Anda di halaman 1dari 64

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG

PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI UPT PUSKESMAS ULUAN,


KECAMATAN.ULUAN, KABUPATEN.TOBA
TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH :
ANDRIANI SANTIANA TAMBUNAN
2115201034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SENIOR MEDAN


TAHUN 2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG
PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI UPT PUSKESMAS ULUAN,
KECAMATAN.ULUAN, KABUPATEN.TOBATAHUN 2022
Skripsi Diajukan Oleh:

ANDRIANI SANTIANA TAMBUNAN


2115201734

Diajuka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Kebidanan Program Studi S-1 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Senior Medan

Medan,............................. 2022

Menyetujui:

Pembimbing I

(Herlina Simanjuntak, SST., M.Kes)


NIDN. 01011083

Mengetahui,

Ka. Prodi Sarjana Kebidanan Ketua STIKes Senior Medan

(Fransiska R.N. Simbolon, SST., M.Kes) (Herlina Simanjuntak, SST., M.Kes)


NIDN. 0115118904. NIDN. 01011083
ABSTRACK

Berdasarkan penelitian WHO (2018) dienam negara berkembang, resiko


kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui,
bayi berusia dibawah dua bulan angka kematiannya meningkat menjadi 48% (Roesli,
2018). Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia sebulan setelah kelahirannya
hanya 25-80%, lebih buruk lagi di daerah kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar,
Surabaya dan Semarang) pemberian itu hanya sampai 40%, bahkan ada bayi yang
baru berumur dua minggu sudah diberikan makanan lain (Amiruddin, 2016). Tujuan
Penelitian Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan,
Kabupaten.Toba Tahun 2022. Hipotesis Ada Hubungan pengetahuan dan sikap ibu
tentang pemberian ASI Eksklusif. Lokasi UPT Puskesmas Uluan, waktu Maret-Juli
2022. Populasi 40 ibu yang memiliki bayi 7 - 12 bulan pada Bulan Maret – juli
tahun 2022, menggunakan teknik total sampling. Peneliti menggunakan teknik
analisis data yaitu Chi-Square ( X2 ) pada tingkat kepercayaan 99% (α-0,01). Dari 40
responden mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 responden (55%), dan
minoritas memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (12,5%). Dari 40
responden mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 24 responden (60%), dan
minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 16 responden (40%). Ada Hubungan
Pengetahuan dan sikap Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif Di UPT Puskesmas
Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, ASI Eksklusif


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat–Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “HUBUNGAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN ASI ESKLUSIF

DI UPT PUSKESMAS ULUAN, KECAMATAN.ULUAN, KABUPATEN.

TOBATAHUN 2022”.

Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kebidanan pada Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Senior Medan. Skripsi ini terwujud atas bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada

Bapak /Ibu:

1. L. Manullang, SKM.,MM selaku Pembina STIKes Senior Medan yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama mengikuti pendidikan

di STIKes Senior Medan.

2. Prof. Drs. Dj. Siahaan selaku penasehat Yayasan STIKes Senior Medan

3. Kristen Tumpal Hamonangan Siahaan, SE selaku ketua Yayasan STIKes Senior

Medan

4. Herlina Simanjuntak, SST., M.Kes selaku ketua STIKes Senior Medan, sekaligus

sebagai dosen pembimbing

5. Fransiska Simbolon, SST.,M.Kes selaku Ka.Prodi S1 Kebidanan STIKes Senior

Medan
6. Seluruh Dosen/Staff pengajar STIKes Senior Medan yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan pendidikan kepada penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Skripsi skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi yang membacanya.


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.............................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................ 6
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................ 8
1.4. Manfaat Penelitian........................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
2.1. Pengetahuan........................................................................ 10
2.2. ASI EKsklusif ................................................................ 15
2.3. Berbagai faktor yang terkait pemberian ASI Esklusif ....... 18
2.4. Perawatan Patudara............................................................. 20
2.5. Kerangka Teori ................................................................. 30
2.6. Kerangka Konsep ............................................................... 31
2.7. Hipotesis ............................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN.................................................... 32


3.1. Jenis dan Desain Penelitian ........................................... 32
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................... 32
3.2.1. Waktu Penelitian..................................................... 32
3.2.2. Tempat Penelitian................................................... 32
3.3. Populasi dan Sampel...................................................... 33
3.3.1. Populasi.............................................................. 33
3.3.2. Sampel................................................................ 33
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 34
3.4. Defenisi Operasional ..................................................... 34
3.5. Pengolahan dan Tehnik Analisa Data ........................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan bayi akan zat gizi jika dibandingkan dengan orang dewasa dapat

dikatakan sangat Kecamatanil. Namun jika diukur berdasarkan persentase berat

badan, kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, hampir dua

kali lipat. Makanan pertama dan utama bayi adalah ASI. ASI cocok sekali untuk

memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, yakni karbohidrat yang berupa laktosa,

asam lemak tak jenuh ganda, protein laktalbumin yang mudah dicerna, kandungan

vitamin dan mineralnya banyak, dan mengandung zat anti infeksi (Arisman, 2004).

Akhir-akhir ini, kebanyakan wanita di Indonesia, khususnya para Ibu muda,

gencar menggalakkan ASI Esklusif. Tentunya, hal ini merupakan

Kecamatanenderungan yang sangat positif, karena kebutuhan makanan bayi pada 6

bulan pertama setelah kelahiran memang diperoleh dari ASI. Sayangnya fakta

menunjukkan bahwa pemberian ASI Esklusif masih belum maksimal. Bahkan,

sebagian ayah belum mengetahui pengertian ASI Esklusif, padahal ia adalah figur

utama yang memberi dukungan kepada Ibu dalam memberikan ASI Esklusif bagi

bayinya (Prasetyono, 2017).

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat

alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu

disayangkan, yakni rendahnya pemahaman Ibu, keluarga dan masyarakat mengenai

1
pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI Esklusif tidak

berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2017).

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh

seorang ibu kepada bayinya. Komposisi dalam ASI sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi pada setiap saat, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat

menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi. Dipandang dari sudut ekonomi

pemberian ASI juga sangat menguntungkan baik bagi keluarga maupun negara

(Perinasia, 2004).

Berdasarkan penelitian WHO (2018) dienam negara berkembang, resiko

kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui,

bayi berusia dibawah dua bulan angka kematiannya meningkat menjadi 48% (Roesli,

2018).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di

Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% Ibu-Ibu yang memberikan ASI

secara eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada

bayi. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang terserang penyakit

dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula, karena susu formula

memerlukan alat-alat yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai

dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang

dampak pemberian susu formula (Roesli,2000).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia sebulan setelah kelahirannya

hanya 25-80%, lebih buruk lagi di daerah kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar,
Surabaya dan Semarang) pemberian itu hanya sampai 40%, bahkan ada bayi yang

baru berumur dua minggu sudah diberikan makanan lain (Amiruddin, 2016).

