PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
NADIA RAHMAN
22222036
PROPOSAL PENELITIAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Dalam Rangka Menulis P
rofosal Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Oleh :
NADIA RAHMAN
22222036
Proposal Penelitian ini berjudul ‘Hubungan pola asuh dan stimulasi dengan
perkembangan anak batita 1-2 tahun di wilayah kerja puskesmas Ulak
Karang ’ini telah diperiksa dan disetujui untuk disidangkan dihadapan Dewan
Penguji Proposal Penelitian Prodi Kebidanan Program Sarjana Dan Prodi
Pendidikan Bidan Program Propesi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Pembimbing I Pembimbing II
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Dan Program Studi Pendidikan Bidan
Program profesi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Ketua
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Ulak Karang”.
namun berkat dorongan semua pihak, proposal skripsi ini dapat peneliti
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Padang.
MERCUBAKTIJAYA Padang.
ii
7. Teristimewa kepada keluarga, orang tua tercinta serta saudara yang selalu
memberikan dorongan moril dan materil serta do’a yang tulus bagi peneliti.
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini belum sempurna. Oleh karena
itu peneliti sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap
Nadia Rahman
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................12
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................12
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................12
1.4 Manfaat penelitan...............................................................................13
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti.................................................................13
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan..............................................13
1.4.3 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan (Puskesmas ulak karang ).....13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................45
v
DAFTAR TABEL
defined.
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
oleh kualitas perkembangan anak usia dini (Bappenas, 2020). Anak batita atau
bawah tiga tahun merupakan bagian dari kelompok usia anak batita dimana
keterampilan berbahasa dan berbicara, serta bertingkah laku sosial yang mana
(Kemdikbud, 2018). Menurut Kesehatan Keluarga RI tahun 2018, usia 1-2 tahun
menjadi masa pertumbuhan jaringan otak yang pesat dimana ukuran otak anak
mencapai 80% dari ukuran otak orang dewasa sehingga masa ini menjadi masa
sejak konsepsi dan terus berlanjut sampai anak dewasa. Tercapainya tumbuh
kembang optimal tergantung pada potensi biologik yang didapatkan dari hasil
interaksi antara faktor genetik, lingkungan biologis, fisik, dan psikososial anak
dengan proses yang unik serta hasil akhir yang berbeda (Fatmawati dkk, 2019).
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan sebagai hasil proses
2
pematangan (Andriana, 2017). Juga diartikan sebagai bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa,
periode berikutnya. Pada masa batita kelainan ataupun penyimpangan bila tidak
terdeteksi bahkan tidak ditangani dengan baik akan mengurangi sumber daya
perkembangan antara lain faktor internal yaitu (perbedaan ras, umur, jenis
kelamin, dan genetik), serta faktor eksternal yaitu (faktor pranatal, faktor
perinatal, dan faktor postnatal). Yang termasuk faktor pranatal yaitu (riwayat gizi
ibu saat hamil), dan yang termasuk faktor perinatal yaitu (berat badan lahir
rendah) sedangkan faktor postnatal seperti (pola asuh orang tua dan stimulasi dari
koordinasi pada anak. Akibatnya anak kesulitan bahkan tidak mampu melakukan
tugas sehari-hari. Gangguan perkembangan pada anak usia dini ditandai dengan
pada salah satu aspek perkembangan anak ikut mempengaruhi aspek lainnya.
dan bahasa, sosial dan emosional serta perkembangan kognitif anak (Mudlikah
dkk, 2020). Batita yang terlambat berjalan umumnya juga terlambat dalam duduk
serta kesulitan dalam tahap merangkak, dan terus berlanjut sampai usia sekolah
3
yang mengakibatkan masalah lain yaitu anak kesulitan dalam membaca dan
dkk, 2020).
menstimulasi, nutrisi yang cukup, dan interaksi sosial yang diberikan dengan
perkembangan pada usia batita membutuhkan dasar yang kuat selama masa
tumbuh kembang serta memerlukan bimbingan dari orang lain terutama orang tua.
Pola asuh berpengaruh terhadap perkembangan anak karena merupakan cara yang
digunakan dalam proses interaksi antara orang tua dan anak untuk mendukung
perkembangan dalam aspek fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual anak
sejak dalam kandungan sampai dewasa. Pola asuh terbagi dalam tiga kategori
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratif (Sukiman
dkk, 2018). Untuk menilai dan mengetahui perkembangan anak normal atau tidak
maka perlu dilakukan skrining perkembangan anak yang salah satunya dengan
perkembangan anak yang dinilai sejak anak usia dini (Kemenkes RI, 2017).
Penilaian pola asuh orang tua dinilai dengan menggunakan Parenting Style
peningkatan 1,5% atau bertambah sekitar 4,9 juta jiwa dari tahun sebelumnya.
