Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Gizi (S.Gz)
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Banjabaru,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pada tanggal :
Banjarbaru,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dimudahkan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Hubungan Tingkat Konsumsi Energi,
Zat Besi Dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Murid Di SDN 2 Guntung
Manggis Banjarbaru”. Tugas akhir ini disusun dan dibuat dalam rangka memenuhi
salah satu persyaratan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan pada program
pendidikan S1 Program Studi Gizi di STIKes Husada Borneo Banjarbaru.
Tugas akhir ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Bapak
Ners. Husin, S.Kep., MPH selaku pembimbing utama yang telah banyak membantu
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan Ibu Firyal Yasmin, SKM selaku
pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam
menyelesaikan tugas akhir, tanpa adanya bantuan dari pembimbing tugas akhir ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa juga dalam kesempatan ini
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:.
1. Ibu Hj. Nor Wahidah, S.SiT., M.Kes selaku Pembina Yayasan Husada Borneo.
2. Bapak Dr. H. Suharto, SE. MM selaku Ketua Yayasan Husada Borneo.
3. Bapak Ners. Husin, S.Kep., MPH Ketua Stikes Husada Borneo Banjarbaru yang
memberi izin untuk melakukan penelitian.
4. Ibu Nany Suryani, S.Gz., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 Gizi STIKes
Husada Borneo Banjarbaru yang banyak memberikan saya ilmu pengetahuan
dan pengalaman di kampus Stikes Husada Borneo Banjarbaru.
5. Seluruh Pegawai STIKes Husada Borneo Banjarbaru yang telah membantu
dalam pembuatan izin penelitian tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen mata kuliah yang telah memberi materi kuliah kepada saya dan
teman-teman dan membantu saya dalam pembuatan tugas akhir ini.
7. Seluruh responden, guru dan Kepala Sekolah SDN 2 Guntung Manggis
Banjarbaru yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir saya.
8. Orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
dengan tulus ikhlas dan mencurahkan segala kasih sayang dan semangat yang
tiada hentinya.
iv
9. Teman – Teman Mahasiswa/i STIKes Husada Borneo Banjarbaru angkatan
2016 yang telah banyak membantu dan memberikan saran untuk kelancaran
penulisan tugas akhir ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan tugas akhir saya yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan atas segala amal yang
telah diberikan. Saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan. Semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi pedoman dalam melakukan
penelitian lain dan selanjutnya.
Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................... ` 3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6
2.1 Tinjauan Teori....................................................................................... 6
2.1.1 Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Besi................................................. 6
2.1.2 Konsumsi Energi dan Zat Besi Untuk Anak Sekolah............................ 8
2.1.3 Status Gizi............................................................................................ 9
2.1.4 Prestasi Belajar.................................................................................... 13
2.1.5 Anak Sekolah....................................................................................... 18
2.2 Landasan Teori……………………........................................................ 19
2.2.1 Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Terhadap Prestasi...................... 19
2.2.2 Hubungan Tingkat Konsumsi Zat besi Terhadap Prestasi................... 20
2.2.3 Hubungan Status Gizi Terhadap Prestasi............................................. 20
2.3 Kerangka Teori..................................................................................... 22
2.4 Kerangka Konsep ................................................................................ 23
2.5 Hipotesis............................................................................................... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................... 24
3.1. Rancangan Penelitian........................................................................... 24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 24
vi
3.3. Subjek Penelitian.................................................................................. 24
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................................ 25
3.5. Instrumen Penelitian............................................................................. 27
3.6. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 27
3.7. Teknik Analisa Data ............................................................................. 28
3.8. Prosedur Penelitian.............................................................................. 29
3.8.1 Tahap Persiapan.................................................................................. 29
3.8.2 Penyusunan dan Pengambilan Data Penelitian.................................... 29
3.8.3 Tahap Pelaksanaan.............................................................................. 30
3.9. Jadwal dan Biaya Penelitian................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Indeks Antropometri........................... 11
Tabel 2.2 Zat Gizi Makro dan Mikro Anak Sekolah....................................... 19
Tabel 3.1 Proporsi Sampel............................................................................ 25
Tabel 3.2 Definisi Operasional....................................................................... 26
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian........................................................................... 30
Tabel 3.4 Anggaran Biaya............................................................................. 30
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................................... 22
Gambar 2.2 Kerangka Konsep...................................................................... 23
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
serta terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar
sekolah dasar dan salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan
prestasi belajar pada anak sekolah dasar yaitu status gizi. Apabila terjadi status gizi
kurang pada anak maka dapat menurunkan daya kerja otak, prestasi belajar dan
daya ingat.