Hal ini dapat terjadi karena sosial ekonomi orang tua yang kurang dan faktor

gizi ibu menyusui yang kurang. Hampir semua bayi 96,3% di Indonesia pernah

mendapat Air Susu Ibu (ASI). Sebanyak 8% bayi lahir mendapat ASI dalam 1 jam

setelah lahir dan 53% bayi mendapat ASI pada hari pertama, rata-ratanya lamanya

pemberian ASI Eksklusif hanya 1,7 bulan (Soetjiningsih, 2015).

Hal ini menunjukkan bahwa minuman selain ASI dan MP-ASI sudah mulai di

berikan pada usia lebih dini. Peningkatan Perbedaan Pemberian Asi Eksklusif dan

Susu Formula Terhadap Status Gizi Bayi Umur 7-12 Bulan di Desa Reksosari

Kecamatan. Suruh Kabupaten. Semarang 3 persentase bayi di bawah umur 4 bulan

yang mendapat ASI eksklusif meningkat daripada tahun 1997, namun peningkatan itu

masih terlalu Kecamatanil, dari 52% menjadi 55% (Roesli, 2015).

Angka menyusui eksklusif masih rendah karena umumnya pengetahuan

(informasi) yang belum sampai tentang manfaat dan cara menyusui yang benar

(SDKI, 2016).

Berdasarkan studi pendahuluan di desa Reksosari, Kecamatan. Suruh,

Kabupaten. Semarang didapatkan terdapat data balita yang usia 7-12 bulan sebanyak

65 orang. Hasil wawancara pada 10 Ibu yang telah menyusui bayinya pada usia 0-6

bulan ada 6 Ibu yang mengatakan memberikan susu formula pada bayinya dan ada 4

ibu yang mengatakan telah memberikan ASI saja. Dilihat dari catatan grafik berat

badan pada buku KMS, bayi yang diberi susu formula lebih cepat mengalami

pertambahan berat badan dibandingan bayi yang diberi ASI eksklusif. Selain itu, pada
bayi yang diberi susu formula juga lebih sering mengalami sakit seperti diare,

demam, maupun batuk pilek. Maka dari itu, pemberian ASI eksklusif maupun susu

formula sangat mempengaruhi status gizi bayi. Berdasarkan hal tersebut peneliti

tertarik meneliti tentang perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula

terhadap status gizi bayi usia 7-12 bulan.

Menurut WHO (2016) dalam Widodo (2017), defenisi ASI Eksklusif adalah

bahwa bayi hanya menerima ASI dari Ibu atau pengasuh yang diminta memberikan

ASI dari ibu tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, Kecamatanuali sirup

yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Sedangkan menurut Depkes (2017),

pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberi

makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai umur 6 bulan, Kecamatanuali

pemberian obat dan vitamin.

Pemberian ASI Esklusif atau menyusui esklusif sampai bayi umur 6 bulan

sangat menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit

penyebab kematian bayi. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga

menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi

kehilangan darah pada saat haid, mempercepat pencapaian berat badan sebelum

hamil, mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim (Notoatmodjo, 2017).

Meskipun menyusui dan ASI sangat bermanfaat, diperkirakan 85% Ibu-Ibu di dunia

tidak memberikan ASI secara optimal. Hal ini tampak bahwa pemberian ASI

eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO (2015) masih jarang dipraktikan

oleh ibu-ibu di berbagai negara, karena berbagai faktor, seperti sosial, budaya,

ekonomi, dan politik (WHO, 2015).


Akhir-akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama

6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa

yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI Esklusif

dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa

30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia stiap

tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI Esklusif selama enam bulan sejak sejam

pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan

kepada bayi (Prasetyono, 2017).

Pada Puncak Peringatan Pekan ASI Sedunia, di Jakarta 8 Agustus 2017, Ibu

Negara menyebutkan laporan dari Menkes, bahwa kesadaran masyarakat memberikan

ASI kepada bayinya menunjukkan grafik yang meningkat. Sepanjang tahun 2004-

2008, cakupan pemberian ASI Esklusif 6 bulan meningkat dari 58,9% menjadi

62,2%. Namun, setelah itu, grafik tidak mengalami peningkatan, bahkan cenderung

menurun. (Mediakom, Kemenkes RI, Agustus 2017).

Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development

Goals (MDGs) pada tahun 2022, menurunkan angka kematian anak balita dua pertiga

dari 68 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Namun, sampai tahun 2016, angka

kematian bayi di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. Kebijakan

pemerintah penurunan angka kematian bayi di Indonesia adalah meningkatkan

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2017 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Salah satu

penyebab pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang rendah adalah fasilitasi Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) yang kurang optimal. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada
bayi sampai enam bulan pada tahun 2017 adalah 15,3%. Padahal, sasaran Pembinaan

Gizi Masyarakat berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, tahun 2017-

2017, adalah 80% bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Esklusif (Laporan

pencapaian tujuan pembangunan milenium Indonesia, 2017).

Menurut hasil Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

dilaporkan bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya mendapatkan ASI Eksklusif

sampai 1,6 bulan. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam

indikator Indonesia 2017 yaitu 80%. (Depkes RI, 2004).

Menurut Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2017, cakupan pemberian

ASI Ekslusif pada bayi umur 0–6 bulan mencapai 61,5%. Provinsi dengan

pencapaian cakupan ASI Eksklusif tertinggi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Barat

79,7%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai pencapaian cakupan ASI Esklusif dibawah

angka pencapaian nasional 61,5% yaitu salah satunya Provinsi Sumatera Utara

(56,6%), padahal target Indonesia Sehat 2017-2017 adalah sebesar 80%, bayi diberi

ASI Esklusif sampai 6 bulan.

Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi,

pemerintah Indonesia telah menggalakkan program pemberian ASI Eksklusif sejak

tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-

ASI). Sehubungan dengan itu telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan

No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi

Indonesia (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Ibu-ibu yg

tidakmemberikan ASI eksklusif disebabkan oleh rendahnya tingkat pemahaman


tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan

kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para Ibu mengenai segala

nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan para

Ibu yang bekerja, terutama yang tinggal di perkotaan, juga turut mendukung

rendahnya tingkat Ibu menyusui. Adapun mitos tentang pemberian ASI bagi bayi,

misalnya Ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan kondisi fisik dirinya

merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat. Demikian halnya dengan

kekhawatiran Ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan

makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kendala bagi Ibu, yang akhirnya mencari

alternatif lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi lapar. Hal-hal

tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi

pemberian susu formula. Bila kondisi itu terus berlanjut, maka bisa jadi bangsa

Indonesia mengalami kemunduran di masa mendatang. Situasi seperti ini akan

menjadi masalah yang cukup mendasar, karena bayi bayi kehilangan kesempatan dan

manfaat yang terkandung dalam ASI.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI

Esklusif di UPT Puskesmas Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba Tahun 2022”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan penelitian

“Bagaimana Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Esklusif di UPT

Puskesmas Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba Tahun 2022”.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian

ASI Esklusif di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun

2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Esklusif

berdasarkan umur di UPT Puskesmas

Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba Tahun 2022.

