Anda di halaman 1dari 53

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, PEKERJAAN DAN

TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNGAI ULIN BANJARBARU

NOOR AZIZA ERLIANA


NIM 17S10239

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
2020
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, PEKERJAAN DAN
TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNGAI ULIN BANJARBARU

Proposal penelitian
Diajukan Untuk Menyusun Skripsi Sebagai persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Gizi (S. Gz)

NOOR AZIZA ERLIANA


NIM 17S10239

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Noor Aziza Erliana


NIM : 17S10239

Proposal Penelitian ini telah disetujui untuk diseminarkan

Banjarbaru,.................................

Pembimbing Utama,

Nany Suryani, S.Gz. , M.Biomed


NIDN : 1112128301

Pembimbing Pendamping,

Yulianti , S.Si.T
NIK : 113071912092

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Noor Aziza Erliana


NIM : 17S10239

Proposal Penelitian ini telah diseminarkan dan disetujui


Pada tanggal :..............................

Banjarbaru, ...................................

Pembimbing Utama,

Nany Suryani, S.Gz. , M.Biomed


NIDN : 1112128301

Pembimbing Pendamping,

Yulianti, S.Si.T
NIK : 113071912092

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dimudahkan
dalam menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan,
sikap, pekerjaan dan teknik menyusui terhadap pemberian asi eksklusif di
wilayah kerja puskesmas banjarbaru”. Tugas akhir ini disusun dan dibuat dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir untuk menyelesaikan
pendidikan pada program pendidikan S1 Program Studi Gizi di STIKes Husada
Borneo Banjarbaru.
Proposal ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Ibu
Nany Suryani, S.Gz., M.Biomed selaku pembimbing utama yang telah banyak
membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan Ibu Yulianti, S.Si.T
selaku pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan masukan dan
saran dalam penyusunan proposal ini tanpa adanya bantuan dari pembimbing
proposal ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, serta ucapan terima kasih
kepada ibu Siti Aisyah Solechah, SKG, M.Si selaku penguji yang telah
membarikan masukan, saran dan nasehat untuk menyelesaikan proposal ini dan
tidak lupa saya mengucapkan terimka kasih sebesar-besarnya pada :
1. Ibu Hj. Nor Wahidah, S.SiT., M.Kes selaku Pembina Yayasan Husada
Borneo.
2. Bapak Dr. H. Suharto, SE. MM selaku Ketua Yayasan Husada Borneo.
3. Ibu Faizah Wardhina, S.SiT., M.Kes Ketua STIKes Husada Borneo
Banjarbaru yang memberi izin untuk melakukan penelitian.
4. Ibu Nany Suryani, S.Gz., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 Gizi
STIKes Husada Borneo Banjarbaru yang banyak memberikan saya ilmu
pengetahuan dan pengalaman di kampus STIKes Husada Borneo
Banjarbaru.
5. Bapak dan ibu dosen mata kuliah yang telah memberi materi kuliah kepada
saya dan teman-teman dan membantu saya dalam pembuatan tugas akhir
ini.
6. Seluruh Pegawai STIKes Husada Borneo Banjarbaru yang telah membantu
dalam pembuatan izin proposal penelitian ini.

vi
7. Kedua orang tua saya Bapak Fakhrurrazi dan Ibu Ainun Jariah yang telah
memberikan dukungan baik moral maupun materil dengan tulus ikhlas dan
mencurahkan segala kasih sayang dan semangat yang tiada hentinya.
8. Teman – Teman Mahasiswa/i STIKes Husada Borneo Banjarbaru angkatan
2017 yang telah banyak membantu dan memberikan saran untuk kelancaran
penulisan tugas akhir ini.
9. Sahabat – sahabat Saya Siti Rahmah, Fatmala, Nurliana Permata Sari,
Andriyanti, Rica Purnama, Noor Mahmudah, Khairini Anizah, Yuliatil Lail,
Normaida Nia Agustina, Sri Hilma Hidayati, Wida Wati, Hesty Yolanda Sari,
Jauhairiyah yang telah memberikan dukungan, bantuan dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan proposal ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal saya yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan atas segala amal
yang telah diberikan. Saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan. Semoga proposal ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi pedoman dalam
melakukan penelitian lain dan selanjutnya.

Banjarbaru, Juli 2020

Peneliti

vii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN COVER.................................................................................... i
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 5
1.5 Keasliaan Penelitian............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori...................................................................................... 8
2.1.1 Air Susu Ibu Ekskusif (Asi Eksklusif)................................................. 8
2.1.2 Pengetahuan.................................................................................... 20
2.1.3 Sikap............................................................................................... 20
2.1.4 Pekerjaan........................................................................................ 21
2.1.5 Teknik Menyusui.............................................................................. 21
2.2 Keragka Konsep................................................................................. 23
2.3 Hipotesis............................................................................................. 23
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 25
3.3 Subyek Penelitian............................................................................... 25
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................................... 25
3.5 Instrumen Penelitian........................................................................... 27
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 27

viii
3.7 Analisa Data........................................................................................ 28
3.8 Prosedur Penelitian.............................................................................28
3.9 Jadwal Penelitian................................................................................29
3.10 Anggaran Penelitian.......................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 31
LAMPIRAN................................................................................................ 34

ix
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................6


Tabel 2.1 Komposisi Gizi ASI....................................................................11
Tabel 2.2 Proses menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik.................13
Tabel 3.1 Definisi Operasional..................................................................26
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian......................................................................29
Tabel 3.3 Anggaran Penelitian..................................................................30

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Cara menyusui baik dan benar ...............................................12


Gambar 2.2 Menyusui mengendong ...........................................................15
Gambar 2.3 Mengendong menyilang...........................................................16
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................23

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Surat izin pendahuluan Dinas Kesehatan banajrbaru...............35


Lampiran 2. Kuesioner Penelitian................................................................37
Lampiran 3. Lembar Konsultasi Bimbingan Penyusunan Proposal..............41
Lampiran 4 Daftar Hadir Seminar Proposal.................................................42

