Anda di halaman 1dari 58

PERDARAHAN ANTEPARTUM (PAP)

Direktur
No.Dokumen :1/SPO/RSASM/XII/2019 RS. Ali Sibroh Malisi

No. Revisi :1
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/1 drg.Nina soejoto,MPH
Halaman
Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu, perdarahan berasal dari:
Pengertian
1. Kelainan plasenta: plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan antepartum yang
belum jelas sumbernya, inversio filamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkum
valata.
2. Bukan kelainan plasenta: varises pecah, erosi servik, polip.
3. Suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian/seluruh pembukaan jalan lahir
(OUI=ostium uteri internum).
Tujuan 1. Memberikan petugas tentang langkah-langkah yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Petugas dapat mengetahui diagnosis dan gambaran klinik, sbb :
a. Anamneses : sifat perdarahan dan umur kehamilan.
b. Inspeksi : pucat, anemis, earna darah (merah segar).
c. Palpasi abdomen : letak janin, bagian bawah janin belum masuk.
d. Pemeriksaan inspekculo : asal dari perdarahan.
e. Pemeriksaan USG : letak janin dan plasenta.
Kebijakan .Setiap petugas berupaya untuk mengurangi
morbiditas ibu hamil dan bayi baru lahir(sesuai
Kebijakan Direktur No.27/II/X/SK_DIR_KEB/2012
tentang Kebijakan Unit Rawat Inap Ibu dan Anak).
Prosedur
1. Lakukan amniotomi (bila ada pembukaan) dan diikuti pemberian oksitosin
drip dalam infus(bila tidak disertai adanya his).
2. Apabila pembukaan lengkap/hampir lengkap, kepala sudah meturun di H III-
IV maka: • Janin hidup: dilakukan ekstrasi vakum/ekstrasi forceps. • Janin mati:
embriotomi.
3. Lakukan bedah Caesar apabila: • Janin hidup, pembukaan masih kecil. •
Perdarahan banyak, pembukaan masih kecil. • Janin tidak bisa lahir
pervaginum, panggul sempit, letak lintang. • Ligas a. Hipogastrika, apabila
fungsi reproduksi hendak dipertahankan.
4. Histerektomi apabila terjadi ”uterus convelliar” dan kontraksi tidak baik.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
PERDARAHAN ANTEPARTUM (PAP)
Direktur
No.Dokumen :2/SPO/RSASM/XII/2019 RS. Ali Sibroh Malisi

No. Revisi :2
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/2 drg.Nina soejoto,MPH
Halaman
Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu, perdarahan berasal dari:
Pengertian
1. Kelainan plasenta: plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan antepartum yang
belum jelas sumbernya, inversio filamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkum
valata.
2. Bukan kelainan plasenta: varises pecah, erosi servik, polip.
3. Suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian/seluruh pembukaan jalan lahir
(OUI=ostium uteri internum).
Tujuan 1. Memberikan petugas tentang langkah-langkah yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Petugas dapat mengetahui diagnosis dan gambaran klinik, sbb :
1. Anamneses : sifat perdarahan dan umur kehamilan.
2. Inspeksi : pucat, anemis, earna darah (merah segar).
3. Palpasi abdomen : letak janin, bagian bawah janin belum masuk.
4. Pemeriksaan inspekculo : asal dari perdarahan.
5. Pemeriksaan USG : letak janin dan plasenta.

Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
5.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di
RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non
pendidikan), C, dan D, Departemen kesehatan 2016.

Prosedur 1. Dilakukan amniotomi (bila ada pembukaan) dan diikuti pemberian oksitosin
drip dalam infus(bila tidak disertai adanya his).
2. Apabila pembukaan lengkap/hampir lengkap, kepala sudah meturun di H III-
IV maka: • Janin hidup: dilakukan ekstrasi vakum/ekstrasi forceps. • Janin mati:
embriotomi.
3. Dilakukan bedah Caesar apabila: • Janin hidup, pembukaan masih kecil. •
Perdarahan banyak, pembukaan masih kecil. • Janin tidak bisa lahir
pervaginum, panggul sempit, letak lintang. • Ligas a. Hipogastrika, apabila
fungsi reproduksi hendak dipertahankan.
4. Histerektomi apabila terjadi ”uterus convelliar” dan kontraksi tidak baik

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
PEMASANGAN GELANG IDENTITAS PADA BAYI Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
BARU LAHIR

No.Dokumen :3/SPO/RSASM/XII/2019

No. Revisi :3
SPO drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/1
Proses pemasangan gelang identitas pada bayi baru lahir.
Pengertian
Tujuan 1. Mencegah kesalahan identitas pasien
2. Untuk keselamatan pasien
3. Memudahkan pelayanan kepada pasien
Kebijakan Bahwa setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas.
Prosedur A. Persiapan Alat
a. Gelang identitas bayi (biru untuk bayi laki-laki/merah muda untuk bayi
perempuan)
b. Data identitas bayi
c. Alat tulis

B. Pelaksanaan : (dilakukan oleh bidan/perawat Instalasi Rawat Inap Ibu dan


Anak)
1. Daftarkan bayi baru lahir ke bagian rekam medik via telepon dengan urutan
sbb : - Beritahu bahwa ada bayi baru lahir. - Minta nomor Rekam Medis. -
Minta nomor Register Rawat Inap. - Beritahu nama ibu bayi. - Beritahu jenis
kelamin bayi. - Beritahu tanggal dan jam kelahiran bayi. - Berpesan kepada
petugas rekam medis agar segera mengirimkan label dan Dokumen Rekam
Medis bayi baru lahir.
2. Tunggu pengiriman label dan Dokumen Rekam Medis maksimal 15 menit.
Lakukan konfirmasi jika belum terkirim sampai 15 menit.
3. Siapkan gelang identitas pasien sesuai jenis kelamin
4. Pasangkan label kedalam gelang bayi.
5. Panggil keluarga bayi,ucapkan salam,perkenalkan diri dan jelaskan maksud
dan tujuan pemasangan gelang identitas bayi kepada orang tua bayi,dengan
kata-kata,” Selamat pagi/siang/malamIbu/Bapak/Saudara,namasaya....
bidan/perawat di ruang bayi. Saya akan memasangkan gelang identitas ini di
pergelangan tangan kiri putra/putri Bapak/Ibu dengan tujuan untuk mencegah
kesalaha identitas pasien,untuk keselamatan pasien dan memudahkan
pelayanan kepada pasien selama dirawat di rumah sakit.Pasangkan gelang
identitas pada pergelangan tangan kiri bayi bila memang memungkinkan.Atau
pada sisi lain sesuai dengan kondisi masing-masing bayi,sesuai dengan
Panduan
6. Informasikan kepada orangtua atau keluarga bayi bahwa gelang identitas ini
harus selalu dipakai hingga bayi diperbolehkan pulang.
”Ibu/Bapak,gelang identitas ini harus selalu dipakai selama putra/putri
Ibu/Bapak dalam masa perawatan di rawat inap RS ALI SIBROH MALISI.
7. Pastikan orangtua mengerti penjelasan dan ucapkan terimakasih.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak Bagian Rekam Medik
PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA PERSALINAN
Direktur
No.Dokumen :4/SPO/RSASM/XII/2019 RS. Ali Sibroh Malisi

No. Revisi :4
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/2 drg.Nina soejoto,MPH
Halaman
Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun yang belum inpartu
Pengertian
dengan memasukkan Inf. D 5% dan oksitosin 5 Internasional Unit
Tujuan 1. Mempercepat proses persalinan
2. Pasien mendapatkan tindakan yang tepat dan benar
3. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi
Kebijakan Seluruh pelayanan keperawatan dan kebidanan di
Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak berorientasi pada
mutu dan keselamatan pasien
Prosedur
1. Persiapan
1.1. Persiapan alat/obat.
1.1.1. Infus set.
1.1.2. 2 kolf Dextrose 5%.
1.1.3. Obat oksitosin 5 unit.
1.2. Persiapan pasien.
1.3. Pesiapan penolong.

