2. Cara Oksitosin
a) Kaji ulang indikasi
b) Baringkan pasien miring kiri
c) Gunakan Oksitosin secara hati-hati karena gawat
janin dapat terjadi diakhiri hiperstimulasi.
Walaupun jarang, ruptura uteri dapat pula terjadi
terutama pada multi para. Dosis efektif oksitosin
bervariasi, infus oksitosin dalam Dextrose atau
Garam Fisiologik dengan tetesan dinaikkan secara
gradual sampai kontraksi uterus adekuat.
d) Pantau denyut nadi, tekanan darah dan kontraksi
uterus pasien, juga DJJ
e) Catat semua pengamatan pada partograf tiap 30
menit, kecepatan infus, frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus, DJJ didengarkan tiap 30 menit
atau langsung setelah kontraksi uterus. Apabila
terjadi gawat janin segera hentikan infus
f) Infus oksitosin 5 unit dalam 500 cc dextrosa 55 /
Garam Fisiologis mulai 8 tetes/menit. Setiap 15
menit dinaikkan kecepatannya sebanyak 4 tetes
sampai tercapai kontraksi uterus yang adekuat (3
kali kontraksi dalam 10 menit dengan lama 40-50
detik) dengan tetesan maksimal 40 tetes/menit.
g) Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi uterus
lebih dari 4 kali dalam 10 menit atau lama kontraksi
uterus lebih dari 60 detik), hentikan infus dan
kurangi hiperstimulasi dengan:
- Terbutolin 250 mcg pelan-pelan selama 5 menit
- Salbutamol 5 mg dalam 500 cc cairan garam
fisiologik atau Ringer Laktat 10 tetes/menit.
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus yang
adekuat dengan dosis oksitosin maksimal maka
induksi dianggap gagal dilakukan Seksio Sesarea.
3. Cara Prostaglandin
a. Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi uterus
pasien dan DJJ. Catat semua pengamatan pada
partograf.
b. Kaji ulang indikasi.
c. Prostraglandin E2 (PG E2) bentuk ovula 3 mg atau
gel 2-3 mg ditempatkan pada forniks posterior
vagina, dapat diulang 6 jam kemudian (jika
kontraksi tidak timbul).
d. Hentikan pemberian prostaglandin dan mulai infus
oksitosin jika:
- Ketuban pecah
- Pematangan serviks telah tercapai
- Proses persalinan telah berlangsung
- Pemakaian prostaglandin telah berlangsung 24
jam
4. Cara Misoprostol
- Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks
hanya pada kasus-kasus tertentu, misalnya: Pre-
eklampsia berat/eklampsia dan serviks belum
matang, sedangkan seksio sesarea belum dapat
segera dilakukan atau bayi masih terlalu prematur
untuk hidup.
- Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu
belum inpartu dan terdapat tanda-tanda gangguan
pembekuan darah:
Cara:
a. Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg pada
forniks posterior vagina, jika konstraksi uterus
tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
b. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian
25 mcg naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6
jam. Setiap kali pemberian tidak boleh lebih
dari 50 mcg dan jangan lebih dari 4 dosis atau
200 mcg.
Misoprostol mempunyai resiko peningkatan ruptura
uteri, oleh karena itu hanya dikerjakan di pelayanan
kesehatan yang lengkap (ada fasilitas operasi).
g. Lakukan dekontaminasi
h. Lakukan cuci tangan setelah kontak denngan pasien dan
lingkungan pasien
i. Lakukan dokumentasi
Link video
Daftar Pustaka Reni & Sunarsih. 2017. Efektivitas Pemberian Misoprostol
Pervaginam Dengan Oksitoin Intravena Tehadap
Kemajuan Persalinan Pada Ibu Bersalin Indikasi
KPD di RS Islam Asy-syifaa Bandar Jaya Tahun
2016. Jurnal Kebidanan. Volume 3 (3): 121-126.
Retnaningsih, H. 2018. Pengaruh Jenis Induksi Persalinan
Terhadap Keberhasilan Persalinan Pervaginam Pada
Ibu Hamil Postterm Di RSUD Wonosari Tahun
2017. Skripsi. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Rhomadona, S. W. & Widyawati, M. N. 2019. Analis
Aktivitas Kontaksi Uterus Dan Perinatal Outcome
Pada Ibu Bersalin Dengan Induksi. Jurnal
Keperawatan Silampari. Volume 2 (2).
https://doi.org/10.31539/jks.v2i2.517