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai
lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari
ASI Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif
merupakan cara pemberian makanan yang sangat tepat dan kesempatan terbaik
bagi kelangsungan hidup bayi di usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI
sampai umur 2 tahun (Harnowo, 2012)
ASI ekskusif merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi,
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009). Khasiat ASI
begitu besar bagi bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi
yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan
memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek
perkembangan bayi termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. Bagi ibu,
memberikan ASI secara eksklusif dapat mengurangi pendarahan pada saat
persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi. (Roesli,
2008).
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama enam bulan pertama kelahiran didasarkan pada bukti ilmiah tentang
manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangannya
(Prasetyono, D. S, 2012). Meskipun begitu proporsi pemberian ASI eksklusif di
Indonesia masih belum bisa memenuhi standar nasional yaitu 80%. ASI eksklusif
merupakan salah satu program yang cukup sulit dikembangkan karena berkaitan
dengan berbagai permasalahan sosial di masyarakat.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar
ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya
yang terkandung di dalam ASI tersebut, serta untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas bayi dan balita (Widodo, 2005). Selain itu interaksi ibu-bayi serta

1
2

kandungan gizi dalam ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf
otak yang dapat meningkatkan perkembangan bayi.
Menyusui adalah suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui dengan semestinya, oleh karena itu ibu-ibu memerlukan
bantuan agar proses menyusui dapat berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan
ibu-ibu antara lain ibu merasa ASInya tidak mencukupi atau ASInya tidak keluar
pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan
karena ibu tidak memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup untuk bayinya,
disamping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum
menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Depkes, 2008).
Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya
adalah rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI
dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan
dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, gencarnya pemasaran
susu formula, dan faktor ibu yang bekerja (Dinkes, 2008).
Kegagalan dalam proses menyusui disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Pada sebagian ibu
yang tidak paham tentang cara menyusui yang benar, kegagalan menyusui
sering dianggap sebagai problem pada anaknya saja. Selain itu ibu sering
mengeluh bayinya sering menangis atau “menolak” menyusu, dan sebagainya
yang sering diartikan bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI nya tidak enak, tidak
baik sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan
menyusui. Masalah dalam menyusui pada bayi yaitu sering menjadi “bingung
puting” atau sering menangis, BB bayi turun, bahkan bisa menyebabkan bayi
kuning (ikterik) karena bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup (Suradi dan
Hesti, 2004).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi atau dapat
disimpulkan bahwa prilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh
pengetahuan orang tersebut. Rendahnya pengetahuan tentang ASI eksklusif
berdampak buruk terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif untuk
bayinya (Notoatmodjo, S,2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang
memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang menjadikan
penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI (Roesli, Utami,
3

2005). Ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI
ekslusif cenderung memiliki prilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI
eksklusif dan beranggapan makanan pengganti ASI (susu formula) dapat
membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu tidak memberikan ASI secara ekslusif
kepada bayinya (Purwanti, 2004)
Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau pengalaman,
penyuluhan tentang ASI dan seluk beluknya dari orang lain, maupun dari buku-
buku bacaan dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus
menyusui. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang dipunyainya
dan ia akan memberikan sikap negatif terhadap ASI, jika pengetahuan tentang
hal itu kurang (Sri Haryati, 2006).
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya dengan pengetahuan dan
pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi
berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui pada masa lalu akan
mempengaruhi sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini
perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri ibu dalam menyusui anaknya.
Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, nasehat,
penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat akan
membentuk sikap ibu yang positif terhadap menyusui (Depkes RI, 1994).
Ibu bekerja tidak terlalu memperhatikan perawatan terhadap bayinya dan
kurang sabar dalam menyusui bayinya sehingga kegagalan dalam proses
menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah
pada ibu maupun bayi. (Suradi dan Hesti ,2004) Pada ibu yang bekerja, sewaktu
masa cuti hamil atau melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI
eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini menggangu upaya
pemberian ASI eksklusif. Selain gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan
memberikan makanan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat
menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif (Kompas, 2003).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perletakan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik
menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi
posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch),
keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui
4

yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga


keberhasilan menyusui bisa tercapai sedangkan menyusui dengan teknik yang
salah menimbulkan masalah seperti bayi dapat mengalami regurgitasi, puting
susu menjadi lecet sehingga ASI tidak keluar secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI hal ini meyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak
tercukupi (Mulyani, 2015).
Meyusui degan teknik yang kurang baik menimbulkan masalah seperti
puting susu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya enggan menyusu. Hal ini menyebabkan kebutuhan ASI
bayi tidak mencukupi. Menurut Riksani dengan teknik menyusui yang benar
akkan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan
meyusui bisa tercapai (Rinata, 2016).
Menurut data dinas kesehatan untuk wilayah banjarbaru tahun 2019,
untuk wilayah kerja puskesmas sungai ulin menempati urutan terendah dari 9
puskesmas yang ada di wilayah banjarbaru dengan jumlah ibu menyusui yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sampai dengan 6 bulan di wilayah
kerja puskesmas sungai ulin 18,44%, puskesmas cempaka 40,77%, puskesmas
guntung manggis 41,91%, puskesmas landasan ulin 47,35%, puskesmas liang
anggang 47,65%, puskesmas banjarbaru utara 57,17%, puskesmas guntung
payung 58,05%, puskesmas banjabaru selatan 60,41%, puskesmas sungai
besar 64,49%. (Dinas Kesehatan Banjarbaru, 2019).
Berdasrkan latar belakang di atas penulis ingin meneliti tentang hubungan
pengetahuan, sikap, pekerjaan dan teknik menyusui terhadap pemberian asi
eksklusif di wilayah kerja puskesmas sungai ulin banjarbaru. Hal ini didasari fakta
bahwa proporsi pemebrian ASI eksklusif pada bayi umur nol sampai enam bulan
di wilayah kerja puskesmas sungai ulin banjarbaru pada tahun 2019 masih
sangat rendah yaitu 18,44%. (Dinas Kesehatan Banjarbaru, 2019).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu Apakah ada hubungan pengetahuan,
sikap, pekerjaan dan teknik menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja puskesmas sungai ulin banjarbaru?
5

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap, pekerjaan dan teknik
menyusui terhadap pemberiaan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas sungai
ulin banjarbaru?
1.3.2 Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif
b) Mengidentifikasi sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif
c) Mengidentikasi pekerjaan ibu tentang pemberian ASI eksklusif
d) Mengidentifikasi teknik menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif
e) Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui
f) Menganalisis hubungan pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian
ASI eksklusif
g) Menganalisis hubungan sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI
eksklusif
h) Menganalisis hubungan pekerjaan ibu menyusui terhadap pemberian ASI
eksklusif
i) Menganilisis hubungan teknik ibu menyusui terhadap pemberian ASI
eksklusif
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, sikap, pekerjaaan dan teknik
menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu.
2. Sebagai sumber informasi mengenai pemahaman ASI eksklusif,
dukungan dalam pemberian ASI eksklusif, hambatan dalam pemberian
ASI eksklusif serta keinginan dalam memberikan ASI eksklusif.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Menunjukkan bukti secara ilmiah mengenal hubungan pengetahuan,
sikap, pekerjaan dan teknik menyusui terhadap pemberian asi eksklusif di
Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru.
2. Dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan pengetahuan, sikap,
pekerjaan dan teknik menyusui terhadap pemberian asi eksklusif.
6

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Nama Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Azzade Ellyn Hubungan Teknik 1. Penelitian ini 1. Jumlah sampel dan


Dariana dkk Menyusui Dengan menggunakan populasi
(2011) Kejadian rancangan 2. Waktu dan tempat
Regurgitasi Pada cross sectional penelitian
Bayi 0-12 bulan. 2. Jenis analisis 3. Variabel penelitian :
data : Chi Kejadian Regurgitasi
square

2. Nurleli dkk (2018) Hubungan 1. Penelitian ini 1. Jumlah sampel dan


pengetahuan dan menggunakan populasi
sikap ibu dengan rancangan 2. Waktu dan tempat
tindakan pemberian cross sectional penelitian
asi eksklusif di 2. Jenis analisis 3. Variabel penelitian :
puskesmas data : Chi pengetahuan dan
rambung square sikap ibu dengan
kecamatan binjai tindakan pemberian
selatan kota binjai asi eksklusif di
tahun 2017 puskesmas rambung
kecamatan binjai
selatan kota binjai
tahun 2017
3. linda handayani Hubungan 1. Penelitian ini 1. Jumlah sampel dan
dkk (2014) pengetahuan menggunakan populasi
dan teknik meyusui rancangan 2. Waktu dan tempat
dengan pemberian cross sectional penelitian
asi eksklusif di 2. Jenis analisis 3. Variabel penelitian :
wilayah kerja data : Chi Pengetahuan dan
puskesmas square teknik meyusui
pengasih II dengan pemberian
kabupaten asi eksklusif di
kulonprogo wilayah kerja
puskesmas pengasih
II kabupaten
kulonprogo
4. Desfi lestrari dkk Hubungan tingkat 1. Penelitian ini 1. Jumlah sampel dan
7

(2013) pengetahuan ibu menggunakan populasi


tentang air susu ibu rancangan 2. Waktu dan tempat
dan pekerjaan ibu cross sectional penelitian
degan pemberian 2. Jenis analisis 3. Variabel penelitian :
asi eksklusif di data : Chi tingkat pengetahuan
kelurahan fajar square ibu tentang air susu
bulan ibu dan pekerjaan ibu
degan pemberian asi
eksklusif di kelurahan
fajar bulan

5. Tri Hartatik Hubungan 3. Penelitian ini 4. Jumlah sampel dan


(2009) pengetahuan dan menggunakan populasi
sikap ibu dalam rancangan 5. Waktu dan tempat
pemberian asi cross sectional penelitian
eksklusif di 4. Jenis analisis 6. Variabel penelitian :
kelurahan gunung data : Chi pengetahuan dan
pati kecamatan square sikap ibu dalam
gunung pati kota pemberian asi
semarang tahun eksklusif di kelurahan
2009 gunung pati
kecamatan gunung
pati kota semarang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 ASI Eksklusif
A. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampaiusia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain kecuali obat,
vitamin dan mineral. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
bahkan lebih dari 2 tahun. Praktik pemberian ASI telah dilakukan di seluruh
lapisan masyarakat di seluruh dunia (Hargono R, 2014).
B. Manfaat ASI
Manfaat bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan bayi.
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
c. ASI mengandung zat pelindung.
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
e. Menunjang perkembangan kognitif.
f. Menunjang perkembangan penglihatan.
g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri (Saleha, 2013).
j. Bagi kesehatan bayi
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI baik untuk bayi. Bayi yang
mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding dengan tidak
mendapat ASI. ASI dapat menghindari bayi dari malnutrisi karena komponen
gizi ASI yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan
zat – zat penting lainnya.
k. Kecerdasan
Manfaat bagi kecerdasaran bayi di dalam ASI terkandung DHA yang baik,
selain laktosa yang berfungsi untuk proses mielinisasi otak. Mielinisasi otak
adalah salah satu proses pematangan otak supaya berfungsi optimal. Saat ibu
memberikan ASI, terjadi proses stimulasi yang merangsang terbentuknya
networking (hubungan) antara ibu dan bayi yang terjadi melalui suara, tatapan
mata, detak jantung, elusan, pancaran dan rasa ASI.

8
9

l. Emosi
Pada saat disusui, bayi berada dalam dalam dekapan ibu. Hal ini akan
merangsang terbentuknya “Emotional intelligence / IE” (kecerdasan secara
emosional).
merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya. Doa dan
harapan yang didengungkan di telinga bayi selama proses menyusui akan
mengasah kecerdasan spiritual anak (Maryunani, 2012).
2. Manfaat Memberikan ASI untuk ibu
a. ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu
Dengan memberikan ASI eksklusif berat badan ibu yang bertambah selama
hamil, akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon
oksitosin waktu menyusui menyebabkan kontraksi pada otot polos dan
memberikan ASI membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum
hamil. Berbagai kegiatan seperti mengendong bayi, memberi makan,
mengajak bermain merupakan kegiatan yang dapat menurunkan berat badan.
Dengan demikian, menyusui dapat membakar kalori sehingga membantu
penurunan berat badan lebih cepat.
b. Mengurangi resiko anemia
Pada saat memberikan ASI resiko perdarahan setelah bersalin akan
berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan
menyebabkan semua otot polos berkontraksi, kontraksi mengakibatkan uterus
mengecil sekaligus menghentikan perdarahan. Perdarahan yang berlangsung
dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia.
Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi
rahim yang dapat mengurangi resiko perdarahan.
c. Mencegah kanker
Pada saat menyusui hormon estrogen mengalami penurunan, sementara
tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi dan hal inilah
yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya
keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
d. Manfaat ekonomis
1. Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu /
suplemen bagi bayi.
10