2. Pelaksanaan
2.1. Pastikan tidak ada kontra indikasi pemberiannya, dan bila his
memang tidak adekuat.
2.2. Siapkan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah dengan 5 IU
oksitosin.
2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama
15 menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi 4
tetes/menit sampai timbul his yang adekuat
2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40
tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis his tetap belum adekuat
maka oksitosin dianggap gagal.
2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his
yang mempunyai sifat sebagai berikut: - Interval setiap 3 – 5 menit,
dengan fase relaksasi yang sempurna. - Lamanya: 40 – 60 detik. -
lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan dengan
menekan fundus uteri dengan jari-jari tangan puncak kontraksi.
lntensitas dianggap cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak
menjadi cekung.
2.6. Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang adekuat.
2.7. Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:
- Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis tidak
didapatkan his yang adekuat.
- Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak terjadi
kemajuan persalinan. Juga termasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang
semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.
- Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress, tetania uteri,
ruptura uteri imminens dan lain-lain. Bila terjadi penyulit-penyulit seperti di atas,
oxytosin drip tidak boleh diulang kembali.
2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukan oleh dokter
jaga sendiri.
2.9. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip dilanjutkan dalam
kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam post partum.
2.10. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri pada
persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk menilai
kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.
2.11. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab terjadinya
hal tersebut. Bila persalinan pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi
kelainan letak, maka dilakukan seksio caesarea.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak
OBSERVASI POST PARTUM DINI (DALAM 24 JAM Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
POST PARTUM)

No.Dokumen :5/SPO/RSASM/XII/2019

No. Revisi :5
SPO drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMER 2019

Halaman :1/1
Suatu tindakan untuk merawat dan mengobservasi Pasien 2 jam sampai 24 jam pasca
Pengertian
persalinan.
Tujuan Sebagai pedoman perawatan pasien post partum di ruangan bersalin
Kebijakan Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
Prosedur
1. Periksa
1.1. Tinggi fundus uteri.
1.2. Kontraksi uterus.
1.3. Perdarahan pervaginaan.
2. Ukur gejala kardinal tiap 4 jam.
3. Mandikan pasien yang baru melahirkan.
4. Rawat jahitan perineum.
5. Periksa dan awasi keluarnya ASI.
6. Bantu ibu meneteki bayinya.
7. Observasi keluhan sesudah melahirkan :
7.1. Adanya kesulitan BAK.
7.2. Adanya keluhan tentang laktasi.
7.3. Adanya nyeri karena his postpartum.
7.4. Adanya nyeri pada symphisis.
8. Berikan penyuluhan tentang :
8.1. Gizi ibu nifas.
8.2. Perawatan payudara dan laktasi.
8.3. Kebersihan diri dan lingkungan.
8.4. KB yang cocok bagi ibu nifas.
8.5. Perawatan bayi (tali pusat).
8.6. Perawatan jahitan perineum.
9. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin maksimal 3
(tiga) hari.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak
MENIMBANG BERAT BADAN KLIEN BAYI / ANAK
Direktur
No.Dokumen :6/SPO/RSASM/XII/2019 RS. Ali Sibroh Malisi

No. Revisi :6
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/2 drg.Nina soejoto,MPH
Halaman

Pengertian
Menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan badan.
Tujuan 1. Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan bayi.
2. Membantu menentukan program pengobatan, diit, dll.
Kebijakan Setiap petugas mampu untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan
anak.
Prosedur
1. Timbangan harus diletakkan di tempat yang terang dan rata serta datar.
2. Khusus untuk klien bayi, ditimbang :
a. Dengan timbangan bayi.
b. Bayi dalam keadaan telanjang.
c. Hindari bahaya jatuh.
3. Klien anak yang tidak dapat berdiri / berjalan harus digendong hasilnya
dikurangi berat badan yang menggendong.
4. Persiapan alat
a. Timbangan bayi dalam keadaan siap pakai.
b. Buku catatan.
c. Kain pengalas timbangan.
d. Persiapan klien - Bayi diselimuti dengan kain khusus (dibedong).
5. Cara kerja Pada bayi :
a. Perawat memakai baju khusus (barakskort) dan masker bila perlu.
b. Pintu dan jendela ditutup (bila perlu).
c. Beri kain pengalas pada timbangan dan siap untuk dipakai.
d. Setel timbanagna dengan angka penunjuk pada angka nol.
e. Buka selimut bayi, lalu baringkan di atas timbangan.
f. Berat badan dicatat dalam catatan medik bayi.
g. Bayi dirapikan, alat – alat dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.

Pada anak :
a. Timbangan disetel dengan angka penunjuk pada angka nol.
b. Anak berdiri di atas timbangan.
c. Berat badan dicatat dalam catatan medik bayi.
d. Anak dirapikan, alat – alat dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak
MEMANDIKAN BAYI
Direktur
No.Dokumen :7/SPO/RSASM/XII/2019 RS. Ali Sibroh Malisi

No. Revisi :7
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/2 drg.Nina soejoto,MPH
Halaman
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air dengan
Pengertian
cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan uruturutan yang sesuai.
Tujuan Tujuannya adalah:
- untuk menjagakebersihan
- memberikan rasa segar
- memberikan rangsangan padakulit.
Yang harus diperhatikan adalah :
1.Mencegah kedinginan
2.Mencegah masuknya air kedalam mulut, hidung dan telinga
3.Memperhatikan adanya lecet pada pantat, lipatan-lipatan kulit (ketiak bayi, lipatan
paha, dan punggung bayi)
4. Bayi yang dimandikan bayi sehat maupun bermasalah
5. Bayi baru lahir tidak boleh dimandikan sebelum 6 jam 6. Dilakukan setiap hari pada
pagi hari
Kebijakan Setiap petugas mampu memberikan asuhan sayang bayi
Prosedur
A. Persiapan alat
1.Handuk 1 buah dan waslap bersih 2 buah,
2.sabun bayi dan sampo,
3.cotton bud atau kapas bersih,
4. kapas untuk membersihkan daerah perineal,
5. waskom 2 buah
6. bengkok,
7. air hangat,
8. popok dan pakaian bersih,
9. keranjang/plastic pakaian kotor.

B. Tahap pre interaksi


1.Cek catatan perawatan dan catatan medis klien
2.Cuci tangan
3. Siapkan/dekatkan alat-alat

C. Tahap orientasi
1.Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya
2.Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga

D. Tahap kerja
1.Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai
2.Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada klien
3.Mulai tindakan dengan cara yang baik
4.Berikan privasi pada klien
5.Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam
incubator
6.Periksa kembali temperatur air dengan suhu (37-38 derajat) hangathangat
kuku, air dalam waskom hanya digunakan untuk membasuh (sponge bathing)
dan membersihkan rambut
7.Usap mata dari kantus dalam ke luar. Gunakan air bersih dan bagian yang
berbeda untuk tiap mata.
8.Bersihkan wajah dengan lembut. Gunakan air biasa tanpa menggunakan
sabun
9.Pegang bayi dengan aman, gunakan foot ball hold, basahi rambut dengan air
secara lembut
10.Usapkan sampo bayi dengan menggunakan waslap, bilas rambut dan
keringkan kulit kepala dengan cepat
11.Bersihkan telinga dengan gerakan memutar dan gunakan bagian yang
berbeda untuk tiap-tiap telinga.
12.Setelah melepas selimut mandi atau pakaian bayi, bersihkan leher, dada,
lengan dan punggung dengan cara yang sama.
13.Bersihkan tubuh dengan sabun dan air, bilas dengan hati-hati dan keringkan
bagian tubuh yang dibersihkan sebelum berpindah ke bagian lain
14.Bersihkan bagian genetalia
15.Bilas bayi hingga bersih.
16.Keringkan bayi dengan handuk dan diletakkan di atas meja
17.Perhatikan kelainan-kelainan pada bayi
18.Perawatan tali pusat
19.Kenakan pakaian bayi dengan lengkap ( celana / popok tidak menutupi tali
pusat atau lipatan popok di bawah tali pusat
20.Sisir rambut kemudian rapikan tempat tidur bayi
21.Kembalikan bayi kepada orang tua
22.Bereskan semua alat-alat
23 .Perawat mencuci tangan

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak


PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II
Direktur
No.Dokumen :8/SPO/RSASM/XII/2019 RS. Ali Sibroh Malisi

No. Revisi :8
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/2 drg.Nina soejoto,MPH
Halaman
Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic lengkap dan
Pengertian
berakhir saat bayi dilahirkan.
Tujuan 1. Proses persalinan berjalan lancar
2. Ibu dan bayi selamat
Kebijakan Setiap petugas bidan mampu menolong persalinan normal sesuai dengan standar.
Prosedur
1. Persiapan
1.1. Satu set partus pak.
1.2. Satu set resusitasi bayi.
1.3. Bengkok.
1.4. Timba.
1.5. Bahan dekontaminasi (larutan presept)
1.6. Tempat kotoran.
1.7. Persiapan pasien, posisi litotomi/jonggens.
1.8. Persiapan penolong, cuci tangan, memakai APD.
1.9 Bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
1.10 Gelas ukur

PROSEDUR
2. Pelaksanaan
2.1. Penolong berada di depan vulva/disamping kanan pasien.
2.2. Tutup daerah sekitar vulva dengan duk steril.
2.3. Beri penjelasan pada pasien proses persalinan dan langkah yang akan
dikerjakan serta cara mengejan yang benar.
2.4. Minta ibu mengejan waktu ada his.
2.5. Lakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat eposiotomi menggunakan
lidocain 2%.
2.6. Lakukan efisiotomi pada waktu perineum sudah tipis.
2.7. Lahirkan kepala bayi dengan secara klasik.
2.7.1. Tahan perineum dan menekan ke arah kranial menggunakan ibu jari dan
jari II, III penolong yang tertutup duk steril.
2.7.2. Tahan defleksi kepala dengan tangan kiri.
2.7.3. Berturut-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut dan dagu.
2.7.4. Bersihkan lendir, mulut, dan hidung.
2.8. Biarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar, bila perlu membantu
putar paksi luar.
2.9. Lahirkan bahu, dengan memegang kepala secara biparietal dan
menahan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian menari ke arah
atas untuk melahirkan bahu belakang.
2.10. Lahirkan badan dengan memegang kepala secara bifarietal,
melakukan tarikan ke arah lengkung panggul sampai lahir seluruh badan bayi.
2.11. Letakkan badan bayi pada duk steril di atas perut ibu.
2.12. Bersihkan jalan nafas bayi dan menilai APGAR.
2.13 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
2.14 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
2.15 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,suntikkan oksitosin 10 Unit IM
(intra muskuler)
2.15 Setelah 2 menit pasca persalinan,jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi.Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
2.16 Potong tali pusat dengan satu tangan,pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi),dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut,dan ikat tali pusat dengan umbilical klem.
2.13. Bersihkan badan bayi dan kemudian membungkusnya.
2.14. Tunjukkan bayi kepada ibu
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak
PENATALAKSANAAN AKTIF KALA III
( MELAHIRKAN PLASENTA ) Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
No.Dokumen :9/SPO/RSASM/XII/2019

No. Revisi :9
SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/2
Pertolongan persalinan yang dimulai saat bayi lahir dan berakhir
Pengertian
pada.kelahiran plasenta dan selaput janin.
Tujuan 1. Proses persalinan berjalan lancar
2. Ibu selamat
Kebijakan Setiap petugas bidan mampu menolong persalinan normal sesuai dengan standar.
Prosedur
6. 1. Persiapan
1.1. Nelaton atau folley cateter.
1.2. Kapas savlon.
1.3. Bengkok.
1.4. Timba.
1.5 Gelas Ukur
1.6. Bahan dekontaminasi (larutan presept).
1.7. Tempat plasenta.

2. Pelaksanaan
1.1. Penolong berada didepan vulva atau sampaing kanan pasien
2.2. Pasang duk steril untuk menutup daerah vulva
2.3. Lakukan vulva hygiene dengan kapas savlon
2.4. Kosongkan kandung kemih dengan katheter.
2.5. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
2.6. Letakkan satu tangan di atas duk pada perut ibu,di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi.Tangan lain menegangkan tali pusat.
2.7. Setelah uterus berkontraksi,tegangkan tali pusat kea rah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
(dorso cranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik ,hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
2.8. Pengeluaran plasenta: Lakukan penegangan dan dorongan dorso
cranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso cranial).Jika tali
pusat bertambah panjang,pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika tali pusat tidak lepas setelah
15 menit menegangkan tali pusat,beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
2.9. Saat plasenta muncul di introitus vagina,lahirkan plasenta dengan
kedua tangan.Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
210. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,lakukan masase
uterus dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
2.11. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh tidak ada yang tertinggal.
2.12. Ukur jumlah darah yang keluar
2.13. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
2.14. Bersihkan dan rapikan pasien.
2.15. Lakukan dekontaminasi alat dengan laruran presept
2.16. Ukur gejala cardinal dan mencatat
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR
Direktur
:10/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh Malisi
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :10

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019 drg.Nina soejoto,MPH

Halaman :1/1

Suatu alat yang diciptakan untuk menciptakan kondisi optimal dari suhu, kelembaban
Pengertian
dan suplai oksigen untuk melangsungkan kehidupan bayi seperti situasi dalam
kandungan ibunya.
Tujuan 1. Menciptakan suhu kamar yang optimal sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Mencegah infeksi.
3. Menciptakan konsentrasi oksigen yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Memenuhi kelembaban yang dibutuhkan untuk lingkungan bayi.
5. Untuk memudahkan penanganan, pelayanan dan pengawasan.
Kebijakan Setiap petugas mampu memberikan asuhan sayang bayi
Prosedur 1. Apabila lampu mati, bayi harus segera dibungkus dengan selimut supaya
tidak jatuh dalam hypotermi.
2. Selama bayi dirawat dalam inkubator, intake dan output harus seimbang.
3. Persiapan alat Persiapan alat inkubator yang dilengkapi dengan : •
Pengontrol suhu. • Lubang saluran oksigen (oksigen inlet), • Humidity : alat
untuk menciptakan kelembaban yang dilengkapi dengan reservoir untuk
menampung air pelembab (aqua steril) yang harus diganti tiap 24 jam. •
Termometer inkubator.
4. Persiapan klien − Bayi ditidurkan di atas alas dan diletakkan dalam
inkubator.
5 Cara kerja Alat inkubator siap pakai : termometer incubator, humidity, dan
oksigen inlet Pakaian bayi dilepas dan badan bayi dibersihkan. Bayi
dimasukkan dalam inkubator dan ditidurkan di atas alas, atur posisi tidur bayi,
kepala ekstensi dan miring ke salah satu sisi, agar bernafas dengan leluasa.
Observasi : suhu dalam inkubator, oksigen apabila bayi menggunakan oksigen.
Observasi : tanda – tanda dehidrasi : turgor kulit, mukosa bibir / mulut dan ubun
– ubun besar.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu dan Anak
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
Direktur
:11/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh Malisi
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :11

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019 drg.Nina soejoto,MPH

Halaman :1/2
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
Pengertian
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Lebih dari 45% kehamilan
ektopik terjadi pada tuba dan baru memberi gejala dan tanda sebagai kehamilan
ektopik bila trjadi gangguan baik sebagai rupture maupun hanya abortus tuba.
Tujuan 1. Memberikan pedoman kepada petugas tentang langkah-langkah pengelolaan KET,
sehingga tindakan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Mengantisipasi agar penderita tidak sampai jatuh dalam keadaan yang lebih buruk.
3. Petugas dapat mengenali KET dengan memeriksa sesuai dengan kriteria diagnosis
sebagai berikut :
1. Anamneses :
a. Nyeri perut pada satu sisi/perut bagian bawah
b. Riwayat terlambat haid
c. Perdarahan pervaginam d. Adanya riwayat pingsan
2. Pemeriksaan fisik :
a. Di dapatkan ada tanda-tanda syok hipovolemik, KU pucat, anemis, hipotermi,
tachicardi dan keringat dingin
b. Adanya tanda-tanda akut abdomen berupa : perut tegang terutama bagian bawah
c. Defence muskular (+) adanya tanda-tanda cairan bebas intra abdomen
d. Pemeriksaan dalam (VT) ada fluksus portio lembut dan nyeri goyang portio (+),
nyeri putar (slinger pain) (+)
e. Didapat masa di adneksa dan nyeri tekan
f. Cavum douglas menonjol
3. Diagnosa banding.
a. Abortus imminens.
b. Apendicitis.
c. Radang panggul.
d. Neoplasma ovarii yang terinfeksi.
e. Torsi.
f. Ruptur tanpa kehamilan.
4. Pemeriksaan penunjang.
a. Laboratorium darah.
b. Tes kehamilan.
c. Kuldusintesis.
d. USG : adanya GS diluar kavum uteridan di sertai gambaran cairan bebas.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
5.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di
RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non
pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia Nomor
047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit ALI Sibroh Malisi.

1. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan dan transfuse.

2. Operasi segera: bila diagnosa KET ditegakkan operasi dapat dilakukan


Prosedur
tergantung keadaan kurante operasi, berupa: • Salphingektomi. • Wedge

resection pada cavum uteri. • Ooforektomi, dll.

3. Persetujuan medis tertulis.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
OBSERVASI PERDARAHAN
Direktur
:12/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh Malisi
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :12
:DESEMBER 2019 drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit
Halaman :1/2
Observasi perdarahan adalah suatu tindakan keperawatan/kebidanan untuk
Pengertian
melakukan evaluasi perdarahan pada pasien post partum spontan maupun section
caesaria.
Tujuan 1. Tidak terjadi syok hipovolemik.
2. Tidak terjadi kegawatan maternal.
3. Dilakukan pada pasien :
• Post partum spontan.
• Post partum SC.
• Observasi dilakukan setiap 30 menit, untuk pasien pos partum spontan selama 2
jam, untuk pasien post operasi sectio selama 12 jam.
Kebijakan Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
(sesuai Kebijakan Direktur tentang Kebijakan Unit Rawat Inap Ibu dan Anak).
Prosedur
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
2. Lihat perdarahan pada tela yang dipakai pasien.
3. Catat pada RM pasien jumlah perdarahan yang terjadi.
4. Lakukan monitor vital sign dan mencatat pada RM pasien (antisipasi awal
terjadinya syok hipovolemi).
5. Apabila terjadi perdarahan dan tanda-tanda syok hipovolemi segera lapor
dokter yang merawat.
6. Cucangan
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak
PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
CAESARIA
:13/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :13
drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/1
Adalah suatu langkah yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang akan
Pengertian
dilakukan operasi SC.
1. Pasien mendapat pelayanan sesuai kebutuhannya.
2. Pasien yang akan di operasi dipersiapkan secara optimal.
3. Pelaksanaan operasi berjalan lancar.

Tujuan 4. Ada indikasi yang jelas untuk di lakukan tindakan SC dan ketentuan jam.
5. Ada surat prsetujuan tindakan yang di tanda tangani oleh pasien, suami dan
keluarga.
6. Ada kolaborasi dengan dokter anastesi, dokter penyakit dalam, dokter anak untuk
pelaksanaan operasi.
7. Memberi informasi ke bagian terkait (kamar operasi, ICU nila diperlukan).

Kebijakan Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

Tersedia alat :
a. Infus set.
b. DC.
c. Obat premidikasi.
d. Kasa alkohol.
e. Baju operasi dan topi.
f. Tensimeter, termometer, fetal phone.
g. Set heacting.
h. Set bayi, beserta infus set, infus, abiocath.
Prosedur
Penatalaksanaan :
1. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Siapkan alat – alat ke dekat pasien.
4. Pasang infus sesuai advis dokter.
5. Pasang DC.
6. Lepaskan perhiasan, gigi palsu, hapus make up.
7. Lengkapi lembar persiapan pembedahan dan lembar serah terima untuk
diserahkan ke petugas kamar operasi.
8. Kirim pasien ke kamar operasi setelah ada panggilan dari kamar operasi.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat Dan Instalasi
Kamar Operasi.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
:14/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :14
drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/2
Hiperemesis adalah keadaan dimana penderita mual, muntah – muntah yang
Pengertian
berlebihan ≥ 10x dalam 24 jam atau setiap saat sehingga mengganggu kesehatan dan
pekerjaan sehari – hari.

Tujuan 1. Memberikan pedoman petugas tentang langkah – langkah pengelolaan hiperemesis


gravidarum, sehingga tindakan yang di lakukan dapat di pertanggung jawabkan.
2. Agar penderita mendapat pertolongan segera dan dapat mengantisipasi supaya
tidak jatuh dalam keadaan yang lebih berat atau jelek.
3. Petugas dapat mengetahui kriteria diagnosis hiperemesis gravidarum, yaitu :
1. Tingkat I.
• Mual/muntah yang terus menerus.
• Perasaan lemah.
• Nafsu makan tidak ada.
• Berat badan menurun.
• Perasaan nyeri di epigastrium.
• Nadi meningkat, sekitar 100x/menit.
• Tekanan darah sistolik turun.
• Turgor kulit mengurang.
• Lidah kering, mata cekung.

2. Tingkat II.
• Tampak lebih lemah dan apatis.
• Lidah kering dan tampak kotor.
• Nadi lebih kecil cepat.
• Kadang – kadang suhu naik sedikit.
• Mata sedikit interik.
• Berat badan menurun.
• Mata cekung.
• Tekanan darah menurun.
• Hemokonsentrasi, oliguri, konstipasi.
• Nafas bau aceton dan aceton dalam urine.

3. Tingkat III.
• Keadaan umum lebih memburuk dan lebih payah.
• Tumpah berhenti.
• Kesadaran menurun dari somnolen sampai coma.
• Nadi lebih kecil dan cepat.
• Suhu lebih meningkat.
• Tensi lebih menurun.
• Ensefalopathi Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan mental).
• Ikterik.

4. Diagnosa banding.
• Kehamilan dengan ikterik.
• Kehamilan dengan hipertensi.
• Kehamilan dengan appendicitis akut.
• Kehamilan dengan pielonefritis.
• Kehamilan dengan ulcus vetriculi.

5. Pemeriksaan penunjang :
1. Urine (aceton).
2. Fungsi hepar.

Kebijakan Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada ibu


hamil, bersalin, dan nifas
Prosedur
1. Pasang infus sesuai advis doktrer,lakukan rehidrasi.
2. Berikan anti emesis sesuai advis dokter.
3. KIE.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk USG bila kondisi sudah membaik,
memastikan ada tidaknya kehamilan kembar atau kehamilan mola.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak,Instalasi Gawat Darurat,Instalasi Rawat
Jalan.
PERSALINAN PRETERM Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
:15/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :15
drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/2
Persalinan neonatus pada usia kehamilan antara 20 minggu sampai 36 minggu di
Pengertian
hitung dari hari pertama haid terakhir.
Tujuan

1. Memberikan kepada petugas tentang langkah – langkah pengelolaan persalinan

preterm, sehingga tindakan yang di lakukan jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Petugas mengetahui faktor – faktor resiko terjadinya persalinan preterm.

3. Faktor – faktor tersebut dibagi atas kriteria mayor dan minor untuk meramalkan

terjadinya persalinan preterm spontan :

1. Mayor. Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, servik terbuka lebih dari 1

cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat persalinan

2. Minor.

Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
5.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di
RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non
pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :

1. USG untuk mengetahui umur kehamilan, TBJ, air ketuban, biofisik janin, dll.

2. Pemeriksaan dalam (VT) secara berkala untuk mengetahui dilatasi servik.

3. Pemeriksaan bakteri vagina.

PROSEDUR PENGELOLAAN :

1. Istirahat berbaring.

2. Deteksi dan pengelolaan terhadap faktor resiko persalinan preterm.


Prosedur
3. Pemberian obat tokolitik :

• Golongan b mimetik :

- Salbutamol 20 – 50/kg/menit (perinfus).

- Salbutamol 4mg : 2 – 4x/hari (per oral).

- ESO : hiperglikemi, hipokalemi, hipotensi, tachicardi.

• Mg So4.

- Parental :

4-8 iv selama 20-30 menit. Mantenance : 2-4gr/jam.

- ESO : edema paru, letargi, nyeri dada, depresi nafas

- KI : Mutlak : FD, korioaminionitis, perdarahan antepartum

CARA PERSALINAN :

1. Pervaginam. Janin presentasi kepada bayi < 35 minggu dengan episotomi

lebar.

2. Bedah caesar :

• Janin sungsang.

• Fetal distress.

• Infeksi intra partum.

• Letak lintang, plasenta previa, dll.

UnitTerkait
Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
PENYAKIT TYROID
:16/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :16
drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/1
Suatu keadaan ibu hamil yang akan melahirkan dengan penyakit tyroid.
Pengertian
Tujuan 1. Pasien mendapatkan tindakan tepat dan benar.
2. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi.
3. Dilakukan oleh dokter spesialis kandungan/dokret umum/bidan.
4. Ada persetujuan tindakan medis dari pasien/keluarga.
5. Ada konsultan dokter spesialis penyakit dalam.
6. Tersedia alat-alat :
a. Faetal phone.
b. Set partus, obat-obatan.
c. Tensimeter. d. Set infus.
Kebijakan Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan bayi baru lahir.
Prosedur

PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan tentang tindakan yang akan
dilakukan.

PRA INTERAKSI :
1. Siapkan ruangan/penunggu dimohon keluar ruangan.
2. Dekatkan alat-alat kedekat pasien.
3. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Petugas memeriksa secara detail riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan
penanganannya.
2. Laksanankan observasi .
3. Laksanakan pemeriksaan darah rutin dan gula darah sewaktu.
4. Laksanakan pemeriksaan USG dan ECG.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter jaga/spesialis penyakit dalam.
6. Laksanakan hasil kolaborasi.

TERMINASI :
1. Laksanakan hasil kolaborasi.
2. Catat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
PENYAKIT JANTUNG
:17/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :17
drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/1
Pengertian Suatu tindakan perawatan keadaan ibu hamil inpartu dengan penyakit jantung.
Tujuan 1. Ibu menjalani persalinan dengan aman.
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan.
3. Harus dirawat di kamar bersalin atau ICU.
4. Harus tersedia alat-alat khusus (peralatan extrasi vakum/forceps).
5. Harus konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam (jantung), bagian KIA,
dokter ICU.
6. Harus dilakukan pemeriksaan khusus: Echokardiografi, ECG.
7. Harus tersedia alat monitor jantung.
8. Harus tersedia obat-obatan yang diperlukan.
Kebijakan Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan bayi baru lahir.
Prosedur

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Lakukan inform consent
3. Siapkan ruangan atau penumggu dimohon keluar ruangan.
4. Dekatkan alat-alat kedekat pasien.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Laksanakan pemeriksaan secara lengkap tentang riwayat kehamilan..
2. Laksanakan pemeriksaan penunjang laboratorium, USG, dan EKG.
3. Bantu dokter melakukan tindakan.
4. Observasi tanda-tanda vital.
5. Rapikan pasien.
6. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan dan perawatan selanjutnya yang akan
dilakukan.

TERMINASI :
1. Laksanakan hasil kolaborasi.
2. Catat tindakan dan hasilnya direkam medis pasien.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi ICU &
Burn Unit.
PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN Direktur
RS. Ali Sibroh Malisi
SEROTINUS
:18/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :18
drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/1
Suatu tindakan perawatan pada pasien dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu,
Pengertian
atau lebih dari 294 hari dihitung dengan rumus Neagle pada wanita yang siklus
menstruasi 28-30 hari.
Tujuan 1. Pasien mendapatkan tindakan tepat dan benar.
2. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi.
3. Dilakukan oleh dokter spesialis kandungan atau dokter umum / bidan.
4. Ada persetujuan tindakan medis dari pasien/keluarga.
5. Tersedia alat-alat :
5.1 Faetal phone.
5.2 Lembar rekam medis.
5.3 Oksigen.
5.4 Set partus.
5.5 Tensimeter.
5.6 Termometer.
5.7 Arloji.
Kebijakan Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan bayi baru lahir
Prosedur PRAINTERKASI :
1. Berikan penjelasan pada keluarga atau pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Lakukan inform consent
3. Siapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Dekatkan alat-alat ke dekat pasien.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Lakukan pemeriksaan secara lengkap tentang riwayat kehamilan.
2. Laksanakan pemeriksaan penunjang laboratorium USG dan EKG.
3. Bantu dokter melakukan tindakan.
4. Observasi tanda-tanda vital.
5. Rapikan pasien.
6. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan dan perawatan selanjutnya yang akan
dilakukan.

TERMINASI :
1. Laksanakan hasil kolaborasi.
2. Catat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak Dan Instalasi Laboratorium.
PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI
Direktur
:19/SPO/RSASM/X11/20 RS. Ali Sibroh
No.Dokumen Malisi
19
SPO No. Revisi :19

Tanggal Terbit :DESEMER 2019


drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/6
Suatu tindakan pengelolaan pasien hamil dengan penyakit perta sbb:
Pengertian
1. Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai oedema dan proteinuria akibat
kehamilan setelah umur kehamilan ≥ 20 mgg atau segera setelah persalinan.
2. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang / koma (kelainan tersebut bukan akibat kelainan
neurologis) yang sebelumnya ditandai dengan gejala pre-eklampsia.
Tujuan Memberikan kepada petugas tentang langkah-langkah pada pengelolaan
preeklampsia dan eklampsia sehingga tindakan yang dilakukan jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
5.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di
RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non
pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
Prosedur
Petugas mengetahui kriteria diagnosis dari :
1. Preeklampsia yaitu sekelompok penyulit yang timbul pada ibu hamil ≥ 20 mg,
bersalin/nifas dan ditandai dengan hipertensi, edema dan atau proteinuria.
a. PE ringan: ditemukan gejala sbb :
- Tensi sistolik ≥ 140 mmhg, tensi diastolik ≥ 90 mmhg.
- Kenaikan T sistolik ≥ 30 mmhg.
- Kenaikan T diastolik ≥ 15 mmhg.

b. PE berat: bila didapatkan satu / lebih gejala dibawah ini adalah sbb:
- T sistolik ≥ 160 mmhg, T diastolik ≥ 110.
- Proteinuria > 5gr/24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kwantitatif.
- Oliguria: produksi urin < 500 cc/24 jam yang disertai dengan kenaikan kadar
kreatin plasma.
- Gangguan vissus dan serebral.
- Nyeri epigastrikan/nyeri pada kwadran kana atas abdomen.
- Edema paru-paru dan sianosis.
- Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (PJI)
- Adanya ”HELP SINDROME” (Hemolysis, elevated liver enzym, low platellet
count). DD :
1. Hipertensi menahun.
2. Kelainan ginjal.
3. Epilepsi. Pemeriksaan penunjang :
1. Darah lengkap.
2. Urine lengkap.
3. Asam urat darah.
4. Fungsi hati dan ginjal.

2. Eklampsia : timbulnya kejang/koma yang sebelumnya didahului oleh adanya


gejala PE. PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentnag
tindakan yang akan dilakukan
2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Menyiapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan
4. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
5. Cuci tangan PRE EKLAMPSI :
a. PE ringan: istirahat dan sedatif.

• Rawat jalan :
- Istirahat banyak.
- Diet cukup protein, rendah karbohirat, lemak dan garam.
- Berikan sedative ringan: fenobarbital 3 x 30 mg. selama 7 hari atau
diazepam 3 x 2 mg selama 7 hari.
- Roborantia.
- Kunjungan ulang tiap 1 minggu.

• Rawat inap bila :


- Pada kehamilan preterm (< 37 mg). Bila tensi mencapau normal selama
perawatan.
1. Maka persalinan ditunggu sampai aterm.
2. Bila tensi turun belum mencapai nomaltensi maka diakhiri pada kehamilan >
37 mg.
3. Pada umur kehamilan > 37 mg persalinan ditunggu spontan atau
dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan.
b. PE berat : beri anti hipertensi dan anti kejang. Rawat segera dan tentukan
jenis perawatan/tindakan :
1. Aktif : kehamilan segera diakhiri bersama dengan pemberian pengobatan
medisinalis. Induksi
• Ibu.
- Kehamilan >37 mg. - Adanya gejala/tanda eklampsia.
- Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu :
a. Dalam waktu setelah 6 jam sejak dimulainya pengobatan medisinalis terjadi
kenaikan tensi.
b. Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medisinalis tak ada perubahan.

• Anak. - Adanya tanda-tanda fetal distress.


- Adanya tanda-tanda IUGR (PJI).
- Laboratorium: adanya ”HELLP SINDROME”.

2. Pengobatan medisinalis :
• Segera dirawat di RS.
• Istirahat berbaring kesatu sisi (kiri).
• Infus RL 500cc (60-125cc/jam).
• Beri antasida.
• Diet cukup protein, rendah KH, lemak dan garam.

• Beri obat anti kejang (Mg SO4).


- Loading dose 10gr MgSO4 40% (5gr boka dan 5gr boki).
- Maintance dose dilanjutkan 5gr MgSO4 40% IM setiap 6jam bila
syarat memenuhi.
• Beri diuretik bila ada tanda-tanda :
- Edema paru-paru.
- Payah jantung kongestif.
- Edema anasarka.

• Anti hipertensi diberikan bila :


- T sistolik ≥ 180 mmhg dan T sistolik ≥ 110 mmhg.
- Clonidin 0,15mg/cc dilarutkan dalam 10cc larutan garam fisiologis ->
disuntikkan 5cc IV pelan-pelan bila ada penurunan maka diberikan lagi
5cc IV pelan-pelan dalam 5menit, diberikan tiap 4 jam T diastolik
menjadi normaltensi.
- Kardiotonik : bila ada tanda-tanda payah jantung, perawatan dilakukan
bersama dengan penyakit dalam.
- Obat-obatan lain :
a. Antiptoretika: bila suhu rektal > 38,5c dan dibantu kompres dingin.
b. Antibiotika: diberikan atas indikasi.
c. Analgetik: bila ada nyeri.

3. Pengobatan Obstetric:
cara terminasi kehamilan.
• Belum Inpartuc:
- Induksi persalinan.
– Bedah caesar :
Bishop score <5.
Primigravida / bila sudah melahirkan pervaginam.
• Sudah Inpartu :
- Kala I :
Fase laten: 6 jam tidak masuk fase aktif dilakukan SC.
Fase aktif :
Amniotomi.
Bila 6 jam dari amniotomi pembukaan belum lengkap dilakukan SC.

Kala II:
persalinan pervaginam dengan buatan.
4. Konservatif :
kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medisinal.
• Indikasi.
- Kehamilan preterm (<37 minggu) tanpa disertai dengan tanda-tanda
impending eklamsia dan keadaan janin baik.
• Pengobatan mediasal.
- Sama dengan pengobatan mediasal pada pengelolaan aktif.
• Pengobatan obstetri.
- Selama perawatan konservatif, observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif tapi tidak ada terminasi.
- mgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tandatanda preeklamsi
ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
- Bila dalam 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan terapi medisinal dan harus segera diterminasi.

EKLAMPSIA :
a. Pengobatan medisinal
• Obat anti kejang (MgSO4)
- Loading dose: 4 mg MgSO4 20% (20 cc) iv pelan-pelan selama 4
menit dilanjutkan 10 gr MgSO4 40% diberikan 5 gr bokong kanan dan 5
gr bokong kiri.
- Maintenance: tiap 6 jam diberikan 5 gr MgSO4 40% ini, bila syarat
pemberian memenuhi.
• Dosis tambahan: 2gr Mg SO4 20% IV selama 3 menit.
• Bila masih kejang, maka 20 menit setelah pemberian anti kejang
terakhir diberikan amobarbital 3-5mg/kg BB/IV pelan.
• Monitoring tanda-tanda keracunan MgSO4.
• Obat-obat supportif: sama dengan obat-obat preeklamsi berat.
• Perawatan pada serangan kejang :
- Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
- Masukkan sudip lidah ke mulut penderita.
- Kepala direndahkan, orofaring dihisap dengan alat penghisap.
- Fiksasi badan pada tempat tidur, harus cukup kendor untuk mencegah
terjadinya fraktur.
• Perawatan penderita dengan koma :
- Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan menggunakan
”Glasgow Pittsborgh Coma Scale”.
- Cegah dikubitus dan pemberian makanan per sonde (pada koma yang
lama).

b. Pengobatan obstetri.
• Sikap dasar. Prinsip semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
• Bila diakhiri, sikap dasar :
bila sudah terjadi stabilitas (pemulihan ) hemodinamik dan metabolisme
ibu yaitu 4-8 jam setelah salah satu/lebih keadaan dibawah ini :
• Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
• Setelah kejang terakhir.
• Setelah pemberian obat anti hipertensi terakhir.
• Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
- Cara terminasi kehamilan :
sama dengan pre eklampsia berat.

c. Penyulit.
- Gagal ginjal.
- Gagal jantung.
- Oedema paru-paru.
- Kelainan pembekuan darah.
- Perdarahan otak.
- Kematian janin.

TERMINASI
1. Melaksanakan hasil kolaborasi.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di Rekam medis pasien.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
PENGELOLAHAN PASIEN DENGAN KETUBAN Direktur
RS. Ali Sibroh
PECAH DINI (KPD)
Malisi
:20/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :20

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019


drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/2
Suatu tindakan perawatan dan pengelolaan pasien inpartu dimana pada pasien
Pengertian
diketemukan pecahnya kulit ketuban sebelum terjadinya persalinan pada umur > 20
minggu.
Tujuan Memberikan langkah-langkah pada petugas dalam pengelolaan ketuban pecah dini
sehingga tindakan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
5.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di
RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non
pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
Prosedur
PROSEDUR :
Petugas mengetahui kriteria diagnosis ketuban pecah dini sebagai berikut :
a. Umur kehamilan >2minggu.
b. Keluar cairan dari vagina.
c. Pemeriksaan inspeculo : tampak cairan keluar dari OUE.
d. Test kertas nitrasin : terjadi perubahan warna menjadi biru.
e. Test ferning : positif.

FAKTOR ETIOLOGI :
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab berpengaruh terjadinya KPD
yaitu :
a. Infeksi.
b. Koitus.
c. Anomali janin.
d. Absormalitas struktur dan biokimia kulit ketuban.
e. Status sosial ekonomi yang rendah.

Diagnosa Banding :
a. Fistula vesico vaginalis dengan kehamilan.
b. Stress incontinensis.
Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah: jumlah leokosit > 15.000/mm3 kemungkinan terjadi infeksi.
b. USG: membantu dan menentukan umur kehamilan, letak dan berat janin,
letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.

PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Keluarga pasien/pasien menerima dan memberikan persetujuan tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan ruangan/kamar.
4. Menyiapkan alat.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
a. Pengelolaan KPD bergantung pada :
- Umur kehamilan.
- Kesejahteraan dan maturitas paru-paru janin.
- Presentasi janin.
- Ada/tidaknya infeksi pada ibu dan janin.
- Ada/tidaknya tanda-tanda inpartu.
- Cervikal rippeners (untuk kepentingan induksi).

b. Dilakukan secara konservatif :


- Rawat rumah sakit.
- Jika kulit ketuban pecah > 6jam, beri antibiotik sesuai dengan prosedur
pemberian antibiotik kemoterapi obstetrik dan ginekologi.
- Jika umur kehamilan > 32-34mg dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

- Beri kortikosteroid selama 7 hari untuk memacu kematangan paru-paru janin.


- Bila umur kehamilan 32-34 mg, air ketuban masih keluar, pertimbangkan
untuk dilakukan terminasi pada umur kehamilan 35 minggu.

c. Dilakukan secar aktif bila :


- Umur kehamilan > 37 minggu, dilakukan induksi persalinan dan bila gagal
dilakukan bedah caesar.
- Pada keadaan DKP/ letak lintang dilakukan sectio caesarea.
- Didapatkan infeksi, diberikan antibiotik (sesuai prosedur pemberian antibiotik
kemoterapi obstetri dan ginekologi) dan kehamilan di akhiri dengan :
• Sectio caesarea bila bishop score < 5 atau pada keadaan infeksi yang berat.
• Induksi persalinan bila bishop score > 5.

d. Perawatan RS :
dilakukan sampai pengeluaran air ketuban berhenti atau setelah perawatan
tindakan terminasi selesai.

TERMINASI :
1. Cuci tangan.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Radiologi Dan Instalasi Kamar Operasi.
PENATALAKSANAAN ABORTUS Direktur
RS. Ali Sibroh
:21/SPO/RSASM/XII/201
Malisi
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :21

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019 drg.Nina soejoto,MPH

Halaman :1/2

Adalah suatu tindakan dalam pengelolaan pasien yang mengalami


Pengertian
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan pada umur kehamilan kurang dari atau sama
dengan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Memberikan pedoman kepada petugas tentang langkah-langkah


Tujuan
pengelolaan abortus, sehingga tindakan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

Kebijakan 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan


Praktik Bidan.
5.Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
KRITERIA DIAGNOSIS :
1. Terlambat haid (amenorrhea), 20 minggu dengan disertai tanda-tanda
Prosedur kehamilan subyektif / obyektif.
2. Perdarahan pervaginam dan kadang disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
3. Rasa sakit atau kram perut di daerah atas simpisis.
DIAGNOSIS BANDING :
1. Abortus imminens.
2. Abortus incipiens.
3. Abortus inkompletus.
4. Abortus habitualis.
5. Missed abortion.
6. Kehamilan ektopik yang terganggu.
7. Mola hidatidosa.

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Test kehamilan.
2. Pemeriksaan Doppler / USG untuk menilai keadaan kehamilan serta
menentukan prognosisnya.
3. Pemeriksaan faktor koagulasi (waktu perdarahan, waktu pembekuan,
dan kadar fibrinogen) pada kasus-kasus missed abortion.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium Dan Instalasi Kamar Operasi.
PENANGANAN PASIEN INPARTU USIA LEBIH DARI Direktur
RS. Ali Sibroh
35 TAHUN
Malisi
:22/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :22 drg.Nina soejoto,MPH
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019

Halaman :1/2
Suatu tindakan ibu hamil yang akan melahirkan
Pengertian
Tujuan 1. Pasien mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat.
2. Ibu dan janin sejahtera.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi
Prosedur 1. Petugas memberikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien menerima dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3. Pasien mempersilakan petugas untuk melakukan tindakan.
4. Petugas mempelajari riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu.
5. Melaksanakan observasi P-10 dan partograf.
6. Memeriksakan laboratorium rutin GDS dan ECG.
7. Kolaborasi dengan dokter jaga / dokter spesialis kandungan.
8. Melaksanakan hasil kolaborasi.
9. Mencatat tindakan ke dalam rekam medis.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak


PENATALAKSANAAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU
Direktur
:23/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh
No.Dokumen Malisi
9
SPO No. Revisi :23

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019


drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/2
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu
Pengertian
atau lebih pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari pertama
haid (HPHT) diketahui dengan pasti.
Tujuan Memberikan kepada petugas tentang langkah-langkah yang dilakukan
pada pengelolaan kehamilan lewat waktu, sehingga tindakan tersebut
dapat dipertanggung jawabkan.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi
Prosedur PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan tentang tindakan yang
akan dilakukan.
3. Menyiapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien.
INTERAKSI :
1. Petugas melakukan pengawasan P-10 dengan posisi ibu berbaring
tiap setengah.
2. Memastikan posisi kedua janin.
3. Kolaborasi dengan dokter yang merawat.
TERMINASI :
1. Melaksanakan hasil kolaborasi.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak.
PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN Direktur
RS. Ali Sibroh
PENYAKIT HEPATITIS
Malisi
:24/SPO/RSASM/XII/201
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :24

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019


drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/2
Suatu tindakan pengelolaan ibu hamil yang akan melahirkan dengan
Pengertian
penyakit hepatitis.
Tujuan Ibu menjalani persalinan dengan aman.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi
Prosedur PRAINTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan.
2. Menyiapkan obat-obat dan alat-alat yang diperlukan.
3. Menyiapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien.
5. Cuci tangan.
INTERAKSI :
1. Petugas memakai celemek, masker dan sarung tangan.
2. Membantu dokter melakukan tindakan.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital.
4. Merapikan pasien.
5. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan perawatan selanjutnya
yang akan dilakukan.
TERMINASI :
1. Membereskan alat-alat.
2. Petugas mencuci tangan.
3. Mencatat hasil tindakan di Rekam Medis pasien.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak
PASIEN INPARTU DENGAN TINGGI BADAN
KURANG DARI 145 CM Direktur
RS. Ali Sibroh
No.Dokumen :
Malisi
No. Revisi :
SPO :
Tanggal Terbit
: drg.Nina soejoto,MPH
Halaman
Suatu keadaan dimana ibu bersalin mempunyai tinggi badan kurang
Pengertian
dari 145 cm.
Tujuan 1. Pasien mendapat pelayanan secara tepat dan cepat.
2. Ibu dan janin sejahtera.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi.
Prosedur 1. Dilakukan oleh dokter spesialis kandungan / dokter umum / bidan.
2. Tersedia alat-alat :
Set partus.
Metelin.
Fetal phone.
Thermometer.
Tensimeter.
Arloji.
Jangka panggul
Penatalaksanaan :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan.
2. Pasien mengerti dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3. Pasien mempersilakan petugas untuk melakukan tindakan.
4. Petugas memeriksa secara detail riwayat kehamilan, lakukan
pengukuran panggul luar bila pada ANC belum dilakukan pengukuran
panggul luar.
5. Mengukur tafsiran berat janin.
6. Melakukan palpasi umtuk mengatur keadaan bagian bawah janin.
7. Mengobservasi P-10.
8. Mengadakan kolaborasi dengan dokter jaga / spesialis kandungan.
9. Melaksanakan hasil kolaborasi.
10. Mencatat tindakan, perkembangan pasien ke dalam rekam medis.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak
KURETASE
Direktur
:25/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh
No.Dokumen Malisi
9
SPO No. Revisi :25

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019


drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/3
Serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
Pengertian
kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen
(sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan
jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematis.
Tujuan - Abortus Inkompletus.
- Abortus septik.
- Hati-hati pada : abortus dengan cidera intra abdomen, abortus mola,
abortus terkomplikasi.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan
Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas
B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia Nomor
047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali Sibroh Malisi.
Prosedur PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Orang tua bayi menerima dan memberikan persetujuan tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan ruangan / kamar bayi.
4. Menyiapkan alat.
5. Cuci tangan.
INTERAKSI :
A. Persiapan sebelum tindakan. Pasien :
- Dipasang infus dan bersihkan perut bagian bawah dan lipat paha
dengan air sabun.
- Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardio pulmoner.
- Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
- Medikamentosa : Analgetika, Sedativa, Sulvas Atropin.
- Larutan antiseptik.
- Oksigen dengan regulator.
- Instrumen :
• Cunam tampon.
• Tenaculum atau klem ovarium.
• Speculum dan kateter karet.
• Sendok kuret.
• Sondage uterine.
• Dilatator.
• Tabung 5ml.
- Penolong Baju kamar tindakan, masker, topi, alas kaki dan sarung
tangan steril.
- Instrumen :
• Penampung darah dan jaringan.
• Mangkok logam.
• Lampu sorot.
B. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
Tindakan :
• Instruksi asisten untuk berikan sedatifa dan analgetik.
• Lakukan kateterisasi kandung kemih.
• Lakukan pemeriksaan ulang bimanual.
• Bersihkan dan lakukan dekontaminasi.
• Pakai sarung tangan yang steril.
• Masukkan spekulum siris secara vertikal ke dalam vagina setelah itu
diputar ke bawah hingga posisi menjadi transversal.
• Minta asisten untuk menahan spekulum tersebut.
• Dengan sedikit menarik ke bawah, masukkan belah spekulum atas
secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas hingga jelas terlihat
serviks.
• Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
• Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina dan tentukan bagian
serviks yang akan dijepit (jam 11 dan 13).
• Jepit serviks dan tenakulum pada tempat yang ditentukan.
• Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas.
• Lakukan pemeriksaan sondage kavum uteri untuk mengetahui ke
dalam dan lengkung uterus.
• Pegang tenakulum dan masukkan abortus tang melalui serviks dan
keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis servikalis (jika ada).
• Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan
ujung sendok kuret melalui kanalis servikalis ke dalam uterus hingga
menyentuh fundus uteri (untuk mengukur kedalaman).
• Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum
jam hingga bersih.
• Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi
lumen vagina.
• Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
• Lepaskan speculum bawah.
• Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi anatomi.
C. Dekontaminasi.
D. Cuci tangan pasca tindakan.
E. Perawatan pasca tindakan:
• Periksa tanda-tanda vital, bersihkan instrumen dan lakukan segera bila
terjadi komplikasi.
• Catat kondisi dan buat laporan tindakan.
• Buat instruksi pengobatan lanjutan.
• Beri tahu pada pasien dan keluarga, tindakan selesai dan pasien masih
perlu perawatan.
• Jelaskan pada petugas tentang perawatan yang diperlukan dan kondisi
yang harus dilaporkan.
TERMINASI :
1. Cuci tangan.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di rekam medis pasien.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak Dan Instalasi Kamar Operasi.
PASIEN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
Direktur
:26/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh
No.Dokumen Malisi
9

No. Revisi :26


SPO
Tanggal Terbit :DESEMBER 2019
:1/4
Halaman drg.Nina soejoto,MPH

Suatu tindakan pengelolaan tumor jinak trofoblas yang ditandai dengan


Pengertian
adanya hiperplasi dan degenerasi trofoblas, seperti rangkaian buah
anggur dan sering disebut juga dengan ”hamil anggur”.
Tujuan Memberikan pedoman kepada petugas tentang langkah-langkah
pengelolaan mola hidatidosa sehungga tindakan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi.
Prosedur Petugas mengetahui dan mengenali criteria diagnosis mola hidatidosa,
yaitu :
1. Anamnesis :
- Adanya riwayat terlambat haid.
- Perdarahan pervaginam sedikit-sedikit atau banyak sekali sehingga
penderita syok, perdarahan dapat berwarna coklat”pure juice” atau
merah cerah.
- Pengeluaran gelembung mola.
- Pembesaran uterus lebih cepat dari hamil biasa.
- Mual dan muntah lebih hebat.
- Dapat disertai febris walau tidak ada infeksi.
- Adanya gejala dari komplikasi medis : preklampsi, hipertiroid, anemia
dan gangguyan keseimbangan elektrolit.
2. Pemeriksaan fisik :
- Muka tampak cekung dengan keadaan lebih merata dari keadaan
umumnya ( seperti muka mola ).
- Dapat disertai dengan tanda-tanda preeklampsi.
- Pembesaran uterus sesuai atau lebih besar dari usia kehamilan.
- Dapat ditemukan kista lutein, kadang-kadang bilateral.
- Tidak didapatkan balloltement.
- Tidak terdengar DJJ.
- Perdarahan uterus kadang disertai dengan gelembung mola.
- Apabila OUE terbuka tak teraba adanya kulit ketuban dan cairan uteri
seperti mudah dimasuki ujung jari.
3. Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan USG : ditemukan gambaran multiple echo seperti sarang
tawon atau badai salju dan didapatkan gambaran kista lutein.
- Pemeriksaan urine : kadar HCG didalam urine > 1 juta IU dalam 24
jam.
- Pemeriksaan T3T4 ( bila didapatkan gejala tirotoxicosis ).
- Patologi anatomi :
• Mkaroscopis : tampak adanya gelembung mola.
• Mikroskopis : stroma villi mengalami degenerasi hidrofik yang tampak
sebagai kista.
• Proliferasi trofoblast.
• Tak adanya/berkurangnya pembelahan darah villi.
4. Diagnosis pasti : keluarnya gelembung mola.
5. Diagnosis banding :
- Abortus.
- Kehamilan normal.
- Kehamilan ganda.
- Kehamilan dengan mioma uteri.
- Hidramnion.
6. Standar persiapan pengeluaran mola hidatidosa :
- Laboratorium lengkap.
- Factor pembekuan darah.
- USG.
- Ruang rontgen.
- Tes HCG urine dengan titrasi.
- Pemeriksaan lain : T3T4, fibrinogen sesuai dengan kelainan penyerta.
- Usaha darah.
PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Orangtua bayi menerima dan memberikan persetujuan tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan ruangan atau kamar bayi.
4. Menyiapkan alat.
5. Cuci tangan.
INTERAKSI :
1. Secara umum :
- Setelah diagnosis mola hidatidosa dipastikan evaluasi kemungkinan
komplikasi medis lain, segera dilakukan pengelolaan.
- Beri antibiotika profilaksis selama 48 jam.
2. Secara khusus :
- Histerektomi bila penderita cukup anak dan ingin steril.
- Sunction Curetage bila penderita masih ingin mempertahankan
fertilitasnya.
3. Langkah-langkah pengelolaan dengan Sunction Curetage :
- Dilatasi servik, dilakukan dengan cara pemasangan batang laminaria
selama 18 sampai dengan 24 jam.
- Bila canalis servikalis sudah terbuka, langsung dilakukan kuretage
dengan keadaan umum memungkinkan
- Bila perdarahan banyak, langsung dilakukan kuretage dengan segera
diberikan infus oksitosin sebelum dilakukan induksi anestesi
- Bila uterus lebih dari 14 minggu kehamilan, tempatkan satu tangan
difundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus dan mengurangi
bahaya perforasi - Kuretase tajam dilakukan setelah ”siction curetage”
untuk membersihkan sisa jaringan mola yang tertinggal dalam cavum
uteri
4. Pengawasan lanjut :
• Penderita mola hidatidosa diamati selama 2 tahun, diperiksa kadar
HCG urine dengan titrasi.
• Selama pengamatan lanjut penderita disarankan menggunakan
kontrasepsi barier (kondom) untuk mencegah kehamilan.
• Yang diamati dalam pengawasan lanjut :
o Kadar HCG.
Involusi.
Ada tidaknya kista lutein.
Kemungkinan timbul ganas.
o Jadwal pengamatan :
Selama 2 minggu dalam 3 bulan pertama.
Setiap 1 bulan dalam 3 bulan kedua.
Setiap 3 bulan sampai 2 tahun pertama.
- Foto thorax diperiksa setiap 6 bulan.
POST INTERAKSI :
- Cuci tangan.
- Mencatat tindakan dan hasilnya direkam medis pasien.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Radiologi Dan Instalasi Kamar Operasi.
PERSIAPAN PELAKSANAAN OPERASI CAESAR
Direktur
:27/SPO/RSASM/XII/201 RS. Ali Sibroh
No.Dokumen Malisi
9
SPO No. Revisi :27

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019


drg.Nina soejoto,MPH
Halaman :1/2
Suatu prosedur kerja untuk mempersiapkan operasi sesar.
Pengertian
Tujuan 1. Agar operasi berjalan dengan baik.
2. Menurunkan angka kematian, kecacatan, kesakitan ibu dan bayi
baru lahir.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi.
Prosedur 1. Tersedia sarana dan prasarana operasi yang siap pakai.
2. Petugas kamar operasi siap 24 jam.
3. Ada dokter anak, obgyn, dan anestesi yang on call 24 jam.
4. Ada ruang RR atau pemulihan.

UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan Anak, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Farmasi Dan Bagian Pemeliharaan Sarana.
PERAWATAN PASIEN POST SECTIO CAESAREA
(SC) Direktur
RS. Ali Sibroh
:28/SPO/RSASM/XII/201
Malisi
No.Dokumen
9
SPO No. Revisi :28

Tanggal Terbit :DESEMBER 2019 drg.Nina soejoto,MPH


Halaman :1/2
Suatu langkah asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
Pengertian
setelah menjalani operasi SC.
Tujuan Memberikan pelayanan kepada pasien post SC secara cepat dan
tepat.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan
1991.
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan
Dan Perawat Di RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum
Kelas B (non pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
10. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ali
Sibroh Malisi.
Prosedur PRA INTERAKSI : 1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga
atau pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Orang tua bayi menerima dan memberikan persetujuan tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan ruangan atau kamar bayi.
4. Menyiapkan alat.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital dan KU tiap 15 menit, selama
satu jam, selanjutnya 30 menit selama satu jam, diulang satu jam
berikutnya.
UnitTerkait Instalasi Rawat Inap Ibu Dan AnakDan Instalasi Rawat Inap ICU & Burn
Unit.

Anda mungkin juga menyukai