Jumlah penduduk di Indonesia yang berusia 0-5 tahun sejumlah 21,9 juta jiwa
(27,6%). Pada tahun 2019 angka kejadian gangguan perkembangan pada anak
masih tinggi, sebanyak tiga juta anak atau 28,7% anak mengalami gangguan
perkembangan pada anak usia dibawah 5 tahun di Indonesia sebanyak 7.512,6 per
100.000 populasi atau sekitar 7,51% (WHO, 2018). Sekitar 10 juta anak
meninggal serta lebih dari 200 juta anak berkembang tidak sesuai dengan
potensinya yang dipicu oleh pengasuhan orangtua (Kemenkes, 2019). Data angka
lebih besar bersama kedua orang tua sebanyak 84,33% dibanding dengan ibu
5
kandung saja sebanyak 8,34% atau ayah kandung saja yang hanya sebanyak
2,51% sedangkan bersama anggota keluarga lain sebanyak 4,76%. Orang tua
Berdasarkan tata bahasa pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola artinya model, sistem, cara kerja,
bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga,
merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri (Adawiah, 2017). Pola asuh
anak merupakan cara orang tua dalam interaksi orang tua dengan anak tersebut
terdiri dari cara orang tua merawat, menjaga, mendidik, membimbing, melatih,
membantu dan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan baik sesuai dengan
nilai dan norma yang ada di masyarakat (Nur Utami & Raharjo, 2021). Dalam
keluraga terdapat perbedaan dalam mengasuh yang membuat di setiap anak itu
memiliki karakteristik atau akhlak yang beda di dalam Pola Asuh Orang Tua
Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Dini Nurhalizah, Nurdin Salama,
(Adnan, 2020). Hanny Muchtar Darta, mengatakan bahwa pengaruh dalam pola
asuh orang tua memiliki dampak besar bagi kehidupan anak di kemudian hari
gaya pengasuhan dimana orang tua batasi anak dan memberikan hukuman ketika
anak melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan kehendak orang tuanya
6
(Nasution, 2018). Pola asuh permisif yang merupakan pola asuh dimana orangtua
inisiatif apapun (Komsi et al., 2018). Dari ke empat macam bentuk pola asuh
dewasa bahkan pola asuh orang tua bukan hanya pembentukan karakter (Ariati,
2019)
karakter anak melalui ikatan emosi yang kuat antara orang tua dan anak. Keluarga
merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi
fondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa. Hasil penelitian
terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada
usia delapan tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa
kedua. Pada zaman era globalisasi ini, banyak sekali kita temukan ibu yang
semulanya berprofesi hanya menjadi ibu rumah tangga kini menjadi wanita
berkurang. Orang tua muda masa kini kebanyakan sibuk menghabiskan waktunya
untuk dunia kerja, terutama dimasa ini banyak sekali para orang tua yang
pembantunya atau yang biasa dikenal dengan sebutan baby sitter. Salah satu
konsep orang tua yang baik adalah orang tua harus menjadi kawan yang baik dan
menemani anak dalam berbagai kegiatan (Hourlock, 1978: 219). Seorang ibu yang
bekerja tentunya kebersamaan besama anaknya akan berkurang. Oleh karena itu,
7
tidak mengherankan apabila si anak lebih dekat dengan pembantunya atau baby
tegas pada anak, dan membuat anak takut padanya akan mempermudah mereka
kasus kekerasan anak yang terlapor. Kekerasan orang tua terhadap anaknya
merupakan bentuk dari gaya pengasuhan otoritarian dimana orang tua melakukan
anaknya. Namun tanpa mereka sadari dengan cara itu sebenarnya bukan membuat
mereka jera, tapi justru tindakan itu akan berakibat fatal saat anak bergaul dengan
teman sebayanya. Disamping itu, pola pengasuhan yang salah pada anak juga
oleh buah hatinya merupakan bentuk kasih sayang yang mereka berikan kepada
sang anak. Namun, tanpa mereka sadari bahwa pola asuh yang demikian justru
akan menghambat proses kematangan dalam diri anak, akibatnya anak menjadi
Usia 1-2 tahun merupakan periode emas (golden age period) dan tepat
untuk perkembangan anak yang meliputi aspek fisik, kognitif, emosi, dan
sosial.Anak mempunyai keinginan belajar yang luar biasa karena sedang terjadi
periode pacu tumbuh otak (brain growth spurt) pada masa ini, ketika otak
8
mengalami perkembangan yang sangat cepat. Kemampuan motorik merupakan
salah satu kemampuan anak yang berkembang saat usia dini. Dua jenis
perkembangan motorik, yaitu motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
halus adalah gerakan yang memerlukan koordinasi tangan dan mata yang
secara bertahap yang terjadi selama tiga tahun pertama kehidupan. Personal sosial
orang lain dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Stimulasi adalah kegiatan
juga merupakan kebutuhan dasar anak, yaitu asah yang akan menunjang
perkembangan anak menjadi lebih optimal. Anak usia 1-2 tahun merupakan waktu
kesehatan dan nutrisi, kualitas interaksi antara ibu dan anak serta karakteristik
perkembangan anak usia 1-2 tahun,nilai p = 0.03. Perhatian khusus pada masa
hubungan yang baik anak dan ibu untuk mencapai perkembangan optimal,
interaksi antara ibu dan anak untuk pemberian stimulasi secara dini (Suryawan,
Stimulasi pada periode kritis dilakukan pada 1000 hari pertama kehidupan.
pemberian latihan fisik serta stimulasi dini (Hati, 2016) Stimulasi psikososial
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial seperti berjalan
kasih sayang / emosi dan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. Kasih
sayang yang kuat akan mendukung proses pemberian stimulasi yang merangsang
sayang dan secara teratur untuk mencapai tumbuh kembah optimal misalnya
bahasa terutama pada anak usia 1-2 tahun karena otak lebih peka menerima
stimulasi dan lingkungannya (Kemenkes RI, 2018). Stimulasi yang diberikan pada
usia dini dan lebih banyak berpengaruh dengan perkembangan anak yang semakin
baik karena jika anak tidak diberi stimulasi jaringan otak akan mengecil sehingga
2019).
terhadap hubungan pola asuh dan stimulasi dengan perkembangan anak batita usia
1-2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Kota Padang tahun 2023
11
1.2 Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Hubungan Pola Asuh dan Stimulasi
dengan Perkembangan Anak Batita Usia 1-2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
stimulasi dengan perkembangan anak batita usia 1-2 tahun di wilayah kerja
2023.
anak batita usia 1-2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Ulak karang
anak batita usia 1-2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Ulak karang
peneliti tentang pola asuh orang tua dan stimulasi terhadap perkembangan
cara yang tepat dan benar. Hasil penelitian dapat menjadi bahan untuk
peneliti selanjutnya.
selanjutnya. Dan dapat menambah informasi dan bahan bacaan yang dijadikan
tentang pentingnya pola asuh orang tua dan stimulasi terhadap perkembangan
anak batita agar anak dapat berkembang secara normal sesuai dengan usia
anak. Serta orang tua diminta dapat memberikan perhatian khusus terhadap
perkembangan ana
13
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Batita
Bawah lima tahun atau Batita adalah individu atau kelompok individu dari
suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia Batita
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia Batita dari 0-2 tahun,
golongan batita usia 1-2 tahun, dan golongan prasekolah usia >3-5 tahun.
Sedangkan menurut WHO, kelompok Batita adalah usia 0-60 bulan (Andriani &
Bambang, 2014).
struktur dan fungsi alat tubuh melalui proses pematangan dan pembelajaran
(Kemenkes RI, 2019). Perkembangan merupakan suatu pola yang teratur terkait
perubahan struktur, pikiran, perasaan atau perilaku yang dihasilkan dari proses
berupa kegiatan berpikir yang sederhana sampai dengan yang kompleks), aspek
saraf.
perkembangan berikutnya, setiap anak tidak bisa melewati salah satu tahap
seorang anak tidak dapat berjalan sebelum anak bisa berdiri. Seorang anak
tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait
dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
berikutnya.
sehat akan bertambah umur, berat badan, dan tinggi badan anak disertai
proksimodistal).
intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada
individu itu sendiri. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan
dan usaha yang dilakukan. Melalui belajar, anak dapat memperoleh kemampuan
dalam menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
Pada pola perkembangan terdapat persamaan pada setiap anak serta dapat
fungsi anak berlangsung dari sederhana hingga kompleks dan berlangsung dari
10
otak yang mana otak mengalami perkembangan secara pesat pada usia 0-3 tahun.