Salah satu cara menilai kualitas seorang anak adalah dengan melihat
prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi yang dicapai menunjukkan hasil dari proses
belajar (Azwar, 1996) dan (Martaniyah, 2005) mengatakan bahwa prestasi belajar
anak didik dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat
mengusai pelajaran yang sudah diajarkan atau dipelajari. Prestasi belajar
merupakan suatu variabel atau pedoman dalam melakukan penelitian dalam bentuk
indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan
predikat keberhasilan.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru tahun 2018, hasil
Ujian Nasional Tahun 2018 SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru hasil prestasi ujian
nasional tergolong kurang dengan jumlah nilai yaitu 75,08. Hasil survei pendahuluan
yang peneliti lakukan di SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru IV dan V diperoleh
data bahwa 12% berprestasi belajar sangat baik, 40% berprestasi baik, dan 48%
berprestasi cukup. Berdasarkan hasil pengukuran status gizi yang yang dilakukan
peneliti pada 25 orang murid kelas IV dan V ditemukan 24% murid dengan status
gizi kurang menurut indeks dengan menggunakan perbandingan standar IMT/U
umur 5-18 tahun.
Berdasarkan uraian di atas. Maka peneliti tertarik ingin mengetahui
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Zat besi dan Status Gizi terhadap
Prestasi belajar anak sekolah di SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi energi, zat besi dan status
gizi terhadap prestasi belajar murid SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru tahun 2019
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi, zat besi dan status gizi
terhadap prestasi belajar murid SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru tahun 2019.
4
6
7
Oksidase (MAO) yang berada pada otak yang berfungsi untuk meningkatkan daya
konsentrasi (Wardhani dan Yogeswara, 2017).
Defisiensi besi mempunyai efek yang merugikan terhadap fungsi kognitif,
pertumbuhan fisik dan kelambatan fungsi motorik (WHO, 2001). Otak mempunyai
kadar besi tinggi yang diperoleh dari transpor besi dan dipengaruhi oleh reseptor
transferin. Kadar besi dalam darah meningkat selama dalam pertumbuhan hingga
remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat
digantikan setelah dewasa. Defisiensi tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi
otak, terutama terhadap fungsi dan sistem neurotransmitter. Akibatnya, kepekaan
reseptor saraf dopamin berkurang dan dapat berakhir dengan hilangnya reseptor
tersebut, sehingga daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu
(Almatsier, 2000).
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau
dan beberapa jenis bauh. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di
dalam makanan, dinamakan juga ketersedian biologic (biovailability). Pada
umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersedian biologik
tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan
biologik tinggi dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersedian biologik
rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas
campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi
lain yang dapat membantu absorpsi (Almatsier, 2009). Khumaidi (1994) dalam
Juhriah (2014) Menjelaskan tentang Konsumsi makanan seseorang dapat
dipengaruhi oleh kebiasaan makan yaitu tingkah laku manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemiliahn
makanan.
Ketersedian pangan, status ekonomi, kebiasaan makan, kepercayaan dan
pengetahuan akan mempengaruhi praktek pemberian makan yang akan
menentukan jumlah asupan makanan. Asupan makanan ini akan mempengaruhi
status kesehatan yang secara langsung dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan yang
diperoleh. Pelayanan kesehatan ini dipengaruhi oleh pengetahuan tentang
kesehatan, budaya sehat, fasilitas kesehatan yang tersedia dan status ekonomi
(Sokirman, 2005).
8
oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa tubuh (Sari dan Nugraheni,
2017).
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang anak
kekurangan tenaga untuk melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, merasa lelah
cuek dan tidak bersemangat (Mulyadi D, 2007). Permasalahan Rata-rata konsumsi
energi anak sekolah sebelum pemberian sarapan adalah 1146 kkal, dan sesudah
pemberian sarapan menu sepinggan menjadi 1577 kkal. asupan energi anak
sekolah tersebut masih menjadi masalah gizi yaitu 27.0%-43,7%. Rata-rata tingkat
kecukupan energi yang dikonsumsi sebelum pemberian sarapan 60.21% dan
sesudah pemberian menjadi 87.23%. tingkat kecukupan energi per hari sebelum
atau sesudah pemberian menu sepinggan masih berada di bawah AKE, dan masuk
dalam kategori defisit berat (Sinaga dkk, 2012). Data ini sesuai dengan hasil
Riskesdas (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata kecukupan energi secara
nasional pada anak usia 7-12 tahun 27.0%-43,7%. (Salimar 2016).
Kadar zat besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja.
Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah
dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak anak sekolah,
terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya,
kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya
reseptor tersebut, sehingga menyebabkan daya konsentrasi, daya ingat, dan
kemampuan belajar terganggu (Sinaga dkk, 2012). Masalah defisiensi zat besi di
Indonesia masih dalam kategori yang cukup tinggi dan menjadi salah satu
permasalahan yang terjadi pada anak dengan persentase defisiensi zat besi (Fe)
yaitu sebesar 50% (Wardhani dan Yogeswara, 2017). Defisiensi zat besi (Fe) dapat
berdampak pada terjadinya anemia gizi besi dan dapat berpengaruh negatif
terhadap fungsi otak sehingga mengakibatkan prestasi belajar anak menurun
(Adriari M, dan Wirjatmadi B, 2013).
2.1.3 Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrisi Creasoft (2010) dalam Lasidi (2018). status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
10
gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan digunakan secara efesien maka akan
tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsier, 2011). Status gizi digunakan untuk mengetahui kebutuhan gizi anak
berdasarkan usianya. Status gizi juga digunakan untuk mengetahui seorang anak
memiliki status gizi normal maupun tidak. Dalam penilaiannya status gizi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya ialah dengan nilai Indeks Masa
Tubuh (IMT) yang ditentukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan pada
anak, kemudian hasil perhitungan IMT akan disesuaikan dengan kategori status gizi
sesuai dengan usia dan jenis kelamin anak menggunakan table (Sari dan
Nugraheni, 2017).
b. Cara Penentuan Status Gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan
gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif
maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia.
Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta
sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman, 2004).
Menurut (Supariasa, 2012), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi 2
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk
menentukan status gizi digunakan indeks antropometri. Cara pengukuran status gizi
yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Arisman (2010), menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran
tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan. Adapun
indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Dari masing-masing indeks antropometri tersebut mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan (Supariasa, 2012), seperti yang terlihat pada tabel 2.1.
11
BB/TB - Tidak memerlukan data umur - Membutuhkan dua macam alat ukur
- Dapat membedakan proporsi - Pengukuran relatif lebih lama
badan (gemuk, normal, dan kurus) - Membutuhkan dua orang untuk
melakukannya
Sedangkan Menurut Gibson (2005):
1. Indikator BB/U
Berat badan dapat memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya terserang penyakit,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Berat badan adalah parameter yang labil. Mengingat karakteristik berat badan yang
labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current
nutritional status).
Kelebihan Indeks BB/U :
a. Lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.
c. Sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.
d. Dapat mendeteksi kegemukan.
e. Pengukurannya mudah dan tidak memakan waktu yang lama.
Sedangkan kelemahan Indeks BB/U :
a. Tidak sensitif terhadap anak yg terlalu tinggi tetapi kurang gizi (atunted).
b. Umur sulit ditaksir, dan sering terjadi kesalahan dalam pengukuran akibat
pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.
12
2. Indikator TB/U
Tinggi badan merupakan parameter yang mnggambarkan pertumbuhan
skeletal.Tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu yang singkat. indeks ini memperlihatkan keadaan gizi masa lalu dan erat
kaitannya dengan status sosial ekonomi.