2. Cukup dengan ASI eksklusif, kebutuhan bayi selama 6 bulan terpenuhi


dengan sempurna.
3. Ibu tidak perlu repot untuk sterilkan peralatan bayi seperti dot, cangkir,
gelas, sendok untuk memberikan susu kepada bayi.
e. Manfaat bagi negara
1. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemaikan obat-obatan.
2. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan
menyusui
3. Mendapatkan sumber daya yang berkualitas (Saleha, 2009).
C. Penggolongan ASI
a) Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-
4. Walaupun volume kolostrum sangat sedikit kira-kira 150-300 ml setiap 24
jam, namun kolostrum mengandung protein dan zat anti infeksi sebanyak 10-
17 kali lebih banyak dibanding ASI mature. Sedangkan kadar karbohidarat,
lemak dan total kalori lebih rendah dibandingkan dengan ASI mature. Oleh
karena itu, kolostrum ini harus diberikan pada bayi (Roesli, 2004).
b) ASI transisi/peralihan
ASI yang keluar setelah kolostrum, yaitu setelah hari ke-4 smpai dengan
hari ke-14. Pada stase ini kadar protein semakin turun, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak meningkat. Pada saat bersamaan volume juga
semakin meningkat (Roesli, 2004).
c) ASI mature
ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya dan komposisi relatif
konstan. ASI merupakan makanan satu-satunya paling baik dan cukup untuk
bayi sampai umur 6 bulan untuk ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup.
(Roesli dkk, 2005)
D. Komposisi Gizi Dalam ASI
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap
waktu menyusui dengan jumlah berkisar antar 450-1200 ml dengan rerata 750-
850 ml per hari (Sari, 2014).
Kandungan nutrisi dalam ASI jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu
sapi. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada dalam ASI.
Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan pada hari pertama sampai hari
11

kertiga setelah bayi lahir yang berwarna kekuning-kuningan, berbentuk agak


kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel (Kristiyanasari, 2009).
Adapun Komposisi Gizi ASI dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Komposisi Gizi ASI
Unsur Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Air (g) - 88 88
Laktosa (g) 5,3 6,8 3
Protein (g) 2,7 1,2 3,3
Lemak (g) 2,9 3,8 3
Laktobulin (g) - 1,2 3,1
Asam Linoleat (g) - 8,5 1,6
Natrium (g) 92 15 1,6
Kalium (g) 55 55 138
Klorida (g) 117 43 103
Kalsium (g) 31 33 125
Magnesium (g) 4 4 12
Fosfor (g) 14 15 100
Zat besi (g) 0,09 0,15 0,1
Vitamin A (g) 89 53 34
Vitamin D (g) - 0,03 0,06
Tiamin (g) 15 16 42
Riboflavin (g) 30 43 157
Asam nikotinat (g) 75 172 85
Asam askorbat (g) 4,4 4,3 1,6
Folasin (g)
Laktoferin (g)
Lisozim (g)
Taurin (g) 40

Sumber : Purwanti, (2004)

E. Cara Menyusui Yang Baik dan Benar


Ibu harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak,
ibu juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat
menyusui bayi, ada beberapa cara yang harus diketahui oleh seorang ibu
tentang cara menyusui yang benar yaitu:
a. Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan di puting susu
dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembapan puting susu.
c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas
pangkuan ibu dengan cara:
12

1. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
2. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
3. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
4. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
5. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari
menekan payudara bagian atas aerola

Sumber : Rentinasmawati, 2016


Gambar 2.1
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke


payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

g. Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah aerola.

h. Setelah bayi menghisap payudara tidak perlu dipegang atau di sanggah lagi.

i. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya


diganti menyusui pada payudara yang lain, cara melepaskan isapan bayi:
1. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.
2. Dagu bayi ditekan ke bawah.
j. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum dikosongkan.
k. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan aerola disekitarnya biarkan kering dengan sendirinya.
13

l. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusui dengan cara sebagai berikut :
1. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya di tepuk perlahan – lahan.
2. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap
punggung bayi sampai bayi bersendawa.
Berikut formulir ringkasan lima kunci pokok untuk menilai proses menyusui
ibu dan bayi berjalan dengan baik yang disingkat dengan BREAST yaitu body
position (posisi badan), response (respon), emotional bonding (ikatan emosi),
anatomy (anatomi), sucking (menghisap) dan time (waktu) dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Lima kunci pokok menilai proses menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik
Tanda-tanda bahwa Tanda-tanda kemungkinan
pemberian ASI berjalan adanya kesulitan
dengan baik

Body position a. ibu santai dan nyaman a. Bahu tegang, condong


( Posisi tubuh) b. badan bayi dekat, ke arah bayi
menghadap payudara b. Badan bayi jauh dari
c. dagu bayi menyentuh badan ibu
payudara (belakang bayi c. Leher bayi berpaling
ditopang) d. Dagu tidak menyentuh
payudara (hanya bahu
atau kepala yang
ditopang
Response (respon) a. Bayi menyentuh a. Tidak ada respon
payudara, ketika ia lapar terhadap payudara
(bayi mencari payudara) b. Bayi tidak berminat
b. Bayi mencari payudara untuk menyusu
dengan lidah c. Bayi gelisah atau
c. Bayi tenang dan siap menangis
pada payudara d. Bayi menghindar /
tergelincir dari payudara

Emotional bonding (ikatan a. Pelukan yang mantap a. Pelukan tidak mantap


emosi) dan percaya diri dan gugup
b. Perhatian ibu terhadap b. Tidak ada kontak mata
bayi (kontak ibu dan bayi) ibu-bayi
c. Banyak sentuhan belaian c. Sedikit sentuhan atau
dari ibu menggoyang atau
menggendong bayi
14

Anatomy (anatomi ) a. Payudara lembek setelah a. Payudara bengkak


menyusui b. Puting rata atau masuk
b. Puting menonjol keluar, ke dalam
memanjang c. Fisura atau kemerahan
c. Kulit tampak sehat pada kulit
d. Payudara tampak d. Payudara tampak
membulat sewaktu meregang atau tertarik
menyusui

Sucking (menghisap) a. Mulut terbuka lebar a.Mulut tidak terbuka


b. Bibir berputar keluar lebar, mengarah ke
c. Lidah berlekuk sekitar depan
payudara b. Bibir bawah berputar ke
d. Pipi membulat bawah
e. Lebih banyak areola di c. Lidah bayi tidak tampak
atas mulut bayi d. Pipi tegang dan tertarik
f. Menghisap pelan dan ke dalam
dalam diselingi istrahat e. Labih banyak areola di
g. Dapat melihat atau bawah mulut bayi
mendengar tegukannya f. Dapat menghisap cepat
g. Dapat mendengar
kecapan atau klikan
Time Bayi melepaskan payudara Ibu melepaskan bayi dari
(Lamanya menghisap ) payudara