2. Untuk mengetahui Sikap Ibu tentang ASI Esklusif berdasarkan budaya di

UPT Puskesmas Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Ibu

Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan mengubah sikap Ibu-ibu di UPT

Puskesmas Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba Tahun 2022 tentang

pemberian ASI Esklusif.

b. Bagi Institusi

Sebagai referensi perpustakaan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Senior

Medan sebagai bahan perbandingan bagi Mahasiswa selanjutnya yang ingin

melanjutkan penelitian.

c. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan penulis tentang pengetahuan dan sikap Ibu tentang

pemberian ASI Esklusif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Pengetahuan yang dicakup

di dalam domai dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoadmojo, 2017).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat serta materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah meningkat kembali (recall)

terhadap suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima, oleh sebab itu “tahu” adalah tingkat pengetahuan yang lebih rendah.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk me

laskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi yang baik dan benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari atau kondisi sebenarnya (real).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek di dalam

komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur dan analisis berkaitan

satu sama lain.


5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menyusun informasi-

infwormasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek (Notoatmojo, 2017).

Skala Guttman

Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan : ya dan

tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala Guttman ini

pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor

benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya skornya 0 (Aziz, 2017)

2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecamatanenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2017).


Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting. Satu contoh misalnya, seorang Ibu telah mendengar

tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya).

Pengetahuan ini akan membawa si Ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya

tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja

sehingga si Ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknyaa untuk mencegah

supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si Ibu ini mempunyai sikap tertentu

terhadap objek yang berupa penyakit polio itu (Notoatmodjo, 2017).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yakni :

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikann tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,
seorang Ibu yang mengajak Ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan

sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan

tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si Ibu tersebut telah mempunyai sikap

positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala seesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang Ibu mau menjadi

akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orangtuanya sendiri

(Notoatmodjo, 2017).

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat dilakukan dengan menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2017).

Skala Likert

Skala Likert ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau dialaminya.

Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam

kategori skala Likert adalah sebagai berikut :s

Pernyataan Positif Score Pernyataan negatif Score

Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4


Aspek pengukuran pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :

1. Angka 0-25% : Sangat tidak setuju (sangat tidak baik)

2. Angka 26-50 : Tidak setuju (tidak baik)

3. Angka 51-75 : Setuju (baik)

4. Angka 76-100% : Sangat setuju (sangat baik) (Aziz, 2017).

2.3 ASI Esklusif

2.3.1 Pengertian ASI Esklusif

ASI Esklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa

tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi

tim, Kecamatanuali vitamin, mineral dan obat.

Selain itu, pemberian ASI Esklusif juga berhubungan dengan tindakan

memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman

lain, Kecamatanuali sirup obat (Prasetyono, 2016).

Perlu diketahui bahwa semakin lama bayi mendapatkan ASI saja maka

semakin menguntungkan bayi. Bayi akan terhindar dari pengaruh pemberian

makanan diluar ASI, apabila selepas pemberian ASI Esklusif selama 6 bulan, status

gizi anak menurun drastis. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan

tersebut, salah satunya adalah higienitas makanan. Setelah lebih dari 6 bulan, bayi

dapat diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI), selain pemberian ASI (Yuliarti,

2017).
2.3.2 Manfaat ASI Esklusif

Memberikan ASI Esklusif pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh

seseorang Ibu minimal sampai bayi berusia 2 tahun. Adapun manfaat pemberian ASI

adalah :

1. Bagi bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik

setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi

kemungkinan obesitas.

2) Mengandung antibodi

Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut :

Apabila Ibu mendapat infeksi maka tubuh Ibu akan membentuk antibodi dan

akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit.

3) ASI mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari

proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan

untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi

dibanding yang mendapatkan ASI.

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara Ibu dan

Bayi.
Hubungan fisik Ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit

Ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun

sosial yang lebih baik.

6) Terhindar dari alergi

Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat

menimbulkan alergi. Asi tidak menimbulkan efek ini.

7) ASI meningkatkan Kecamatanerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk

pematangan sel-sel otak.

2. Bagi Ibu

1) Aspek kontrasepsi

Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode

kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila

diberikan hanya ASI saja (Esklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.

2) Aspek kesehatan Ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui esklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke

berat semula seperti sebelum hamil.


4) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk

Ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh

semua manusia.

3. Bagi keluarga

1) Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan membeli

susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

2) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga

suasana kejiwaan ibu baik dapat mendekatkan hubungan bayi dengan

keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus

dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

4. Bagi negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status

gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.

2) Menghemat devisa negara


ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua Ibu menyusui

diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang

seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

3) Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk Rumah Sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat Ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan

serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.3.3 Kandungan ASI

1. ASI sebagai nutrisi

Menurut Soetjiningsih, ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Dengan

memberikan ASI secara Esklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin

tercapainya pengembangan potensi Kecamatanerdasan anak secara optimal. Hal ini

karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta

disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus

yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal, antara lain :

a. Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI antara

3,5% - 4,5%.
b. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose, yang kadarnya paling tinggi

dibanding susu mamalia lain (7%).

c. Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0,9%

sampai 60% diantaranya adalah whey yang lebih mudah dicerna dibanding

kasein (protein utama susu sapi).

d. Garam dan Mineral

Ginjal neonatus belum dapat mengonsentrasikan air kemih dengan baik sehingga

diperlukan susu dengan kadar garam dari mineral yang rendah. ASI mengandung

garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi.

e. Vitamin

ASI cukup untuk mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang

berfungsi sebagai katalisator pada proses pembentukan darah terdapat dalam ASI

dengan jumlah cukup dan mudah diserap. Dalam ASI juga terdapat vitamin D

dan E terutama dalam kolostrum.

f. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah tetapi

cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.

2. ASI mengandung Zat Protektif

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan

dalam tubuh) dari Ibunya melalui plasenta. ASI merupakan suatu cairan hidup yang

mengandung zat kekebalan yang berfungsi untuk melindung bayi dari berbagai
penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit dan jamur. Bayi yang mendapat ASI biasanya

lebih jarang menderita suatu penyakit, dikarenakan adanya zat protektif dalam ASI.

2.3.4 Komponen ASI

Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat

rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang memainkan peran

utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Meskipun tidak semua keuntungan dari

semua komponen yang telah sepenuhnya diteliti atau belum ditemukan, berikut daftar

elemen penting dari ASI :

1. Kolostrum

a) ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 setelah melahirkan.

b) Kolostrum merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti

infeksi dan berprotein tinggi.

c) Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara,

mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli

dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.

d) Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih

kuning dibandingkan dengan susu yang matang (Arini, 2017).

Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning kuningan,

lebih kuning dibandingkan dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan manfaat kolostrum sebagai

berikut :

1) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap

untuk menerima makanan.


2) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga

dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

3) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari

berbagai dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan

(Weni, 2017).

2. ASI masa transisi

a) ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa

laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur terjadi

pada minggu ke-3 sampai minngu ke-5.

b) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.

c) Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak

makin meninggi.

d) Volume akan makin meningkat.

3. ASI mature

a) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.

b) Pada Ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI ini merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayinya sampai

umur 6 bulan.

c) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan.

d) Tidak menggumpal jika dipanaskan (Arini, 2017).

Untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang dikandung kolostrum, ASI

transisi dan ASI mature dapat dilihat pada tabel berikut ini (Weni, 2017) :
Tabel 1. Komposisi kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi Asi matur

Energi (kg kla) 57,0 63,0 65,0

Laktosa 6,5 6,7 7,0

(gr/100ml)

Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8

Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324

Mineral 0,3 0,3 0,2

(gr/100ml)

Imunoglobulin :

Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6

Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9

Ig m (mg/100ml) 17,1 - 2,9

Lisosim 14,2-16,4 - 24,3-27,5

(mg/100ml)

Laktoferin 420-52 - 250-270

2.3.5 Berbagai faktor yang terkait pemberian ASI Esklusif

ASI memang benar-benar penting bagi pertumbuhan dan perkembangan dan

kesehatan bayi. Mengenai hal ini, Ibu perlu mengetahui berbagai aspek yang
mengharuskannya untuk memberikan ASI Esklusif kepada bayi sejak 6 bulan

pertama kelahirannya.

Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Aspek pemahaman

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama

kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki

oleh para Ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung

dalam ASI.

2. Aspek gizi

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan

pertama kelahirannya ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang sering

disebut dengan kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama Ig A

yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Bila

kolostrum terlambat diberikan kepada bayi, maka boleh jadi sistem kekebalan

bayi sedikit rapuh dan medah terserang penyakit.

3. Aspek pendidikan

Banyak Ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi.

Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi

tanpa memperhatikan aspek lainnya. Waktu yang lama bersama bayi tidak

dimanfaatkan secar optimal, sehingga para Ibu tidak memberikan ASI esklusif

kepada bayinya.
4. Aspek Imunologik

ASI mengandung zat anti-infeksi yang bersih dan bebas kontaminasi. Kadar

Imunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sektretori Ig A

tidak diserap oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpukan bakteri

patogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

5. Aspek psikologis

Menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa Ibu menyusui dengan

produksi Asi yang mencukupi kebutuhan bayi. Di satu sisi, Ibu dapat merasa

bangga lantaran sanggup menyusui bayi sesuai kodratnya sebagai wanita.

Interaksi antara Ibu dan bayi. Secara psikologis, pertumbuhan dan perkembangan

bayi sangat tergantung pada integritas Ibu dan bayi. Kasih sayang Ibu dapat

memberikan rasa aman dan tenang, sehingga bayi bisa lebih agresif menyusui.

Kontak langsung Ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa

aman dan puas, karena bayi merasakan kehangatan tubuh Ibu dan mendengar

denyut jantung Ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

6. Aspek Kecamatanerdasan

Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih

maksimal. Bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas

karena ASI mengandung DHA dan AA.

7. Aspek Neurologis

Dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait aktivitas

menelan, mengisap dan bernapas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi
risiko gangguan sesak napas pada bayi yang baru lahir atau terjadinya asma pada

anak prasekolah.

8. Aspek biaya

Menyusui secara esklusif dapat mengurangi biaya tambahan yang diperlukan

untuk membeli susu formula beserta peralatannya.

9. Aspek Penunda Kehamilan

Menyusui secara Esklusif dapat menunda datang bulan dan kehamilan, sehingga

dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dikenal sebagai alat

kontrasepsi alamiah sebagai metode laktasi (MAL) (Prasetyono, 2017).

10. Aspek Budaya

Budaya sebagai hal yang dianut secara turun temurun dalam suatu masyarakat

memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara esklusif. Dari generasi ke

generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air

dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik

sekaligus. Sejumlah kebudayaan menganggap tindakan memberi air kepada bayi

baru lahir sebagai cara menyambut kehadirannya di dunia. Alasan untuk

memberikan tambahan cairan kepada bayi berbeda sesuai nilai budaya. Alasan

yang paling sering dikemukakan adalah diperlukan untuk hidup, menghilangkan

rasa haus, mencegah dan mengobati pilek dan sembelit, menenangkan bayi atau

membuat bayi lebih tenang (Linkages, 2015).

2.3.6 Keunggulan ASI

Berdasarkan komposisinya, ASI adalah makanan yang ideal bagi bayi untuk

beberapa bulan awal dilahirkan. Keunggulan pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1. Nilai gizinya, baik dalam jumlah maupun macamnya, sesuai dengan kebutuhan

bayi.

2. Tidak memberatkan kerja pencernaan dan ginjal bayi.

3. Mengandung berbagai zat anti infeksi.

4. Segar dan terhindar dari pencemaran kuman.

5. Suhunya ideal.

6. Memberi kehangatan hubungan bayi dengan Ibunya.

7. Menyusui juga dapat menunda kesuburan(berfungsi, seperti kontrasepsi), dan

mempercepat rahim ke bentuknya semula.

2.3.7 Cara Menyusui

Berikut ini teknik cara menyusui yang baik :

1. Duduklah dengan santai dan bersandar.

2. Bersihkan payudara dengan kapas yang dibasahi air hangat, baik sebelum

maupun sesudah menyusui.

3. Tempelkan puting pada ujung mulut bayi agar merangsangnya memasukkan

putting ke mulut dan mengisapnya.

4. Sebisa mungkin bibir bayi menutupi aerola (kulit gelap disekitar puting), dengan

hidung bayi tetap tidak tertutupi.

5. Usahakan agar payudara tidak terlalu penuh dengan ASI. Berikanlah pada bayi

atau bila berlebih, pompalah. ASI dapat disimpan secara bersih (steril) di dalam

lemari pendingin agar bertahan selama 24 jam. Kelebihan ASI pada payudara

dapat menimbulkan rasa sakit.


2.3.8 ASI Berkualitas

ASI diproses dari saripati makanan yang dikonsumsi oleh Ibu menyusui. Agar

diperoleh ASI berkualitas, menu makanan Ibu menyusui harus memperhatikan

kebutuhan nutrisi yang tepat. Pada saat menyusui, kebutuhan akan nutrisi bertambah,

meliputi energi protein, vitamin, mineral dan cairan. Berikut ini kebutuhan tambahan

per hari pada Ibu yang sedang menyusui :

1. Energi

Energi bertambah 700 kkal (masa 0-6 bulan), 500kkal (masa 7-12 bulan), dan

400 kkal (masa 13-24 bulan).