Kelebihannya Indeks TB/U :
a. Baik untuk melihat nilai gizi masa lampau.
b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, mudah dibawa dan murah.
Kelemahan Indeks TB/U :
a. Tinggi badan tidak cepat meningkat.
b. Pengukuran relatif sulit karena dibutuhkan dua orang agar anak bias berdiri
tegak.
c. Umur kadang-kadang sulit didapatkan secara pasti.
3. Indikator BB/TB.
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
Keuntungan indeks BB/TB:
a. Tidak memerlukan data umur.
b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus).
Kelemahan Indeks BB/TB:
a. Tidak memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan
atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran
panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
c. Membutuhkan dua macam alat ukur.
d. Pengukuran relative lebih lama.
e. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
f. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non professional.
Status gizi diolah berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dengan menggunakan IMT/U individu. Untuk mengetahui
nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
13
Kemudian dikategorikan dan ambang batas status gizi anak menjadi sangat
kurus, kurus, normal, gemuk, obesitas berdasarkan IMT untuk anak umur 5-18
tahun, yaitu:
a. Sangat kurus : <-3 SD
b. Kurus : - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
c. Normal : - 2 SD sampai dengan 1 SD
d. Gemuk : > 1 SD sampai dengan 2 SD
e. Obesitas : > 2 SD
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
2.1.4 Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari
tingkat kemampuannya baik yang berupa kecerdasan maupun bakat, siswa yang
berpotensi tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar tinggi pula dan sebaliknya
(Lestari, 2012). Hasil belajar diperoleh melalui proses evaluasi dalam bentuk ujian
yang dilaksanakan setiap materi yang dibahas selesai (Purwanto, 2007). Prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar (Anggraini, 2017). Prestasi hasil belajar adalah
proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara
membandingkan dengan nilai yang dicapai.
Prestasi belajar pada seorang anak dipengaruhi oleh kondisi kesehatan fisik,
tingkat kecerdasan dasar seseorang, kemauan, bakat, daya ingat serta lingkungan.
Prestasi belajar siswa bukan semata-mata karena kecerdasan saja tetapi ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal yang meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis, dimana status gizi termasuk dalam faktor fisiologis
tersebut, dan faktor ekstenal, serta faktor pendekatan belajar (Syah M, 2010).
Syah M, (2010) menyebutkan ada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar secara garis besar yaitu, dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri terdiri dari aspek fisiologis dan aspek psikologis.
14
protein, mineral, lemak, dan vitamin. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan
dengan kesehatan tubuh yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan
memelihara jaringan tubuh serta proses-proses kehidupan dalam tubuh, tetapi
sekarang gizi digunakan sebagai kesehatan gizi, dan juga dikaitkan dengan
perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Sunita Almatsier,
2004).
Menurut Sjahmien Moehji (2003), unsur-unsur gizi yang terdapat dalam
makanan yang dikonsumsi oleh manusia setiap hari dibedakan dalam tiga golongan
besar yaitu: (1) unsur gizi pemberi kalori, (2) unsur gizi yang digunakan untuk
membangun sel-sel jaringan tubuh, dan (3) unsur gizi yang membantu dalam
pengaturan fungsi alat-alat tubuh.
d. Inteligensi
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik
untuk mereaksi ransangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat (Reber, 1988 dalam Syah, 2010). Jadi, inteligensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya,
lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia
(Syah M, 2010).
e. Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negative
(Syah M, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya).
f. Bakat
Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Reber, 1988
dalam Syah M, 2010). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan
16
b. Lingkungan Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan
ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tatatertib sekolah dan sebagainya,
semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang
memperhatikan tatatertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah
para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah
maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah.
Demikian pula jika jumlah murid perkelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat
mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab,
kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga
motivasi belajar menjadi lemah (Abu Ahmadi, 2007).
c. Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,
terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan
mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya apabila tinggal di lingkungan
yang banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan
mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga
motivasi belajar berkurang. Faktor media massa, misalnya: acara televise, radio,
majalah, juga dapat mengganggu waktu belajar (Dalyono M, 1997).
d. Lingkungan Tempat Tinggal
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi
prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan
lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat
rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara
hiruk pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas,
semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi
dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar (Dalyono M, 1997).
2.1.5 Anak Sekolah
Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat,
mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya
18
terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat yang harus
diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi yang seimbang (Anonim 2012).
Menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang
sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:
membaca, menulis, dan menghitung). Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada
tahapan operasianal konkret, anak-anak menguasai berbagi konsep konservasi
untuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda
berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk
penyajian mental mengenai serangkaian tindakan (arianti 2015). Anak sekolah
biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan
terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh
anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak
sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup. (Moehji, 2003).
Karakteristik anak sekolah meliputi :
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal)
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.
Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016)
yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah
banyak bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko
terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam
kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari, melompat, dan sebagainya.
Akibat dari tingginya aktivitas yang dilakukan anak, jika tidak diimbangi dengan
asupan zat gizi yang seimbang dapat menimbulkan beberapa masalah gizi yaitu di
antaranya adalah malnutrisi kurang energi dan anemia defisiensi besi.
Kebutuhan energi anak usia 10-12 tahun relatif lebih besar daripada anak usia
7-9 tahun, karena pada anak usia 10-12 tahun pertumbuhannya lebih cepat,
terutama penambahan tinggi badan serta daya ingat pola berpikir lebih kuat.
Kebutuhan energi anak 10-12 tahun mulai berbeda antara kebutuhan energi anak
laki-laki dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak membutuhkan energi
19
karena lebih banyak melakukan aktivitas, sedangkan anak perempuan lebih banyak
membutuhkan zat besi karena biasanya sudah mengalami haid. Anak sekolah yang
pada dasarnya memiliki kebiasaan banyak beraktivitas di luar rumah ini, biasanya
sering melupakan waktu makan (RSCM dan Persagi, 2003).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat dijadikan acuan untuk perbaikan asupan
makan yang dianalisis secara individual maupun kelompok. AKG ini di antaranya
dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin (Almatsier, 2004). Beberapa zat gizi yang
diperlukan anak usia sekolah sesuai AKG dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.2 Zat Gizi Makro dan Mikro Anak Sekolah
Kemampuan fisik dan daya pikir yang tinggi akan dapat dicapai bila keadaan
kesehatan dan status gizi anak baik. Penelitian yang dilakukan oleh Darwin karyadi
dan Ricordson mengungkapkan bahwa ada hubungan antara keadaan kesehatan
gizi dengan kemampuan daya pikir. Keadaan gizi yang buruk pada usia dini akan
menghambat perkembangan mental dan kecerdasaan dimasa yang akan datang
(Depdikbud, 2008).
Status gizi dinyatakan sebagai keadaan tubuh yang merupakan akibat dari
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dapat diketahui melalui
beberapa indikator seperti BB/U, BB/TB, TB/U dan IMT/U. Rendahnhya status gizi
anak akan membawa dampak negatif pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kurang zat gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik
murid sekolah yang semakin rendah (Almatsier, 2004).
22
Prestasi Belajar
1. Lingkungan
Aspek Fisiologis
Aspek Psikologis Keluarga
1. Kesehatan
1. Inteligensi 2. Lingkungan
2. Status Gizi
2. Sikap Sekolah
3. Konsumsi
3. Bakat 3. Lingkungan
Makanan
4. Minat Masyarakat
- Energi
5. Motivasi 4. Lingkungan
- Zat Besi
Tempat Tinggal
Modifikasi : Syah M, (2010), Sjahmien Moeji (2003), Abu Ahmadi (2007), M. Dalyono (1997).
Gambar 2.1 Kerangka Teori Prestasi Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor Internal
merupakan keadaan/kondisi jasmani (fisiologis) dan rohani (psikologis) siswa.
Kondisi rohani siswa meliputi kesehatan, status gizi dan konsumsi makanan yaitu
energi dan zat besi sedangkan jasmani siswa meliputi Inteligensi sikap, bakat, minat
dan motivasi.
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.
Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat dan lingkungan tempat tinggal.
23
Konsumsi Energi
Keterangan :
4.
5.
6.
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan analitik artinya
pengamatan secara sistematik untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat
dengan variabel bebas. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu (Notoadmodjo, 2010). Studi
penelitian yang mempelajari hubungan faktor independen (terikat) dengan faktor
dependen (bebas), untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi, zat besi
dan status gizi terhadap prestasi belajar murid SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 2 Guntung Manggis 2 Banjarbaru. Waktu
penelitian Febuari – juli 2020.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seseorang atau objek yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian, disebut juga sebagai
responden (Suharto dan Sarjono, 2010).
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/I kelas IV dan V di
SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru yaitu 161 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili seluruh populasi (Saryono, 2011). Besar sampel di tentukan
N
dengan rumus: n= 2
1+ N (d)
Keterangan:
N : Besar populasi
24
25
n : Besar sampel
d : Derajat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 95%
N
n= 2
1+ N (d )
195
n= 2
1+ 195(0,05)
195
n=
1+ 0,4025
161
n=
1,4025
n= 115
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan besar sampel sebesar 115 orang.
Untuk menentukan proporsi sampel masing-masing kelas akan digunakan rumus
sebagai berikut :
a
P= xn
N
Keterangan :
P = Proporsi
a = Jumlah siswa/I setiap kelas
N = Besar populasi
n = Besar sampel
Tabel 3.1 Proporsi Sampel
Kelas Jumlah Siswa/i Proporsi Hasil
IV A 34 (34/161) x 115 24
IV B 34 (34/161) x 115 24
VA 33 (33/161) x 115 24
VB 35 (35/161) x 115 25
VC 25 (25/161) x 115 18
Total 161 115
Setelah dilakukan perhitungan, hasil yang didapatkan untuk proporsi sampel
tiap kelas adalah kelas IV A 24 orang, IV B 24 orang, V A 24 orang, V B 25 orang
dan V C 18 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
cara stratified random sampling untuk menentukan proporsi sampel setiap kelas.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel independen (bebas) pada penelitian ini adalah konsumsi energi, zat
besi dan status gizi.
26
2. Variabel dependen (terikat) pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa
kelas IV dan V SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru.
3. Definisi operasional penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi energi, zat
besi dan status gizi terhadap prestasi belajar dapat digambarkan melalui tabel
dibawah ini:
3. Jumlah siswa
3.7 Teknik Analisa Data
Analisa data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang berguna untuk
menarik kesimpulan.
1. Analisis Univariat
Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan setap variabel
secara terpisah dengan cara membuat table frekuensi dari masing-masing variabel.
Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui
distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan rumus:
P= f/N x 100%
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi data
N : Jumlah sampel yang diolah
Kemudian tiap variabel dikategorikan sesuai jumlah skor/nilai untuk masing-
masing variabel meliputi :
1. Status Gizi
a. Responden menurut golongan umur murid SDN 2 Guntung Manggis.
b. Responden menurut golongan jenis kelamin murid SDN 2 Guntung Manggis.
c. Data status gizi murid diketahui berdasarkan perhitungan IMT/U dengan
rumus : IMT = BB (Kg)
TB(m)2
(didapatkan hasil kemudian lihat tabel sesuai umur)
2. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Besi
a. Responden menurut golongan tingkat konsumsi energi murid SDN 2 Guntung
Manggis.
b. Responden menurut golongan tingkat konsumsi zat besi murid SDN 2 Guntung
Manggis.
c. Melakukan konversi bahan makanan yang dikonsumsi sesuai dengan URT yang
ada ke dalam ukuran besar (gr).
d. Menghitung konsumsi energi dan zat besi dengan rumus :
% AKG = Konsumsi Energi/ Zat Besi X 100%
Energi/ Zat besi AKG
e. Membandingkan dengan AKG dengan kategori.
- Lebih : > 110% AKG
29
- Baik : 100-110%
- Cukup : 80-99%
- Kurang : 70-79%
- Defisit : < 70%
(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
3. Prestasi Belajar
Cara ukur prestasi belajar menggunkan nilai rapot siswa. Hasil ukur Sangat
baik : 90 – 100, Baik : 70 – 89, Cukup : 60 – 69, Kurang : < 60 (Sastrawan WA,
2014).
Analisis Bivariat
Menganalisa data yang dilakukan terhadap 2 varibel independen dan
dependen yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Rank sperman karena jenis data dalam penelitian ini
ordinal. dengan tingkat α 5 % menggunakan computer.
Dasar pengambilan keputusan uji sperman ini :
1. Jika nilai sig. < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan antara variabel yang dihubungkan.
2. Sebaliknya jika nilai sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Tahap Persiapan
a. Mengumpulkan data awal yang bertujuan untuk mendapatkan data-data untuk
mendukung penulisan proposal penelitian ini.
b. Konsultasi dengan pembimbing untuk rencana pembuatan penelitian.
c. Mengurus surat ijin penelitian dari kampus STIKES Husada Borneo Banjarbaru
ke SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru.
d. Mengurus surat ijin penelitian dari pihak pendidikan.
e. Melakukan pengumpulan data awal jumlah siswa SDN 2 Guntung Manggis
Banjarbaru.
3.8.2 Penyusan Dan Pengambilan Data Penelitian
a. Jenis yang dikonsumsi dengan menggunakan Formulir food recall
b. Status gizi didapatkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan
mengunakan IMT/U.
30
Anggaran Penelitian
Tabel 3.4 Anggaran Penelitian
No Jenis penelitian Anggaran
1. Persiapan
. a. Pengetikan Proposal Rp.150.000
b. Penjilidan Rp. 20.000
c. Penggandaan Rp. 100.000
d. Transportasi Rp. 100.000
31
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data Rp. 260.000
b. Pengolahan Data Rp. 100.000
3. Penyusunan skripsi
a. Pengetikan Rp. 250.000
b. Penjilidan skripsi Rp. 50.000
c. Penggandaan Rp. 250.000
d. Transportasi Rp. 200.000
4 Lain-lain Rp. 300.000
Jumlah pengeluaran Rp. 1.780.000
31
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M dan Wirjatmadi, B (2013). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
AKG (2013). Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia. Lampiran Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2013.
Almatsier, S (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S (2000). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Anggraini DI, Ayu SD (2017). Sarapan Meningkatkan Prestasi Belajar pada Anak
Usia Sekolah. Majority, 6 (2): 113-117.
Arfines PP, Puspitasari FD (2017). Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar di Daerah Kumuh, Kotamadya Jakarta Pusat. Buletin
Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 1, Maret 2017: 45 – 52.
Arisman (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Arisman (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Buku Kedokteran 180-
195.
Azwar, Azrul (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Jakarta: Pustaka sinar
harapan.
33
Dian Ayu P (2010). Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SDN.
No.22 Kalukuang Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Skripsi.
Hardiansyah, Supariasa (2016). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Hidayati L, Hadi H, Kumara A (2010). Kekurangan Energi Dan Zat Gizi Merupakan
Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal Di
Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan. 2010;4 (1):89-104.
Juhriah, S (2014). Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Status
Gizi Dan Prestasi Belajar di SDN 1 Pulau Kabupaten Tabalong. Jurusan Gizi,
Stikes Husada Borneo, Skripsi.
Khomsan A (2004). Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Gramedia.
Lasidi DO, Umboh A, Ismanto Y (2018). Hubungan Status Gizi Dan Kualitas
Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Dan V Di SD Negeri
21 Manado. e-Journal Keperawatan (eKp) Volume 6 Nomor 1.
Moehji, S (2003). Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar
Sinanti.
Oktavia SN, Yulius YO (2014). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi
Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 47 Korong Gadang KEC. Kuranji
Kota Padang. Jurnal IPTEKS Terapan Research of Applied Science and
Education Vol 8.i3 (74-82).
Qamariyah B & Nindya TS (2018). Hubungan Antara Asupan Energi, Zat Gizi Makro
dan Total Energy Expenditure dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar.
Amerta Nutr. 2,59-65.
RSCM dan Persagi (2003). Penuntun Diit Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Safitri, R (2017). Hubungan Status Gizi Asupan Energi, Zat Besi (Fe) Dan Zink (Zn)
Pada Menu Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar Siswa Di SMA
Banjarbaru. STIKES Husada Borneo, skripsi.
Salimar, Setyawati B, Irawati A (2016). Besaran Defisit Energi Dan Protein Pada
Anak Usia Sekolah [6-12 TAHUN] Untuk Perencanaan Program Gizi
(PMTAS) Di Delapan Wilayah Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan,
Desember 2016 Vol. 39 (2): 111-118.
Salimar dkk (2010). Laporan Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010: Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) di
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
Bogor.
Sari DY, Nugraheni M (2017). Pola Makan Dan Status Gizi Siswa Kelas IV, V Dan VI
Sekolah Dasar Magunan. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Teknik Boga.
Sastrawan Wa (2014). Hubungan Frekuensi Sarapan Pagi Dan Status Gizi Dengan
Prestasi Belajar Murid SDN 1 Desa Dwipasari Kecamatan Wanaraya
Kabupaten Barito Kuala Tahun 2014. STIKES HUSADA BORNEO. Skripsi.
35
Sediaoetama (2005). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Dian.
Sjahmien Moehji (2003). Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk Jakarta: Papas
Sinar Siranti.
Slameto (2010). Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekirman, dkk (2005). Ketahanan Pangan Dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Jakarta: LIPI.
Sulistyoningsih, H (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Supariasa, IDN, dkk (2002). Penilaian Satus Gizi, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wadhani LPP, Yogeswara IBA (2017). Tingkat Konsumsi Zat Besi (Fe), Seng (Zn)
Dan Status Gizi Serta Hubungannya Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah
Dasar di SDN No.1 Budak dan SDN No.2 Abianbase Kabupaten Badung-
Bali. Jurnal Gizi Indonesia, 5 (2), 2017 : 82-87.
Wardoyo HA, Mahmudiono T (2013). Hubungan Makan Pagi Dan Tingkat Konsumsi
Zat Gizi Dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Media Gizi
Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 49–53.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004). Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Yusuf, S (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
36
Nama kaka Ayu Rizka Apriliani, bisa dipanggil ka Ayu, mahasiswa jurusan S1
Gizi di STIKES HUSADA BORNEO BANJARBARU akan mengadakan penelitian
yang berjudul “Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Zat besi dan Status Gizi
Terhadap Prestasi Belajar Di SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru”.
konsumsi makanan terdapat adanya zat gizi dalam makanan yang penting
diantaranya yaitu energi dan zat besi. Makanan yang bergizi adalah makanan
yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, protein,
mineral, lemak, dan vitamin. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan
kesehatan tubuh yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara
jaringan tubuh serta proses-proses kehidupan dalam tubuh, tetapi sekarang gizi
digunakan sebagai kesehatan gizi, dan juga dikaitkan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Sunita Almatsier, 2004).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan digunakan
secara efesien maka akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2011). Status gizi itu dibedakan ada
status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih.
paksaan dan bila adik tidak berkenan dapat menolak atau sewaktu waktu dapat
mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Setiap data yang ada dalam penelitian ini
akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Jika ada hal yang
belum jelas dalam naskah penjelasan penelitian adik dapat bertanya langsung
kepada kakak.
Terimakasih kakak ucapkan kepada adik yang telah ikut berpartisipasi pada
penelitian ini. Keikutsertaan adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu
yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal yang
menyangkut penelitian ini diharapkan adik bersedia mengisi lembar persetujuan
yang telah kakak siapkan.
Banjarbaru, 2019
Peneliti
43
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Alamat :
Banjarbaru ,…………2019
Pembuat pernyataan
(…………………….)
44
KUESIONER
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Zat besi dan Status Gizi Terhadap
Prestasi Belajar Di SDN 2 Guntung Manggis Banjarbaru
I. Identitas Responden
No. :
Nama :
Tanggal lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Berat Badan :
* IMT/U :
Nilai Rapot
45
Makan Pagi
Selingan
Makan Siang
Selingan
Makan
Malam
Pewawancara :