Sumber : Mulyani, 2015

F. Posisi Menyusui
Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu
ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui
dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk
menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi
selama proses menyusui berlangsung.
Sebelum ibu menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam
memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai berikut :
a. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat
menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau
melengkung.Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap
puting yaitu seluruh badan bayi menghadap badan ibu. Posisi ini yang terbaik
untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena sebagian puting sedikit
mengarah ke bawah.
c. Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu.
15

d. Apabila bayi baru lahir, ibu harus menopang bokong bukan hanya kepala dan
bahu merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih
besar menopang bagian atas tubuhnya biasanya cukup.
Ada beberapa posisi menyusui yaitu Posisi menggendong (The cradle hold),
posisi menggendong menyilang (cross cradle hold), posisi mengepit (football),
posisi berbaring miring, posisi menyusui dengan kondisi khusus sebagai berikut:
1. Posisi Mengendong (The Cradle Hold)
Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik untuk
bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui dengan
posisi Madonna (mengendong) :
a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas
pangkuan ibu.
b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Posisi menyusui menggendong

Sumber : Mckinley, 2015.


Gambar 2.2

2. Posisi mengendong menyilang (Cross cradle hold )


Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan wajah
bayi ke puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil.
Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan
posisi mengendong menyilang:
16

a. Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan
dengan telapak tangan.
b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk
memegang bayi.
c. Peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu.
d. Lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu
dibelakang kepala dan bawah telinga bayi.
e. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika
diperlukan.
Posisi Mengendong Menyilang

Sumber : Natasha, 2015


Gambar 2.3.

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


1) Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi
banyak mengandung zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi
bayi. Tetapi karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah,
banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya.
Mereka berpendapat dan percaya bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk
terhadap kesehatan anak (FG Winarno, 1992).
Seorang ibu yang hanya tamat SD belum tentu tidak mampu
menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan
orang yang lebih tinggi pendidikannya. Sekalipun berpendidikan rendah kalau
seorang ibu rajin mendengarkan TV, radio serta dalam penyuluhan ikut serta
tidak mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja perlu
dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah
17

tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh


(Suharyono, Rulina Suradi,1992).
Sebagian besar kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu cukup
mempunyai pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur
makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat ketidaktahuan ibu
mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Keadaan ini akan
membawa pengruh buruk terhadap tingkat gizi bayi (Sjahmien Moehji, 1992).
2) Pendidikan Ibu
Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu
mempengaruhi keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
umumnya yang mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik dan
mempunyai perhatian lebih besar terhadap kebutuhan gizi anak. Demikian
juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum
dinyatakan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih, mempunyai
tingkat pemahaman yang tinggi pula (Ratna Susanti, 2000:15). Amat sering
keinginan dan kebutuhan ibu tidak dikenali dan tidak didukung kesehatan fisik
dan emosional ibu. Pendidikan ibu mempengaruhi praktik-praktik menyusui
mereka dan aspek-aspek lain dalam merawat anak-anaknya (Depkes RI,
2002).
3) Sosial Budaya
Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Ada pandangan
sebagian masyarakat bahwa menyusui dapat merusak payudara seingga
mengganggu kecantikan ibu tersebut dan sebagian lain beranggapan bahwa
menyusui merupakan perilaku kuno. Bila ingin disebut modern, ibu
menggunakan susu formula (Ipuk Dwiana Murwanti, 2005).
Perubahan sosial budaya yang sering terjadi di masyarakat akan
membawa pengaruh terhadap perubahan tata nilai masyarakat. Kebiasaan-
kebiasaan yang sudah ada di masyarakat dapat bergeser ke arah positif
maupun negatif. Kebiasaan-kebiasaan positif mungkin dapat memperbaiki
tradisi dalam pemberian ASI diantaranya:
1. Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat
2. Kepercayaan minum “wejah” sejenis minuman atau jamu dari daun-daunan
tertentu seperti di Jawa dari daun dadap, dengan keyakinan bahwa ASI
akan lebih banyak keluar
18

3. Kepercayaan bahwa ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci


payudara dan ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI
terkandung “unsur manusia”
4. Kebiasaan untuk memisahkan bayi dan ibunya, mendekatkan hubungan
batin antara ibu dan bayi ( Depkes RI, 2005).
4) Pekerjaan Ibu
Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan ibu dan
anak menjadi rewel (Depkes RI, 2005:44). Waktu kerja yang dimaksud adalah
7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu (AM Sugeng
Budiono,dkk, 2003:3). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian
ASI secara eksklusif, ASI eksklusif harus dijalani selama enam bulan tanpa
intervensi makanan dan minuman lain meskipun cuti hamil hanya tiga bulan.
Seorang ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan
dukungan lingkungan kerja (Utami Roesli, 2001).
Ibu bekerja harus mendapat dukungan untuk melakukan menyusui
eksklusif dalam enam bulan pertama dan melanjutkan menyusui setelah
pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI, 2002). Berbagai kendala
yang dihadapi dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif salah satunya
adalah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang menyebabkan
penggunaan susu botol atau susu formula secara dini sehingga menggeser
atau menggantikan ASI. Hal ini diperberat lagi dengan adanya kecenderungan
meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2002).
5) Kemampuan Ibu untuk Menyusui
Kemampuan ibu untuk menyusui berbeda antara ibu yang satu dengan
yang lain, hal ini disebabkan (A. August Burns, 2000):
1. Produksi ASI
Ibu-ibu merasa bahwa ASI-nya tidak cukup untuk bayinya tetapi
hal ini tidak benar. Jumlah ASI dalam payudara tergantung pada berapa
banyak bayi menghisap payudara. Makin banyak bayi menghisap makin
banyak pula produksi ASI.
2. Masalah puting susu
19

Keadaan puting susu yang datar atau masuk ke dalam, tetapi


tetap bisa memberikan ASI tanpa masalah, hal ini dikarenakan bayi
menghisap payudara bukan hanya puting susu.
2.1.2 Pengertian Pengetahuan
A. Pengertian
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi atau dapat
disimpulkan bahwa prilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh
pengetahuan orang tersebut. Rendahnya pengetahuan tentang ASI eksklusif
berdampak buruk terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif
untuk bayinya (Notoatmodjo, S,2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan
hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah
satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang
menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI
(Roesli, Utami, 2005). Ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang
pentingnya pemberian ASI ekslusif cenderung memiliki prilaku yang kurang
baik dalam pemberian ASI eksklusif dan beranggapan makanan pengganti
ASI (susu formula) dapat membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu tidak
memberikan ASnI secara ekslusif kepada bayinya (Purwanti, 2004).
2.1.3 Pengertian Sikap
B. Sikap
Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau pengalaman,
penyuluhan tentang ASI dan seluk beluknya dari orang lain, maupun dari
buku-buku bacaan dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut
harus menyusui. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang
dipunyainya dan ia akan memberikan sikap negatif terhadap ASI, jika
pengetahuan tentang hal itu kurang (Sri Haryati, 2006).
Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya dengan pengetahuan dan
pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang
laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui pada masa lalu akan
mempengaruhi sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal
ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri ibu dalam menyusui anaknya.
Pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, nasehat,
penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap menyusui (Depkes RI, 1994).
20

2.1.4 Pengertian Pekerjaan


C. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus yang dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan individu dan keluarganya. Bekerja pada umumnya
merupakan pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan memerlukan banyak
aktivitas makan akan semakin tersita waktunya utnuk datang ke unit
pelayanan kesehatatan (Dyah, 2006).
Status pekerjaan merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga
berpangaruh terhadap kegiatan dan keluarganya. Seseorang dapat
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Salah satu hambatan pemberian ASI, karena ibu tidak
mempunyai waktu. Ibu yang sibuk bekerja dalam mencari nafkah baik untuk
kehidupan dirinya maupun untuk membantu keluarga, maka kesempatan
untuk pemberian ASI menjadi berkurang. Dibandingkan ibu yang tidak
bekerja (Mubarak, 2007). Ibu bekerja tidak terlalu memperhatikan perawatan
terhadap bayinya dan kurang sabar dalam menyusui bayinya sehingga
kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. (Suradi dan Hesti ,
2004) Pada ibu yang bekerja, sewaktu masa cuti hamil atau melahirkan
mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah
harus kembali bekerja. Hal ini menggangu upaya pemberian ASI eksklusif.
Selain gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan
makanan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat menjadi
pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif (Kompas, 2003).
2.1.5 Pengertian Teknik Menyusui
D. Teknik Menyusui
Teknik menyusui merupakan hal yang penting dalam memulai proses
menyusui. Pada minggu pertama persalinan ibu mengalami fase dimana
mengakibatkan ibu lebih sensitif, ibu memerlukan pendampingan dari tenaga
kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu
ibu memulai proses menyusui dengan benar (Ilmiasih, 2017).
Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan
puting susu lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui sehingga bayi
21

tersebut jarang menyusu. Enggan menyusu akan berakibat kurang baik,


karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya. Namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi
tentang manfaat ASI dan tentang menyusui yang benar (Utami Roesli, 2005)
23

2.2 Kerangka Konsep

FAKTOR PENDUKUNG

- Dukungan Keluarga Pemberian ASI


Eksklusif
- Tempat Pertolongan
Persalinan

FAKTOR PENGUAT
- Penyuluhan Petugas
- Pendorong Persalinan

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian


1. Pegetahuan
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap pemberiaan
asi eksklusif.
Hi : Terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap tingkat
pemberiaan asi eksklusif
2. Sikap
Ho : Tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap pemberiaan asi
eksklusif

Hi : Terdapat hubungan antara sikap terhadap pemberiaan asi eksklusif


3. Pekerjaan
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap pemberiaan asi
eksklusif
24

Hi : Terdapat hubungan antara antara pekerjaan terhadap pemberiaan


asi eksklusif
1. Teknik menyusui
Ho : Tidak terdapat hubungan antara teknik menyusui terhadap
pemberiaan asi eksklusif.
Hi : Terdapat hubungan antara teknik menyusui terhadap pemberiaan
asi eksklusif.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, pekerjaan dan teknik
menyusui terhadap pemberian asi eksklusif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas sungai ulin
banjarbaru
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2021
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah 50 ibu yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan di wilayah puskesmas sungai ulin banjarbaru
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Riwidikdo (2013), apabila jumlah populasi atau subjeknya besar,
maka dapat diambil 10-15% atau 20-30% tergantung pada kemampuan peneliti.
Jika populasi kecil (<100) maka semua anggota populasi menjadi sampel.
Besarnya sampel dalam penelitian ini yaitu 50 orang.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik total sampling / sampling jenuh. Menurut Sugiyono
(2011), sampling jenuh / total sampling adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel independen
Variabel independen/bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, sikap, pekerjaan dan teknik menyusui
2. Variabel dependen

25
26

Variabel dependen/terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


pemberian asi eksklusif
3.4.1 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Skala
Alat Ukur Hasil Ukur
Variabel Operasional Data

Variabel
Independent
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Baik (76%- Ordinal
responden untuk 100%)
menjawab dengan Cukup (56%-
benar tentang ASI 75%)
eksklusif Kurang (≤55%)

Sikap Penilaian responden Kuesioner Baik > 69 Ordinal


terhadap pendapat Kurang < 69
tentang pemberian
ASI eksklusif

Pekerjaan Ibu yang terikat Kuesioner -Tidak Bekerja Nominal


pekerjaan di luar -Bekerja
rumah dan menerima
upah atau imbalan
dalam bentuk lain

Teknik menyusui Cara ibu memberikan Kuesioner Kurang baik Ordinal


ASI kepada bayi bila < 50 %
dengan Perlekatan Baik
dan posisi ibu yang Bila > 50 %
benar. Pemberian
ASI eksklusif

Variabel
Dependent
Pemberian ASI Perilaku ibu dalam Kuesioner -Memberikan Nominal
27

eksklusif memberikan ASI saja ASI


pada bayi mulai saat -Tidak
lahir sampai bayi memberikan ASI
berusia 6 bulan
tanpa diberikan
makanan atau
minuman lain,
kecuali; obat, vitamin
dan mineral tetes.

3.5 instrumen Penelitian


Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 48). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah
tersusun dengan baik, sudah matang, dimana interviewer tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,
2002). Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap,
pekerjaan dan teknik menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder.
 Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, pekerjaan
dan teknik menyusui tentang ASI, serta pemberian ASI eksklusif. Data primer
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara kuesioner. Wawancara ini
dilakukan langsung dengan ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan

 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum wilayah
kerja puskesmas sungai ulin banjarbaru dan data jumlah bayi 0-6 bulan
3.7 Analisis data
 Analisis Multivariat
Aanalisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan lebih dari
satu variabel independen dengan satu variabel dependen
(Notoatmodjo, 2012). Sehingga dapat diketahui secara bersamaan
28

hubugan anatara pengetahuan, sikap, pekerjaan dan teknik menyusui


dengan pemberian ASI eksklusif.
3.8 Prosuder Penelitian
a. Mengurus pengantar izin penelitian di bagian akademik Jurusan Gizi
Stikes Husada Borneo
b. Mengurus pengantar izin penelitian di Dinas Kesehatan Banjarbaru
c. Mengurus izin penelitian di puskesmas sungai ulin banajrbaru
d. Melakukan koordinasi dengan puskesmas untuk memperoleh data
responden dan menyampaikan kepada koordinator posyandu bahwa
akan ada penelitian tentang ASI eksklusif
e. Melakukan koordinasi dengan kader untuk memperoleh data tentang
responden, alamat serta memperkirakan kehadiran calon responden
untuk datang ke posyandu, biasanya yang melakukan posyandu ibu dari
anak atau oleh orang lain misalnya : nenek, pengasuh atau keluarga yang
lain.
f. Melakukan apersepsi kader yang akan membantu melakukan
pengambilan data, memastikan kader dapat benar-benar membantu,
serta memastikan kader paham dengan kriteria responden dan cara
pengisian kuesioner.
g. Mempersiapkan alat dan bahan meliputi inform consent, kuesioner, dan
souvenir
h. Menetapkan jadwal penelitian sesuai dengan masing-masing jadwal
posyandu dan yang diperoleh melalui kader posyandu.
29

3.9 Jadwal Penelitian dan Anggaran Penelitian


3.9.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Kegiatan 2020 2021

Persiapan: 4 5 6 7 3 4 5 6 7
Pengajuan judul

Persetujuan judul

Survey pendahuluan

Konsultasi

Penyusunan proposal

Seminar proposal

Perbaikan

Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisa data

Penyusunan skripsi

Seminar Hasil Penelitian

Perbaikan Skripsi

Pengumpulan Skripsi

4.1 Anggaran pebelitian


30

Tabel 3.3 Anggaran penelitian


No. Jenis Penelitian Anggaran

1. Persiapan:
a. Pengetikan proposal Rp. 150.000
b. Penjilidan Rp. 20.000
c. Penggandaan Rp. 100.000
d. Transportasi Rp. 100.000
2. Pelaksanaan:
a. Pengumpulan data Rp. 400.000
b. Pengolahan data Rp. 100.000

3. Penyusunan skripsi:
a. Pengetikan Rp. 250.000
b. Penjilidan Rp. 60.000
c. Penggandaan Rp. 250.000
d. Transportasi Rp. 100.000
4. Lain-lain Rp. 300.000
Total Pengeluaran Rp. 1.830.000

DAFTAR PUSTAKA
31

Amiruddin, R. R., 2006. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI

A. August Burns, dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan.


Yogyaarta: Yayasan Essentia Meica

Dyah, Basilicia P, 2006, Budaya negara, dan status ekonomi perempuan,


sebuah refleksi konsep ibu rumah tangga. Dinamika Kependudukan dan
Kebijakan, Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gajah Mada.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pengembangan Teknologi Tepat


Guna Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat

Departemen Kesehatan RI. 2002. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Ibu
Hamil dan Menyusui. Jakarta: Depkes RI

Depkes, RI, (2008). ASI Ekslusif. Jakarta

Giriwijoyo, H. Y. S., Sidik, D. Z. (2014). Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Harnowo. (2012). Hanya 33,6% Bayi Di Indonesia yang Dapat ASI Eksklusif,.
Sumber : www.detikhealth.com

Hargono R,2014. Faktor Determinan yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian


Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di kelurahan Mulyorejo wilayah
kerja Pukesmas Mulyorejo Surabaya. Jurnal Promkes (Jurnal Promosi dan
Pendidikan Kesehatan Indonesia). Vol2 pg 15-27.Depkes, RI, (2008). ASI
Ekslusif. Jakarta

H. Arini. 2012 Mengapa Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta : FlashBooks

Ilmiasih R, Susanti H dan Damayanti V, (2017), Analisis Faktor Yang


Mempengaruhi Regurgitasi Pada Bayi Asi Esklusif Usia 0- 6 Bulan Di
Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Malang : Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah malang.

Kompas. 2008. Pemberian ASI Eksklusif Terus Menurun. Dalam :


http;//www.kompas.com.

Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta Timur :


CV. Trans Info Media.

Maryunani, 2012 Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta : CV. Trans Info Media.

Mckinley,2015.Posisi Menyusui Yang Benar.


https://infoibubayi.wordpress.com/tag/posisi-menyusui/. 30 juni 2020
(22:10).
32

Mubarak, W.I., 2007, Promosi kesehatan sebuah proses belajar mengajar dalam
Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mulyani N.S. 2015. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Cetakan ke 2. Yogyakarta :
Nuha Medika

Natasha, 2015. The Top 4 Breastfeeding Positions.


http://www.babycubby.com/baby-cubby-blog/the-top-4-breastfeeding-
positions/. 30 juni 2020 (22:12).

Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo. S, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rienika Cipta, Jakarta


Pionir Jaya, Bandung.

Notoatmodjo, S.2007. promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta

Notoadmodjo, S.2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipt

Notoadmodjo,Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.Jurnal Promosi dan Pendidikan Kesehatan Jurnal Promosi
dan Pendidikan Kesehatan

Prasetyono, D. S. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.

Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta :Buku Kedokteran.


EGC.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik kesehatan, Belajar Tehnik Analisis Data Dalam


Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Rentinasmawati,2016.Teknik Menyusui Yang Benar.


https://rentinasmawati.wordpress.com/2016/04/18/teknik-menyusui-
yang-benar/. 30 juni 2020 (22:06).

Roesli, (2008). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota


IKAPI

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda,
Jakarta

Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya

Roesli, Utami. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agrunday

Saleha, S, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Soetjiningsih. (2005). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.


33

Suharyono, Rulina Suradi, dkk. 1992. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek.
Jakarta: Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia

Suradi, R dan Hesti. 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta: Program Manajemen


Laktasi Perkumpulan Perimatologi Indonesia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
LAMPIRAN

34
35

Lampiran 1. Surat izin pendahuluan Dinas Kesehatan Banjarbaru


36

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian


FORMULIR KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk :
1. Semua pertanyaan mohon dijawab sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban yang
dianggap sesuai dengan keadaan diri anda.
I. Karakteristik Responden
a. Identitas ibu
1. No responden :
2. Tanggal pengisian :
3. Nama responden :
4. Umur :
6. Alamat :
b. Identitas Bayi :
1. Nama :
2. Tempat tanggal lahir :
3. Umur :
4. Anak ke :
5. Jenis kelamin :

II. Pengetahuan ibu tentang ASI


No Pertanyaan Ya Tdak
1 ASI diberikan segera setelah bayi lahir.
2 ASI pertama kali keluar, berwarna kekuning-kuninngan
dankental harus diberikan pada bayi.
3 Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan kental harus
dibuang.
4 Memberikan ASI saja pada bayi minimal sampai usia 6 bulan
ke atas.
5 ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan
tambahan lain sampai bayi berusia 6 bulan.
6 ASI diberikan pada bayi di manapun dan kapapun saat bayi
membutuhkan.
7 Semakin banyak bayi menghisap ASI, maka semakin banyak
pula produksi ASI

8 ASI harus tetap diberikan ketika ibu bekerja.


37

9 Bayi dapat mengalami diare ketika diberi makanan tambahan


sebelum usia 6 bulan.

10 Ibu tidak boleh mengkonsumsi ikan selama menyusui

11 Menyusui harus dilakukan dengan perasaan senang.

12 Ketika bayi sakit, ASI harus tetap diberikan .

13 Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang


selama meyusui.
14 Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih
sayang antara ibu dan anak
15 Dalam menyusui, dukungan suami dan orang terdekat tidak
diperlukan.
16 Menysui menyebabkan penampilan ibu tidak menarik lagi.

17 Kolostrum mengandung zat antibodi yang mampu melindungi


tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi.
18 Kolostrum yang berwarna kuning dan kental lebih banyak
mengandung protein dan antibodi.
19 Memberi ASI eksklusif saja menyebabkan bayi kekurangan
gizi
20 Asi merupakan nutrisi yang paling tepat untuk bayi pada masa
pertumbuhannya
21 Memberikan ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

22 Menyusui secara eksklusif dapat menunda kehamilan.

23 Memberi ASI sangat merepotkan.

III. Sikap Ibu tentang ASI


No Pertanyaan Setuju Tidak setuju
1 ASI sebaiknya diberikan pada bayi sampai usia 2
tahun.

2 Bayi diberi ASI saja tanpa makanan tambahan lain


sampai usia 6 bulan.
38

3 Ibu yang berhasil meyusui anak sebelumnya akan


menunjang pemeberian ASI pada anak berikutnya.
4 Bayi yang sakit tetap diberikan ASI

5 Pertumbuhan bayi akan terganggu apabila hanya


diberi ASI saja sampai berumur 6 bulan.
6 ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak

7 Menyusui secara eksklusif sangat merepotkan ibu.


8 Meyusui secara eksklusif dapat meningkatkan
jalinan kasih saang anatara ibu dan bayi.
9 Menyusui secara eksklusif dapat meningkatkan
daya tahan tubuh bayi.
10 Menyusui secara eksklusif dapat memberikan
nutrisi yang cukup bagi bayi.
11 Kolostrum harus diberikan pada bayi
12 Meyusui secara eksklusif dapat mengurangi risiko
kanker indung telur
13 Meyusui lebih praktis dan tidak merepotkan
14 Makanan pendamping sebaiknya diberikan ketika
bayi berusia lebih dari 6 bulan.
15 Menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu.
16 Menyusui secara eksklusif dapat mengembalikan
bentuk badan ibu.
17 Susu yang prertama kali keluar dan berwarna
kuning tidak diberikan pada bayi
18 Susu formula lebih praktis dari ASI

IV. Pekerjaan

Status Pekerjaan ibu ketika anak berusia 0-6 bulan

Tidak Bekerja

Bekerja : Wiraswasta

Buruh

PNS

Lainnya..........

Lama waktu bekerja dalam satu hari : ............ jam


39

V. Teknik Menyusui

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Air susu ibu merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
2. Air susu ibu eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan
kepada bayi sejak di lahirkan selama 6 (enam) bulan
3. Cara menyusui bayi yang benar yaitu harus menyusui
bergantian diantara kedua payudara
4. Pemberian ASI sangat penting bagi bayi
5. ASI dapat melindungi bayi dari suatu penyakit
6. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit

Lampiran 3. Lembar konsultasi bimbingan penyusunan proposal

STIKES HUSADA BORNEO


SK. Mendiknas RI : N0. 123 / D / 0 / 2008
D3 Perekam dan Informasi Kesehatan Terakreditasi LAM-PTKes SK: No.0867/LAM-PTKes/AKr/Dip/X/2016
D4 Bidan Pendidik Terakreditasi BAN-PT SK: No.143/SK/BAN-PT/Akred/Dpl-IV/IV/2015
S1 Gizi Terakreditasi LAM-PTKes SK: No.0796/LAM-PTKes/Akr/Sar/XII/2018
Alamat : JL. A.Yani Km.30,5 No 4 Banjarbaru Kal-Sel 70712, Tel/Fax. (0511) 4784900
Website: www.stikeshb.ac.id, Email : kontak@stikeshb.ac.id

FORMULIR LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN PENYUSUNAN PROPOSAL


PENELITIAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU
PROGRAM STUDI S1 GIZI
40

Nama : .........................................................................................................................................
NIM : .........................................................................................................................................

Judul Proposal : .........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Pembimbing Utama : ................................................................................................................................................

Saran Tanda Tangan


Tanggal Topik Bahasan
Pembimbing Pembimbing

STIKES HUSADA BORNEO


SK. Mendiknas RI : N0. 123 / D / 0 / 2008
D3 Perekam dan Informasi Kesehatan Terakreditasi LAM-PTKes SK: No.0867/LAM-PTKes/AKr/Dip/X/2016
D4 Bidan Pendidik Terakreditasi BAN-PT SK: No.143/SK/BAN-PT/Akred/Dpl-IV/IV/2015
S1 Gizi Terakreditasi LAM-PTKes SK: No.0796/LAM-PTKes/Akr/Sar/XII/2018
Alamat : JL. A.Yani Km.30,5 No 4 Banjarbaru Kal-Sel 70712, Tel/Fax. (0511) 4784900
Website: www.stikeshb.ac.id, Email : kontak@stikeshb.ac.id

FORMULIR LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN PENYUSUNAN PROPOSAL


PENELITIAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU
PROGRAM STUDI S1 GIZI

Nama : .........................................................................................................................................
NIM : .........................................................................................................................................
41

Judul Proposal : .........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Pembimbing Pendamping : ......................................................................................................................................

Saran Tanda Tangan


Tanggal Topik Bahasan
Pembimbing Pembimbing

Lampiran 5. Daftar Hadir Seminar Proposal

Anda mungkin juga menyukai