2. Protein

Protein bertambah 16 gram (masa 0-6 bulan), 12 gram (masa 7-12 bulan), dan 11

gram (masa 13-24 bulan).

3. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral yang perlu ditambahkan antara lain : vitamin A (350-250

RE), vitamin B1 (0,3-0,2 mg), vitamin B2 (0,4-0,2 mg), vitamin B3 (3,1-1,1 mg),

vitamin B12 (0,3µg), asam folat (50-25 µg), vitamin C (25-10 mg), kalsium

(400-300 mg), fosfor (300-200 mg), besi (2 mg), seng (10-5 mg), dan Iodium

(50-25 mg).

2.4 Perawatan Payudara

Payudara ibaratnya adalah wadah bagi ASI, dan wadah ini terjaga dengan

baik, agar ASI yang dihasilkan tetap berkualitas prima. Beberapa perawatan payudara

yang perlu dilakukan oleh para ibu menyusui, menurut Dr. Daulat H. Sibuea dari
Bagian Obstetri-Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara antara

lain :

1. Program Masa Prenatal

a. Trimester I

1) Pemeriksaan payudara untuk mendapatkan adanya kelainan patologis,

seperti tumor, kista, kelainan puting susu.

2) Penyuluhan tentang perawatan dan nutrisi bayi, nutrisi ibu hamil, nutrisi

ibu menyusui, perawatan kesehatan ibu hamil dan nifas, perawatan bayi

dan masalah KB.

b. Trimester II

Penyuluhan tentang perawatan payudara (breast care) dan laktasi.

c. Trimester III

Perawatan payudara (breast care) ; perawatan hanya pada korpus. Setelah

umur kehamilan 34 minggu, perawatan payudara dapat mencakup putting

susu.

2. Perawatan Payudara Pada Masa Menyusui

a. Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan

pakaian atas.

b. Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau

baby oil selama 2-3 menit.

c. Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan gerakan

memutar dari dalam keluar.


d. Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral keluar,

apabila didapat puting inverted (puting tidak menonjol) lakukan penarikan.

e. Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan

melakukan pengurutan telapak tangan berada diantara kedua payudara

dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan ke depan sambil

menghentakkan payudara. Pengurutan dilakukan 20-30 kali.

f. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan

pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-

30 kali. Lakukan pada kedua payudara.

g. Langkah selanjutnya, dengan menggunakan sendi-sendi jari posisi tangan

mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan

pengurutan dari pangkal ke arah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali pada

tiap payudara.

h. Meletakkan waskom dibawah payudara dan menggunakan waslap yang

dibasahi air hangat.

i. Mengguyur payudara kurang lebihnya 5 kali kemudian dilap dengan waslap

bergantian dengan air dingin, masing-masing 5 kali guyuran kemudian

diakhiri dengan air hangat.

j. Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang di bahu.

k. Memakai BH yang dapat menopang payudara.

2.5 Karateristik Ibu


2.5.1 Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan

epidemiologi. Umur merupakan lamanya hidup dalam tahun yang dihitung masa

dewasa.

Hubungan umur dengan pengetahuan erat kaitannya karena semakin

bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap, pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2017).

Umur 20-35 tahun adalah masa pengembangan pola pikir, karir, dan masa

yang tepat untuk berproduksi.

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik

dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisiik terdiri atas empat

kategori perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan

timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada

aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan

dewasa (Wahid, 2017).

Umur dengan kategori yaitu :

1. Umur < 20tahun

2. Umur 20-35 tahun

3. Umur > 35 tahun

2.5.2 Budaya

Budaya yaitu suatu hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu

masyarakat yang dimiliki oleh responden dengan kategori :

a. Jawa
b. Batak

c. Melayu

d. Sunda

e. Minang

f. Nias

Budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu

pengetahuan.

2.5.3 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu dihup

diluar rahim. Dikatakan bahwa jumlah anak yang dilahirkan oleh Ibu yang

dikategorikan sebagai berikut :

a. Primipara : Ibu yang melahirkan anak 1 kali

b. Sekundipara : Ibu yang melahirkan anak 2 kali

c. Multipara : Ibu yang melahirkan anak 3-5 kali

d. Grandemultipara : Ibu yang melahirkan anak > 5 kali

Tingkat paritas yang lebih tinggi mempunyai pengetahuan dan pengalaman

yang lebih tinggi dibanding yang berparitas rendah.

2.4.4 Pekerjaan

Pekerjaan adalah sumber penghasilan, oleh karena itu setiap orang yang ingin

mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari tingkat kehidupan yang lebih baik

harus siap dan bersiap untuk bekerja keras.


Setiap Ibu yang mempunyai pekerjaan akan berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan karena pada umumnya orang yang bekerja akan memperoleh

kemudahan untuk mendapatkan informasi sehingga pengetahuan akan lebih luas.

Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Notoatmodjo yaitu jenis pekerjaan

berkaitan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2017).

Pekerjaan dengan dikategorikan yaitu :

1. Bekerja (PNS, Swasta, Pedagang)

2. Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga)

Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan dua variable yaitu satu variable bebas (variable

independen) atau variable X dan satu variable terikat (variable dependen) atau

variable Y. Hubungan kedua variable adalah seperti gambar 3.1 berikut:

Variabel independen (X) Variabel dependen(Y)

Pengetahuan Pemberian ASI Esklusif

Sikap

Gambar 3.1. Kerangka konsep

a. Hipotesis
Ada Hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskritif analitik dengan rancangan cross sectional

untuk melihat Hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif

di UPT Puskesmas Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba tahun 2022.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan,

Kabupaten.Toba.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - juli 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah 40 ibu yang memiliki bayi 7 - 12 bulan pada

Bulan Maret – juli tahun 2022.


3.3.2 Sampel

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan tehnik total sampling yaitu

seluruh populasi 40 ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan di UPT Puskesmas

Uluan,Kecamatan.Uluan,Kabupaten.Toba tahun 2022.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.4 Tabel Defenisi Operasional

Cara
Hasil
No Variabel Defenisi Penguk Skala
Ukur
uran
Variabel Bebas
1 Pengetahuan Hasil tahu peneliti Kuesio 1. Baik Ordinal
tentang ner jika
bagaimana ASI jawaba
Eksklusif n benar
(15-20)
2. Cukup
jika
jawaba
n benar
(8-14)
3. Kurang
jika
jawaba
n benar
(<8)

2 Sikap Keinginan ibu Kuesio 1. Positif Ordinal


dalam mengetahui ner (6-10)
tentang ASI 2. Negatif
Eksklusif (0-5)
Variabel Terikat
3 ASI Permasalahan Kuesio 1. YA Ordinal
Eksklusif yang terjadi pada ner 2. Tidak
pemberian ASI
Eksklusif
3.5 Jenis dan Cara pengumpulan Data

1.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

skunder. Data primer berupa angket yang diperoleh langsung dari jawaban reponden,

sedangkan data sekunder berupa data yang diperoleh dari Desa .

1.5.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung dengan memberi

kuesioner langsung kepada responden. Sebelum kuesioner diberikan kepada

responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian

kuesioner serta meminta responden untuk menandatangani persetujuan menjadi

responden ( informen consent). Setelah menjawab seluruh pertanyaan, kuesioner

dikumpulkan kembali untuk diperiksa kelengkapan jawaban responden.jawaban yang

telah diisi seluruhnya langsung dikumpul, sedangkan jika ada jawaban yang belum

lengkap, responden diminta untuk mengisi jawaban jawaban yang belum terisi

tersebut.

3.6 Pengolaan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolaan Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolaan data, data diolah secara:

a. Editing, yaitu dengan melakukan pengecekan asian formulir (kuesioner)

apakah jawaban sudah jelas, lengkap dan konsisten.


b. Coding, yaitu dengan merubah data yang sudah berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka.

c. Tabulating, yaitu mengelompokkan data kedalam master tabel untuk

mempermudah pendistribusian data berdasarkan tabel.

d. Cleaning adalah memberikan pembersihan setiap data yang telah dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidak lengkapan kemudian dilakukan koreksi (Notoatmodjo, 2017).

e. Processing (data entry) adalah jawaban dari masing-masing responden yang

dalam kode dimasukkan kedalam program komputer.

3.6.2 Analisis Data

1. Analisa univariat

Analisa ini dilakukan secara deskriftif analitik dengan distribusi frekuensi

terhadap variabel – variabel yang meliputi mutu pelayanan dan pelaksanaan

penyuluhan kesehatan

2. Analisis bivariat

Analisa ini untuk melihat hubungan variabel indevenden dengan dependen yakni

hubungan mutu pelayanaan intra natal care terhadap pelaksanaan penyuluhan

kesehatan pada ibu bersalin, peneliti menggunakan teknik analisis data yaitu Chi-

Square ( X2 ) pada tingkat kepercayaan 99% (α-0,01)


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang

Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan,

Kabupaten.Toba Tahun 2022” pada responden 40 orang, diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif
Di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022

No. Pengetahuan Jumlah Presentase


1. Baik 22 55%
2. Cukup 13 32,5%
3. Kurang 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 40 responden mayoritas

memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 responden (55%), dan minoritas memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (12,5%).


Tabel 4.2
Distribusi Sikap Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif
Di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022

No. Sikap Jumlah Presentase


1. Positif 24 60%
3. Negatif 16 40%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 40 responden mayoritas memiliki

sikap positif sebanyak 24 responden (60%), dan minoritas memiliki sikap negatif

sebanyak 16 responden (40%).

Tabel 4.3
Distribusi Pemberian ASI Esklusif
Di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022

No. ASI Eksklusif Jumlah Presentase


1. Ya 22 55%
3. Tidak 18 45%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 40 responden mayoritas responden

yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 22 responden (55%), dan minoritas

responden tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 18 responden (45%).

4.1.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu

tentang Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan,

Kabupaten.Toba Tahun 2022.


Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif
Di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022
ASI Eksklusif

YA Tidak TOTAL P

PENGETAHUAN N % N % N % 0,000

Baik 18 81,8 4 18,2 22 55

Cukup 4 30,8 9 69,2 13 32.5

Kurang 0 0 5 100 5 12.5

TOTAL 22 55 18 45 40 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui dari 22 responden yang berpengetahuan baik

mayoritas memberikan ASI Eksklusif sebanyak 18 responden (81,8%), minoritas

tidak memberi ASI Eksklusif sebanyak 4 responden (18,2%). Dari 13 responden yang

berpengetahuan cukup mayoritas tidak memberi ASI Eksklusif sebanyak 9 responden

(69,2%), minoritas memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 responden (30,8%). Dari 5

responden yang berpengetahuan kurang semuanya tidak memberikan ASI Eksklusif

yaitu 5 responden (100%).

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa p=0,000 < 0,05 yang artinya ada

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas

Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022.


Tabel 4.5. Hubungan Sikap Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif
Di UPT Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022
ASI Eksklusif

YA YA TOTAL P

SIKAP N % N % N % 0,000

Positif 20 83,3 4 16,7 24 60

Negatif 2 12,5 14 87,5 16 40

TOTAL 22 55 18 45 40 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui dari 24 responden yang memiliki sikap positif

mayoritas memberikan ASI EKsklusif sebanyak 20 responden (83,3%), minimal

bersikap negatif tidak ASI Eksklusif sebanyak 4 responden (16,7%). Dari 16

responden yang memiliki sikap negatif mayoritas tidak Asi Eksklusif sebanyak 14

responden (87,5%), minoritas Tidak Asi Eksklusif sebanyak 2 responden (12,5%).

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa p=0,000 < 0,05 yang artinya ada

Hubungan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas Uluan,

Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif Di UPT

Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa bahwa p=0,000 < 0,05 yang artinya ada

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas

Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022.


Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh

oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,

bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah

pula (Wawan, 2018).

Menurut Kodrat (2017) pengetahuan melandasi seseorang untuk berperilaku sehat

atau tidak seperti perilaku pemberian Asi Eksklusif sangat ditentukan oleh

pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan tentang Asi Eksklusif dilakukan dengan

upaya pemberian informasi dan untuk memperoleh informasi seseorang memerlukan

proses belajar baik formal maupun non formal. Pengetahuan masyarakat yang rendah

tentang pemberian kolostrum dapat menyebabkan para ibu menyusui memberikan

makanan lain selain kolostrum. Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya

kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada kolostrum. Tingkat pengetahuan

mempunyai kontribusi yang besar dalam merubah prilaku seseorang untuk berbuat

sesuatu

Penelitian menunjukkan bahwa dari 22 responden yang berpengetahuan baik

mayoritas memberikan ASI Eksklusif sebanyak 18 responden (81,8%), minoritas

tidak memberi ASI Eksklusif sebanyak 4 responden (18,2%). Dari 13 responden yang

berpengetahuan cukup mayoritas tidak memberi ASI Eksklusif sebanyak 9 responden

(69,2%), minoritas memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 responden (30,8%). Dari 5

responden yang berpengetahuan kurang semuanya tidak memberikan ASI Eksklusif


yaitu 5 responden (100%). Pengetahuan seorang ibu tentang pemberian ASI

Eksklusif tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikannya meskipun pengetahuan itu

sendiri sangat erat kaitannya dengan pendidikan namun hal tersebut juga bisa dilihat

dari beberapa faktor diantaranya informasi atau media massa, sosial budaya dan

ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

4.2.2 Hubungan Sikap Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif Di UPT

Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa bahwa p=0,000 < 0,05 yang artinya

ada Hubungan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Esklusif di UPT Puskesmas Uluan,

Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022.

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui dari 24 responden yang memiliki sikap positif

mayoritas memberikan ASI EKsklusif sebanyak 20 responden (83,3%), minimal

bersikap negatif tidak ASI Eksklusif sebanyak 4 responden (16,7%). Dari 16

responden yang memiliki sikap negatif mayoritas tidak Asi Eksklusif sebanyak 14

responden (87,5%), minoritas Tidak Asi Eksklusif sebanyak 2 responden (12,5%).

Hal ini sejalan dengan penelitian (Nasrah, 2016) berdasarkan hasil penelitian

menujukkan bahwa sebagian responden memiliki sikap ibu dalam pemberian ASI

eksklusif adalah positif dengan jumlah 66 responden atau 55,0%. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian responden memiliki sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif

adalah positif (baik).Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan

untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam

menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap

obyek atau situasi ( Azwar, 2015 ). Hasil penelitian juga masih ada responden yang

sikap dalam pemberian ASI eksklisfi yang negatif (kurang baik). Kurangnya sikap,

pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI menjadi faktor terbesar yang

menyebabkan ibu-ibu muda terpengaruh dan beralih kepada susu botol atau susu

formula. Selain itu, gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan

makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang

berhasilnya pemberian ASI eksklusif (Wenas dkk 2015).

Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan tindakan

pemberian ASI eksklusif. Dengan kata lain, semakin baik sikap, semakin besar

peluang terjadinya pemberian ASI eksklusif. Hal yang sama juga oleh penelitian

Jenni dengan hasil uji chi-square antara sikap dengan tindakan pemberian ASI

eksklusif dimana dari dari 51 responden dengan sikap positif, 49 orang (96.1%)

memberi ASI eksklusif dan 2 orang (3.9%) tidak memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya

dari 39 responden dengan sikap negatif, 8 orang (20.5%) memberi ASI eksklusif dan

31 orang (79.5%) tidak memberi ASI eksklusif. Dengan demikian, mayoritas

responden yang memberi ASI eksklusif adalah yang memiliki sikap positif yakni

sebanyak 49 orang (96.1%). Hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa t-count=

51.113 dengan p-value – 0.000, lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa sikap memiliki hubungan signifikan dengan tindakan pemberian ASI eksklusif

Selanjutnya sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif dihubungkan dengan


pendidikan, diperoleh hasil dari 14 orang berpendidikan diploma, 11 orang (78.6%)

memiliki sikap baik dan 3 orang (21.4%) memiliki sikap kurang.

4.3 Keterbatasa Penelitian

Keterbatasan penelitian ini lebih ditekankan pada lokasi penelitian yang sulit

ditempuh.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif Di UPT

Puskesmas Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022

2. Ada Hubungan Sikap Ibu Tentang pemberian ASI Esklusif Di UPT Puskesmas

Uluan, Kecamatan.Uluan, Kabupaten.Toba Tahun 2022.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas maka berikut ini diajukan

beberapa saran sebagai berikut:

a. Bagi Responden

Diharapkan bertambahnya wawasan pengetahuan dapat mengubah sikap ibu

untuk mau memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan secara

langsung kepada ibu dengan mendatangi rumahnya jika mereka tidak datang

posyandu tentang Asi Eksklusif.


DAFTAR PUSTAKA

Arini. 2017. Mengapa Seorang Ibu harus Menyusui. FlashBooks. Yogyakarta.


Hidayat, Aziz Alimul. 2017. Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Salemba Medika. Jakarta.
Kristiyanasari, Weni. 2017. ASI, Menyusui dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta.
Maryunani, Anik. 2017. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Esklusif dan Manajemen
Laktasi. Trans Info Media. Jakarta
Notoadmodjo, Soekidjo. 2017. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Renika Cipta. Jakarta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2017. Buku Pintar ASI Esklusif. DIVA Press. Yogyakarta.
Widodo, Rahayu. 2017. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.
Amalia Hadinata. Jakarta.
1.1.1 Elsalvador, Heriyanti. 2017. Gambaran Paritas dan Pendidikan
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembina.
https://plus.google.com. Palembang.
Firanika, Rayuni. 2017. Aspek Budaya Dalam Pemberian ASI Eksklusif.
http://www.google.com.
Pratiwi, Alfianti. 2017. Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang asi
eksklusif terhadap tumbuh kembang anak usia 6 – 24 bulan.
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t36511.pdf
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN


ASI ESKLUSIF DI UPT PUSKESMAS
ULUAN,KECAMATAN.ULUAN,KABUPATEN.TOBA
TAHUN 2022

Petunjuk pengisian :

1. Isilah identitas anda dengan benar.

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c dengan

memberi tanda (x) untuk salah satu jawaban yang menurut anda benar

3. Jawablah pernyataan-pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dengan memberi tanda

(√ )

4. Setelah selesai menjawab pertanyaan, kembalikan kuesioner kepada petugas.

5. Atas partisipasi anda saya ucapkan terima kasih.

I. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Umur Responden :

3. Budaya Responden :

4. Paritas Responden :

5. Pekerjaan Responden :
II. Pertanyaan dan Pernyataan

1. Apakah yang dimaksud dengan ASI Ekslusif ?

a. Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayinya

b. ASI yang diberikan sampai bayi berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan

apapun

c. Susu formula yang diberikan kepada bayi

2. ASI Ekslusif dapat bermanfaat bagi siapa saja ?

a. Bagi bayi

b. Bagi bayi, ibu, keluarga dan negara

c. Bagi pemerintah

3. Apa manfaat ASI Ekslusif bagi bayi ?

a. Aspek penurunan berat badan

b. Mengurangi subsidi rumah sakit

c. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antar Ibu dan

bayi

4. Apa manfaat ASI Ekslusif bagi Ibu ?

a. Menjarangkan kehamilan

b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

c. Menghemat devisa negara

5. Apa manfaat ASI Ekslusif bagi Keluarga ?

a. Mengandung komposisi tepat

b. ASI tidak perlu dibeli

c. Peningkatan kualitas generasi penerus


6. Apa manfaat ASI Ekslusif bagi negara ?

a. Menghemat devisa negara

b. Meningkatkan Kecamatanerdasan bagi bayi

c. Memberi rasa nyaman pada bayi

7. Apa-apa saja yang terkandung didalam ASI ?

a. Lemak dan Protein

b. Vitamin dan Mineral

c. Lemak, Karbohidrat, Protein, Garam, Mineral, dan Vitamin

8. Menurut Ibu apa keunggulan bayi yang mendapatkan ASI Esklusif dibandingkan

dengan bayi yang memperoleh susu formula?

a. Bayi yang mendapatkan ASI secara Ekslusif lebih jarang terserang penyakit

dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula

b. Bayi yang memperoleh susu formula lebih cerdas dibandingkan dengan bayi

yang mendapatkan ASI Ekslusif

c. Bayi yang memperoleh susu formula lebih banyak kandungan gizinya

dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif

9. Mengapa bayi yang mendapatkan ASI biasanya lebih jarang menderita suatu

penyakit ?

a. Karena ASI lebih lengkap gizinya

b. Karena adanya zat protektif (zat pelindung) dalam ASI

c. Karena ASI mengandung tinggi protein

10. Apa kelebihan ASI jika dibandingkan dengan susu formula ?


a. ASI lebih praktis karena dapat diberikan dimana dan kapan pun

b. ASI sama kandungan gizi nya dengan susu formula

c. ASI tidak mengandung protein

11. Apa-apa saja komponen dalam ASI ?

a. Kolostrum (ASI pada hari pertama s /d hari ke-4), ASI masa transisi (ASI

pada hari ke-4 s/d hari ke-10), dan ASI mature (ASI pada hari ke-10).

b. ASI Ekslusif dan ASI mature

c. Kolostrum dan ASI masa transisi

12. Apa nama ASI yang pertama kali keluar ?

a. ASI Ekslusif (ASI yang diberikan dari usia 0-6 bulan)

b. Kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-4)

c. ASI transisi (ASI yang dihasilkan mulai hari ke-4 sampai hari ke-10)

13. Apakah Kolostrum itu ?

a. Suatu cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan

b. Suatu cairan yang berwarna putih kekuning-kuningan

c. Suatu cairan yang berwarna putih, bentuknya agak kasar

14. Apa manfaat dari kolostrum itu ?

a. Tidak sebagai pembersih selaput usus BBL

b. Tidak mengandung kadar protein yang tinggi

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi

15. Mengapa ASI dikatakan sebagai makanan ideal bagi bayi ?

a. Karena ASI adalah makanan bayi


b. Karena ASI adalah makanan utama bayi dan sangat bermanfaat bagi bayi

karena nilai gizinya baik

c. Karena ASI menghemat biaya

16. Apakah yang dimaksud dengan ASI berkualitas ?

a. ASI yang diproses dari saripati makanan yang dikonsumsi oleh Ibu

menyusui

b. ASI yang diperoleh dari Ibu menyusui

c. ASI yang diperoleh dari makanan yang bergizi oleh Ibu menyusui

17. Bagaimana cara Ibu memperoleh ASI berkualitas ?

a. Ibu menyusui harus memperhatikan kebutuhan nutrisi dan mengkonsumsi

makanan yang bergizi

b. Ibu menyusui tidak boleh terlalu capek bekerja

c. Ibu menyusui harus rajin minum susu

18. Apakah keuntungan apabila bayi dibiarkan bersama Ibunya segera setelah lahir

dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)?

a. Membina hubungan/kasih sayang

b. Agar bayi mengenal siapa Ibunya

c. Agar bayi tidak menangis

19. Mengapa ASI dapat meningkatkan Kecamatanerdasan bagi bayi ?

a. Karena ASI mengandung Omega 3 yang berfungsi untuk pematangan sel-sel

otak

b. Karena ASI tinggi protein

c. Karena ASI mengandung vitamin dan mineral


20. Mengapa ASI Ekslusif sangat penting bagi bayi ?

a. Karena ASI adalah makanan utama bayi

b. Karena ASI mengandung gizi yang baik

c. Karena ASI sangat bermanfaat bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan

perkembangannya

No. Pernyataan SS S TS STS

1. ASI merupakan makanan yang lengkap zat


gizinya
2. ASI dapat menyebabkan alergi pada bayi
3. ASI lebih baik dari susu sapi karena
mengandung zat kekebalan yang melindungi
bayi dari penyakit infeksi
4. ASI dapat menyebabkan diare
5. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan
6. ASI yang pertama kali keluar sebaiknya
dibuang
7. ASI Ekslusif sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan dan perkembangan si bayi
8. Setiap kali menyusui, Ibu hanya
memberikan satu payudara saja (tidak
bergantian)
9. ASI diperoleh dari Ibu saja tidak dari susu
formula
10. Bayi dengan ASI Ekslusif akan merepotkan
ibu sebab ibu harus meneteki bayinya setiap
saat

KUNCI JAWABAN

Jawaban untuk pertanyaan pengetahuan :


No. Jawaban

1. B 11. A
2. B 12. B
3. C 13. A
4. A 14. C
5. B 15. B
6. A 16. A
7. C 17. A
8. A 18. A
9. B 19. A
10. A 20. C

Jawaban untuk pernyataan sikap :

No Pernyataan SS S TS STS
.
1. (+) 4 3 2 1
2. (-) 1 2 3 4
3. (+) 4 3 2 1
4. (-) 1 2 3 4
5. (+) 4 3 2 1
6. (-) 1 2 3 4
7. (+) 4 3 2 1
8. (-) 1 2 3 4
9. (+) 4 3 2 1
10. (-) 1 2 3 4
MASTER TABEL HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TENTANG PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI UPT PUSKESMAS
ULUAN,KEC.ULUAN,KAB.TOBA
NO PENGETAHUAN SIKAP ASI EKSKLUSIF
1 1 1 1
2 2 2 2
3 1 1 2
4 1 1 2
5 1 1 1
6 1 1 2
7 1 2 1
8 2 1 1
9 2 1 1
10 2 2 2
11 3 2 2
12 2 2 2
13 2 2 2
14 2 2 1
15 1 1 2
16 1 1 1
17 1 1 1
18 1 1 1
19 3 2 2
20 2 1 1
21 1 1 1
22 3 2 2
23 1 1 1
24 2 2 2
25 1 1 1
26 2 2 2
27 1 1 1
28 2 2 2
29 1 1 1
30 1 1 1
31 1 1 1
32 1 1 1
33 1 1 1
34 2 2 2
35 1 1 1
36 2 2 2
37 3 2 2
38 1 1 1
39 1 1 1
40 3 2 2

Output SPSS

Statistics

Pengetahuan Sikap ASI Eksklusif

N Valid 40 40 40

Missing 0 0 0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 22 55.0 55.0 55.0

Cukup 13 32.5 32.5 87.5

Kurang 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Positif 24 60.0 60.0 60.0

Negatif 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

ASI Eksklusif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 22 55.0 55.0 55.0

Tidak 18 45.0 45.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


Pengetahuan * ASI Eksklusif Crosstabulation
Count

ASI Eksklusif

YA Tidak Total

Pengetahuan Baik 18 4 22

Cukup 4 9 13

Kurang 0 5 5
Total 22 18 40

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)

Pearson Chi-Square 15.588a 2 .000


Likelihood Ratio 18.141 2 .000
Linear-by-Linear Association 14.905 1 .000
N of Valid Cases 40

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2.25.

Sikap * ASI Eksklusif Crosstabulation


Count

ASI Eksklusif

YA Tidak Total

Sikap Positif 20 4 24

Negatif 2 14 16
Total 22 18 40

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 19.461 a


1 .000
Continuity Correction b
16.705 1 .000
Likelihood Ratio 21.368 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.975 1 .000
N of Valid Cases 40

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai