 SP-08 12 92 Tuntas
9 SP-09 6 46 Tidak Tuntas
10 SP-10 11 85 Tuntas
11 SP-11 12 92 Tuntas
12 SP-12 5 38 Tidak Tuntas
13 SP-13 12 92 Tuntas
14 SP-14 5 38 Tidak Tuntas
15 SP-15 9 69 Tuntas
16 SP-16 12 92 Tuntas
17 SP-17 10 77 Tuntas
18 SP-18 10 77 Tuntas
19 SP-19 10 77 Tuntas
20 SP-20 10 83 Tuntas
21 SP-21 5 38 Tidak Tuntas
22 SP-22 6 46 Tidak Tuntas
23 SP-23 11 85 Tuntas
24 SP-24 12 92 Tuntas
25 SP-25 13 100 Tuntas
26 SP-26 6 46 Tidak Tuntas
200

27 SP-27 9 69 Tuntas
28 SP-28 10 77 Tuntas
29 SP-29 9 69 Tuntas
30 SP-30 10 77 Tuntas
31 SP-31 10 77 Tuntas
32 SP-32 11 85 Tuntas
33 SP-33 3 23 Tidak Tuntas
34 SP-34 12 92 Tuntas
35 SP-35 10 77 Tuntas
36 SP-36 7 54 Tidak Tuntas
37 SP-37 9 69 Tuntas
38 SP-38 7 54 Tidak Tuntas
39 SP-39 11 85 Tuntas
40 SP-40 11 85 Tuntas
41 SP-41 11 85 Tuntas
42 SP-42 10 77 Tuntas
43 SP-43 11 85 Tuntas
44 SP-44 10 77 Tuntas
45 SP-45 12 92 Tuntas
46 SP-46 12 92 Tuntas
47 SP-47 11 85 Tuntas
48 SP-48 10 77 Tuntas
49 SP-49 12 92 Tuntas
50 SP-50 12 92 Tuntas
51 SP-51 8 62 Tuntas
52 SP-52 11 85 Tuntas
53 SP-53 10 77 Tuntas
54 SP-54 6 46 Tidak Tuntas
55 SP-55 9 69 Tuntas
56 SP-56 10 77 Tuntas
57 SP-57 7 54 Tidak Tuntas
58 SP-58 9 69 Tuntas
59 SP-59 7 54 Tidak Tuntas
60 SP-60 6 46 Tidak Tuntas

c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 4


No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 22 37%
2 70 – 79 Baik 15 25%
3 60 – 69 Cukup 8 13% 72
4 50 – 59 Kurang 4 7%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik
201

Lampiran 25

ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

1. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

2. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

No. Kode Total Nilai % Skor Kategori


1 SP-01 32 53 Tidak Tuntas
2 SP-02 40 67 Tuntas
3 SP-03 21 35 Tidak Tuntas
4 SP-04 37 62 Tuntas
5 SP-05 42 70 Tuntas
6 SP-06 24 40 Tidak Tuntas
7 SP-07 34 57 Tidak Tuntas
8 SP-08 41 68 Tuntas
9 SP-09 21 35 Tidak Tuntas
10 SP-10 38 63 Tuntas
11 SP-11 36 60 Tuntas
12 SP-12 13 22 Tidak Tuntas
13 SP-13 34 57 Tidak Tuntas
14 SP-14 21 35 Tidak Tuntas
15 SP-15 46 77 Tuntas
16 SP-16 41 68 Tuntas
17 SP-17 40 67 Tuntas
18 SP-18 37 62 Tuntas
19 SP-19 36 60 Tuntas
20 SP-20 43 72 Tuntas
21 SP-21 18 30 Tidak Tuntas
202

22 SP-22 38 63 Tuntas
23 SP-23 33 55 Tidak Tuntas
24 SP-24 39 65 Tuntas
25 SP-25 49 82 Tuntas
26 SP-26 20 33 Tidak Tuntas
27 SP-27 31 52 Tidak Tuntas
28 SP-28 36 60 Tuntas
29 SP-29 35 58 Tidak Tuntas
30 SP-30 38 63 Tuntas
31 SP-31 40 67 Tuntas
32 SP-32 31 52 Tidak Tuntas
33 SP-33 12 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 52 87 Tuntas
35 SP-35 31 52 Tidak Tuntas
36 SP-36 20 33 Tidak Tuntas
37 SP-37 26 43 Tidak Tuntas
38 SP-38 23 38 Tidak Tuntas
39 SP-39 33 55 Tidak Tuntas
40 SP-40 45 75 Tuntas
41 SP-41 47 78 Tuntas
42 SP-42 39 65 Tuntas
43 SP-43 44 73 Tuntas
44 SP-44 46 77 Tuntas
45 SP-45 47 78 Tuntas
46 SP-46 51 85 Tuntas
47 SP-47 47 78 Tuntas
48 SP-48 51 85 Tuntas
49 SP-49 50 83 Tuntas
50 SP-50 47 78 Tuntas
51 SP-51 27 45 Tidak Tuntas
52 SP-52 34 57 Tidak Tuntas
53 SP-53 25 42 Tidak Tuntas
54 SP-54 28 47 Tidak Tuntas
55 SP-55 36 60 Tuntas
56 SP-56 23 38 Tidak Tuntas
57 SP-57 30 50 Tidak Tuntas
58 SP-58 25 42 Tidak Tuntas
203

59 SP-59 29 48 Tidak Tuntas


60 SP-60 27 45 Tidak Tuntas

3. Menentukan kategori penilaian skala -5 dengan membuat tabel kerja


distribusi frekuensi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
2 70 – 79 Baik 10 17%
3 60 – 69 Cukup 15 25% 58
4 50 – 59 Kurang 12 20%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 18 30%
Jumlah 60 100% Kurang

4. Membuat diagram lingkaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Diagram Presentase Kemampuan Mengapresiasi


Cerita Pendek

Sangat Baik 8%
Baik 17%
Cukup 25%
Kurang 20%
Sangat Kurang 30%
204

ANALISIS DESKRIPTIF

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK


KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

No. Kode Kognitif Emotif Evaluatif Kategori


Total % skor
1 2 3 4 6 7 9 Jumlah % Skor 5 8 11 Jumlah % Skor 10 12 Jumlah % Skor
1 SP-01 1 5 2 3 1 5 1 18 51 4 5 1 10 67 2 2 4 40 32 53 Kurang
2 SP-02 1 1 2 4 5 5 5 23 66 4 5 1 10 67 4 3 7 70 40 67 Cukup
3 SP-03 1 1 2 1 1 5 1 12 34 3 3 1 7 47 1 1 2 20 21 35 Sangat Kurang
4 SP-04 1 1 2 2 1 5 5 17 49 5 4 5 14 93 3 3 6 60 37 62 Cukup
5 SP-05 2 1 2 2 3 5 5 20 57 2 5 5 12 80 5 5 10 100 42 70 Baik
6 SP-06 1 1 2 1 1 2 1 9 26 3 4 1 8 53 2 5 7 70 24 40 Sangat Kurang
7 SP-07 1 1 2 2 5 5 0 16 46 5 5 1 11 73 3 4 7 70 34 57 Kurang
8 SP-08 1 5 2 2 5 5 5 25 71 5 5 1 11 73 2 3 5 50 41 68 Cukup
9 SP-09 1 1 1 2 1 5 1 12 34 1 4 1 6 40 2 1 3 30 21 35 Sangat Kurang
10 SP-10 1 1 2 3 5 5 4 21 60 4 4 1 9 60 4 4 8 80 38 63 Cukup
11 SP-11 1 5 1 2 5 5 1 20 57 5 5 1 11 73 2 3 5 50 36 60 Cukup
12 SP-12 1 1 1 1 1 1 1 7 20 2 1 1 4 27 1 1 2 20 13 22 Sangat Kurang
13 SP-13 1 1 2 3 1 5 3 16 46 4 5 5 14 93 2 2 4 40 34 57 Kurang
14 SP-14 5 5 2 2 1 5 0 20 57 1 0 0 1 7 0 0 0 0 21 35 Sangat Kurang
15 SP-15 1 5 3 2 5 5 5 26 74 3 5 5 13 87 3 4 7 70 46 77 Baik
16 SP-16 1 5 2 2 1 5 5 21 60 3 5 5 13 87 4 3 7 70 41 68 Cukup
17 SP-17 1 5 2 3 5 5 4 25 71 5 5 1 11 73 2 2 4 40 40 67 Cukup
18 SP-18 0 5 2 5 4 5 5 26 74 3 3 1 7 47 2 2 4 40 37 62 Cukup
19 SP-19 1 5 3 1 5 5 5 25 71 3 4 1 8 53 1 2 3 30 36 60 Cukup
20 SP-20 1 5 3 2 5 5 5 26 74 3 5 1 9 60 4 4 8 80 43 72 Baik
21 SP-21 1 1 2 1 1 1 1 8 23 3 2 1 6 40 2 2 4 40 18 30 Sangat Kurang
22 SP-22 5 5 2 2 1 5 1 21 60 3 5 5 13 87 2 2 4 40 38 63 Cukup
23 SP-23 1 0 2 2 5 5 4 19 54 3 5 1 9 60 3 2 5 50 33 55 Kurang
24 SP-24 1 1 2 2 5 5 5 21 60 4 5 5 14 93 2 2 4 40 39 65 Cukup
25 SP-25 1 5 2 3 5 5 4 25 71 5 5 5 15 100 5 4 9 90 49 82 Sangat Baik
26 SP-26 1 1 2 2 0 5 1 12 34 3 2 1 6 40 1 1 2 20 20 33 Sangat Kurang
27 SP-27 1 5 2 3 1 5 4 21 60 3 3 1 7 47 2 1 3 30 31 52 Kurang
28 SP-28 1 1 2 3 1 5 5 18 51 4 5 5 14 93 2 2 4 40 36 60 Cukup
29 SP-29 3 1 5 2 1 5 5 22 63 5 5 0 10 67 3 0 3 30 35 58 Kurang
30 SP-30 1 5 3 2 1 5 5 22 63 3 4 5 12 80 2 2 4 40 38 63 Cukup
31 SP-31 1 5 3 2 1 5 3 20 57 3 5 5 13 87 4 3 7 70 40 67 Cukup
32 SP-32 3 1 2 2 1 5 3 17 49 3 5 1 9 60 3 2 5 50 31 52 Kurang
33 SP-33 1 1 1 1 1 1 1 7 20 1 1 1 3 20 1 1 2 20 12 20 Sangat Kurang
34 SP-34 3 5 3 2 5 5 5 28 80 5 4 5 14 93 5 5 10 100 52 87 Sangat Baik
35 SP-35 1 1 3 1 1 4 3 14 40 2 2 5 9 60 5 3 8 80 31 52 Kurang
36 SP-36 1 1 2 1 1 5 1 12 34 3 1 1 5 33 2 1 3 30 20 33 Sangat Kurang
37 SP-37 5 1 1 2 0 5 1 15 43 5 2 1 8 53 2 1 3 30 26 43 Sangat Kurang
38 SP-38 1 1 2 1 1 5 1 12 34 5 1 1 7 47 2 2 4 40 23 38 Sangat Kurang
39 SP-39 1 1 2 2 1 5 5 17 49 5 5 1 11 73 2 3 5 50 33 55 Kurang
40 SP-40 5 5 2 2 1 5 4 24 69 5 3 5 13 87 3 5 8 80 45 75 Baik
41 SP-41 1 5 2 3 5 5 5 26 74 3 5 5 13 87 4 4 8 80 47 78 Baik
42 SP-42 5 1 2 2 1 5 5 21 60 4 5 1 10 67 5 3 8 80 39 65 Cukup
43 SP-43 5 5 3 2 5 5 2 27 77 3 5 1 9 60 4 4 8 80 44 73 Baik
44 SP-44 1 1 3 5 5 5 5 25 71 5 3 5 13 87 5 3 8 80 46 77 Baik
45 SP-45 1 1 3 5 5 5 5 25 71 4 5 5 14 93 5 3 8 80 47 78 Baik
46 SP-46 1 1 4 5 5 5 5 26 74 5 5 5 15 100 5 5 10 100 51 85 Sangat Baik
47 SP-47 3 5 2 3 5 5 5 28 80 3 5 5 13 87 3 3 6 60 47 78 Baik
48 SP-48 2 5 3 3 5 5 5 28 80 5 5 5 15 100 5 3 8 80 51 85 Sangat Baik
49 SP-49 1 5 3 2 5 5 5 26 74 5 4 5 14 93 5 5 10 100 50 83 Sangat Baik
50 SP-50 1 1 2 5 5 5 5 24 69 5 5 5 15 100 5 3 8 80 47 78 Baik
51 SP-51 3 1 2 1 1 5 1 14 40 3 2 5 10 67 1 2 3 30 27 45 Sangat Kurang
52 SP-52 1 1 2 2 1 5 3 15 43 5 2 5 12 80 3 4 7 70 34 57 Kurang
53 SP-53 1 1 2 2 1 5 1 13 37 5 1 1 7 47 3 2 5 50 25 42 Sangat Kurang
54 SP-54 1 1 2 2 1 5 1 13 37 5 5 1 11 73 1 3 4 40 28 47 Sangat Kurang
55 SP-55 3 5 2 2 1 5 1 19 54 4 3 5 12 80 2 3 5 50 36 60 Cukup
56 SP-56 1 1 1 1 1 5 1 11 31 5 1 1 7 47 3 2 5 50 23 38 Sangat Kurang
57 SP-57 1 1 1 5 5 5 1 19 54 5 3 1 9 60 1 1 2 20 30 50 Kurang
58 SP-58 1 1 3 2 1 5 1 14 40 3 3 1 7 47 2 2 4 40 25 42 Sangat Kurang
59 SP-59 1 1 3 2 1 5 1 14 40 3 2 5 10 67 2 3 5 50 29 48 Sangat Kurang
60 SP-60 1 1 2 1 1 5 1 12 34 3 4 5 12 80 0 3 3 30 27 45 Sangat Kurang
205

Lampiran 26

ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA


PENDEK PER INDIKATOR

1. Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif


a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

NO. KODE INDIKATOR 1


Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 18 51 Tidak Tuntas
2 SP-02 23 66 Tuntas
3 SP-03 12 34 Tidak Tuntas
4 SP-04 17 49 Tidak Tuntas
5 SP-05 20 57 Tidak Tuntas
6 SP-06 9 26 Tidak Tuntas
7 SP-07 16 46 Tidak Tuntas
8 SP-08 25 71 Tuntas
9 SP-09 12 34 Tidak Tuntas
10 SP-10 21 60 Tuntas
11 SP-11 20 57 Tidak Tuntas
12 SP-12 7 20 Tidak Tuntas
13 SP-13 16 46 Tidak Tuntas
14 SP-14 20 57 Tidak Tuntas
15 SP-15 26 74 Tuntas
16 SP-16 21 60 Tuntas
17 SP-17 25 71 Tuntas
18 SP-18 26 74 Tuntas
19 SP-19 25 71 Tuntas
20 SP-20 26 74 Tuntas
21 SP-21 8 23 Tidak Tuntas
22 SP-22 21 60 Tuntas
23 SP-23 19 54 Tidak Tuntas
24 SP-24 21 60 Tuntas
25 SP-25 25 71 Tuntas
206

26 SP-26 12 34 Tidak Tuntas


27 SP-27 21 60 Tuntas
28 SP-28 18 51 Tidak Tuntas
29 SP-29 22 63 Tuntas
30 SP-30 22 63 Tuntas
31 SP-31 20 57 Tidak Tuntas
32 SP-32 17 49 Tidak Tuntas
33 SP-33 7 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 28 80 Tuntas
35 SP-35 14 40 Tidak Tuntas
36 SP-36 12 34 Tidak Tuntas
37 SP-37 15 43 Tidak Tuntas
38 SP-38 12 34 Tidak Tuntas
39 SP-39 17 49 Tidak Tuntas
40 SP-40 24 69 Tuntas
41 SP-41 26 74 Tuntas
42 SP-42 21 60 Tuntas
43 SP-43 27 77 Tuntas
44 SP-44 25 71 Tuntas
45 SP-45 25 71 Tuntas
46 SP-46 26 74 Tuntas
47 SP-47 28 80 Tuntas
48 SP-48 28 80 Tuntas
49 SP-49 26 74 Tuntas
50 SP-50 24 69 Tuntas
51 SP-51 14 40 Tidak Tuntas
52 SP-52 15 43 Tidak Tuntas
53 SP-53 13 37 Tidak Tuntas
54 SP-54 13 37 Tidak Tuntas
55 SP-55 19 54 Tidak Tuntas
56 SP-56 11 31 Tidak Tuntas
57 SP-57 19 54 Tidak Tuntas
58 SP-58 14 40 Tidak Tuntas
59 SP-59 14 40 Tidak Tuntas
60 SP-60 12 34 Tidak Tuntas
207

c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 1

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 3 5%
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 11 18% 54
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 24 40%
60 100% Kurang

2. Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang

dibaca

a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%


NO. KODE INDIKATOR 2
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 10 67 Tuntas
2 SP-02 10 67 Tuntas
3 SP-03 7 47 Tidak Tuntas
4 SP-04 14 93 Tuntas
5 SP-05 12 80 Tuntas
6 SP-06 8 53 Tidak Tuntas
7 SP-07 11 73 Tuntas
8 SP-08 11 73 Tuntas
9 SP-09 6 40 Tidak Tuntas
10 SP-10 9 60 Tuntas
11 SP-11 11 73 Tuntas
12 SP-12 4 27 Tidak Tuntas
13 SP-13 14 93 Tuntas
14 SP-14 1 7 Tidak Tuntas
15 SP-15 13 87 Tuntas
16 SP-16 13 87 Tuntas
208

17 SP-17 11 73 Tuntas
18 SP-18 7 47 Tidak Tuntas
19 SP-19 8 53 Tidak Tuntas
20 SP-20 9 60 Tuntas
21 SP-21 6 40 Tidak Tuntas
22 SP-22 13 87 Tuntas
23 SP-23 9 60 Tuntas
24 SP-24 14 93 Tuntas
25 SP-25 15 100 Tuntas
26 SP-26 6 40 Tidak Tuntas
27 SP-27 7 47 Tidak Tuntas
28 SP-28 14 93 Tuntas
29 SP-29 10 67 Tuntas
30 SP-30 12 80 Tuntas
31 SP-31 13 87 Tuntas
32 SP-32 9 60 Tuntas
33 SP-33 3 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 14 93 Tuntas
35 SP-35 9 60 Tuntas
36 SP-36 5 33 Tidak Tuntas
37 SP-37 8 53 Tidak Tuntas
38 SP-38 7 47 Tidak Tuntas
39 SP-39 11 73 Tuntas
40 SP-40 13 87 Tuntas
41 SP-41 13 87 Tuntas
42 SP-42 10 67 Tuntas
43 SP-43 9 60 Tuntas
44 SP-44 13 87 Tuntas
45 SP-45 14 93 Tuntas
46 SP-46 15 100 Tuntas
47 SP-47 13 87 Tuntas
48 SP-48 15 100 Tuntas
49 SP-49 14 93 Tuntas
50 SP-50 15 100 Tuntas
51 SP-51 10 67 Tuntas
52 SP-52 12 80 Tuntas
53 SP-53 7 47 Tidak Tuntas
54 SP-54 11 73 Tuntas
55 SP-55 12 80 Tuntas
56 SP-56 7 47 Tidak Tuntas
57 SP-57 9 60 Tuntas
58 SP-58 7 47 Tidak Tuntas
59 SP-59 10 67 Tuntas
60 SP-60 12 80 Tuntas
209

c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 2

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 24 40%
2 70 – 79 Baik 6 10%
3 60 – 69 Cukup 13 22% 68
4 50 – 59 Kurang 3 5%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 14 23%
60 100% Cukup

3. Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan


a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus

Skor =

B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar

pada setiap butir/item soal

St = Skor teoretis

b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%

NO. KODE INDIKATOR 3


Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 4 40 Tidak Tuntas
2 SP-02 7 70 Tuntas
3 SP-03 2 20 Tidak Tuntas
4 SP-04 6 60 Tuntas
5 SP-05 10 100 Tuntas
6 SP-06 7 70 Tuntas
7 SP-07 7 70 Tuntas
8 SP-08 5 50 Tuntas
9 SP-09 3 30 Tidak Tuntas
10 SP-10 8 80 Tuntas
11 SP-11 5 50 Tidak Tuntas
12 SP-12 2 20 Tidak Tuntas
13 SP-13 4 40 Tidak Tuntas
14 SP-14 0 0 Tidak Tuntas
15 SP-15 7 70 Tuntas
16 SP-16 7 70 Tuntas
17 SP-17 4 40 Tidak Tuntas
18 SP-18 4 40 Tidak Tuntas
210

19 SP-19 3 30 Tidak Tuntas


20 SP-20 8 80 Tuntas
21 SP-21 4 40 Tidak Tuntas
22 SP-22 4 40 Tidak Tuntas
23 SP-23 5 50 Tidak Tuntas
24 SP-24 4 40 Tidak Tuntas
25 SP-25 9 90 Tuntas
26 SP-26 2 20 Tidak Tuntas
27 SP-27 3 30 Tidak Tuntas
28 SP-28 4 40 Tidak Tuntas
29 SP-29 3 30 Tidak Tuntas
30 SP-30 4 40 Tidak Tuntas
31 SP-31 7 70 Tuntas
32 SP-32 5 50 Tidak Tuntas
33 SP-33 2 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 10 100 Tuntas
35 SP-35 8 80 Tuntas
36 SP-36 3 30 Tidak Tuntas
37 SP-37 3 30 Tidak Tuntas
38 SP-38 4 40 Tidak Tuntas
39 SP-39 5 50 Tidak Tuntas
40 SP-40 8 80 Tuntas
41 SP-41 8 80 Tuntas
42 SP-42 8 80 Tuntas
43 SP-43 8 80 Tuntas
44 SP-44 8 80 Tuntas
45 SP-45 8 80 Tuntas
46 SP-46 10 100 Tuntas
47 SP-47 6 60 Tuntas
48 SP-48 8 80 Tuntas
49 SP-49 10 100 Tuntas
50 SP-50 8 80 Tuntas
51 SP-51 3 30 Tidak Tuntas
52 SP-52 7 70 Tuntas
53 SP-53 5 50 Tidak Tuntas
54 SP-54 4 40 Tidak Tuntas
55 SP-55 5 50 Tidak Tuntas
56 SP-56 5 50 Tidak Tuntas
57 SP-57 2 20 Tidak Tuntas
58 SP-58 4 40 Tidak Tuntas
59 SP-59 5 50 Tidak Tuntas
60 SP-60 3 30 Tidak Tuntas
211

c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 3

No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata


1 80 ke atas Sangat Baik 16 27%
2 70 – 79 Baik 7 12%
3 60 – 69 Cukup 2 3% 54
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 26 43%
60 100% Kurang
212

Lampiran 27

UJI NORMALITAS

Hasil Perhitungan Uji Normalitas


Kemampuan Kemampuan
Membaca Mengapresiasi
Pemahaman Cerita Pendek

N 60 60

Normal Parametersa Mean 70,0758 57,7778

Std. Deviation 16,88959 16,64028

Most Extreme Absolute 0,162 0,070


Differences
Positive 0,109 0,050

Negative -0,162 -0,070

Kolmogorov-Smirnov Z 1,258 0,541

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,085 0,932


213

Lampiran 28

UJI HOMOGENITAS

Hasil Uji Homogenitas


Test of Homogeneity of Variances

Kemampuan Membaca Pemahaman


Levene
Statistic df1 df2 Sig.

0,001 1 118 0,977


214

Lampiran 29

UJI LINEARITAS

Hasil Uji Linearitas (Anova Table)


Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Kemampuan Between (Combined


11894,656 14 849,618 8,606 0,000
mengapresiasi Groups )
cerita pendek *
Kemampuan Linearity 11200,519 1 11200,519 113,458 0,000
membaca
pemahaman Deviation
from 694,137 13 53,395 0,541 0,886
Linearity

Within Groups 4442,381 45 98,720

Total 16337,037 59
215

Lampiran 30
UJI REGRESI SEDERHANA

Hasil Uji Korelasi antar Variabel


Model Summary

Change Statistics
Std. Error
R Adjusted of the R Square F Sig. F
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change

1 0,828a 0,686 0,680 9,41067 0,686 126,473 1 58 0,000

c. Predictors: (Constant), Kemampuan membaca pemahaman


d. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek

Hasil Analisis Regresi Sederhana


Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 0,611 5,226 0,117 0,907

Kemampuan
membaca 0,816 0,073 0,828 11,246 0,000
pemahaman

b. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek


216

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2,126 0,162 13,164 0,000

kemampuan membaca
-0,010 0,002 -0,347 -4,023 0,000
pemahaman

a. Dependent Variable: kemampuan mengapresiasi cerita pendek


217
218

Lampiran 31

JADWAL PENELITIAN

Pelaksanaan Maret April Mei Juni Juli Agustus


No.
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Identifikasi
1. x x
Masalah
Pembuatan
2. Proposal x x x x x
Korelasi
Seminar
3. Proposal dan x x x
revisi
Penyebaran
4. tes uji x
instrumen
Uji validitas
5. dan x
reliabilitas
Penyebaran
6. tes kelas x
sampel
Pengolahan
7. x x
data
8. Pelaporan x x x x x x x x x x x
219

Lampiran 32

DOKUMENTASI PENELITIAN

Siswa di SDN Bodeh sedang mendegarkan


Siswa di SDN Bodeh sedang mengerjakan
arahan dari peneliti
tes

Peneliti membimbing siswa dalam Peneliti membagikan lembar tes kepada


mengerjakan tes di SDN Grogolsari siswa di SDN Karangwotan 01
220

Siswa di SDN Karangwotan 01 sedang Siswa di SDN Karangwotan 02 sedang


mengerjakan tes mengerjakan tes

Siswa di SDN Karangwotan 03 sedang Peneliti membimbing siswa dalam


mengerjakan tes mengerjakan tes di SDN Kepohkencono

Peneliti membacakan petunjuk mengerjakan Siswa di SDN Triguno sedang


tes di SDN Triguno mengerjakan tes
221

Lampiran 33

SURAT KEPUTUSAN DOSEN PEMBIMBING


222

Lampiran 34

SURAT IJIN PENELITIAN


223
224
225
226
227
228
229

Lampiran 35

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


230
231
232
233
234
235

Anda mungkin juga menyukai