Umumnya anak mengikuti pola perkembangan yang khas per tahapan usia namun
sebagian anak dengan pola perkembangannya lebih cepat atau bahkan terlambat.
Misalnya, anak berumur 2 tahun sudah bisa berlari, melompati satu garis,
menunjuk anggota tubuh tetapi belum lancar bicara. Sedangkan pada sebagian
anak lain tahapan berbicaranya lancar dan mampu merangkai dua kata. Menurut
Andriyanti dan Andrina (2019), tahapan perkembangan anak dapat dilihat dari
aspek fisik, psikis, dan aspek intelegensia. Bila kebutuhan anak untuk tumbuh dan
berkembang diberikan secara optimal maka pada usia antara 1-2 tahun anak akan
menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Saat usia 1 tahun, anak akan
tampak lebih antusias untuk berlajar berjalan. Saat proses ini berlangsung,
konsentrasi anak hanya berpusat pada tujuan yang hendak dicapainya. Selepas
bervariasi.
merupakan aspek perkembangan berpikir pada anak, dari berpikir yang primitif,
rendah, sederhana, dan sampai mampu berpikir secara kompleks dan sesuai
dengan kenyataan pada saat dewasa. Pada anak perkembangan kognitif terdiri dari
fase sensori motorik (usia anak lahir sampai 2 tahun), fase praoperasional (usia 2
sampai 7 tahun), fase operasional konkrit (usia 7 sampai 11 tahun), dan fase
11
operasional formal (usia lebih dari 11 tahun). Pada aspek psikososial terdiri dari
yang pertama fase percaya dan tidak percaya yang mana semua kebutuhan untuk
perawatan dan keamanan anak mutlak tergantung pada orang lain dan fase ini
berlangsung pada usia 0-1 tahun, yang kedua fase otonomi dan fase rasa malu atau
ragu-ragu yang berlangsung pada usia 1-2 tahun, dan yang ketiga fase inisiatif dan
1. Faktor Internal
Anak yang dilahirkan dari bangsa Amerika, tidak memiliki faktor hereditas
2) Faktor keluarga
Anak yang dilahirkan dari keturunan dengan postur tubuh yang tinggi,
pendek, gemuk, dan kurus maka anak juga akan memilik postur tubuh yang
sama. Orang tua dengan pendidikan yang baik dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik dan
kembang anak. Jumlah anak yang banyak (>3 anak) pada keluarga dengan
sayang yang diterima anak, sedangkan pada keluarga dengan ekonomi kurang
12
dan memiliki anak yang banyak dapat mengakibatkan anak kurang kasih
sekunder anak.
3) Faktor umur
Kecepatan tumbuh kembang yang pesat terjadi pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan, dan masa remaja. Usia anak 1-2 tahun berisiko 3,81 kali
untuk suspect motoriknya dibandingkan anak usia 3-4 tahun. Karena pada
usia 1-2 tahun anak berada pada fase masa perkembangan otak atau
struktural dan fungsi pada otak berlangsung hingga anak berusia 1-3 tahun.
yang didapatkan anak. Pada anak usia yang lebih muda yaitu usia 1-2 tahun
sumber utama stimulasi adalah orang tua dan keluarga terdekat, sehingga
4) Faktor genetik
Faktor yang berasal dari bawaan anak sejak di dalam kandungan yang akan
rajin dalam hal belajar dari pada anak laki-laki yang aktif dalam bermain serta
kematangan psikis dan organ pada anak perempuan lebih cepat terjadi dan
13
2. Faktor Eksternal
1) Faktor Prenatal
janin mulai dari konsepsi sampai lahir diantaranya : Gizi ibu pada
waktu hamil Gizi ibu hamil terutama pada trimester ketiga kehamilan
c) Paparan radiasi
d) Psikologi ibu
Psikologi ibu saat hamil yang buruk karena kehamilan yang tidak
2) Faktor Perinatal
anak nantinya dan cenderung terjadi ketidak normalan perkembangan pada anak
tersebut. Masa perinatal yaitu masa antara 29 minggu dalam kandungan sampai
14
7 hari setelah anak lahir merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang
anak khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
3) Faktor Postnatal
Masa postnatal merupakan masa dimana terjadi proses ibu untuk merawat
bayinya dan proses tersebut dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
umum diantaranya :
a) Pemenuhan gizi
sehingga anak perlu mendapatkan gizi dari makanan dalam jumlah yang tepat
dan kualitas baik. Status gizi yang baik bermanfaat untuk anak dalam
kekurangan makanan bergizi menyebabkan anak lemah dan tidak aktif dalam
interaksi ibu dan keluarga terhadap kegiatan anak sehingga dapat terjadi
karena orang tua dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder anak.
Status sosial ekonomi yang rendah dapat dilihat dari pendapatan keluarga
bimbingan dari orang tua, perkembangan anak juga dapat dipengaruhi oleh
rasa kasih sayang dari orang tua yang mana anak berhak untuk
anak yang akibatnya anak menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, dan
dibandingkan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Selain
itu juga diperlukan interaksi antara anak dan orang tua, dilihat dari kualitas
dari interaksi yaitu pemahaman terhadap kebutuhan anak dan upaya untuk
proses tumbuh kembang anak sehingga hasil yang diharapkan akan tercapai
dapat dilakukan sesuai dengan standar nasional serta internasional yang telah
disepakati. Standar yang digunakan yaitu kurva yang mengacu pada SDIDTK
(kuesioner pra skrining perkembangan) yang terdiri dari 9-10 pertanyaan yang
diisi iya atau tidak jika pertanyaan yang dicantumkan sesuai dengan yang ibu atau
ayah lakukan. Jika nilai jawaban “Ya” sebanyak 9-10 didapatkan arti bahwa
dibutuhkan stimulasi lebih sering terhadap anak, dan jika jawaban “Ya” sebanyak
Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur
skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat
untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali
untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
2 Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm. Cara menggunakan KPSP
4 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi
umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15
5 Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
6 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
posisi duduk.”
8 Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
kepadanya.
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada
formulir.
18
pertanyaan.
dapat digunakan untuk menilai perkembangan anak batita melalui KPSP yaitu
gerakan motorik halus (fine motor adaptive), aspek yang berhubungan dengan
melibatkan sebagian anggota tubuh dan oleh otot-otot kecil serta memerlukan
membuat lingkaran.
otot besar baik sebagian maupun secara keseluruhan bagian dari tubuh. Misalnya
menendang bola, berjalan, dan berlari. Kepribadian atau tingkah laku sosial, aspek
respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. Bahasa yang
digunakan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi anak dengan
namanya.
Pola asuh merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak untuk
19
sejak dari dalam kandungan hingga anak dewasa (Sukiman dkk, 2019).
Pengasuhan dari orang tua kepada anak akan menjadi penentuan kehidupan anak
kedepannya. Artinya, pola asuh menjadi penentu kesiapan anak untuk bisa
Selama proses tumbuh kembang anak, orang tua memiliki peran yang
sangat penting. Pola asuh adalah perilaku orang tua yang paling menonjol
atau paling dominan dalam menangani anak dalam keseharian. Misalnya dalam
kehidupan, mengelola emosi, serta membentuk konsep diri anak. Pola asuh
merupakan cara orang tua dalam memperlakukan anak baik dalam aspek fisik
Pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak merupakan cara yang
digunakan dalam proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dengan anak
motorik kasar, bahasa, dan kemampuan sosial sesuai dengan tahap perkembangan
Menurut Sagita (2018), pola asuh orang tua terdiri dari 2 dimensi yaitu
kehangatan merupakan aspek berupa respon dan afeksi pada anak. Dimensi
kendali merupakan aspek dimana orang tua mengendalikan perilaku anak untuk
yaitu :
Pola asuh otoriter merupakan bentuk pola asuh dimana orang tua
menentukan segala jenis peraturan yang berlaku dalam keluarga. Dalam pola
asuh ini, anak harus mematuhi segala aturan yang ditentukan oleh orang tua
tanpa terkecuali. Dimana orang tua akan menerapkan kedisiplan yang sangat
ketat (Andina, 2019). Pada pola asuh otoriter orang tua tidak memberikan
alasan terhadap peraturan yang ditetapkan dalam keluarga. Anak tidak diberi
peraturan tersebut.
Orang tua cenderung menolak anak dan menerapkan hukuman kepada anak.
Pola asuh otoriter biasanya dicirikan dengan memberi nilai tinggi pada
bersifat absolut dan disiplin, orang tua meminta anaknya harus menerima
segala sesuatu tanpa pertanyaan, aturan serta standar yang tetap diberikan
oleh orang tua dan mendorong tingkah laku anak secara bebas dan membatasi
21
Pola asuh permisif adalah bentuk pola asuh dimana orang tua
sepenuhnya memberikan kebebasan pada anak. Orang tua sama sekali tidak
peraturan pada anak. Anak tidak pernah dihukum jika melakukan maupun
tidak melakukan segala sesuatunya. Namun, anak juga tidak diberikan pujian
atau bentuk apresiasi saat melakukan kemauan dan keinginannya tanpa ada
anak. Orang tua juga menerima apa saja yang dilakukan anaknya,
orang tua. Orang tua kurang mengontrol perilaku anak dan membiarkan anak
Pola asuh demokratis adalah bentuk pola asuh dimana orang tua
sebagai penentu aturan. Orang tua berhak membuat beberapa aturan yang
diberikan untuk anggota keluarga, termasuk untuk dipatuhi oleh anak. Dalam
pola asuh demokratis meskipun peraturan ditetapkan oleh orang tua, anak
Namun, orang tua juga mendidik anak dengan keras perihal aturan dan
22
kedisiplinan bagi anak. Orang tua akan menuntut kemandirian dan tanggung
pendapat. Dalam pola asuh ini orang tua bersifat demandingness atau tinggi
memberikan anak otonomi dan mampu mengarahkan diri, namun anak harus
berikan.
apresiasi saat anak menunjukkan perilaku sosial yang baik dan hukuman
akibat perilaku yang salah disertai dengan penjelasan kenapa anak dihukum.
Ketika terjadi perselisihan pendapat dengan anak, orang tua bisa memberikan
Pola asuh yang diterapkan setiap orang tua bisa saja berbeda-beda.
memberikan pengasuhan terhadap anak. Sebagian orang tua menilai pola asuh
otoriter lebih baik dari pola asuh permisif maupun demokratis. Dan sebagian
lainnya beranggapan bahwa pola asuh permisif sangat cocok diterapkan demi
menunjukkan kasih sayang orang tua pada anak dengan membebaskan anak
begitu saja.
23
sikap dan tindakan orang tua pada anak yang berkaitan dengan pola asuh. Sikap
pengasuhan anak. Ada banyak alasan pemilihan sikap tersebut, salah satunya
karena anggapan bahwa hanya orang tua yang bersangkutan yang dapat
orang tua mengasuh anak, menyikapi perkembangan mental anak, dan hal
2) Pengalaman
Pengalaman dimasa lalu memiliki hubungan erat dengan pola asuh ataupun
sikap orang tua kepada anaknya. Orang tua akan mengasuh anak berdasarkan
nilai dan prinsip yang dianut, tipe kepribadian orang tua, kehidupan
pernikahan orang tua, dan alasan orang tua memiliki anak (Afthoni, 2019).
3) Lingkungan
dipastikan pola asuh orang tua juga akan ikut terpengaruh. Lingkungan akan
Pola asuh yang ditetapkan orang tua tergantung pada kepribadian orang tua
itu sendiri. Jika kepribadiannya otoriter, pola asuh yang diterapkan cenderung
kaku, tidak membebaskan anak dan sangat bergantung pada orang tua. Lain
Orang tua dengan sosial ekonomi menengah keatas biasanya lebih perhatian
baik karena semua kebutuhan terpenuhi tetapi anak cenderung tidak merasa
bebas karena selalu diawasi orang tua. Sedangkan orang tua dengan sosial
anak dengan benar. Setiap keyakinan memiliki cara yang berbeda namun
pada dasarnya semua keyakinan memliki esensi yang sama, yaitu menuju
kebaikan.
7) Budaya
Pola asuh otoriter terdapat 13 item memuat dimensi paksaan fisik, dimensi
permusuhan, dan pengarahan verbal. Pola asuh permisif terdapat 4 item memuat
dimensi kurangnya tindak lanjut, dimensi kepercayaan diri yang rendah, dan
25
dimensi memanjakan yang dibentuk oleh dimensi kepercayaan diri yang rendah.
Kuesioner PSQ telah banyak digunakan dalam penilaian pola asuh orang tua dan
perkembangan dari kuesioner tersebut telah ditetapkan sejak tahun 2001 (Kimble,
2018).
proses perkembangan yang datang dari lingkungan luar anak dan merupakan
merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar dapat tumbuh dan
Stimulasi dapat diberikan oleh orang tua, pengasuh, keluarga, atau orang-orang
dilingkungan anak baik stimulasi berupa verbal, auditori, visual, dan taktil.
Stimulasi yang diberikan akan berdampak optimal jika diberikan pada masa peka
Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat
stimulasi. Stimulasi dapat mengoptimalkan potensi genetik pada anak jika berada
kebutuhan dasar anak. Pada anak kurang gizi atau sering sakit, pertumbuhan
sehingga anak pasif dan menyebabkan lingkungan menjadi tidak tertarik untuk
santai, dan menyenangkan dalam suasana bermain serta bebas dari tekanan
tersebut.
6. Pemberian stimulasi setiap hari dan kapan saja setiap kali berinteraksi dengan
anak.
Terbentuknya pola kepribadian anak dan konsep diri (harga diri) pada anak,
adanya sikap percaya diri dan suka bergaul anak dengan orang sehingga
8. Alat bantu stimulasi yang tidak berbahaya, sederhana, dan mudah dimodifikasi.
psikososial anak dengan pemberian stimulasi menggunakan alat atau sarana berupa
menjaga anak tetap hangat. Merangsang pendengaran pada anak dapat dengan
bersuara seperti menirukan suara bayi, bernyanyi dan berbicara. Jumlah dan tipe
bahasa yang digunakan dalam lingkungan rumah termasuk faktor penting dalam
2. Motorik (locomotion)
Stimulasi motorik dalam perkembangan anak terdiri dari motorik kasar, halus,
dan vestibular. Keterampilan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan
28
gerak (lokomasi) dan posisi tubuh. Keterampilan motorik halus merupakan koordinasi
halus pada otot-otot kecil karena berperan utama untuk koordinasi halus (Soetjiningsih
dan Ranuh, 2020). vestibular merupakan sistem tubuh dalam menjaga keseimbangan,
3. Kognitif, intelegensi
kualitas yang bersifat tunggal dan diwariskan secara genetis dan dapat diukur.
untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Kemampuan ini dapat menjadikan anak
untuk menolong diri sendiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan
tahap perkembangan.
5. Moral spiritual
berkaitan dengan perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagiannya adalah akhlak dan
budi pekerti. Spiritual adalah aspek yang berhubungan dengan atau bersifat
oleh anak yang digunakan untuk merespon peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Emosi bagi anak usia dini merupakan hal penting karena anak dapat memusatkan
perhatian, dan emosi memberikan daya bagi tubuh serta mengorganisasi pikiran
0-6 tahun agar anak berkembang secara optimal. Stimulasi yang tepat akan
dengan umur anak. Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan
untuk dapat mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang batita
kembang anaknya. Stimulasi diberikan pada setiap saat orang tua, keluarga, atau
Stimulasi diberikan kepada anak oleh orang tua / keluarga sesuai dengan
kelompok umur stimulasi anak yang terbagi atas masa prenatal (janin dalam
kandungan), masa bayi (umur 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12bulan),
masa anak Batita (umur 12-15 bulan, 15-18 bulan, 18-24 bulan, 24-36 bulan, 36-
48 bulan, 48-60 bulan), dan masa prasekolah (umur 60-72 bulan) (Kemenkes,
2016).
Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun instrumen stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang untuk anak usia 0-6 tahun yang diuraikan dalam
implementasi hal tersebut, maka pada tahun 2015 dilakukan revisi pada
(Kemenkes, 2016).
Perkembangan
Anak Batita
1. Ras
2. Umur
Faktor prenatal Faktor perinatal Faktor postnatal
3. Jenis kelamin
4. Genetic
5. keluarga
1. Pola asuh orang tua
2. Stimulasi
3. Gizi
4. Sosial ekonomi
(Sugioyono, 2019). Penelitian ini meneliti variabel yang berisi pola asuh
orang tua, stimulasi, dan perkembangan anak batita usia 1-2 tahun di
tahun 2023.
Pola asuh
Perkembangan anak
batita
Stimulasi
cross sectional study. Pengukuran dan pengamatan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan hanya satu kali saja pada waktu yang bersamaan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak batita
Sampel merupakan bagian dari objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili
N
n
1 Ne 2
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
32
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi sampel untuk
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi
yaitu proses memilih sampel secara kebetulan dari populasi yang diteliti. Proses
dibutuhkan. Jadi semua ibu yang memiliki anak batita usia 1-2 tahun yang
mengunjungi posyandu memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel dari
33
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Ulak Karang dan persiapan penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai
Variabel penelitian adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang telah
ditetapkan peneliti untuk dipelajari yang mana didaptkan informasi dan kemudian
berikut:
Variabel terikat adalah variabel yang terjadi sebagai akibat karena adanya
variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat pada penelitian ini yaitu
pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua dan stimulasi.
34
anggota 1-10 nilai 9-10
tubuhnya
sesuai
dengan
usia yang
meliputi
aspek
perkemban
gan
motorik
kasar,
motorik
halus,
bahasa,
sosialisasi
dan
kemandiria
n anak.
2. Pola asuh Pola asuh KPSP Pemberi (0) Permisif, Ordin
orang tua orang tua an jika
merupakan centang persentase al
seluruh pada skor
cara dalam kolom dominan
interaksi jawabat pada pola
antara an asuh
orang tua otoriter.
dan anak (1) Otoriter,
untuk jika
mendukun persentase
g skor
perkemban dominan
gan anak. pada pola
asuh
otoriter
(2) Demokrati
f, jika
persentase
skor
dominan
pada pola
asuh
demokratif
3. Stimulasi Perangsang Kusio Pemberi (0) Kurang Ordin
orang tua an ner an tanda baik, jika
perkemban centang menjawab al
gan yang pada < 50%
datangnya kolom (1) Baik, jika
dari jawaban menjawab
35
lingkungan ≥50%
luar anak
dan salah
satu aspek
kebutuhan
dasar anak
1. Terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak batita
usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ulak karang Kota Padang
tahun 2023.
tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ulak karang Kota Padang tahun 2023.
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang didapatkan langsung
dari responden melalui kuesioner pola asuh orangtua dan stimulasi, data
sekunder yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang dan data dari
anak Batita. Untuk menilai pola asuh orang tua adalah dengan menggunakan
Mandelco, Olsen, dan Hart pada tahun 1995 lalu disempurnakan kembali pada
pertanyaan pada pola asuh demokratif dan otoriter serta 4 pertanyaan pada pola
36
persentase skor dominan pada pola asuh orang tua bersifat permisif, skor 1 jika
persentase skor dominan pada pola asuh orang tua bersifat otoriter, dan skor 2
jika persentase skor dominan pada pola asuh orang tua bersifat demokratif.
dilakukan oleh orang tua baik atau kurang dan terdiri dari 16 pertanyaan tertutup
yang diisi oleh orang tua dengan menyentang jawaban yang sesuai. Pertanyaan
pada kuesioner didapatkan dari aspek stimulasi yang termuat dalam buku
SDIDTK dan disesuaikan dengan usia anak dalam penelitian. Instrumen stimulasi
usia anak. Sasaran KPSP pada anak adalah anak yang berusia 0-72 bulan. Pada
penelitian ini sasarannya adalah anak BATITA usia 12-36 bulan. Dengan
penentuan usia anak yang < 16 hari dibulatkan ke bulan sebelumnya dan untuk
usia anak yang ≥ 16 hari dibulatkan ke bulan selanjutnya dari usia anak dalam
bulan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian perkembangan anak
KPSP yang meliputi jawaban Ya untuk orang tua dengan jawaban anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya dan jawaban Tidak untuk
37
orang tua dengan jawaban anak belum bisa melakukan atau belum pernah atau
tidak pernah melakukan atau orang tua tidak tahu. Hasil dari kuesioner KPSP
adalah jawaban Ya dengan skor 9-10 untuk perkembangan anak normal, skor 7-8
menilai pola asuh orang tua, menilai stimulasi, dan mengukur perkembangan
anak. Oleh sebab itu peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas.
melalui pengisian kuesioner pola asuh orang tua dan stimulasi yang diisi oleh
orang tua serta pengisian kuesioner KPSP dengan observasi langsung pada anak
jawab dalam DDTK, sehingga didapatkan data terkait pola asuh orang tua dan
ulak karang Kota Padang.terkait data deteksi dini tumbuh kembang anak pada
tahun 2021 dan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tentang rekapitulasi
38
tersebut ke Dinas Kesehatan Kota Padang untuk diberikan izin dalam
Dinas Kesehatan Kota Padang, peneliti mengajukan dan menyerahkan surat izin
Setelah mendapatkan persetujuan dan izin dari Kepala Puskesmas, peneliti akan
penelitian.
disetiap kelurahan.
mengisi kuesioner pola asuh orang tua dan stimulasi. Meminta responden
untuk melingkari pernyataan dari kuesioner yang dirasa kurang jelas dan
5) Inform consent.
6) Pengisian kuesioner pola asuh orang tua dan stimulasi oleh responden.
Serta dilakukan pengisian Kuesioner KPSP oleh peneliti dan dibantu oleh
39
7) Mengumpulkan data kuesioner yang telah diisi responden dan memastikan
tidak ada lembar kuesioner yang tertinggal ataupun rusak ketika pengisian.
variabel dependen (perkembangan anak batita usia 1-2 tahun) dengan variabel
independen (pola asuh orang tua dan stimulasi). Digunakan uji statistik Chi-
Square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05) untuk membuktikan ada atau
tidak adanya hubungan antara dua variabel tersebut. Jika hasil pengujian
didapatkan nilai sig : p ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara variabel. Sedangkan
jika nilai sig : p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel.
persetujuan.
40
3.10.2 Anonimity (Tanpa nama)
yang didapat oleh peneliti dari responden akan dijamin kerahasiaannya, hanya
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Padang dengan luas wilayah kerja 370 ha, terletak -100.3521o E (LS/LU) dan
0.9134o S (BT), terdiri dari 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Ulak Karang Selatan dan
sepanjang pantai dan sebahagian lagi daratan yang tersebar di Kelurahan Ulak
Karang Selatan dan kelurahan Lolong Belanti. Puskesmas Ulak Karang memiliki
dilaksanakan setiap 3 minggu di awal bulan yang dilakukan dari hari rabu dan
imunisasi bayi dan batita, serta kelas ibu hamil), imunisasi ke Sekolah Dasar,
42
4.2 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini terdiri dari 25 responden yaitu orang tua dan batita di
Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kota Padang. Karakteristik yang didapatkan dari
penelitian ini diantaranya Pendidikan orang tua ,pekerjaan orang tua ,lama orang tua
menghabiskan waktu bersama anak,jumlah anak dan jarak umur anak, seperti pada tabel
berikut ini.
berusia antara umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) dengan
latar belakang pendidikan responden yang sebahagian besar adalah tingkat SLTA
adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 27 responden (56,7%) dengan jumlah
batita dengan kelompok umur 12-18 bulan sebanyak 15 responden (50%) dan 19-
43
4.3 Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Pola Asuh Batita Usia 1-2 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak
(50%).
44
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Stimulasi Orang Tua Batita Usia 1-2
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun
2023
No Stimulasi Orang tua f %
1 Kurang baik 11 36,7
2 Baik 19 63,3
Jumlah 30 100
Sumber: data primer
45
anak batita dengan perkembangan yang meragukan yaitu sebanyak 15
orang (50%).
2. Analisis Univariat
dan meragukan (0%). Sedangkan dari 13 orang batita dengan pola asuh
46
menyimpang. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p-value
sebesar 0,039, yang berarti terdapat hubungan pola asuh ibu dengan
stimulasi orang tua yang kurang baik, terdapat 1 batita (9,1%) dengan
value sebesar 0,340, yang berarti tidak ada hubungan stimulasi orang
47
BAB V
PEMBAHASAN
Sampel pada penelitian ini yaitu 25 responden yang terdiri dari orang tua
dan batita di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Kota Padang. Karakteristik
yang didapatkan dari penelitian ini diantaranya Pendidikan orang tua ,pekerjaan
orang tua ,lama orang tua menghabiskan waktu bersama anak ,jumlah anak dan jarak
umur anak lama orang tua menghabiskan waktu bersama anak. Hasil penelitian
sedangkan orang tua bersama anak yang kurang dari 24 jam sebanyak 44 %
yaitu pada kelompok menengah (SMA) sebanyak 48%, pekerjaan paling banyak
yaitu ibu rumah tangga (IRT) sebesar 36%, jumlah responden terbanyak yang
memiliki anak kecil sama dari 3 orang yaitu 64%, dan jarak anak terbanyak yakni
bersama orang tua sebanyak 84,33%. Dimana anak lebih banyak melakukan
aktivitas bersama orang tua, interaksi antara orang tua dengan anak dapat
anak yang dapat membentuk karakter anak yang lebih mendidik, membimbing,
dan disiplin agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan norma yang
48
5.2 Analisis Univariat
dari variabel dependen (perkembangan batita usia 1-2 tahun) dan variabel
5.2.1 Asuh Orang Tua di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas ulak karang
orang tua memiliki pola asuh permisif, 7 orang responden (28%) orang tua
memiliki pola asuh otoriter, dan sebanyak 10 orang responden (40%) orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara
anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang
Orang tua mempunyai peran penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, dan
serta dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai dan norma dalam
Pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak memberikan pengaruh
dalam kehidupan anak dimasa yang akan datang. Setiap orang tua memiliki pola
asuh yang berbeda dimana setiap pola asuh mempunyai karakteristik tertentu
yang menyebabkan perbedaan perilaku yang dimiliki atau ditunjukkan oleh anak.
Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua, pola asuh yang
49
stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang lain
Pola asuh yang positif yaitu apabila orang tua bisa untuk bersikap positif
kepada sang anak yang dapat menciptakan karakteristik anak yang baik,
pemikiran positif, dan sikap menghargai diri sendiri serta mampu mempengaruhi
perkembangan anak dalam proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan
asuh negatif karena bersifat mengekang anak, dimana anak harus mengikuti
semua kemauan dari orang tua dan mengakibatkan terciptanya kepribadian anak
yang susah mengendalikan emosi, kurang percaya diri, dan tidak mandiri.
Sedangkan pola permisif kebalikan dari pola asuh otoriter, dimana anak diberikan
kebebasan tanpa ada pantauan dari orang tua. Pola asuh permisif dikategorikan
negatif karena akan mengakibatkan kepribadian anak yang egois dan kurang
sopan yang disebabkan karena orang tua selalu mengikuti apa kemauan anak
Kerja Puskesmas Ulak Karang menunjukkan pola asuh yang paling dominan
dimiliki orang tua adalah pola asuh demokratif. Pola asuh demokratis merupakan
bentuk pola asuh positif dalam perkembangan anak karena anak diberikan
kesempatan agar tidak bergantung pada orang tua akan tetapi orang tua tetap
kepribadian anak yang mandiri dan bertanggung jawab kepada diri sendiri (Ayun,
2019). Menurut asumsi peneliti setiap orang tua memiliki pola asuh yang
50
perilaku yang ditunjukkan oleh anak dalam setiap tahapan perkembangannya.
5.2.2 Stimulasi Perkembangan Anak Batita Usia 1-2 Tahun di Wilayah Kerja
mendapatkan stimulai kurang baik dari orang tua dan sebanyak 22 orang anak
(88%) mendapatkan stimulasi baik dari orang tua. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati & Susilowati (2019) mengenai
perilaku ibu dalam pemberian stimulasi tumbuh kembang dan perkembangan anak
usia 1-2 tahun di Posyandu Krodan dan Sambilegi Lor Depok Sleman dimana
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Saputri dkk (2020) dalam
penelitian hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan anak batita usia
Stimulasi orang tua merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu
asah dalam bentuk kegiatan merangsang kemampuan dasar anak oleh orang tua
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi diberikan rutin
sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan dan stimulasi dapat
diberikan oleh orang-orang terdekat terutama orang tua karena orang tua memiliki
51
maksimal (Depkes, 2020).
mengenai perkembangan anak usia 1-2 tahun di Wilayah Kerja Bidan Desa
perkembangan yang tidak sesuai dengan usianya. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian oleh Saputri dkk (2020) dimana hasil penelitian yang dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang didapatkan data bahwa dari 40
dan sebanyak 4 anak (10%) menunjukkan perkembangan yang tidak sesuai dengan
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
pemahaman dan pemantauan yang sering dari orang tua. Pemantauan berguna
untuk mendeteksi dan menghindari secara dini jika terjadi kelainan ataupun
yang didapatkan dari hasil interaksi antara faktor genetik, lingkungan biologis,
fisik, dan psikososial anak dengan proses yang unik serta hasil akhir yang berbeda
52
menghambat perkembangan anak salah satunya yaitu dilihat dari interaksi antara
anak dan orang tua dimana berupa pemahaman orang tua terhadap kebutuhan anak
dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi dengan rasa
Pada hasil penelitian ini anak yang memiliki perkembangan yang tidak
dan kemandirian untuk usia 18-24 bulan. Menurut asumsi peneliti usia batita
menjadi periode penting dalam tahap tumbuh kembang anak yang akan
dependen (perkembangan batita usia 1-2 tahun) dan variabel independen (pola
asuh orang tua dan stimulasi). hubungan dua variabel tersebut dianalisis dengan
menggunakan uji Chi-Square. Nilai yang digunakan untuk menilai ada atau tidak
adanya hubungan dua variabel adalah p (probabilitas), hasil uji statistik hubungan
5.3.1 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Batita Usia 1-
perkembangan anak batita usia 1-2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak
53
Karang lebih banyak ditemukan anak dengan perkembangan menyimpang pada
kelompok orang tua dengan pola asuh permisif yaitu sebanyak 20%, diikuti pola
ditemukan anak yang memiliki perkembangan yang sesuai dengan usianya yaitu
pada kelompok orang tua dengan pola asuh demokratis yakni sebesar 32%. Dari
hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak Batita Usia 1-2
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khairani dkk
pada tahun 2020 di PAUD Dwi Wardani Kota Bengkulu dimana adanya hubungan
pola asuh orang tua dengan perkembangan batita dengan p-value sebesar 0,0001
yang berarti adanya hubungan erat antara pola asuh orang tua dengan
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan batita di Wilayah Kerja
0,016 yang berarti ada hubungan erat antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan batita.
Pola asuh orang tua bertujuan untuk mempertahankan kehidupan fisik dan
agama dan norma dalam lingkungan sekitar anak. Pola asuh sangat membantu
dengan usianya.
54
Pola asuh yang dominan diterapkan berdasarkan hasil penelitian yaitu pola
asuh demokratif. Pola asuh ini memiliki kekurangan dan kelebihan diantara
anak namun memberikan kebebasan pada anak karena anak tidak perlu dikekang
terus-menerus. Kelebihannya yaitu anak lebih disiplin dan bertanggung jawab atas
apa yang dilakukannya karena orang tua memberikan kepercayaan kepada anak
serta anak tidak selalu bergantung pada orang tua dan dapat menyelesaikan
Pola asuh kedua yang banyak diterapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter.
Pola asuh yang tidak memberikan kebebasan kepada anak dimana semua aturan
terletak pada orang tua dan harus dilakukan semua anggota keluarga tanpa ada
diskusi antar anggota keluarga terlebih dahulu. Pola asuh ini memiliki kekuranga
dan memiliki rasa percaya diri yang kurang. Sedangkan kelebihan dari pola asuh
ini yaitu anak menjadi patuh dan taat pada apa saja aturan yang diberikan dan
Pola asuh yang paling sedikit diterapkan orang tua yaitu pola asuh permisif.
Pola asuh ini memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak tanpa ada paksaan
atau kekangan dari orang tua. Kekurangan dari pola asuh ini diantaranya anak
Sedangkan kelebihan dari pola asuh ini yaitu anak lebih kreatif dan percaya diri,
Orang tua memiiki pola asuh dan cara mendidik yang berbeda dan khas.
55
Sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada orang tua tentang pola asuh
yang tepat bagi anaknya. Pola asuh orang tua sangat berperan penting dalam
tumbuh kembang anak baik motorik kasar, motorik halus, sosial, dan bahasa serta
kematangan emosi bagi anak. Untuk itu orang tua dapat memberikan pola asuh
yang tepat agar tumbuh kembang anak dapat berkembang maksimal sesuai dengan
usia anak.
5.3.2 Hubungan Stimulasi dengan Perkembangan Anak Batita Usia 1-2 Tahun di
anak batita usia 1-2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak karang Kota
Padang diketahui bahwa anak usia 1-2 Tahun yang memiliki perkembangan
normal sebagian besar mendapatkan stimulasi yang baik dari orang tuanya
dengan usia sebagian besar mendapatkan stimulasi yang kurang dari orang
tuanya sebesar 12%. Dari hasil penelitian menggunakan uji statistik chi-
56
anak usia 1-2 Tahun dengan p-value sebesar 0,0001. Dimana terdapat anak
usia 1-2 Tahun yang memiliki perkembangan sesuai dengan usia sebagian
besar mendapatkan stimulasi baik dari orang tua (61,4%) sedangkan anak
stimulasi kurang dari orang tua (8,8%). Pada penelitian Saputri dkk (2020)
ibu dan anggota keluarga lainnya. Kemampuan orang tua dalam memenuhi
2018).
57
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
mengenai “hubungan pola asuh dan stimulasi orang tua dengan perkembangan
anak batita usia 1-2 Tahun di wilayah kerja Puskesmas Ulak karang Kota Padang”
2. Lebih dari separuh orang tua menerapkan pola asuh demokratis terhadap
3. Lebih dari separuh anak mendapatkan stimulasi perkembangan yang baik dari
4. Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak
batita usia 1-2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Ulak karang
batita usia 1-2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Ulak karang
6.2 Saran
yaitu :
terhadap perkembangan anak agar didapatkan hasil yang lebih luas dan
mendalam.
58
2. Bagi Dinas Kesehatan dan Petugas Puskesmas Ulak karang Diharapkan
kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas Puskesmas Ulak karang agar dapat
membuat kebijakan terkait kelas parenting agar orang tua dapat belajar
memberikan pola asuh dan stimulasi yang baik untuk menunjang tumbuh
3. Bagi Responden
tumbuh kembang anak menjadi lebih baik serta memberikan rangsangan yang
bertahap dan sesuai dengan usia anak untuk membantu perkembangan anak
59
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, D. 2017. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Edisi
Kedua.Salemba Medika. Jakarta.
Andriani, M dan B. Wirjatmadi. 2014. Gizi dan Kesehatan BATITA
(Peranan Mikro Zinc Pada Pertumbuhan BATITA). Kencana.
Jakarta.
Afthoni, M. 2013. Perbedaan Gaya Pengasuhan Orang tua Ditinjau dari
Partisipasi Mengikuti Program Sangu Akik di Dukuh Sidowayah,
Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo.
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Agrina., J. Sahar, dan T. S. Haryati. 2012. Karakteristik Orang Tua dan
Lingkungan Rumah Mempengaruhi Perkembangan BATITA.
Faculty of Nursing Universitas Indonesia. 15(2) : 83-88
Armini, N. W., N. G. K. Sriasih, dan G. A. Marhaeni. 2017. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, BATITA & Anak Prasekolah. Penerbit
ANDI. Edisi Pertama. Yogyakarta.
Armini. N. W., N. G. K. Sriasih, dan G. A. Marhaeni. 2020. Panduan
Belajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, BATITA & Anak
Prasekolah. Gosyen Publishing Cetakan Pertama. Yogyakarta. 5
Atin, S. R. P, dan Sarita. 2018. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak BATITA di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranoemeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2018. Doctoral
Dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari.
Aulina, C. N. 2017. Buku Ajar Metodologi Pengembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini. Cetakan Pertama. UMSIDA Press. Sidoarjo
Ayun, Q. 2017. Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan Dalam
Membentuk Kepribadian Anak. IAIN Salatiga Jawa Tengah 5(1)
Departemen Kesehatan RI. 2014. Pedoman Penatalaksanaan Stimulasi,
Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2017. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Dinkes Jatim. Surabaya.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2021. Profil Kesehatan Tahun 2020. Dinkes
Padang.
Direktorat Kesehatan Keluarga RI. 2018. Tumbuh Kembang Optimal
dengan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.
Kemenkes RI. Jakarta
Djanah, M., N. Fadillah, I. Laili. 2021. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Perkembangan Anak Usia Dini. National Conference
Multidisciplinary 1(1) :318-326.
60
Engle, P. L dan M. M. Black. 2008. The Effect of Poverty on Child
Development. Annals of The New York Academy of Sciences.
Available from
https://digitalcommons.calpoly.edu/cgi/viewcontent.cgi?
article=1002&co ntext=psycd_fac diakses 17 Oktober 2021.
Fatmawati, A., Fajrillah., dan I. Woso. 2019. Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Perkembangan Anak BATITA di PAUD Permataku
Palu. Journal of Indonesian National Nurses Association. 4(1)
IDAI. 2017. Mengenal Keterlambatan Umum Pada Anak. Jakarta.
Available from
http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-
keterlambatan-p erkembangan-umum-pada-anak diakses 16
Oktober 2021.
Kamilah, S. 2015. Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Anak Usia
1-3 Tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia. 5(1) : 33-39
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu
dan Neonatal Tahun 2019. Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. 2019.
Profil Anak Indonesia Tahun 2020. KemenPPPA. Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Anak Pada Masa
Golden Age Period. Available from
http://pauddikmasjateng.kemdikbud.go.id/fj45/html/index.php?
id=artikel &kode=21 diakses 28 Desember 2021
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2020.Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional.Available from
https://jdih.bappenas.go.id/data/peraturan/2020-PERMEN-PPN-
011.pdf diakses 01 Maret 2022
Khairani, N., Sannisahhuri, F.P. Yinisah. 2020. Tingkat Pendapatan
Keluarga, Pola Asuh Orang Tua, Stimulasi Perkembangan, dan
Perkembangan BATITA. PREPOTIF Jurnal Kesehatan
Masyarakat 4(1) : 27-34
61