Anda di halaman 1dari 123

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF PADA IBU USIA REMAJA DI DESA BALAI JAYA KOTA


TAHUN 2022

PROPOSAL

OLEH

DELI ROMAULI SINAGA


NPM : 22.222.057

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


JALUR TRANSFER FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal : Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Eksklusif Pada Ibu Usia Remaja di Desa Balai Jaya

Kota Tahun 2022.

Nama Mahasiswa : DELI ROMAULI SINAGA

NPM : 22.222.057

Fakultas : Kebidanan

Program Studi : Kebidanan Program Sarjana

Menyetujui Pembimbing,

Bd.Peny Ariani, SST., M.Keb


NPP. 19890614.201008.2.001

Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,

Bd. Peny Ariani, SST., M.Keb


NPP. 19890614.201008.2.001

Tanggal Sidang Proposal :

i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Telah diuji

Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Ketua :

Anggota : 1.

2.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal ini tepat

pada waktunya. Adapun judul dari proposal ini adalah “Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo

Batu Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal Tahun

2022”. Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Studi Kebidanan Program Sarjana Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua

guna mendapatkan gelar Sarjana Kebidanan.

Terselesaikannya Proposal ini tidak lepas dari bantuan dan masukan dari

berbagai pihak lain baik dorongan moril maupun dorongan material. Oleh sebab

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

1. Terulin S Meliala, AMKeb, SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan Rumah

Sakit Sembiring Deli Tua.

2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd., M.Kes selaku Direktur Institut Kesehatan

DELI HUSADA Deli Tua.

3. Peny Ariani, SST., M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut

Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua dan Dosen Pembimbing Skripsi penulis

yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan proposal ini.

4. Putri Ayu Yessy Ariescha, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Kebidanan

Program Sarjana Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.

5. Bd. Mutiara Dwi Yanti, SST., M.Keb dan Bd. Vitrilina Hutabarat,

iii
SST.,M.Keb selaku Wali Tingkat Kebidanan Program Sarjana Jalur Non

Reguler Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.

6. Seluruh staff Dosen Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan DELI HUSADA

Deli Tua yang telah memberikan ilmu, petunjuk, dan nasehat- nasehat

selama penulis menjalani pendidikan.

7. Terkhusus kepada Ibunda “Sohiriah Siregar” yang telah mendidik, merawat,

dan memotivasi penulis sampai detik ini serta kasih sayang dan do’a yang

tak terhingga.

8. Teristimewa kepada Suami tercinta “Rido Hidayad Haborkatan” dan Anak

tersayang “Ozil Al_Ghifari” yang telah memberi dorongan dan bantuan, serta

kasih sayang dan do’a kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

9. Terimakasih kepada Kakak, Abang, dan adik adik yang telah memberi

semangat dan dukungan kepada penulis.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Proposal ini,

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, Oleh sebab itu

penulis menerima kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan dan

membangun proposal ini.

Delitua, Maret 2022

Deli Romauli Sinaga


22.222.057

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Esti Purnama Sari
Tempat Tanggal Lahir : Panyabungan, 28 februari 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak : Ke-2 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara
Nama Ayah : Alm. Gabardin Sembiring
Nama Ibu : Sohiriah Siregar
Alamat : Jln. Saba Adianjior, Desa Panyabungan Jae,
Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


1. Tahun 1995-2001 : SDN No 142594 Panyabungan
Lulus dan Berijazah
2. Tahun 2001-2004 : SMP NEGERI 1 Panyabungan
Lulus dan Berijazah
3. Tahun 2004-2007 : SMA NEGERI 1 Panyabungan
Lulus dan Berijazah
4. Tahun 2007-2010 : Akademi Kebidanan Madina Husada Panyabungan
Lulus dan Berijazah
5. Tahun 2021-2022 : Sedang Menjalani Pendidikan Program Sarjana
Kebidanan di INSTITUT KESEHATAN DELI
HUSADA.

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI........................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6


2.1 ASI (Air Susu Ibu) .............................................................. 6
2.2 ASI Eksklusif....................................................................... 23
2.3 Ibu Usia Remaja................................................................... 36
2.4 Kerangka Teori .................................................................... 41
2.5 Kerangka Konsep................................................................. 42
2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 43


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................. 43
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 43
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................... 44
3.4 Variabel dan Definisi Operasional....................................... 45
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................. 46
3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................. 47
3.7 Alat Ukur/Instrumen Penelitian ........................................... 47
3.8 Prosedur Penelitian .............................................................. 48
3.9 Analisa Data ........................................................................ 49
3.10 Kode Etika Penelitian .......................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................. 51


4.1 Hasil Penelitian..................................................................... 51
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu dan Usia
Bayi di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan,
Kabupaten Mandailing Natal................................................ 51
4.3 Gambaran Masing-Masing Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa
Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten
Mandailing Natal.................................................................. 52
4.4 Hubungan Faktor Pemudah (predisposing factors) dengan
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa
Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten
Mandailing Natal.................................................................. 54

vi
4.5 Hubungan Faktor Penguat (reinforcing factors) dengan
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa
Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten
Mandailing Natal.................................................................. 557
4.6 Faktor Paling Dominan yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu,
Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal..... 58

BAB V PEMBAHASAN........................................................................... 60
5.1 Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia Remaja................. 60
5.2 Hubungan Faktor Pemudah (predisposing factors) dengan
Pemberian ASI Eksklusif.................................................... 61
5.3 Hubungan Faktor Penguat (reinforcing factors) dengan
Pemberian ASI Eksklusif..................................................... 66
5.4 Keterbatasan Penelitian........................................................ 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 71


6.1 Kesimpulan........................................................................... 71
6.2 Saran..................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Gizi ASI dibandingkan Susu Sapi.............................. 10


Tabel 3.4 Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 Kerangka Teori ...................................................................... 41


Gambar 2.5 Kerangka Konsep ................................................................... 42

ix
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF PADA IBU USIA REMAJA DI DESA SOPO BATU
KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA
KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2022
Deli Romauli Sinaga
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
email: estisembiring10@gmail.com

ABSTRAK

Persentase kehamilan remaja di Indonesia sebesar 0,02% pada usia <15 tahun dan
1,97% pada usia 15-19 tahun. Desa Sopo Batu Kecamatan Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal mempunyai angka persalinan remaja tertinggi di
Kabupaten Mandailing Natal. Ibu usia remaja diketahui memiliki angka cakupan
ASI eksklusif yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa
Sopo Batu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini
menggunkan metode survei dengan desain potong lintang. Populasi penelitian
adalah ibu usia remaja yang mempunyai bayi usia 6-24 bulan di wilayah Desa
Sopo Batu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Pengambilan
sampel menggunakan teknik proportional sampling dengan kriteria inklusi dan
eksklusi yang berjumlah 45 orang. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni
2022. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan
chi square dan fisher’s exact test sedangkan analisis multivariat menggunakan
regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan 46,7% ibu usia remaja memberikan
ASI eksklusif. Analisis bivariat menunjukkan faktor status kehamilan (p=0,029),
persepsi pengalaman melahirkan (p=0,045), persepsi menyusui (p=0,005),
dukungan suami (p=0,009), dukungan keluarga (p=0,000) berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif, faktor tingkat pendidikan (p=0,143) dan status
pekerjaan (p=0,352) tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil
analisis multivariat menunjukkan faktor dukungan keluarga (p=0,014; RP=7,637)
dan persepsi menyusui (p=0,015;RP=9,746) berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif. Dukungan keluarga merupakan faktor paling dominan dalam pemberian
ASI eksklusif pada ibu usia remaja. Ibu usia remaja yang mendapatkan dukungan
dari keluarga dan memiliki persepsi yang positif tentang menyusui memiliki
probabilitas sebesar 72,7% untuk memberikan ASI eksklusif.
Kata kunci: ASI eksklusif, ibu usia remaja, dukungan keluarga
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat

mencerna makanan padat (Nirwana, 2014). Air susu ibu diproduksi karena

pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi (Sardjito, 2019).

Menurut WHO (World Health Organization) ASI adalah makanan yang

ideal untuk bayi dimana pada ASI sendiri jelas aman, bersih dan mengandung

antibodi seperti DHA, AA, Omega 6, laktosa, taurin, protein, laktobasius, vitamin

A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin and lisozim yang semuanya dalam

takaran dan komposisi yang pas untuk bayi. Oleh karenanya, ASI sangat penting

dalam membentuk sistim imun pada bayi dimana dapat membantu melindungi

anak dari banyak penyakit umum. Dalam ASI sendiri terkandung semua energi

dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya, dan

ASI terus menyediakan kebutuhan nutrisi sang anak. Pemberian ASI eksklusif

sangat dianjurkan dilakukan selama 6 bulan usia bayi, setelah 6 bulan bayi dapat

diberikan makanan pendamping ASI sesuai usia sambil tetap diberi ASI sampai

usia 2 tahun (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2021).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi dari usia 6-24 bulan secara

eksklusif tanpa tambahan makanan atau minuman lain. ASI Eksklusif

memberikan banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu. Beberapa manfaat ASI

eksklusif bagi bayi yakni meningkatkan ketahanan tubuh atau antibodi bayi

terhadap serangan penyakit dan membantu perkembangan otak dan fisik bayi.

1
2

Selain memberikan manfaat bagi bayi, ASI juga memberikan manfaat bagi

ibu yakni mengatasi rasa trauma persalinan, mencegah kanker payudara dan

sebagai kontrasepsi alamiah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Berdasarkan data milik Kementerian Kesehatan pada Tahun 2020,

disebutkan bahwa jumlah angka kematian bayi sebanyak 28.158 kasus dan

72 persen kasus atau 20.266 kematian terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara

Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara mecatat kasus kematian bayi

sebanyak 299 kasus hingga juli 2021. Hal ini menunjukkan masih tingginya

angka kematian bayi di Indonesia. Menurut Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia salah satu cara untuk menekan angka kematian bayi adalah dengan

memberikan makanan terbaik, yaitu air susu ibu (ASI). Pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan dapat mengurangi hingga 13 persen angka kematian balita.

Pada tahun 2020 WHO memaparkan data berupa angka pemberian ASI

eksklusif secara global, walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak

meningkat cukup signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 6-24 bulan di seluruh

dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50% target

pemberian ASI eksklusif menurut WHO. Masih rendahnya pemberian ASI

eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya hidup generasi penerus. Secara

global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan stunting, 47 juta diperkirakan

kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (WHO, 2020).

Berdasarkan Profil kesehatan Indonesia tahun 2018, cakupan bayi pada tingkat

provinsi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah sebanyak 68,74%

(Profil kesehatan Indonesia tahun 2018). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan

Tahun 2019 dari 186.460 bayi usia <6 bulan, dilaporkan hanya 75.820 bayi yang
3

mendapatkan ASI Eksklusif (40,66%), capaian ini masih jauh dari target yang

ditentukan di Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 yaitu

sebesar 53%. Untuk wilayah Puskesmas Gunung Tua persentase bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif hanya 51,3 %. Dari data-data tersebut dapat dilihat

masih kurangnya pemberian ASI eksklusif terhadap bayi.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI secara

eksklusif, salah satunya adalah ibu usia remaja. Kehamilan dikalangan remaja

disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian yang dilakukan Raj et al (2010)

menyebutkan bahwa faktor sosial ekonomi, rendahnya pencapaian pendidikan,

stuktur budaya dan keluarga semuanya secara konsisten diidentifikasi sebagai

faktor resiko kehamilan remaja. Penelitian lain yang meneliti tentang faktor

kehamilan remaja dilakukan oleh Honig (2012) dalam penelitiannya yang

berjudul teen pregnancy menyatakan bahwapenggambaran media mempengaruhi

perilaku seksual remaja. Tayangan televisi dan majalah yang memiliki konten

pornografi akan mendorong remaja yang untuk terlibat aktifitas seksual.

Data WHO tahun 2014 secara global menyatakan bahwa sekitar 16 juta

anak perempuan di dunia berusia antara 15 sampai 19 tahun dan sekitar 1 juta

anak perempuan dibawah usia 15 tahun melahirkan setiap tahun. Bayi yang lahir

dari ibu yang masih remaja memiliki resiko kematian yang jauh lebih tinggi dari

pada yang lahir dari wanita berusia 20 sampai 24 tahun (WHO, 2014).

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Sejak tahun 2001, WHO

menetapkan kebijakan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan.

Ibu menyusui usia remaja adalah kelompok yg membutuhkan perhatian khusus

untuk memastikan keberhasilan proses menyusui. Ibu menyusui usia remaja


4

memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami kegagagalan pemberian ASI

eksklusif.

Dari pemaparan data data di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut terkait faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia remaja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apa saja faktor–faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif pada Ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis apa saja faktor yamg mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

pada Ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan Kota,

Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui persentase pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa

Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan

2. Mengetahui gambaran karakteristik responden meliputi usia ibu dan usia bayi

di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan.

3. Mengetahui gambaran masing-masing faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan.
5

4. Mengetahui hubungan faktor pemudah (predisposing factors) yaitu tingkat

pendidikan, status pekerjaan, status kehamilan, persepsi ibu tentang melahirkan,

dan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia

remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi Institut Kesehatan Deli

Husada Delitua khususnya untuk Fakultas Kebidanan mengenai faktor faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia remaja di desa Sopo Batu

Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal tahun 2022.

1.4.2 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor- faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu,

Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal tahun 2022.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI (Air Susu Ibu)

2.1.1 Definisi ASI

ASI (Air Susu Ibu) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012). ASI ialah suatu emulsi dalam

larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu pasca melahirkan dan berguna sebagai makanan bayi.

ASI merupakan cairan alamiah yang mudah didapat dan fleksibel dapat diminum

tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayinya serta

bebas dari kontaminasi bakteri sehingga mengurangi resiko gangguan intestinal

(Kristiyansari, 2009). Sedangkan menurut Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia ASI adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat

ASI bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan

sampai 6 bulan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Air susu ibu adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi

bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna

makanan padat. Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan

oksitosin setelah kelahiran bayi (Sardjito, 2019). Air Susu Ibu (ASI) adalah

makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya.

Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi dan bila

diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal dapat memenuhi

kebutuhan bayi untuk tumbuh secara optimal sampai 6 bulan. Selain itu ASI

mengandung makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi

6
terinfeksi dengan penyakit

7
8

tertentu. Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar

biasa terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapat hubungan yang erat antara

menyusui eksklusif dan penjarangan kelahiran. ASI juga memberikan keuntungan

secara ekonomi (IDAI, 2013)

Menurut WHO (World Health Organization), ASI adalah makanan yang

ideal untuk bayi dimana pada ASI sendiri jelas aman, bersih dan mengandung

antibodi seperti DHA, AA, Omega 6, laktosa, taurin, protein, laktobasius, vitamin

A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin and lisozim yang semuanya dalam

takaran dan komposisi yang pas untuk bayi. Dalam ASI sendiri terkandung semua

energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya,

dan ASI terus menyediakan kebutuhan nutrisi sang anak (Dinas Kesehatan Kota

Surakarta, 2021).

2.1.2 Kandungan ASI

1. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa dan berfungsi sebagai salah

satu sumber energi untuk otak. ASI mengandung karbohidrat relatif lebih

tinggi jika dibandingkan dengan air susu sapi (6,5-7 gram%). Kadar laktosa yang

terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding pada susu sapi atau susu

formula. Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan

enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir.

Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan

merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus.


9

2. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri

dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein

whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

mengandung casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Perbandingan protein

unsur whey dancasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan di dalam air susu sapi

20:80. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam

susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic,

sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan

taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim

pengurai tirosin ini belum ada.

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya. Sekitar 50 % kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI

antara 3,5-4,5 %. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap

oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak

dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Susu formula tidak

mengandung enzim karena enzim akan rusak bila dipanaskan. Itu sebabnya,

bayi akan sulit menyerap lemak susu formula dan menyebabkan bayi menjadi

diare. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali dalam air susu sapi. Asam

lemak jenuh yang terdapat dalam kadar yang tinggi. ASI mengandung asam

lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3).

Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh rantai
10

panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3 dan

arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi sangat penting untuk

pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama

menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk kadar

lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi dapat hindmilk (ASI yang dihasilkan

pada akhir menyusu setelah 15-20 menit). Kadar lemak hindmilk bisa mencapai 3

kali dibandingkan dengan foremilk.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif

rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Mineral utama yang

terdapat dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan

jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah.

Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat

penyerapannya lebih besar. Kandungan zat besi di dalam ASI maupun susu

formula keduanya rendah serta bervariasi. Bayi yang mendapat ASI mempunyai

risiko kekurangan zat besi dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu

formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah

diserap, yaitu 20-50 % dibandingkan hanya 4-7 % pada susu formula. Seng

diperlukan untuk tumbuh kembang, sistem imunitas dan mencegah penyakit-

penyakit tertentu seperti akrodermatitis enteropatika. Bayi yang mendapat ASI

cukup mendapatkan seng, sehingga terhindar dari penyakit ini. ASI memiliki

kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih rendah daripada susu

formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar yang lebih tinggi.

Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa
11

kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga menimbulkan

beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal neonatus dari pada susu

pengganti ASI (Prasetyo, 2009).

5. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup untuk 6 bulan

sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya

belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K

pada hari ke-1,ke-3, dan ke-7. Vitamin K1 dapat diberikan oral. Dalam ASI

vitamin A, D, dan C ada dalam jumlah cukup, sedangkan golongan vitamin B

kecuali riboflavin dan patotenik sangat kurang, tetapi tidak perlu ditambahkan

karena kebutuhan bayi akan dicukupi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu

menyusui.

Tabel 2.1. Komposisi Gizi ASI dibandingkan Susu Sapi (Purwanti, 2011)

Unsur Gizi Kolostrum ASI Matur Susu Sapi


Air (g) - 88 88
Laktosa (g) 5,3 6,8 3
Protein (g) 2,7 1,2 3,3
Lemak (g) 2,9 3,8 3
Laktoglobulin - 1,2 3,1
Asan Linoleat (g) - 8,3 1,6
Natrium (mg) 92 15 1,6
Kalium (g) 55 55 138
Klorida (g) 117 43 103
Kalsium (g) 31 33 125
Magnesium (g) 4 4 12
Fosfor (g) 14 15 100
Zat besi (g) 0,09 0,15 0,1
Vitamin A 89 53 34
Vitamin D - 0,03 0,06
Tiamin 15 16 42
Ribovlavin 30 43 157
Asam nikotinat 75 172 85
Asam askorbat 4,4 4,3 1,6
12

2.1.3 Manfaat ASI

1. Bagi bayi

a. Mengandung komposisi yang tepat

ASI Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari

proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan

untuk kehidupan 6 bulan pertama (Kristiyansari, 2009).

b. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk

pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI

Eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-

sel saraf otak (Kristiyansari,2009).

c. Mengandung zat protektif

Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit karena adanya

zat protektif dalam ASI (Sunardi, 2008).

d. Lactobasillus bifidus

Laktobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan

asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam

sehingga menghambat pertumbuhan Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak

mengandung faktor ini (Sunardi, 2008).

e. Lactoferin

Lactoferin adalah protein yang berikatan dengan besi. Dengan mengikat

zat besi, maka Lactoferin bermanfaat menghambat pertumbuhan kuman tertentu,

yaitu staphylococus, E.coli, dan Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat

besi untuk pertumbuhannya bakteri tersebut, lactoferin dapat pula menghambat


13

pertumbuhan jamur Candida (Suradi, 2004).

f. Lizozim

Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakterisidal)

dan anti inflamasi, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang

bakteri E.coli dan sebagian keluarga salmonella. Keaktifan lizozim ASI beberapa

kali lebih tinggi dibanding susu sapi. Keunikan lizozim lainnya adalah bila faktor

protektif lainnya adalah sesuai tahap lanjut ASI, maka lizozim justru meningkat

pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena

setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lizozim merupkan

faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit

diarepada periode ini (Suradi, 2004).

g. Komponen C3 dan C4

Kedua komponen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai

daya opsonik, anafilatik dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan

IgE yang juga terdapat dalam ASI (Suradi, 2004).

h. Faktor antistreptococus

Dalam ASI terdapat faktor antistreptococus yang melindungi bayi

terhadap infeksi kuman streptococus (Suradi, 2004).

i. Antibodi

Secara elektroforetik, kromatografik dan radio immunoassay terbukti

bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobin yaitu IgA sekretorik

(SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak

adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi

karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan
14

membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan

enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI

terdapat bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri

E.coli dalam tinja bayi tersebutjuga rendah. Di dalam ASI selain antibodi terdapat

E.coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap Salmonella typhi,

Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio dan campak.

Antibodi terdapat rotavirus tinggi dalam kolostrum yang kemudian turun pada

minggu pertama dan bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam ASI juga didapatkan

antigen terhadap Helicobacter jejuni penyabab diare. Kadarnya dalam kolostum

tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian menetap selama menyusui

(Sunardi, 2008).

j. Imunitas Seluler

ASI yang mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa

makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme,

membentuk C3 dan C4, lizozim dan lactoferin. Sisanya (10%) terdiri dari limfosit

B dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml setara dengan angka

leukosit darah tepi tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi, karena hampir

semuanya berupa polimorfonuklear dan mononuklear. Dengan meningkatnya

volume ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml. Walaupun demikian

kapasitas anti bakterinya sama sepanjang stadium laktasi. Konsentrasi faktor-

faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar Sisa, lactoferin, lizozim dan sel

seperti makrofag, neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding

ASI matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi faktor

anti infeksi dalam ASI (Suradi, 2004).


15

k. Tidak menimbulkan alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula

akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak

menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6

bulan akan mengurangi kemungkinan alergi (Suradi, 2004).

l. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan

Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit

yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak.

Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan

memberikan susu formula tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek

psikologis yang besar. Dengan foto infra merah, payudara ibu menyusui lebih

hangat dibanding payudara ibu yang tidak menyusui (Kristiyansari, 2009).

Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa

aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan

pada bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain

(ibu) makaakan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi, 2004).

m. Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh lebih

tinggi dibanding yang mendapat ASI karena kebiasaan menyusui dengan botol

dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak

dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak

gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI

akan mencegah karies dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab

maloklusi rahang adalah lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
16

botol dan dot (Sunardi, 2008).

n. Menyebabkan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badanyang baik

setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi

kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi,

turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-

ibu yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu

tersebut segera memberikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui

yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang

dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit

(Suradi, 2004).

1) Bagi ibu

a. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca

persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma

mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui

(Kristiyansari, 2009).

b. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni Eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.

Ditemukan rata-rata ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak

menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja untuk

menekan hormon ovulasi sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu


17

yang sering hamil kecuali menjadi beban sendiri juga merupakan risiko tersendiri

bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan

kematian akibat persalinan (Suryoprajogo, 2009).

c. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga untuk

ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua

manusia (Suradi, 2004).

2) Bagi keluarga

a. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk

membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu,

penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang

sakit sehingga mengurangi biaya berobat (Sunardi, 2008).

b. Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga

suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan

keluarga (Suradi, 2004).

c. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan

saja. Keluarga tidak repot untuk menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus

selalu dibersihkan, orang tidak perlu minta pertolongan orang lain (Arif, 2009).

3) Bagi negara

a. Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin
18

status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian

epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit

infeksi, misalnya diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagian

bawah (Kristiyansari, 2009).

b. Mengurangi subsidi kesehatan

Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan

infeksi nosokomial, serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan

sakit. Anak yang diberi ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibanding anak

yang mendapat susu formula (Suradi, 2004).

c. Menghemat devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibumenyusui

Eksklusif selama 6 bulan berapa banyak devisa yang dapat dihemat oleh negara

yang sebelumnya dipakai untukmembeli susu formula (Sunar, 2009).

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Anak yang mendapat ASI dapat bertumbuh dan berkembang secara

optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

e. Mengurangi populasi

Untuk pembuatan dan distribusi susu formula diperlukan bahan bakar

minyak. Selain itu juga kaleng serta karton kemasan susu juga menyebabkan

pencemaran lingkungan (Sunar, 2009).

2.1.4 Tahapan ASI

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar


19

payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum berwarna kuning keemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum

merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi

yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi

makanan yang akan datang. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi

yang siap melindungi bayi ketika kondisinya masih sangat lemah. Kandungan

protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan kandungan protein dalam susu

matur. Sementara kandungan karbohidratnya lebih rendah dari ASI matur.

Mineral terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan

dengan susu matur.

2. ASI peralihan

ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi.

Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan karbohidrat makin

tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan

pemenuhan

3. ASI matur

ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur

merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan

bayi sampai berumur enam bulan. ASI matur merupakan cairan berwarna putih

kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin,

dan karoten yang terdapat didalamnya.

2.1.5 Manajemen laktasi

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), manajemen laktasi terdiri dari

perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan langkah-langkah menyusui


20

yang benar.

2.1.6 Perawatan payudara

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara

terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar pemgeluaran

ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan

menyusui agar ASI keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting

dilakukan selama hamil dan menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan

satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir

sehingga harus dilakukan sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir.

Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali sehari sebelum mandi. Prinsip

perawatan payudara adalah sebagai berikut.

1. Menjaga payudara agar tetap bersih dan kering terutama puting susu.

2. Menggunakan bra/BH yang menopang

3. Apabila terjadi puting susu yang lecet, oleskan kolostrum ASI yang keluar

pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dapat

dilakukan dengan mendahulukan puting susu yang tidak lecet. Namun jika

puting susu termasuk kategori berat, maka ASI dapat dikeluarkan atau

diminumkan dengan sendok.

2.1.7 Cara menyusui yang benar

Teknik menyusui adalah salah satu cara pemberian ASI yang dilakukan

oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi

tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui adalah duduk dengan posisi

yang enak atau santai, memakai kursi atau sandaran punggung dan lengan. Dan

menggunakan bantal untuk menjanggal bayi agar tidak terlalu jauh dari payudara
21

ibu. Beberapa faktor kunci dalam menyusui dengan benar di antaranya sebagai

berikut.

1. Waktu menyusui

Waktu menyusui juga merupakan faktor kunci dalam menyusui yang

benar. Pada bayi baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata 10-12 kali

menyusu tiap 24 jam atau bahkan 18 kali. Menyusui on demand adalah menyusui

kapanpun bayi meminta atau dibutuhkan oleh bayi (akan lebih banyak dari rata-

rata menyusu). Menyusui on demand merupakan cara terbaik untuk menjaga

produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Hal penting yang perlu

diperhatikan adalah bahwa sebaiknya setiap kali menyusui dengan durasi yang

cukup lama dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk

dan hindmilk secara seimbang.

Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain

(buang air, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara

sekitar 5-7 menit., sedangkan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam

waktu dua jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam

menyusu dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.

2. Perlekatan

Perlekatan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara bayi

menahan puting susu dalam mulutnya. Ada dua cara untuk apakah mulut bayi

melekat pada puting susu ibu dengan benar atau tidak yaitu sebagai berikut.

a. Jika mulut bayi melekat dengan benar, bibir bawah akan terlipat ke bawah

dan dagu akan mendekat ke payudara. Lidah seharusnya ada di bawah


22

payudara, aerola dan puting menempel pada langit mulut bayi. Posisi ini

memungkinkan bayi menghisap secara efisien.

b. Seluruh puting dan aerola berada dalam mulut bayi. Posisi ini memungkinkan

bayi menekan sinus-sinus di bawah aerola dan mengeluarkan ASI dan puting.

Jika hanya puting yang masuk ke mulut bayi, maka jumlah ASI yang

dikeluarkan akan lebih sedikit dan bayi harus menghisap lebih keras dan lebih

lama untuk memuaskan rasa laparnya.

Perlakatan yang kurang baik disebabkan karena hal sebagai berikut.

1. Menggendong bayi dalam posisi yang kurang benar.

2. Pemakaian baju ibu yang berlebihan.

3. Kemungkinan bayi tidak siap menyusu yang bisa dikarenakan bayi bingung

puting atau malas menyusu.

4. Adanya penyakit, baik pada ibu maupun bayi.

5. Tidak cukup privasi pada saat menyusui, misalnya di tempat umum atau

tempat kerja yang tidak disediakan pojok laktasi.

2.1.8 Langkah-langkah menyusui yang Benar

Terdapat 9 langkah menyusui yang benar, diantaranya adalah sebagai

berikut.

1. Cuci tangan sebelum atau sesudah menyusui dengan sabun dan air mengalir

untuk membersihkan tangan dari kemungkinan adanya kotoran, serta kuman

yang dikhawatirkan bisa menempel pada payudara atau bayi.

2. Masase payudara dimulai dari korpus menuju aerola sampai teraba

lemas/lunak.

3. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan pada puting


23

susu dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi

dan menjaga kelembapan puting susu.

4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. Ibu duduk atau berbaring

santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki tidak

tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Macam-

macam posisi menyusui yang mudah dilakukan ibu adalah posisi setengah

duduk, berbaring miring, berbaring telentang, duduk di kursi, duduk di tempat

tidur dan posisi berdiri.

a. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku

ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh

menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

b. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satunya lagi

di depan badan ibu.

c. Perut bayi menempel di badan ibu dan kepala menghadap payudara (tidak

hanya membelokkan kepala bayi).

d. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

e. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

5. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.

Jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.

a. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara

menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuhdengan sisi mulut bayi.

b. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi. Setelah

bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
24

6. Cara melepas isapan bayi yaitu dengan memasukkan jari kelingking ibu ke

mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan aerola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya.

8. Menyendawakan bayi dengan tujuan mengeluarkan udara dari lambung bayi

supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusu, dengan cara

menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung

bayi ditepuk perlahan-lahan. Hal ini dapat dilakukan juga dengan ditidurkan

tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.

9. Periksa keadaan payudara, adakah perlukaan atau bendungan.

2.2 ASI Eksklusif

2.2.1 Definisi ASI eksklusif

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan

selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan

atau minuman lain (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Menurut

WHO (World Health Organization) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja

pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI

eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan lain pada bayi

berumur nol sampai 6 bulan (Depkes RI, 2005).

Menurut Suharyono (1990), ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan

oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai

komponen gizi dan non gizi. Hal lain yang dikemukakan oleh WHO bahwa Air

susu ibu (ASI) merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
25

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih

sampai bayi berumur 6 bulan (WHO 2001). Selain itu UNICEF juga

menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan makanan

dan minuman lain. Dalam pemberian ASI eksklusif banyak kendala yang muncul

selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Perlunya motivasi yang kuat dari Ibu dan

dukungan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif

(Depkes , 2012).

2.2.2 Dampak kegagalan ASI eksklusif

1. Meningkatkan resiko kematian

Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia 28 hari sampai

satu tahun akibat selain kelainan bawaan atau tumor berbahaya dari 7.740 bayi

masih hidup pada usia satu tahun. Mereka menelusuri angka kematian, keterkaitan

bayi tersebut dengan ASI dan durasi dampak reaksinya. Bayi yang tidak pernah

mendapat ASI beresiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah

kelahiran dari pada bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI lebih lama

dihubungkan dengan resiko yang lebih rendah, Mempromosikan pemberian ASI

berpotensi menyelamatkan 720 kematian sesudah kelahiran di AS setiap

tahunnya.

2. Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret)

Penelitian oleh Eka Putri Rahmadhani tahun 2013 menjelaskan bahwa bayi

yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih sering terkena diare, penelitian ini

didapatkan bayi usia 0-5 bulan 29 hari yang masih mendapat ASI saja sebanyak

41 bayi (30,4%) dan yang sudah mendapat campuran lain selain ASI sebanyak 28

bayi (20,7%).
26

3. Infeksi saluran pernafasan

Sejumlah sumber digunakan untuk meneliti hubungan pemberian ASI

dengan resiko anak inap karena penyakit saluran pernapasan bawah. Penelitian

tersebut dilakukan pada bayi sehat yang lahir cukup umur dan punya akses pada

fasilitas kesehatan yang memadai. Kesimpulannya dinegara maju, bayi yang

diberi susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan tiga kali lebih parah

dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan bayi yang diberi ASI

secara eksklusif selama 6 bulan.

4. Meningkatnya gizi buruk

Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat

mengakibatkan kekurangan gizi dan berakibat pada gizi buruk karena asupan yang

kurang pada bayi. Secara tidak langsung, kurang gizi juga akan terjadi jika anak

sering sakit, terutama mencret dan radang saluran pernapasan.

2.2.3 Langkah keberhasilan ASI eksklusif

Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat – alat khusus dan biaya

mahal, yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit pengetahuan

tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan terutama suami. Ada beberapa

langkah yang perlu dilaksanakan untuk membentu ibu agar berhasil menyusui

yaitu:

1. Memberikan informasi yang benar tentang ASI

Informasi tentang ASI perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini

mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI.

2. Tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung ASI

Setiap fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan perawatan


27

bayi baru lahir seharusnya mempunyai pedoman tertulis tentang menyusui yang

mencakup perawatan calon ibu, ibu yang baru melahirkan serta ibu yang

menyusui. Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus

dilaksanakan.

3. Bayi segera diberikan kepada ibu

Reflek hisap bayi paling kuat adalah pada jam-jam pertama setelah lahir,

setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermaslah maka sesegera

mungkin setelah lahir bayi diberikan kepada ibunya untuk merangsang payudara.

a. Merawat bayi bersama ibunya (ada fasilitas rawat gabung)

b. Mengajakan teknik menyusui yang benar

c. Mengusahakan keberhasilan mmenyusui bagi ibu yang bekerja

Salah satu kendala mensukseskan program ASI Eksklusif adalah

meningkatnya tenaga kerja wanita, sedang cuti melahirkan hanya 12 minggu

itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Hal ini bisa diantisipasi

dengan cara:

1. Cuti melahirkan diperpanjang sampai paling kurang 4 bulan untuk ibu yang

menyusui dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan pekerjaan masih tetap

terbuka bila cuti selesai

2. Selama cuti, ibu hanya memberikan ASI janganmemperkenalkan susu formula

dengan alasan agar terbiasa bila ditinggal kerja.

3. Tempat bekerja disiapkan menjadi “mother-friendly working place” dimana

fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI.

4. Bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitiapan bayi.

5. Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum. Masyarakat kita masih


28

sungkan untuk menyusui di depan umum. Agar bayi tidak terganggu menyusu

maka perlu disediakan fasilitas menyusui di tempat umum misalnya stasiun,

kereta api, bandara, mall dan sebagainya.

6. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif.

7. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau konsultasi

laktasi untuk persiapan apabila kita menemui kesukaran.

8. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.

2.2.4 Peraturan tetang ASI eksklusif

1. Peraturan pemerintah no. 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu

eksklusif.

a. Pasal 2 (Tujuan): Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk:

a) Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak

dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangannya.

b) Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya; dan meningkatkan peran dan dukungan suami, masyarakat,

pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

b. Pasal 30 (tempat kerja dan tempat sarana umum)

a) Ayat 1 dan 2: Tempat kerja dan tempat sarana umum harus mendukung

program ASI eksklusif yang sesuai dengan ketentuan di tempat kerja yang

mengatur hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja atau melalui

perjanjian bersama antara serikat pekerja/ serikat buruh dengan pengusaha

(Jika tidak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 36, sanksi pidana yang akan

dikenakan sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan pasal 200/ 201).


29

b) Ayat 3: Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum

harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI

sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan, (Jika tidak, sebagaimana

dimaksud dalam pasal 36, sanksi pidana yang akan dikenakan sesuai dengan

Undang- Undang Kesehatan pasal 200/ 201).

c. Pasal 31: Tempat kerja terdiri atas: Perusahaan; dan Perkantoran milik

pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Penjelasan: Perkantoran termasuk

juga di antaranya adalah lembaga pemasyarakatan.

d. Pasal 32 : “Tempat sarana umum” termasuk fasilitas kesehatan, hotel,

penginapan atau wisma tamu (penginapan), tempat-tempat rekreasi, terminal

transportasi, stasiun kereta api, bandar udara, pelabuhan laut, pusat

perbelanjaan, pusat olah raga, barak pengungsian dan tempat sarana umum

lainnya.

e. Pasal 33: Fasilitas-fasilitas kesehatan harus mendukung program pemberian

ASI Eksklusif, berdasarkan atas “10 (sepuluh) Langkah Menuju Kesuksesan

Pemberian ASI.”

f. Pasal 34: Pengurus tempat kerja wajib memberikan kesempatan kepada ibu

yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi atau memerah ASI

selama waktu kerja di Tempat Kerja (Jika tidak, sebagaimana dimaksud dalam

pasal 36, sanksi pidana yang akan dikenakan sesuai dengan Undang-Undang

Kesehatan pasal200/ 201).

g. Pasal 35: Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum

wajib membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilan program

pemberian ASI Eksklusif.


30

h. Pasal 200: Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian

air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah).

2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2004 no.

a. 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di

Indonesia. Menetapkan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia hingga usia 6

(enam) bulan, dan dianjurkan untuk diteruskan hingga usia 2 (dua) tahun

bersama dengan makanan pendamping.

b. Staff layanan kesehatan harus menginformasikan kepada semua Ibu yang baru

melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan rujukan pada “10

(sepuluh) Langkah untuk Keberhasilan Pemberian ASI,” sebagai berikut:

a) Setiap fasilitas yang memberikan layanan dan perawatan untuk ibu

melahirkan harus memiliki kebijakan pemberian ASI tertulis yang

dikomunikasikan kepada seluruh staff layanan kesehatan yang ada secara

rutin.

b) Menyelenggarakan pelatihan untuk seluruh staff layanan kesehatan

menyangkut ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengimplemen-tasikan

kebijakan ini

c) Menginformasikan pada seluruh wanita hamil tentang manfaat dan

manajemen pemberian ASI, mulai dari periode kehamilan, hingga kelahiran

bayi dan hingga usia 2 tahun, termasuk cara untuk menanggulangi kesulitan

dalam pemberian ASI.

d) Membantu kaum ibu untuk menginisiasi terhitung dalam jangka waktu satu
31

jam setelah melahirkan di ruang melahirkan. Apabila sang ibu melahirkan

lewat bedah Caesar, bayi dapat mulai menyusui setengah jam setelah

kesadaran sang ibu pulih. Menunjukkan pada kaum ibu bagaimana cara

menyusui dan bagaimana melanjutkan untuk memerah ASI pada kasus di

manakaum ibu harus berada terpisah dari bayinya oleh karena

kondisikesehatannya.

e) Jangan beri bayi yang baru lahir makanan atau minuman apapun kecuali

ASI, kecuali ada pertimbangan medis yang mengharuskannya.

f) Praktekkan “penyatuan ruang”–yaitu: mengizinkan ibu dan bayi untuk

berada bersama-sama dalam satu ruangan 24 jam sehari.

g) Mendorong pemberian ASI kapanpun sang bayi menginginkannya.

h) Jangan berikan putting artifisial atau dot pada bayi yang menyusui.

i) Dorong pembentukan kelompok – kelompok pendukung pemberian ASI dan

rujuk kaum ibu ke kelompok - kelompok semacam ini menjelang saat-saat

mereka meninggalkan rumah sakit atau klinik.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan asi

eksklusif

Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak

sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya

memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan menjadi tiga,

yaitu 1) faktor pemudah (predisposing factors) meliputi pendidikan, pengetahuan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat, pekerjaan 2) faktor pendorong (reinforcing

factors) meliputi dukungan suami, dukungan petugas kesehatan 3) faktor


32

pendukung (enabling factors) meliputi pendapatan keluarga, ketersediaan waktu,

kesehatan ibu, seperti diungkapkan dalam teori Lawrence Green.

1) Faktor pemudah (predisposing factors), meliputi:

a. Faktor pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.

Purnamasari dalam penelitiannya menunjukkan pendidikan ibu

berhubungan dengan ketidakberhasilan ASI eksklusif. Ibu berpendidikan rendah

(tidak sekolah- SD) 38,7% mengalami ketidakberhasilan ASI eksklusif. Ibu

dengan tingkat pendidikan SMP-SMA 61,3% mengalami ketidakberhasilan ASI

eksklusif.

Pendidikan yang rendah mengakibatkan responden sulit menerima

masukan dan informasi terkait dengan upaya yang dapat dilakukan dalam

menunjang pemberian ASI eksklusif. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu

bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan

juga bagaimana berpikir secara ilmiah, dengan perkataan lain, orang yang

berpendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima dan mencerna ide-ide

atau gagasan baru. Ini bisa membuktikan bahwa semakin tinggi pendidikan, ibu

dapat melakukan perilaku yang baik dalam pemberian ASI eksklusif.

b. Faktor pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI

Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
33

Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak

memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI Eksklusif, kandungan dan manfaat

ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif.

Seorang ibu sering kurang mengetahui dan memahami tata laksana laktasi

yang benar seperti, pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar,


5
bagaimana posisi menyusui, dan perletakan yang baik dan benar. Penelitian

menyebutkan 72,8% ibu yang mempunyai pengetahuan baik, memberikan ASI

eksklusif sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang dan memberikan

ASI eksklusif sebanyak 20. 6%. Ibu yang mempunyai pengetahuan baik

berpeluang memberikan ASI eksklusif sebesar 10, 3 kali lebih besar

dibanding ibu yang memiliki pengetahuan cukup.

c. Tradisi dan kepercayaan masyarakat

Belum tercapainya target ASI Eksklusif tersebut disebabkan oleh adanya

beberapa faktor yang mempengaruhi. Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan antara sosial budaya dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif,

yaitu berupa kebiasaan dan kepercayaan seseorang dalam pemberian ASI

eksklusif misalnya mitos larangan makan makanan yang berbau amis (ikan, telur,

ayam) dan kepercayaan bahwa kolostrum adalah cairan kotor yang harus

dibuang.

d. Pekerjaan ibu

Salah satu penyebab masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif adalah pada

ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali mengalami

hambatan, meski itu bukan satu- satunya faktor penyebab kegagalan serta

gencarnya promosiproduk susu formula dikalangan masyarakat.


34

Ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali

mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan

mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka sudah

harus kembali bekerja. Bagi ibu yang bekerja sebenarnya menyusui tidak perlu

dihentikan, jika memungkinkan bayi dapat dibawah ketempat bekerja atau ibu

bisa pulang ke rumah dan memberikan ASI pada bayinya. Namun hal ini sangat

sulit dlaksanakan karena sebagian besar tempat kerja saat ini belum menyediakan

sarana penitipan bayi atau pojok laktasi yaitu tempat ibu memberikan ASI kepada

bayinya. Alternatif lain yang dapat ibu lakukan yaitu dengan cara pompa ASI atau

pumping ASI. Ibu dapat memompa ASI sebelum pergi bekerja, kemudian ASI

dapat disimpan di freezer dan bisa diberikan kepada bayi saat bayi haus atau

lapar. Namun sebagian besar ibu memlilih untuk tidak melaksanakan pompa

ASI, alasannya karena saat ibu menggunakan pompa ASI ibu akan merasakan

ketidaknyamanan bahkan ibu akan merasakan sakit saat menggunakan alat

pompa ASI tersebut, ibu akan menjadi ketergantungan terhadap alat pompa ASI

sehingga ketika ibu tidak membawa pompa ASI maka ibu tidak bisa melakukan

pemompaan ASI. Hal inilah yang menyebabkan banyak ibu memilih memberikan

susu formula dari pada harus melaksanakan pompa ASI.

Hasil analisis juga diperoleh nilai OR=4,714 yang berarti bahwa

responden yang berpendidikan rendah mempunyai peluang risiko sebesar 4,7 kali

untuk gagal memberikan ASI secara eksklusif.

2) Faktor pendorong (reinforcing factors)

a. Dukungan suami

Menurut Roesli dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang
35

ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif

dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif dengan cara

memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.

Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain

menyusui seperti menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi

yang gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di

taman, memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas

tadi dapat dikerjakan oleh ayah.

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk

ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat berarti dalam menghadapi

tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah yang menjadi benteng

pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat,

orangtua atau mertua. Ayah juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan,

menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan membantu meringankan pekerjaan

istri. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan

kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik. Lebih lanjut ayah juga

ingin berdekatan dengan bayinya dan berpartisipasi dalam perawatan bayinya,

walau waktu yang dimilikinya terbatas.

Penelitian Septiani menyebutkan pemberian ASI eksklusif lebih banyak

pada responden yang mendapat dukungan dari keluarga (75.7%) dibandingkan

yang tidak mendapat dukungan dari keluarga (28.8%). Ibu yang mendapat

dukungan suami memiliki peluang 7,6 kali lebih besar untuk memberikan ASI

eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan suami.

b. Dukungan petugas kesehatan


36

Petugas kesehatan harus selalu memberikan dukungan untuk memberikan

ASI eksklusif kaitannya dengan memberikan nasihat kepada ibu, hal ini sangat

mempengaruhi keberlanjutan ibu dalam pemberian ASI. Dukungan dari para

profesional di bidang kesehatan sangat diperlukan bagi ibu, terutama primipara.

Pendidikan tentang pentingnya menyusui harus diberikan sejak masa antenatal,

yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. Tenaga

kesehatan memberikan informasi dan penyuluhan mengenai ASI dan menyusui

pada ibu bayi maupun suami.

3) Faktor pendukung (enabling factors) meliputi

a. Pendapatan keluarga

Iqbal menyebutkan, ibu yang tidak mempraktikkan pemberian ASI

eksklusif, sebagian besar dari mereka memiliki status sosial ekonomi yang lebih

rendah, tidak bekerja, hidup dalam sistem keluarga bersama, dan memiliki mitos

sosial seperti penggunaan air hingga 4 bulan dan membiasakan bayi dengan botol

makanan. Kondisi payudara ibu yang patologis dan kurangnya konseling,

antenatal dan postnatal juga merupakan faktor risiko penting.

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat

berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan

yang disesuaikan dengan harga barang pokok. Pendapat tersebut apabila

dikaitkan dengan status ekonomi orangtua adalah bahwa status ekonomi orangtua

yang rendah mendorong ibu untuk bekerja diluar rumah untuk membantu

memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibu cenderung tidak mempunyai waktu

yang cukup untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya.

b. Ketersediaan waktu
37

Ketersediaan waktu seorang ibu dalam menyusui secara eksklusif

berkaitan erat dengan status pekerjaannya. Banyak ibu yang tidak memberikan

ASI eksklusif karena berbagai alasan seperti karena harus kembali bekerja

setelah cuti melahirkan selesai. Namun istilah tersebut dibuat alasan tidak

memberikan ASI secara eksklusif. Bagi ibu yang bekerja ASI dapat diperah setiap

3 sampai 4 jam sekali dan disimpan dalam lemari es.

c. Kesehatan ibu

Kesehatan ibu mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam

keberhasilan proses menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit menular (seperti

HIV/AIDS, TBC, Hepatitis B) atau karena penyakit pada payudara (seperti

Kanker payudara, kelainan putting susu) sehingga tidak boleh atau tidak bisa

menyusui bayinya.

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca

persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma

mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.

Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara

eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif

memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil

dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.

2.3 Ibu Usia Remaja

2.3.1 Definisi remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dan perkembangan manusia.


38

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke

masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan

perubahan sosial,. Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun

(Notoatmodjo,2007).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan disebutkan bahwa batasan usia menikah pada perempuan

adalah 16 tahun. Meskipun usia tersebut sudah sah menurut undang-undang, tetapi

usia tersebut menjadi usia berisiko untuk hamil dan melahirkan. Selain itu usia

tersebut masih dalam kategori usia remaja dan mempunyai tugas perkembangan

yang harus diselesaikan.

2.3.2 Perkembangan Usia Remaja

Sebelum menjadi individu dewasa yang matang anak-anak harus

melakukan tugas perkembangan pada masa remaja. Tugas-tugas ini bervariasi

sesuai budaya, individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas

perkembangan remaja terdiri dari: menerima citra tubuh, menerima identitas

seksual, mengembangkan sistem nilai personal, membuat persiapan untuk hidup

mandiri, menjadi mandiri /bebas dari orangtua, mengembangkan keterampilan

mengambil keputusan, mengembangkan identitas seorang yang dewasa. Masa

remaja ditandai dengan awitan perubahan fisik pada masa pubertas dan

perkembangan psikososial ego, yang membantu individu memahami diri sendiri

(Bobak et al, 2005).

Periode masa remaja menurut Hurlock yaitu awal masa remaja yakni

berlangsug kira – kira dari 13-16 tahun atau 17 tahun dan akhir masa remaja
39

bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara

hukum ( Ruta Eka izzaty,dkk, 2008 ).

Kehamilan yang terjadi pada usia remaja akan menempatkan remaja dalam

risiko kesehatan yang lebih besar. Berdasarkan sebuah studi penelitian di Latin

Amerika menyatakan bahwa perempuan yang melahirkan di bawah usia 16 tahun

empat kali berisiko untuk mengalami kematian dibandingkan perempuan yang

berusia 20 tahun ke atas. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan juga

menjadi penyebab kematian remaja perempuan usia 15-19 tahun (UNICEF,

2011).

Beberapa komplikasi atau masalah yang terjadi akibat kehamilan di usia

remaja diantaranya terjadinya anemia kehamilan, hipertensi kehamilan, abortus,

persalinan preterm, kelahiran bayi berat lahir rendah, termasuk kematian ibu dan

bayi (Yasmin, Kumar, dan Parihar, 2014). Selain komplikasi selama kehamilan

maupun persalinan, ibu usia remaja juga cenderung mempunyai perilaku

kesehatan yang kurang baik. Mereka biasanya jarang melakukan pemeriksaan

antenatal karena malu ataupun ketidaktahuan mereka, tidak mengkonsumsi asam

folat selama kehamilan dan mempunyai cakupan yang rendah dalam pemberian

ASI (Kingston, Heaman, dan Chalmers, 2012).

2.3.3 Menjadi orang tua saat usia remaja

Menjadi orang tua mungkin sulit bagi orangtua yang masih remaja.

Tugas-tugas perkembangan orang tua seringkali diperburuk oleh kebutuhan dan

tugas perkembangan remaja yang belum dipenuhi. Remaja dapat mengalami

kesulitan dalam menerima perubahan citra diri dan menyesuaikan peran-peran

baru yang berhubungan dengan tanggang jawab merawat bayi (Bobak et al,
40

2005).

Tugas perkembangan menjadi orang tua yang harus dijalani oleh remaja

antara lain: menyatukan gambaran anak yang dibayangkan dengan sesungguhnya,

terampil dalam aktivitas merawat anak, menyadari kebutuhan bayi, dan

menyatukan bayi dalam keluarga. Sifat dan karakteristik remaja yang egosentris

dapat menjadi penghambat kemampuan ramaja dalam berperan sebagai orang tua

yang efektif, sehingga dukungan dari orang terdekat dan keluarga serta

masyarakat sangat membenatu remaja dalam pencapaian peran menjadi orang tua

(Bobak et al, 2005).

2.3.4 Masalah Menyusui pada Ibu Usia Remaja

A’yuni (2012) menyebutkan ada lima aspek yang berkaitan dengan pengalaman

menyusui pada ibu usia remaja. Aspek pertama adalah perasaan diawasi dan dihakimi.

Ada perasaan bahwa orang- orang yang lebih tua mengawasi dan menghakimi karena

mereka adalah ibu muda. Meyusui di depan umum atau teman-teman membuat mereka

malu karena harus memperlihatkan payudaranya. Remaja merespon hal tersebut dengan

menghindari keluar rumah dan hanya menyusui saat berada di rumah.

Aspek kedua yaitu kurang percaya diri. Mereka terkadang tidak yakin

terhadap kemampuannya untuk dapat menyusui secara efektif. Mereka meragukan

bahwa mereka mampu memproduksi secara efektif. Mereka meragukan bahwa

mereka mampu memproduksi cukup ASI. Ini berkaitan dengan perasaan bahwa

jumlah ASI tidak dapat ditukar seperti susu formula yang dapat dilihat dan

dipastikan jumlahnya untuk konsumsi bayi mereka.

Aspek ketiga adalah kelelahan. Beberapa remaja merasa bahwa kelelahan

dan kurangnya tidur adalah masalah khusus bagi mereka. Hal ini berkaitan degan

kesibukan sebagai new mother serta menyusui, tetapi kondisi ini kemudian
41

menyebabkan perasaan tidak mampu dan terbantu dengan penggunaan susu botol,

meskipun sebagian.

Aspek keempat adalah kenyamanan. Kelelahan disertai ketidaknyamanan

seperti nyeri payudara atau puting susu sering menjadi alasan ibu usia remaja

berhenti menyusui bayinya.

Aspek kelima yaitu dukungan orang terdekat. Ketiga aspek di atas

berkontribusi pada keinginan untuk berbagi tugas dengan pasangan. Hal ini

berhubungan dengan keinginan untuk melibatkan pasangan dan menurunkan

perasaan tidak mampu. Kondisi ini cenderung mengarahkan remaja untuk

menyusui parsial dari pada eksklusif karena usaha pasangan mereka untuk

mengurangi kelelahan sang ibu adalah dengan memberikan susu botol pada

bayinya.

Perilaku menyusui eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor salah

satunya breastfeeding self-efficacy (BSE) (Awaliyah, Rachmawati, & Rahmah,

2019). Menurut Dennis (1999) sumber informasi BSE berasal dari hal-hal berikut

ini: 1) Pengalaman menyusui (performance accomplishment). Pengalaman

menyusui adalah sumber self-efficacy yang paling mempengaruhi perubahan

perilaku karena dapat memberikan dampak kepercayaan diri yang berbeda-beda

tergantung proses pencapaiannya (Agustin, 2018) 2) Persuasi verbal Menurut

Anne (2016), persuasi verbal merupakan salah satu pendekatan untuk

meningkatkan efikasi diri (Söderlund & Sterling, 2016). Dukungan dari orang-

orang terdekat dapat membuat individu percaya diri dengan kemampuan

menyusui yang dimilikinya (Agustin, 2018)

1) Pengalaman menyusui (performance accomplishment).


42

Pengalaman menyusui adalah sumber self-efficacy yang paling

mempengaruhi perubahan perilaku karena dapat memberikan dampak

kepercayaan diri yang berbeda-beda tergantung proses pencapaiannya

(Agustin, 2018).

2) Persuasi verbal

Menurut Anne (2016), persuasi verbal merupakan salah satu pendekatan

untuk meningkatkan efikasi diri (Söderlund & Sterling, 2016). Dukungan dari

orang-orang terdekat dapat membuat individu percaya diri dengan kemampuan

menyusui yang dimilikinya (Agustin, 2018).

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pada model PRECEDE

yang dikembangkan Green dan Kreuter pada tahun 1980.

Gambar 2.4. Kerangka Teori


43
44

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor Pemudah (Predisposing Factors)


Tingkat pendidikan
Status pekerjaan
Status kehamilan
Persepsi ibu tentang pengalaman melahirkan
Persepsi ibu tentang menyusui

Pemberian ASI
Eksklusif
Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Dukungan suami
Dukungan keluarga

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara faktor pemudah (predisposing factors) yaitu tingkat

pendidikan, status pekerjaan, status kehamilan, persepsi ibu tentang

pengalaman melahirkan, dan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian

ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal.

2. Ada hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors) yaitu dukungan

suami dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia

remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten

Mandailing Natal.

3. Ada faktor paling dominan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada

ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten

Mandailing Natal.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian survey atau non eksperimen

untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi ASI eksklusif pada ibu usia

remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing

Natal tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan

metode cross sectional. Cross sectional merupakan suatu penelitian yang

mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek

(dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan

sekaligus pada waktu yang sama. Dalam penelitian cross sectional setiap

responden hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel responden

dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti tidak melakukan

tindak lanjut (Riyanto, 2017).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan, Kabupaten Mandailing natal. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Sopo Batu merupakan salah satu Desa

yang memiliki populasi ibu usia remaja yang menyusui, sehingga memungkinkan

terpenuhinya jumlah minimal sampel yang diinginkan sesuai kriteria inklusi.

Selain itu, lokasi penelitian terjangkau dan memudahkan akses peneliti dalam

menyelesaikan keperluan administrasi yang dibutuhkan selama proses penelitian.

45
46

3.2.2 Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan April-Juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017)

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

penelitian untuk dipelajari dan kemudian.

Jadi dapat ditarik kesimpulannya, Maka

populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu

usia remaja yang menyusui bayinya yang

berusia 6-24 bulan di Desa Sopo Batu

Kecamatan Panyabungan Kabupaten

Mandailingb Natal pada bulan Februari –

April tahun 2022.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2015). Pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling. Purposive

Sampling adalah salah satu teknik sampling


47

non random sampling dimana peneliti

menentukan pengambilan sampel dengan

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian sehingga

diharapkan dapat menjawab permasalahan

penelitian (Sugiyono, 2015). Maka sampel

yang diambil adalah Ibu usia remaja yang

sedang menyusui bayinya yang berusia 6-24

bulan.

Kriteria inklusi :

1. Ibu yang mempunyai bayi usia 6-24 bulan.

2. Memahami bahasa Indonesia.

3. Sehat jasmani dan rohani.

4. Bersedia diwawancarai.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


Variabel Alat Ukur
Operasio nal Ukur Hasil Ukur Ukur

Pemberian AsiPerilaku ibu dalam Formulir Quisioner 1. ASI Nominal


eksklusif memberikan Quisioner eksklusif
ASI saja sejak 2. Tidak ASI
bayi lahir eksklusif
sampai berusia
6 bulan

Tingkat Tingkat sekolah Formulir Quisioner 1. Tinggi Ordinal


pendidikan formal yang Quisioner (> D1)
pernah 2. Menengah
48

diselesaikan (SMA)
responden 3. Dasar ( SD-
SMP)
Status Kegiatan yang Formulir Quisioner 1. Tidak Nominal
Pekerjaan dilakukan oleh Quisioner bekerja
ibu untuk 2. Bekerja
memperoleh
penghasilan /
uang sampai
bayi berusia 6
bulan
Status Keadaan Formulir Quisioner 1. Kehamilan Nominal
Kehamilan kehamilan Quisioner diinginkan
pada saat 2. Kehamilan tidak
responden diinginkan
hamil
Persepsi ibu Pernyataan Formulir Quisioner
Quisioner 1. Senang Ordinal
2. Tidak
49

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk

mengetahui apakah alat ukur (instrumen)

tersebut valid. Valid artinya ketepatan

mengukur, atau alat ukur tersebut tepat untuk

mengukur variabel yang akan diukur

(Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini, uji validitas

menggunakan analisis butir korelasi Pearson

Product-moment dengan bantuan software

computer. Koefisien korelasi yang diperoleh

dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi

rendahnya alat ukur. Selanjutnya harga

koefisien korelasi ini dibandingkan dengan

harga korelasi product-moment pada tabel.

Sebelum mengumpulkan data, uji validitas

yang digunakan dalam kuesioner

pengetahuan adalah pengujian validitas

konstruk mengenai aspek-aspek yang akan

diukur dengan berlandaskan teori pemberian

ASI eksklusif. Kemudian uji validitas

content (isi) yaitu dilakukan dengan

mengonsulkan kepada dosen ahli sehingga


50

hasil dari seluruh pertanyaan dinyatakan

valid (Riyanto, 2017).

Uji validitas bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau

nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan

atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item

dengan skor total variabel menggunakan

rumus teknik Pearson Product Moment

Correlation Coeffcient (r) dengan ketentuan

jika nilai rhitung > rtabel maka dinyatakan valid

atau sebaliknya.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Instrumen yang dapat dipercaya,

yang reliabel akan menghasilkan data yang

dapat dipercaya juga (Arikunto, 2010).

Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban

responden terhadap pertanyaan (kuesioner)

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Reliabilitas data merupakan indeks


51

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan

dapat dipercayai. Uji reliabilitas kuesioner

dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan software komputer menggunakan

model Alpha Cronbach.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang diperoleh dari hasil pengisian

Quisioner oleh responden dengan

menggunakan formulir quisioner yang telah

dibuat oleh peneliti untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

Eksklusif pada ibu usia remaja.

3.6.2 Data Skunder

Dalam Sugiono (2017), data skunder

merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data

(peneliti). Data skunder dalam penelitian ini

diambil langsung dari Puskesmas Gunung

Tua, Panyabungan, Kabupaten Mandailing

Natal. Meliputi data ibu menyusui yang


52

memiliki bayi usia 6-24 bulan dan juga dari

sumber lainnya seperti jurnal yang berkaitan

dengan judul penelitian.

3.7 Alat Ukur/Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang disusun

secara tertutup serta berisikan pertanyaan

yang harus dijawab responden. Kuesioner

adalah salah satu instrumen dalam penelitian

dimana didalamnya berisi kumpulan

pertanyaan (Riyanto, 2017). Kuesioner yang

dibagikan terdiri dari pertanyaan mengenai

pemberian ASI Ekslusif, pendidikan,

pekerjaan, dan status kehamilan.

3.8 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut.

1. Meminta surat izin dari pengelola program studi Kebidanan Program Sarjana

Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua sebagai bukti izin melakukan

penelitian.

2. Mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada Bapak

Kepala Desa Sopo Batu sebagai tempat penelitian.

3. Memberikan penjelasan kepada Bapak Kepala Desa Sopo Batu mengenai

penelitian yang akan dilakukan di Desa Sopo Batu, Kecamatan panyabungan


53

Kabupaten Mandailing Natal.

4. Melakukan pengambilan data ibu Usia remaja yang menyusui yang memiliki

bayi usia 6-24 bulan di Desa Sopo Batu, Kecamatan panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal.

5. Menemui calon responden, memperkenalkan diri dan menanyakan apakah

calon responden bersedia untuk dijadikan objek penelitian.

6. Jika responden setuju, peneliti mulai menanyakan karakteristik responden

apakah sesuai dengan karakteristik inklusi.

7. Jika sesuai dengan karakteristik inklusi maka peneliti akan bertanya kepada

responden dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

8. Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan dan analisa

data.

3.9 Analisa Data

3.9.1 Analisa univariat

Analisa univariat untuk

mendeskripsikan karakter setiap variabel

penelitian, pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dari tiap variabel (Notoadmojo,

2010). Analisis univariat dilakukan untuk

mendapatkan distribusi dan frekuensi atau

besarnya proporsi dari variabel independen

dan variabel dependen sehingga dapat

diketahui distribusi frekuensi dari masing-


54

masing variabel. Tabel distribusi frekuensi

ini menggambarkan jumlah dan presentasi

dari variabel yang ada. Variabel yang

disajikan meliputi pemberian ASI Eksklusif,

pendidikan, pekerjaan, dan status kehamilan.

3.9.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk

mengetahui faktor- faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

pada ibu usia remaja yaitu pemberian ASI

Eksklusif, pendidikan, pekerjaan dan status

kehamilan dengan keberhasilan ASI

eksklusif pada ibu usia remaja menggunakan

uji statistic Chi Square yang diawali dengan

uji normalitas data yang apabila data

normal maka menggunakan uji f atau

ANOVA test dan apabila data tidak normal

menggunakan uji statistic Chi Square.

3.10 Kode Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu

pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara

pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan

masyarakat yang akan memperoleh dampak


55

hasil penelitian tersebut. Etika dalam

penelitian akan merujuk pada prinsip etis

yang diterapkan dalam kegiatan penelitian,

dari proposal penelitian sampai dengan

publikasi hasil penelitian (Notoatmodjo,

2016). Penelitian ini adalah penelitian yang

akan menggunakan manusia sebagi

responden yang akan diteliti serta

menimbulkan hubungan timbal balik yang

lebih intensif antara peneliti dan orang yang

diteliti karena akan terlibat dalam waktu

yang relatif lama.

Sebelum melakukan pengambilan

data kepada responden maka peneliti wajib

memberikan informasi mengenai penelitian

yang dilakukan dan meminta persetujuan

untuk menjadi responden dalam penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini akan tercipta hak dan

kewajiban yang harus diakui dan dihargai

oleh masing-masing pihak. Hak dan

kewajiban responden yaitu hak untuk

dihargai privasinya, hak untuk merahasiakan

informasi yang diberikan, hak memperoleh


56

jaminan keamanan dan keselamatan serta

berhak mendapatkan kompensasi yang

diiringi dengan kewajiban responden untuk

memberikan informasi yang diperlukan oleh

peneliti selama responden telah mendapatkan

lembar penjelasan sebagai calon subjek

penelitian dan menandatangani inform

concent. Sebaliknya peneliti memiliki hak

memperoleh informasi yang diperlukan

sejujurnya dan selengkap-lengkapnya dari

responden serta berkewajiban menjaga

privasi responden dan menjaga kerahasiaan

yang telah diberitahukan oleh responden.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu

Usia Remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI


Eksklusif
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak Eksklusif
Total

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah

responden seluruhnya adalah 45 ibu usia remaja.

Berdasarkan pemberian ASI mayoritas ibu usia

remaja tidak memberikan ASI eksklusif dengan

persentase sekitar 53,3%. Sedangkan ibu usia remaja

yang memberikan ASI eksklusif sekitar 46,7%.

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu dan Usia Bayi di Desa
Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Usia Ibu


Umur n %
17 1 2,2
18 7 15,6
19 37 82,2
Total 45 100

Berdasarkan tabel 6 mayoritas usia responden

dalam penelitian ini berumur 19 tahun sebanyak 37

51
orang (82,2%). Responden yang berusia 18 tahun

sebanyak 7 orang (15,6%) dan 1 orang (2,2%)

berusia 17 tahun.

52
53

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Usia Bayi


Umur (bulan) n %
6 11 24,4
7 4 8,9
8 7 15,6
9 2 4,4
12 8 17,8
15 2 4,4
18 4 8,9
20 3 6,7
24 4 8,9
Total 45 100

Berdasarkan tabel 7 rentang umur bayi yaitu antara 6-24 bulan dan

mayoritas bayi berumur 6 bulan sebanyak 11 orang (24,4%).

4.3 Gambaran Masing-Masing Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI


Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan
Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.

a. Gambaran Faktor Pemudah (predisposing factors)

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Pemudah (Predisposing Factors)


Karakteristik n %
Tingkat Pendidikan
Tinggi 0 0%
Menengah 27 60%
Dasar (SD-SMP) 18 40%
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja 40 88,9%
Bekerja 5 11,1%
Status Kehamilan
Diinginkan 34 75,6%
Tidak diinginkan 11 24,4%
Persepsi Ibu tentang Pengalaman Melahirkan
Positif 25 55,6%
Negatif 20 44,4%
Persepsi Ibu tentang Menyusui
Positif 22 48,9%
Negatif 23 51,1%
54

Responden dalam penelitian ini mayoritas telah menyelesaikan pendidikan

menengah (SMA/SMK) sebesar 60%, tidak bekerja sebesar 88,9%, dan

menginginkan kehamilannya sebesar 75,6%.

Persepsi pengalaman melahirkan, persepsi menyusui, dukungan suami, dan

dukungan keluarga dikategorikan berdasarkan sebaran data. Hasil uji normalitas

data pada keempat variabel tersebut adalah normal. Sehingga pengkategorian

variabel menggunakan batasan mean. Variabel dikategorikan positif/mendukung

apabila skor≥mean dan negatif/kurang mendukung apabila skor<mean.

Mayoritas responden memiliki persepsi yang positif tentang melahirkan

(55,6%) tetapi masih ada 48,89% responden yang menyatakan merasa lelah saat

persalinan, tidak memiliki pengalaman yang menyenangkan ketika persalinan

(22,22%), merasa takut ketika memikirkan tentang nyerinya persalinan (44,44%)

dan menyatakan persalinan merupakan suatu proses yang menyakitkan (35,56).

Berdasarkan variabel persepsi ibu tentang menyusui mayoritas responden

memiliki persepsi negatif tentang menyusui (51,1%). Sekitar 22,22% menyatakan

tidak yakin bisa memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, sebesar 15,56%

menyatakan merasa ASI sedikit dan 8,89% menyatakan malu menyusui bayinya.
55

b. Gambaran Faktor Penguat (reinforcing factors).

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


Karakteristik n %
Dukungan Suami
Mendukung 25 55,6%
Kurang mendukung 20 44,4%
Dukungan Keluarga
Mendukung 21 46,7%
Kurang mendukung 24 53,3%

Berdasarkan dukungan suami, mayoritas ibu usia remaja merasa

mendapatkan dukungan yang baik dari suami dalam memberikan ASI eksklusif

sebesar 55,6%. Sedangkan menurut dukungan keluarga mayoritas ibu usia remaja

merasa kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dalam memberikan ASI

eksklusif sebesar 53,3%.

4.4 Hubungan Faktor Pemudah (predisposing factors) dengan Pemberian ASI


Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan
Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.

Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square (x2) dan uji Fisher’s Exact

Test pada variabel status pekerjaan. Hasil analisis hubungan faktor pemudah

(predisposing factors) dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di

Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal dapat

dilihat pada tabel berikut:


56

Tabel 10. Hasil Analisi Bivariat Hubungan antara Faktor Pemudah


(predisposing factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif.
Pemberian ASI
Tidak p-
Eksklusif Jumlah value
Eksklusif
n % n % n %
Tingkat Pendidikan
Menengah 15 55,6 12 44,4 27 100 0,143
Dasar 6 33,3 12 66,7 18 100
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja 20 50 20 50 40 100 0,352
Bekerja 1 20 4 80 5 0
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100
Status Kehamilan
Diinginkan 19 55,9 15 44,1 34 100 0,029
Tidak diinginkan 2 18,2 9 81,8 11 100
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100
Persepsi Ibu tentang
Pengalaman Melahirkan
Positif 15 60 10 40 25 100 0,045
Negatif 6 30 14 70 20 100
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100
Persepsi Ibu tentang
Menyusui
Positif 15 68,2 7 31,8 22 100 0,005
Negatif 6 26,1 17 73,9 23 100
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu usia remaja yang memiliki

pendidikan sekolah dasar sejumlah 15 responden (55,6%) tidak memberikan ASI

eksklusif, lebih banyak dibandingkan ibu usia remaja yang memberikan ASI

eksklusif yaitu sejumlah 12 responden (44,4%). Hasil uji hubungan antara tingkat

pendidikan ibu usia remaja dengan pemberian ASI eksklusif didapatkan nilai p-

value sebesar 0,143, dimana hasil tersebut lebih besar dari 0,05 (CI 95%)

sehingga secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ibu usia remaja yang tidak bekerja
57

memiliki persentase yang lebih banyak (50%) dalam memberikan ASI secara

tidak eksklusif. Sedangkan ibu usia remaja yang bekerja hanya 1 responden (20%)

yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya hasil uji analisis dengan

menggunakan uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p-value sebesar 0,352. Nilai

tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga secara statistik tidak ada hubungan antara

status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja.

Ibu usia remaja yang menginginkan kehamilannya memiliki persentase

pemberian ASI eksklusif yang lebih besar yaitu 55,9%. Sedangkan ibu usia

remaja yang tidak menginginkan kehamilannya hanya 18,2% yang memberikan

ASI eksklusif. Hasil uji statistik dengan Chi Square menunjukkan hasil p-value

sebesar 0,029, lebih kecil dari 0,05 sehingga secara statistik terdapat hubungan

antara status kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja.

Berdasarkan faktor persepsi pengalaman melahirkan, ibu usia remaja yang

memiliki persepsi positif dan memberikan ASI eksklusif sebesar 60%, lebih

sedikit dibandingkan ibu usia remaja yang memiliki persepsi positif tetapi tidak

memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 40%. Hasil uji analisis hubungan

persepsi pengalaman melahirkan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh hasil

p-value sebesar 0,045 yaitu lebih kecil dari 0,05 sehingga secara statistik terdapat

hubungan antara persepsi pengalaman melahirkan dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia remaja.

Berdasarkan faktor persepsi menyusui, ibu usia remaja yang memiliki

persepsi positif sebesar 68,2% memberikan ASI eksklusif. Persentase tersebut

lebih kecil dibandingkan ibu usia remaja yang tidak memberikan ASI eksklusif

yaitu sebesar 31,8%. Selanjutnya hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value
58

sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat hubungan antara persepsi

menyusui dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja.

4.5 Hubungan Faktor Penguat (reinforcing factors) dengan Pemberian ASI


Eksklusif pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan
Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.

Faktor penguat (reinforcing factors) dalam penelitian ini meliputi dukungan

suami dan dukungan keluarga. Analisis yang digunakan adalah uji chi square (x2)

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Faktor Penguat (reinforcing


factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI
Tidak p-
Eksklusif Eksklusif Jumlah
value
n % n % n %
Dukungan Suami
Mendukung 16 64 9 36 25 100 0,009
Kurang Mendukung 5 25 15 75 20 100
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100
Dukungan Keluarga
Mendukung 16 76,2 5 23,8 21 100 0,000
Kurang Mendukung 5 20,8 19 79,2 24 100
Jumlah 21 46,7 24 53,3 45 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu usia remaja yang mendapatkan

dukungan dari suami sejumlah 16 responden (64%) memberikan ASI eksklusif

lebih sedikit dibandingkan ibu usia remaja yang tidak memberikan ASI eksklusif

yaitu sejumlah 9 responden (36%). Hasil uji analisis statistik diperoleh nilai p-

value sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat hubungan antara

dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja.

Berdasarkan faktor dukungan keluarga, ibu usia remaja yang mendapatkan

dukungan dan memberikan ASI eksklusif sebesar 76,2% sedangkan yang tidak

memberikan ASI eksklusif sebesar 23,8% lebih tinggi dibandingkan ibu usia
59

remaja yang memberikan ASI eksklusif. Hasil uji analisis didapatkan nilai p-value

sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat hubungan antara dukungan

keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja.

4.6 Faktor Paling Dominan yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan,
Kabupaten Mandailing Natal.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor paling dominan dalam

penelitian ini adalah analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Variabel yang

diuji dalam analisis multivariat adalah variabel yang memiliki nilai p-value<0,25

dalam analisis bivariat. Variabel tersebut meliputi tingkat pendidikan, status

kehamilan, persepsi pengalaman melahirkan, persepsi menyusui, dukungan suami

dan dukungan keluarga. Hasil akhir analisis multivariat adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Analisi Multivariat


Variabel B Wald Df Sig. Exp(B) (CI 95%)
Persepsi Ibu (1,564 –
2,277 5,949 1 0,015 9,746
tentang Menyusui 60,727)
Dukungan Keluarga (1,500 -
2,033 5,995 1 0,014 7,637
38,877)
Constant -3,324 9,641 1 0,002 0,036

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa responden yang memiliki

persepsi baik tentang menyusui berpeluang memberikan ASI eksklusif pada

bayinya sekitar 9,75 kali dibandingkan ibu usia remaja yang memiliki persepsi

kurang baik tentang menyusui dengan p= 0,015. Variabel dukungan keluarga pada

ibu usia remaja terbukti yang paling berpengaruh terhadap pemberian ASI

eksklusif dengan nilai p=0,014. Ibu usia remaja yang merasa mendapatkan

dukungan yang baik dari keluarga dalam memberikan ASI lebih mungkin untuk

memberikan ASI eksklusif sekitar 7,64 kali dibandingkan ibu yang merasa kurang

mendapatkan dukungan keluarga dalam meberikan ASI.


60

Probabilitas Ibu usia remaja yang memiliki persepsi yang baik tentang

menyusui dan merasa mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga untuk

memberikan ASI eksklusif dapat diketahui dengan perhitungan di bawah ini:

p = 1/(1+e-y)

Keterangan:
p = probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian

e = bilangan natural = 2,7

y = konstanta + 𝑎1𝑥1 + 𝑎2𝑥2

a = nilai koefisien tiap variabel

x = nilai variabel bebas (Dahlan, 2013).

Berikut adalah perhitungan probabilitas pemberian ASI eksklusif pada ibu

usia remaja:

y = konstanta + 𝑎1𝑥1 + 𝑎2𝑥2

y = -3,324 + 2,277 (persepsi menyusui) + 2,033 (dukungan keluarga)

y = -3,324 + 2,277 (1) + 2,033 (1) = 0,986

p = 1/(1+e-y)

( 1+
1
) =
1
=1 / ( 1+0,3755 )
( )
-0,986 0,986
p = 1/(1+2,7 ) = 1/ 2 ,7 1
1+
2,663

p = 1/1,3755 = 0,727

Dengan demikian probabilitas ibu usia remaja untuk memberikan ASI

eksklusif jika ibu memiliki persepsi yang baik tentang menyusui dan merasa

mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga adalah sebesar 72,7%


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia Remaja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa

Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten

Mandailing Natal adalah 46,7%. Persentase

pemberian ASI eksklusif tersebut di atas masih jauh

di bawah persentase pemberian ASI eksklusif secara

nasional yaitu sebesar 71,62% (Kementerian

Kesehatan RI, 2021).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ibu usia

remaja memiliki cakupan pemberian ASI eksklusif

yang lebih rendah dibandingkan kelompok ibu

dewasa. Kingston, Heaman, dan Chalmers (2012)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu usia

remaja (15-19 tahun) memiliki cakupan pemberian

ASI eksklusif yang rendah yaitu sebesar 34,1%.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cristiana (2016) pada ibu muda (<20 tahun), hasil

penelitian menyatakan hanya sekitar 41,67% ibu usia

remaja yang memberikan ASI eksklusif.

Hal ini dikarenakan ibu yang masih berusia

remaja masih dalam proses pembentukan citra tubuh


61
dan identitas seksual. Perubahan yang terjadi akibat

kehamilan, persalinan, dan nifas sering kali membuat

ibu usia remaja menolak perubahan tersebut dan

menolak untuk menyusui bayinya. (Reeder, 2011).

Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif oleh ibu

usia remaja juga dikarenakan mereka belum siap

menerima peran baru sebagai ibu. Seperti yang

dikemukakan Cooke, Schmied, dan Sheehan (2012)

bahwa perempuan dengan pencapain peran ibu yang

tinggi akan tetap menyusui bayinya, meskipun ia

62
63

mengalami masalah menyusui, dibandingkan

perempuan dengan pencapaian peran ibu yang

rendah.

5.2 Hubungan Faktor Pemudah (predisposing factors) dengan Pemberian ASI


Eksklusif
1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu

Usia Remaja

Hasil uji hubungan antara tingkat pendidikan dan pemberian ASI eksklusif

menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yilmaz et al (2016)

yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu usia remaja

dengan pemberian ASI eksklusif.

Meskipun tidak bermakna secara statistik, tetapi dapat terlihat bahwa

persentase ibu usia remaja yang memberikan ASI eksklusif pada ibu

berpendidikan dasar sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sekitar

55,6%.

Menurut Mogre, Dary, dan Gaa (2016) ibu dengan tingkat pendidikan lebih

tinggi akan lebih mampu untuk memahami manfaat pemberian ASI eksklusif bagi

bayi maupun bagi ibu, sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk

mempraktikkannya. Ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung mudah

menerima informasi baru, mereka akan aktif mencari informasi-informasi yang

berguna bagi bayinya seperti informasi tentang ASI eksklusif (Prasetyono, 2012).
64

2. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia

Remaja

Hasil uji hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif

menunjukkan tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Cristiana (2016) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status

pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu muda (<20 tahun). Hal ini

dikarenakan sebagian besar ibu usia remaja tidak bekerja dan memilih untuk

tinggal di rumah untuk merawat bayi (Jara et al, 2015).

Meskipun secara statistik tidak bermakna, tetapi ibu usia remaja yang tidak

bekerja sebesar 80% tidak memberikan ASI eksklusif dan hanya 20% yang

memberikan ASI eksklusif. Ibu yang bekerja mempunyai waktu yang terbatas

untuk mengurus bayi dan terbagi dengan urusan pekerjaan sehingga tidak dapat

terlibat secara penuh dalam pengasuhan anak (Ramadani, 2010).

3. Hubungan Status Kehamilan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia

Remaja

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan antara

status kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2013) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status kehamilan dengan pemberian

ASI eksklusif. Ibu yang menginginkan kehamilannya berpeluang 2,83 kali lebih

besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak

menginginkan kehamilannya.
65

Jumlah responden yang menginginkan kehamilannya dan memberikan ASI

eksklusif sebesar 55,9%, sedangkan responden yang tidak menginginkan

kehamilannya dan tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 81,8%. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Pulley (2002) dalam Dini (2016) yang menunjukkan

bahwa proporsi wanita yang menyusui lebih besar pada kehamilan diinginkan

(61%) dibandingkan kehamilan yang tidak diinginkan (39,1%).

Penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa kehamilan yang

direncanakan memiliki hubungan positif terhadap durasi menyusui. Ibu dengan

kehamilan yang direncanakan memiliki kemungkinan 2,15 lebih besar untuk

menyusui bayinya lebih dari 6 bulan dibandingkan ibu yang tidak merencanakan

kehamilannya. Perencanaan kehamilan seseorang melibatkan pemikiran sejak

awal tentang bagaimana bayi diberi makan dan biaya untuk membesarkan anak.

Hal ini memungkinkan perempuan yang telah memiliki banyak pemikiran tentang

memiliki anak akan menjadi lebih siap untuk berkomitmen untuk menyusui

setelah bayi lahir. (Haughton et al., 2011 dalam Aprianda, 2014).

4. Hubungan Persepsi Pengalaman Melahirkan dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Ibu Usia Remaja

Hasil uji hubungan antara persepsi pengalaman melahirkan dengan

pemberian ASI eksklusif menunjukkan nilai p-value=0,045 lebih kecil dari 0,05

sehingga secara statistik terdapat hubungan antara persepsi pengalaman

melahirkan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Colledge (2011) yang menyatakan ada

hubungan antara persepsi pengalaman melahirkan dengan pemberian ASI

eksklusif.
66

Ibu usia remaja yang memiliki persepsi positif tentang pengalaman

melahirkan mayoritas memberikan ASI eksklusif sekitar 60%, sedangkan ibu usia

remaja yang memiliki persepsi negatif tentang pengalaman melahirkan mayoritas

tidak memberikan ASI eksklusif sekitar 70%. Hal ini dikarenakan pengalaman

melahirkan merupakan pengalaman yang penting dalam periode kehidupan

seorang wanita. Periode ini akan berpengaruh terhadap psikologi ibu saat periode

postpartum, pencapaian peran ibu, dan hubungan dengan pasangan maupun

bayinya (Condea, 2008 dan Lundgren. 2009 dalam Hang, 2015).

Persepsi ibu tentang pengalaman melahirkan merupakan salah satu variabel

yang mempengaruhi pencapaian peran ibu (Mercer, 1981 dalam Bryar, 2008). Ibu

memiliki pengalaman yang tak terlupakan sepanjang hidupnya tentang persalinan.

Pengalaman yang baik ketika persalinan akan memperkuat rasa percaya diri ibu.

Sedangkan ibu yang memiliki pengalaman yang kurang baik akan memiliki

perasaan untuk menghindar dan menolak terhadap bayinya, sehingga akan

menghambat ibu untuk menyusui bayinya (Hang, 2015). Seperti yang

dikemukakan oleh Brown (2011) dalam penelitiannya bahwa pengalaman ibu

dalam melahirkan dapat mempengaruhi durasi dalam menyusui.

Mayoritas ibu usia remaja dalam penelitian ini memiliki persepsi positif

tentang pengalaman melahirkan. Hal ini mungkin dipegaruhi beberapa faktor

diantaranya dukungan suami dan kedekatan ibu dengan bayi. Seperti penelitian

Nilsson (2013) yang menyatakan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan selama

proses persalinan memiliki persepsi positif tentang pengalaman melahirkan. Hang

(2015) juga menyatakan bahwa ibu yang sering melakukan kontak dengan bayi

akan memiliki persepsi positif tentang melahirkan karena ibu menjadi lupa dengan
67

rasa takut dan sakit saat persalinan.

5. Hubungan Persepsi Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia

Remaja

Hasil uji hubungan bivariat antara persepsi menyusui dengan pemberian ASI

eksklusif menunjukkan nilai p-value=0,005 lebih kecil dari 0,05 sehingga secara

statistik terdapat hubungan antara persepsi menyusui dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Arlinda, Saparwati, dan Afriyani (2013) yang menyatakan ada hubungan yang

signifikan antara persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

Ibu usia remaja yang memiliki persepsi yang positif tentang menyusui

mayoritas memberikan ASI eksklusif sebesar 68,2%, sedangkan ibu usia remaja

yang memiliki persepsi negatif tentang menyusui mayoritas tidak memberikan

ASI eksklusif sebesar 73,9%. Hal ini dikarenakan persepsi akan mempengaruhi

perilaku seseorang. Sobur (2009) menyatakan bahwa mengubah tingkah laku

seseorang harus dimulai mengubah persepsinya. Seseorang yang mempunyai

persepsi baik maka akan berpengaruh terhadap perilakunya

Persepsi menyusui juga berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada

ibu usia remaja dalam analisis multivariat dengan p- value=0,015 PR=9,75, 95%

CI=1,564-60,727. Sehingga dapat kita artikan bahwa ibu usia remaja yang

memiliki persepsi baik tentang menyusui berpeluang memberikan ASI eksklusif

pada bayinya sekitar 9,75 kali dibandingkan ibu usia remaja yang memiliki

persepsi kurang baik tentang menyusui.

Terdapat tiga hal yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu persepsi ibu usia
68

remaja terhadap manfaat ASI, persepsi ibu remaja terhadap masalah dalam

memberikan ASI dan adanya dukungan dari orang-orang yang berpengaruh

(Hanoon, 2000 dalam Astuti, 2012).

Selain itu sekitar 80% sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan

emosi ibu yang berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan,

dan sensasi. Apabila hal tersebut meningkat maka akan memperlancar prosuksi

ASI (Roesli, 2009).

5.3 Hubungan Faktor Penguat (reinforcing factors) dengan Pemberian ASI


Eksklusif
1. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Usia

Remaja

Hasil uji hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif

menunjukkan nilai p-value=0, 009 lebih kecil dari 0,05 sehingga secara statistik

terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada

ibu usia remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ramadani (2010) yang menyatakan bahwa dukungan suami berhubungan

dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapatkan dukungan suami

berpeluang 2 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu

yang tidak mendapatkan dukungan suami.

Ibu usia remaja yang merasa mendapatkan dukungan yang baik dari suami

dalam pemberian ASI eksklusif mayoritas memberikan ASI eksklusif sekitar 64%,

sedangkan ibu usia remaja yang merasa kurang mendapatkan dukungan dari

suami sekitar 75% tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini seperti yang

dikemukakan Godbout et al (2016) dalam penelitiannya bahwa suami


69

yang memberikan dukungan dalam menyusui cenderung mempengaruhi

keputusan ibu dalam menyusui. Sehingga keputusan ibu untuk memberikan ASI

eksklusif juga tergantung pada suami dalam memberikan dukungan, baik

dukungan informatif, penilaian, fisik, maupun emosional.

Arifah (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa peran suami

berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, peran suami tidak hanya dimulai

ketika keputusan dalam menyusui diambil tetapi dimulai sejak masa kehamilan,

persalinan dan proses menyusui selesai. Peran suami diantaranya mencarikan

informasi tentang ASI, terlibat dalam pengambilan keputusan tentang ASI dan

menyusui dan terlibat dalam mengurus bayi. Hal ini lebih tegas diungkapkan oleh

Roesli (2009) bahwa dukungan suami yang diberikan dalam bentuk apapun, dapat

mempengaruhi kondisi emosional ibu yang berdampak terhadap produksi ASI.

2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu

Usia Remaja

Hasil uji hubungan bivariat antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI

eksklusif menunjukkan nilai p-value=0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga secara

statistik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia remaja.

Ibu usia remaja yang merasa mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga

mayoritas memberikan ASI eksklusif sekitar 76,2% sebaliknya ibu usia remaja

yang merasa kurang mendapatkan dukungan dari keluarga mayoritas tidak

memberikan ASI eksklusif sekitar 79,2%.

Anggota keluarga terbukti memiliki pengaruh dalam keputusan ibu untuk

memberikan ASI eksklusif. Sebuah penelitian kualitatif pada kelompok ibu usia
70

remaja di Chicago menunjukkan bahwa sebagian besar ibu usia remaja

melibatkan ibu mereka dalam pengambilan keputusan menyusui bayinya.

(Hannon, 2000 dalam Godbout, 2016). Hasil lain juga menyebutkan sekitar 90,9%

ibu yang memberikan susu formula menyatakan akan memberikan ASI eksklusif

jika mereka mendapatkan dukungan dari ibu mereka (Arora, 2000 dalam

Godbout, 2016).

Berdasarkan hasil uji analisis multivariat dalam penelitian ini variabel

dukungan keluarga merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja dengan nilai p-value=0,014

PR=2,03 CI95%=1,500-38,877. Ibu usia remaja yang merasa mendapatkan

dukungan yang baik dari keluarga berpeluang sekitar 2,03 kali untuk memberikan

ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu usia remaja yang merasa kurang

mendapatkan dukungan keluarga dalam memberikan ASI eksklusif.

Keluarga mempunyai peranan yang penting terutama bagi ibu usia remaja.

Fungsi utama keluarga seperti yang dikemukakan oleh Friedman dalam Sudiharto

(2007) adalah fungsi afektif, yaitu tempat pemenuhan kebutuhan psikososial,

saling mengasuh, memberikan cinta, saling menerima, dan mendukung. Oleh

karena itu dukungan keluarga sangat penting terutama bagi ibu usia remaja.

Ibu usia remaja yang merasa mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga

dalam proses pencapaian peran ibu, maka akan merasa lebih bisa menerima dan

bisa menyesuaikan diri dengan lebih baik. Seperti yang diungkapkan Friedman

dalam Sudiharto (2007) bahwa dampak positif dari dukungan keluarga adalah

meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap kejadian-

kejadian dalam hidupnya.


71

Penelitian Ida (2012) juga menyatakan bahwa dukungan keluarga adalah

faktor paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan

keluarga terutama ibu maupun ibu mertua dianggap lebih berpengalaman dalam

pengasuhan bayi. Akibatnya pendapat keluarga merupakan hal yang tidak bisa

diabaikan dalam pengambilan keputusan memberikan ASI eksklusif, bahkan

mengalahkan pendapat suami.

Penelitian yang dilakukan oleh Nelson pada ibu usia remaja di Canada

menyatakan bahwa pengalaman ibu usia remaja dalam memberikan ASI tidak

jauh berbeda dengan ibu dewasa. Nelson mengidentifikasi pengalaman menyusui

pada ibu usia remaja meliputi keputusan untuk menyusui, belajar untuk menyusui,

adaptasi dalam menyusui dan mengakhiri menyusui. Hal yang membedakan ibu

usia remaja dan ibu dewasa dalam menyusui adalah pada ibu usia remaja lebih

membutuhkan dukungan sosial terutama keluarga (Nelson, 2005 dalam Astuti,

2012).

Berdasarkan teori Mercer tentang maternal role attainment, dukungan

keluarga merupakan bagian dari sosial support yang merupakan salah satu faktor

dalam pencapaian peran ibu. Dukungan yang dimaksud meliputi dukungan

emosional, informatif, fisik, dan penilaian. Ia menjelaskan bahwa dukungan sosial

sangat diperlukan dalam proses pencapaian peran ibu (Bryar, 2008).

Menjadi ibu di usia yang masih remaja tentu bukan hal mudah. Hal ini sering

menimbulkan konflik antara tugas perkembangan remaja dan tugas menjadi orang

tua. Oleh karena itu remaja membutuhkan dukungan dari orang terdekat terutama

keluarga agar membantunya dalam pencapaian peran ibu. Salah satunya dengan

memberikan ASI eksklusif (Bobak et al, 2005).


72

5.4 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih mempunyai

keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya pada variabel

dukungan suami, ada beberapa suami responden yang tidak tinggal dalam satu

rumah karena bekerja atau merantau.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Persentase pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu,

Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2022 adalah

sebesar 46,7%.

2. Sebagian besar responden dalam penelitian ini telah menyelesaikan

pendidikan dasar, tidak bekerja, menginginkan kehamilannya, memiliki

persepsi positif tentang pengalaman melahirkan, memiliki persepsi negatif

tentang menyusui, merasa mendapatkan dukungan yang baik dari suami, dan

merasa kurang mendapatkan dukungan dari keluarga.

3. Ada hubungan antara faktor pemudah (predisposing factors) yaitu status

kehamilan, persepsi pengalaman melahirkan, dan persepsi menyusui dengan

pemberian ASI eksklusif pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.

4. Tidak ada hubungan antara faktor pemudah (predisposing factors) yaitu

tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif

pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan,

Kabupaten Mandailing Natal.

5. Ada hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors) yaitu dukungan

suami dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia

remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing

73
Natal.

74
75

6. Faktor yang paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu usia

remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing

Natal adalah dukungan keluarga.

6.2 SARAN

1. Bagi Kepala Puskesmas Gunung Tua, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten

Mandailing Natal

Pihak Puskesmas perlu meningkatkan

promosi tentang pemberian ASI eksklusif

terutama bagi ibu usia remaja dengan

membuat program promosi ASI eksklusif

yang tidak hanya melibatkan ibu tetapi juga

keluarga.

2. Bagi tenaga Bidan

Untuk membantu suksesnya program

ASI eksklusif terutama pada ibu usia remaja

perlu diperhatikan faktor yang berasal dari

ibu sendiri dan juga orang-orang terdekatnya.

Bidan sebaiknya memberikan pemahaman

yang benar tentang ASI eksklusif agar ibu

memiliki persepsi yang baik terhadap

menyusui. Selain itu mengikutsertakan

orang-orang terdekat ibu usia remaja

terutama keluarga dalam promosi ASI

eksklusif, misalnya dalam kegiatan Kelas


76

Ibu yang dilaksanakan setiap bulannya di

desa. Keluarga juga perlu diberikan

pemahaman yang benar tentang ASI

eksklusif agar bisa mendampingi dan

memotivasi ibu dalam memberikan ASI

eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Basri, H. 2021. Pengalaman Ibu Bekerja Dalam Pemberian Asi Pada BayiSelama
Masa Pandemi Covid-19 Di Rs Universitas Hasanuddin. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Batubara, F. I. R. M. 2018. Hubungan Karakteristik Ibu Dan Dukungan Sosial
Terhadap Pemberian Asi Eksklusif PadaIbu Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018. Skripsi. Politeknik
Kesehan Kemenkes. Medan.
BPS. 2018. Persentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapatkan Asi
Eksklusif Menurut Provinsi. https://www.bps.go.id
/indicator/30/1340/1/persentase-bayi-usia-kurang- dari-6-bulan-yang-
mendapatkan-asi-eksklusif-menurut-provinsi.html.
Diakses pada tanggal 17 April 2022 pukul 12.00 WIB. Depkes RI. (2005).
Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI.
Dinkes Sumut, 2021. Tekan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir, Pemprov
Sumut Jalin Kerja Sama Dengan Usaid.
http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/tekan-angka-kematian-ibu-dan-
bayi-baru-lahir-pemprov-sumut-jalin-kerja-sama-dengan-usaid-
1633046400. Diakses pada tanggal 17 April 2022 pukul 12.20 WIB.
Dosen Pendidikan 2. 2021. Manfaat ASI. https://www.
dosenpendidikan.co.id/manfaat-asi/. Diakses pada 17 April 2022 jam
13.30 WIB.
IDAI. 2013.Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Dalam Berbagai Situasi Dan Kondisi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Jaminan Sosial Indonesia. 2019. Petakan Segera Pekerja Sektor Informal.
https://www.jamsosindonesia.com. Diakses pada tanggal 17 April 2022
pukul 13.50 WIB.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Ibu Dan Bayi.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kurniawati, Dwi dan Rachmat Hargono. 2014. Faktor Determinan Yang
Mempengaruhi Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12
Bulan Di Kelurahan Mulyorejo Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo
Surabaya. http;//journal.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 17 April 2022
pukul 13.05 WIB.
Lestari, T. 2012. ASI Eksklusif.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/
131/jtptunimus-gdl-trilestari-6513- 3-babii.pdf. Diakses pada
tanggal 17 April 2022 pukul 11.55 WIB.
Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian
Kesehatan. Nuha Medika. Yogjakarta.
Mina Yumei Santi, Y., Sabar Santoso, S., & Nasyiatush Sholihah, N.
(2020). Hubungan Dukungan Tempat Bekerja dengan Pemberian
ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Wilayah Puskesmas Gunung
Tua, Kecamatan Panyabungan. Jurnal Kesmas Indonesia, 11(1),
41-52.
Notoatmodjo, S. 2016. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003. Tentang
Ketenagakerjaan. 2003. Kementrian Perindustrian Republik
Indonesia. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun. Tentang
Pemberian ASI Eksklusif. 1 Maret 2012. Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5291. Jakarta.
. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
. 2019. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun
2019.Medan: Kementrian Kesehatan RI.
. 2017. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun
2017.Medan: Kementrian Kesehatan RI.
Promosi Kesehatan. 2021. Pekan ASI Sedunia Tahun 2021 “Melindungi
dan Memfasilitasi Busui Adalah Kewajiban”. Surakarta: Dinas
Kesehatan.
Riyanto, A. 2017. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sulaiman, M. R. 2021. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia
Meningkat,Menko PMK Ungkap Penyebabnya. https://www.suara.com/
health/2021/11/17/150340/angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-indonesia-
meningkat-menko-pmk-ungkap-penyebabnya. Diakses pada tanggal 17
April 2022 pukul 12.15 WIB.
Suratni. 2021. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantul
1 Bantul. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes. Yogyakarta.
Aminatussyadiah,A.,wardani,S.F.P., Rohmah,A.N. 2020. Media Informasi
dan Tingkat Pendidikan berhubungan dengan kehamilan remaja
Indonesia. Jurnal Kebidanan.9(2); 173- 182.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENST)

Saya yang bernama ESTI PURNAMA SARI adalah mahasiswi di Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua jurusan Kebidanan Program Sarjana. Saat ini

saya sedang melakukan penelitian tentang “Faktor – faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia remaja di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2022”. Penelitian ini

merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi

Sarjana Kebidanan di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan ibu menyusui yang

agar bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya , jika ibu

bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan

ibu. Partisipasi ibu dalam penelitian saya ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas

untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas ibu dan

semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk

keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Panyabungan, Maret 2022


Responden

(Esti Purnama Sari) (…………………………………)


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) BERSEDIA
BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Saya :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh :


Nama : ESTI PURNAMA SARI
NPM : 21.222.038
Pendidikan : Mahasiswa S1 Kebidanan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada
Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu Kecamatan Panyabungan Kota
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2022

Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini,
dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden. Saya memahami
bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan
mutu pelayanan pada perempuan melahirkan.

Demikianlah pernyataan ini saya tanda tangani tanpa paksaan dari pihak
manapun dan saya menyatakan keikutsertaan saya dalam penelitian ini.

Panyabungan, 2022
Responden,

(_______________________)
Lampiran 3
BERITA ACARA SEMINAR HASIL

Nama : ESTI PURNAMA SARI


NPM : 21.222.038
Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Usia Remaja di Desa Sopo Batu Kecamatan Panyabungan Kota
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2022.
Pembimbing : Bd. Peny Ariani, SST. M.Keb
Prodi : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Jalur Transfer

No. Penguji Saran Perbaikan

1. Penguji II 1. ACC 1. Tidak Ada


Ns. Adi Arianto,
S.Kep, MKM

2. Penguji III 1. Perbaiki tabel 1. Telah memperbaiki


variabel dan Tabel variabel dan
Bd. Vitrilina
defenisi operasional defenisi operasional
Hutabarat, SST,
M.Keb

Tanda Tangan Penguji :


1. Bd. Peny Ariani, SST, M.Keb ( )

2. Ns. Adi Arianto, S.Kep, MKM ( )

3. Bd. Vitrilina Hutabarat, SST, M.Keb ( )


Lampiran 4
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : ESTI PURNAMA SARI


NPM : 21.222.038
Dosen Pembimbing : Bd. Peny Ariani, SST, M.Keb
Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pada Ibu Usia Remaja di Desa Sopo Batu Kecamatan
Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2022.

NO. TANGGAL PEMBAHASAN SARAN PARAF

1. 02 Februari PENGAJUAN JUDUL


2022 SKRIPSI ACC JUDUL

2. 15 April 2022 KONSUL BAB 1,2,3 PERBAIKAN

3. 16 April 2022 KONSUL REVISI BAB


1,2,3 ACC BAB 1,2,3

4. 27 April 2022 SIDANG


PROPOSAL

5.
16 Juni 2022 KONSUL REVISI
ACC

6. 02 Juli 2022 KONSUL BAB 4,5,6 ACC

SIDANG
7 14 Juli 2022
SKRIPSI

KONSUL PERBAIKAN
8 21 Juli 2022 ACC
SKRIPSI
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden
1. Umur ibu saat ini.............................................tahun.
2. Tanggal lahir bayi...........................................:
3. Usia bayi.........................................................bulan.
4. Apakah pendidikan terakhir ibu :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. D1/D3
5. Apakah ibu bekerja saat bayi berumur 6-24 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah kehamilan ibu diinginkan?
a. Ya
b. Tidak

B. Pemberian ASI Eksklusif


1. Apakah bayi ibu mendapatkan ASI saja selama 6 bulan?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis makanan/minuman apa yang diberikan pada bayi sebelum berumur 6
bulan?
a. Susu formula
b. Susu (selain ASI dan susu formula)
c. Madu
d. Air putih
e. Air teh
f. Air gula
g. Air tajin
h. Pisang
i. Jus buah
j. Nasi
k. Bubur
l. Biskuit
m. Tidak ada
n. Lainnya ............
3. Ibu memberikan ASI saja tanpa tambahan susu formula, madu, air putih,
air tajin, pisang, dan makanan lain sampai bayi berusia…… bulan.
C. Persepsi Ibu tentang Pengalaman Melahirkan
Peneliti ingin mengetahui persepsi ibu tentang pengalaman melahirkan. Dari
pernyataan berikut tidak ada nilai benar salah. Silahkan memberi tanda centang
(√) pada kolom sesuai dengan jawaban ibu dengan ketentuan:
SS: Sangat Setuju S : Setuju
R : Ragu-ragu TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S R TS STS
1 Saya merasa kuat saat persalinan
2 Saya merasa bisa mengatasi nyeri saat
persalinan
3 Saya merasa bisa melalui proses persalinan
4 Saya merasa senang saat persalinan
5 Saya merasa lelah saat persalinan
6 Saya memiliki pengalaman yang
menyenangkan ketika persalinan
7 Saya merasa depresi/tertekan ketika mengingat
proses persalinan yang pernah saya jalani
8 Saya merasa bisa melalui persalinan dengan
lancar
9 Saya merasa takut ketika memikirkan tentang
nyerinya persalinan
10 Menurut saya proses persalinan itu sangat
menyakitkan.
11 Saya memiliki pengalaman buruk ketika
melahirkan
D. Persepsi Ibu tentang Menyusui
Peneliti ingin mengetahui persepsi ibu tentang menyusui, dari pernyataan berikut
tidak ada nilai benar salah. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut ibu
dengan memberi tanda contreng ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban dengan
ketentuan :
SS: Sangat Setuju S : Setuju
R : Ragu-ragu TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S R TS STS
1 Saya yakin bisa memberikan ASI saja pada
bayi saya sampai bayi berusia 6 bulan
2 Saya yakin bisa menyusui bayi saya sampai
bayi berusia 2 tahun
3 Saya merasa ASI saya sedikit

4 Saya merasa menyusui adalah hal yang berat


dan melelahkan
5 Saya merasa malu menyusui bayi saya

6 Saya yakin bayi saya mendapatkan ASI yang


cukup
7 Menurut saya menyusui akan mengganggu
keindahan payudara saya
8 Saya merasa nyaman menyusui bayi saya

9 Saya merasa senang ketika menyusui bayi


saya
10 Saya merasa lebih dekat dengan bayi ketika
menyusui bayi saya
11 Saya merasa canggung ketika menyusui bayi
saya
12 Saya merasa bersemangat ketika menyusui
bayi saya
E. Dukungan Suami
Peneliti ingin mengetahui dukungan suami selama kehamilan sampai proses
pemberian ASI menurut pendapat ibu, dari pernyataan berikut tidak ada nilai
benar salah. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut ibu dengan memberi
tanda contreng ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban.

Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
kadang pernah
1. Suami menemani saya ketika
memeriksakan kehamilan
2. Suami mengingatkan saya untuk
meminum obat penambah darah selama
hamil
3. Suami menemani saya ketika proses
persalinan
4. Suami saya memberikan semangat selama
proses persalinan
5. Suami saya tidak pernah mencarikan
informasi tentang manfaat ASI bagi ibu
dan bayi
6. Saya mendapatkan penjelasan dari suami
tentang cara memberikan ASI yang baik dan
benar
7. Suami mengingatkan saya untuk
memberikan ASI kepada bayi
8. Suami memberi pujian kepada saya setelah
selesai meyusui
9. Suami membiarkan saya mengurus sendiri
saat bayi terbangun malam hari
10. Suami membantu mencarikan informasi
tentang pentingnya ASI eksklusif dan
menyusui yang benar
11. Suami bersikap acuh (tidak peduli) ketika
saya mampu memberikan ASI eksklusif pada
bayi.
12. Suami membiarkan saya mencari
kebutuhan bayi sendiri
13. Suami menyediakan air, makanan, dan
buah-buahan segar ketika saya menyusui bayi

14. Suami saya memijat punggung saya ketika


saya menyusi bayi
F. Dukungan Keluarga
Peneliti ingin mengetahui dukungan keluarga (selain suami) dalam pemberian
ASI eksklusif menurut ibu. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut ibu
dengan memberi tanda contreng ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban.

Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
kadang pernah
1. Saya mendapatkan penjelasan dari
keluarga tentang cara memberikan
ASI yang baik dan benar
2. Keluarga mengingatkan saya untuk
memberikan ASI kepada bayi
3. Keluarga memberi pujian kepada saya
setelah selesai meyusui
4. Keluarga membiarkan saya mengurus
sendiri saat bayi terbangun malam
hari
5. Keluarga membantu mencarikan
informasi tentang pentingnya ASI
eksklusif dan menyusui yang benar
6. Keluarga merasa senang setelah saya
memberikan ASI eksklusif pada bayi
7. Keluarga membant saya
menggantikan popok bayi
8. Keluarga menyediakan air, makanan,
dan buah-buahan segar ketika saya
menyusui bayi
9. Keluarga tidak pernah mencarikan
informasi tentang manfaat ASI
eksklusif bagi ibu dan bayi.
10. Keluarga saya bersikap acuh (tidak
peduli) ketika saya bisa memberikan
ASI eksklusif pada bayi.
11. Keluarga membiarkan saya
Menyiapkan kebutuhan bayi
sendirian.
Lampiran 6

MASTER TABEL
PENELITIAN
Umur Umur Tingkat Status Status Pemberian
No
ibu bayi Pendidikan Pekerjaan Kehamilan ASI Eksklusif
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
MASTER TABEL PENELITIAN
Persepsi melahirkan persepsi menyusui
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 SUM Kat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SUM Kat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Dst
MASTER TABEL PENELITIAN
Dukungan Suami Dukungan Keluarga
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 SUM Kat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SUM Kat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Dst
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
1. Kuesioner Persepsi tentang Pengalaman Melahirkan
Hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment,
butir soal dikatakan valid jika nilai r lebih besar dari 0,361
No Soal Nilai r Keterangan
1 0,639 Valid
2 0,589 Valid
3 0,603 Valid
4 0,474 Valid
5 0,625 Valid
6 0,356 Tidak valid
7 0,734 Valid
8 0,479 Valid
9 0,460 Valid
10 0,477 Valid
11 0,602 Valid
12 0,384 Valid

Hasil uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach’s


Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.770 11

2. Kuesioner Persepsi tentang Menyusui


Hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment
No Soal Nilai r Keterangan
1 0,531 Valid
2 0,615 Valid
3 0,781 Valid
4 0,732 Valid
5 0,636 Valid
6 0,810 Valid
7 0,532 Valid
8 0,588 Valid
9 0,679 Valid
10 0,705 Valid
11 0,226 Tidak valid
12 0,545 Valid
13 0,394 Valid

Hasil uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach’s

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.858 12

3. Kuesioner Persepsi Dukungan Suami


Hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment
No Soal Nilai r Keterangan
1 0,651 Valid
2 0,601 Valid
3 0,590 Valid
4 0,703 Valid
5 0,618 Valid
6 0,613 Valid
7 0,705 Valid
8 0,585 Valid
9 0,567 Valid
10 0,758 Valid
11 0,705 Valid
12 0,646 Valid
13 0,629 Valid
14 0,523 Valid
Hasil uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach’s

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.878 14

4. Kuesioner Persepsi Dukungan Keluarga


Hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment
No Soal Nilai r Keterangan
1 0,814 Valid
2 0,544 Valid
3 0,442 Valid
4 0,636 Valid
5 0,446 Valid
6 0,691 Valid
7 0,455 Valid
8 0,582 Valid
9 0,803 Valid
10 0,740 Valid
11 0,596 Valid

Hasil uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach’s

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.822 11
OUTPUT SPSS HASIL ANALISIS PENELITIAN

Statistics
PemberianASI
N Valid 45
Missing 0
Sum 69

PemberianASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Eksklusif 21 46.7 46.7 46.7
Tidak Eksklusif 24 53.3 53.3 100.0
Total 45 100.0 100.0

Distribusi responden menurut umur ibu dan umur bayi


Statistics
Usiaibu Usiabayi
N Valid 45 45
Missing 0 0
Mean 18.80 11.60
Sum 846 522

Umuribu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17 1 2.2 2.2 2.2
18 7 15.6 15.6 17.8
19 37 82.2 82.2 100.0
Total 45 100.0 100.0

Usiabayi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6 11 24.4 24.4 24.4
7 4 8.9 8.9 33.3
8 7 15.6 15.6 48.9
9 2 4.4 4.4 53.3
12 8 17.8 17.8 71.1
15 2 4.4 4.4 75.6
18 4 8.9 8.9 84.4
20 3 6.7 6.7 91.1
24 4 8.9 8.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tk.Pendidikan * PemberianASI 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

Tk.Pendidikan * PemberianASI Crosstabulation


PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
Tk.Pendidikan SMA Count 15 12 27
Expected Count 12.6 14.4 27.0
% within Tk.Pendidikan 55.6% 44.4% 100.0%
% within PemberianASI 71.4% 50.0% 60.0%
% of Total 33.3% 26.7% 60.0%
SD-SMP Count 6 12 18
Expected Count 8.4 9.6 18.0
% within Tk.Pendidikan 33.3% 66.7% 100.0%
% within PemberianASI 28.6% 50.0% 40.0%
% of Total 13.3% 26.7% 40.0%
Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within Tk.Pendidikan 46.7% 53.3% 100.0%
% within PemberianASI 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.143a 1 .143
Continuity Correctionb 1.343 1 .247
Likelihood Ratio 2.173 1 .140
Fisher's Exact Test .223 .123
Linear-by-Linear Association 2.095 1 .148
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,40.
b. Computed only for a 2x2 table

Status Pekerjaan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
StatusPekerjaan *
45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
PemberianASI
StatusPekerjaan * PemberianASI Crosstabulation
PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
StatusPekerjaan Tidak Bekerja Count 20 20 40
Expected Count 18.7 21.3 40.0
% within StatusPekerjaan 50.0% 50.0% 100.0%
% within PemberianASI 95.2% 83.3% 88.9%
% of Total 44.4% 44.4% 88.9%
Bekerja Count 1 4 5
Expected Count 2.3 2.7 5.0
% within StatusPekerjaan 20.0% 80.0% 100.0%
% within PemberianASI 4.8% 16.7% 11.1%
% of Total 2.2% 8.9% 11.1%
Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within StatusPekerjaan 46.7% 53.3% 100.0%
% within PemberianASI 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.607a 1 .205
Continuity Correctionb .628 1 .428
Likelihood Ratio 1.727 1 .189
Fisher's Exact Test .352 .217
Linear-by-Linear Association 1.571 1 .210
N of Valid Casesb 45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
b. Computed only for a 2x2 table

Status Kehamilan
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
StatusKehamilan *
PemberianASI 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
StatusKehamilan * PemberianASI Crosstabulation
PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
StatusKehamilan Diinginkan Count 19 15 34
Expected Count 15.9 18.1 34.0
% within StatusKehamilan 55.9% 44.1% 100.0%
% within PemberianASI 90.5% 62.5% 75.6%
% of Total 42.2% 33.3% 75.6%
Tidak Count 2 9 11
diinginkan 5.1 5.9 11.0
Expected Count
% within StatusKehamilan 18.2% 81.8% 100.0%
% within PemberianASI 9.5% 37.5% 24.4%
% of Total 4.4% 20.0% 24.4%
Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within StatusKehamilan 46.7% 53.3% 100.0%
% within PemberianASI 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.746a 1 .029
Continuity Correctionb 3.352 1 .067
Likelihood Ratio 5.090 1 .024
Fisher's Exact Test .040 .031
Linear-by-Linear Association 4.641 1 .031
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,13.
b. Computed only for a 2x2 table
Persepsi Pengalaman Melahirkan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ps.Melahirkan
N 45
Normal Parametersa Mean 31.96
Std. Deviation 4.562
Most Extreme Differences Absolute .088
Positive .061
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z .589
Asymp. Sig. (2-tailed) .879
a. Test distribution is Normal.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PersepsiMelahirkan *
45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
PemberianASI

PersepsiMelahirkan * PemberianASI Crosstabulation


PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
PersepsiMelahirkan Positif Count 15 10 25
Expected Count 11.7 13.3 25.0
% within PersepsiMelahirkan 60.0% 40.0% 100.0%
% of Total 33.3% 22.2% 55.6%
Negatif Count 6 14 20
Expected Count 9.3 10.7 20.0
% within PersepsiMelahirkan 30.0% 70.0% 100.0%
% of Total 13.3% 31.1% 44.4%
Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within PersepsiMelahirkan 46.7% 53.3% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.018a 1 .045
Continuity Correctionb 2.903 1 .088
Likelihood Ratio 4.098 1 .043
Fisher's Exact Test .071 .044
Linear-by-Linear Association 3.929 1 .047
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table

Persepsi Menyusui
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ps.Menyusui
N 45
Normal Parametersa Mean 39.58
Std. Deviation 4.779
Most Extreme Differences Absolute .096
Positive .096
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .644
Asymp. Sig. (2-tailed) .801
a. Test distribution is Normal.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pers.Menyusui * PemberianASI 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

Pers.Menyusui * PemberianASI Crosstabulation


PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
Pers.Menyusui positif Count 15 7 22
Expected Count 10.3 11.7 22.0
% within Pers.Menyusui 68.2% 31.8% 100.0%
% within PemberianASI 71.4% 29.2% 48.9%
% of Total 33.3% 15.6% 48.9%
negatif Count 6 17 23
Expected Count 10.7 12.3 23.0
% within Pers.Menyusui 26.1% 73.9% 100.0%
% within PemberianASI 28.6% 70.8% 51.1%
% of Total 13.3% 37.8% 51.1%
Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within Pers.Menyusui 46.7% 53.3% 100.0%
% within PemberianASI 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.006a 1 .005
Continuity Correctionb 6.404 1 .011
Likelihood Ratio 8.259 1 .004
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 7.828 1 .005
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Persepsi Dukungan Suami
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Duk.Suami
N 45
Normal Parametersa Mean 42.07
Std. Deviation 8.922
Most Extreme Differences Absolute .164
Positive .092
Negative -.164
Kolmogorov-Smirnov Z 1.100
Asymp. Sig. (2-tailed) .178
a. Test distribution is Normal.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DukunganSuami *
45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
PemberianASI

DukunganSuami * PemberianASI Crosstabulation


PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
DukunganSuami Mendukung Count 16 9 25
Expected Count 11.7 13.3 25.0

% within DukunganSuami 64.0% 36.0% 100.0%


35.6% 20.0% 55.6%
% of Total
Kurang Count 5 15 20
Mendukung
Expected Count 9.3 10.7 20.0
% within DukunganSuami 25.0% 75.0% 100.0%

% of Total 11.1% 33.3% 44.4%


Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within DukunganSuami 46.7% 53.3% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.790a 1 .009
Continuity Correctionb 5.314 1 .021
Likelihood Ratio 7.019 1 .008
Fisher's Exact Test .016 .010
Linear-by-Linear Association 6.639 1 .010
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table
Persepsi Dukungan Keluarga
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Duk.Keluarga
N 45
Normal Parametersa Mean 33.53
Std. Deviation 5.034
Most Extreme Differences Absolute .130
Positive .090
Negative -.130
Kolmogorov-Smirnov Z .874
Asymp. Sig. (2-tailed) .430
a. Test distribution is Normal.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DukunganKeluarga *
45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
PemberianASI

DukunganKeluarga * PemberianASI Crosstabulation


PemberianASI
Eksklusif Tidak Eksklusif Total
DukunganKeluarga Mendukung Count 16 5 21
Expected Count 9.8 11.2 21.0
% within DukunganKeluarga 76.2% 23.8% 100.0%
% of Total 35.6% 11.1% 46.7%
Kurang Count 5 19 24
Mendukung 11.2 12.8 24.0
Expected Count
% within DukunganKeluarga 20.8% 79.2% 100.0%
% of Total 11.1% 42.2% 53.3%
Total Count 21 24 45
Expected Count 21.0 24.0 45.0
% within DukunganKeluarga 46.7% 53.3% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.790a 1 .000
Continuity Correctionb 11.655 1 .001
Likelihood Ratio 14.567 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.483 1 .000
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Output Analisis Multivariat

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 45 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 45 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 45 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
TIDAK EKS 0
EKS 1

Categorical Variables Codings


Parameter coding
Frequency (1)
Tk.Pendidikan Menengah (SMA) 27 1.000
Dasar (SD-SMP) 18 .000
StatusKehamilan Diinginkan 34 1.000
Tidak diinginkan 11 .000
Pers.Menyusui Positif 22 1.000
Negatif 23 .000
DukunganSuami Mendukung 25 1.000
Kurang Mendukung 20 .000
DukunganKeluarga Mendukung 21 1.000
Kurang Mendukung 24 .000
PersepsiMelahirkan Positif 25 1.000
Negatif 20 .000
Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
a
Step 1 PersepsiMelahirkan(1) .447 .851 .276 1 .600 1.563 .295 8.283
StatusKehamilan(1) .824 1.061 .604 1 .437 2.280 .285 18.229
Pers.Menyusui(1) 2.289 .988 5.369 1 .020 9.869 1.423 68.432
DukunganSuami(1) 1.744 .994 3.076 1 .079 5.718 .815 40.128
DukunganKeluarga(1) 1.944 .859 5.126 1 .024 6.989 1.298 37.626
Tk.Pendidikan(1) .326 .886 .135 1 .713 1.385 .244 7.856
Constant -4.363 1.607 7.374 1 .007 .013
Step 2a PersepsiMelahirkan(1) .417 .849 .242 1 .623 1.518 .287 8.014
StatusKehamilan(1) .864 1.050 .677 1 .411 2.373 .303 18.579
Pers.Menyusui(1) 2.264 .981 5.325 1 .021 9.619 1.406 65.790
DukunganSuami(1) 1.694 .983 2.966 1 .085 5.440 .792 37.386
DukunganKeluarga(1) 1.989 .850 5.473 1 .019 7.306 1.381 38.660
Constant -4.146 1.445 8.229 1 .004 .016
Step 3a StatusKehamilan(1) .941 1.042 .815 1 .367 2.562 .332 19.738
Pers.Menyusui(1) 2.312 .960 5.801 1 .016 10.095 1.538 66.248
DukunganSuami(1) 1.733 .970 3.190 1 .074 5.656 .845 37.871
DukunganKeluarga(1) 1.944 .839 5.372 1 .020 6.989 1.350 36.180
Constant -3.992 1.379 8.381 1 .004 .018
Step 4a Pers.Menyusui(1) 2.277 .933 5.949 1 .015 9.746 1.564 60.727
DukunganSuami(1) 1.811 .952 3.617 1 .057 6.114 .946 39.498
DukunganKeluarga(1) 2.033 .830 5.995 1 .014 7.637 1.500 38.877
Constant -3.324 1.071 9.641 1 .002 .036
a. Variable(s) entered on step 1: PersepsiMelahirkan, StatusKehamilan,
Pers.Menyusui, DukunganSuami, DukunganKeluarga, Tk.Pendidikan.
Lampiran 7

Surat Izin Studi Pendahuluan


Lampiran 8
Lampiran 9

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai