Anda di halaman 1dari 8

PENATALAKSANAAN

PERDARAHAN POST PARTUM


PRIMER

No Dokumen :

SOP No Revisi :

Tanggal Terbit :

Halaman : 1/8

UPTD Tanda Tangan :


PUSKESMAS
Anastasia Ule, Amd. Kep
LADJA
NIP:197806262006042027

1. Pengertian Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan


yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk bidan mampu
mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan post partum primer) dan segera melakukan
pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan
perdarahan

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Ladja Nomor :………….. tentang kepatuhan


terhadap SOP bagi semua staf puskesmas dalam melaksanakan
tugas
4. Referensi 4.1. Permenkes Nomor 5 tahun 2011 tentang panduan praktek
klinik dokter
5. Petugas Dokter, Bidan dan Perawat

6. Prosedur 6.1. Persiapan alat dan obat


6.1.1. Baki berisi sarung tangan steril 1 pasang dan sarung
tangan panjang 1 pasang
6.1.2. DTT pada tempatnya
6.1.3. Cairan infus RL/NACL
6.1.4. Abocath NO 16/18
6.1.5. Transfusi set
6.1.6. Metergin injeksi/misoprostol
6.1.7. Oksitocyn injeksi
6.1.8. Dispo 3cc dan 5 cc
6.1.9. Kateter logam / nelaton

7. Langkah- Proses :
langkah Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer.
2. Segera setelah placenta dan selaput ketuban dilahirkan,
lakukan masase uterus supaya berkontraksi, untuk
mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase
fundus uteri periksa plasenta dan selaput ketuban untuk
memastikan plasenta utuh dan lengkap.
3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum memberikan perawatan. Gunakan sarung
tangan DTT / steril untuk semua periksa dalam dan gunakan
sarung tangan kapanpun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.
4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi
baik :
a. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan
menggunakan teknik aseptik, pasang kateter ke kandung
kemih.
b. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan
seksama menggunakan lampu yang terang. Jika sumber
perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri
dan jahit laserasi dengan menggunakan anestesi local
menggunakan teknik aseptik.
5. Jika uterus mengalami atonia uteri, atau perdarahan terus
terjadi :
a. Berikan 10 unit oksitosin IM
b. Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan
darah. Periksa lagi apakah placenta utuh dengan teknik
aseptik, menggunakan sarung tangan DTT/steril, usap
vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan
placenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
c. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik
aseptik untuk memasang kateter ke dalam kandung
kemih.
d. Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan kompres
bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga
perdarahan bisa dikendalikan dan uterus bisa
berkontraksi dengan baik.
e. Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan
kemungkinan rujukan.
f. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus dapat
berkontraksi dengan baik :
1) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit
atau lebih.
2) Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati.
3) Pantau kala 4 persalinan dengan seksama,
termasuk sering melakukan masase uterus untuk
memeriksa atonia, mengamati perdarahan dari
vagina, tekanan darah dan nadi.
g. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 5 menit setelah dimulainya
kompresi bimanual pada uterus.
a) Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk
melakukan Kompresi bimanual eksternal..
b) Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati.
c) Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu, berikan
methergin 0,2 mg IM.
d) Mulai IV Ringer Laktat 500 cc + 20 unit oksitosin
menggunakan jarum berlubang besar (16 dan 18
G) dengan teknik aseptik.
e) Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan
teruskan dengan IV Ringer Laktat + 20 unit
oksitosin yang kedua.
h. Jika uterus tetap atoni dan/atau perdarahan terus
berlangsung
1) Ulangi kompresi bimanual internal.
2) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda
perlahan-lahan dan pantau kala IV persalinan
dengan cermat.
i. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ketempat
dimana operasi bisa dilakukan.
j. Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan infus IV
dengan kecepatan 500 cc/jam hingga ibu mendapatkan
total 1,5 liter dan kemudian turunkan kecepatan hingga
125 cc/jam.
6. Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok rujuk segera dan
melakukan tindakan berikut ini :
a. Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan intruksi
seperti tercantum diatas.
b. Pantauan dengan cermat tanda-tanda vital ibu, setiap 15
menit pada saat perjalanan ketempat rujukan.
c. Berikan ibu dengan posisi miring agar jalan pernapasan
ibu tetap terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika
ibu muntah.
d. Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat
ibu kepanasan.
e. Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan
darah yang kembali ke jantung.
7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap
tidak ada maka kemungkinan terjadi rupture uteri. Hal ini juga
memerlukan rujukan segera ke rumah sakit.
8. Bila kompres bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah
kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keadaan darurat,
sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
9. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.
10. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua
tindakan yang dilakukan dan semua pengobatan yang
diberikan. Termasuk saat pencatatan.
11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk
keterlambatan akan berbahaya.
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati
dengan ketat untuk gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotik
jika terjadi tanda-tanda infeksi.
Gejala dan tanda syok berat :
a. Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik <90 mmHg.
c. Nafas cepat (frekuensi pernafasan 30 kali/menit atau lebih).
d. Urin kurang dari 30 cc/menit.
e. Bingung, gelisah atau pingsan.
f. Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah.
g. Pucat.
Kompresi Bimanual Uterus (dari dalam) :
1) Cuci tangan tangan dengan sabun dan air bersih, lalu
keringkan dengan handuk bersih. Gunakan sarung tangan
panjang yang steril/DTT.
2) Letakkan tangan kiri seperti diatas (menekan fundus uteri dari
luar)
3) Masukkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina dan
buat kepalan tinju.
4) Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan
uterus.
5) Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih
lanjut, bila diperlukan. Prinsipnya adalah menekan uterus
dengan cara manual agar terjadi hemostasis.
Kompresi Manual pada Aorta
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan
hebat dan jika kompresi luar tidak efektif.
1. Kompresi manual pada aorta adalah alternative untuk
kompresi bimanual. Kompresi hanya boleh dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang
dicari.
2. Berikut ini adalah langkah-langkah kompresi manual pada
aorta;
a. Lakukan tekanan kearah bawah dengan kepalan tangan
langsung melalui dinding perut atas aorta abdominal.
b. Titik kompresi adalah tepat diatas pusar dan sedikit
kearah kiri.
c. Pulsasi aorta bisa dirasakan dengan mudah melalui
dinding abdominal anterior pada periode post partum
segera.
d. Dengan tangan yang lain, palpasi pulsasi femoralis untuk
memeriksa kekuatan kompresi.
e. Jika pulsasi bisa diraba selama kompresi, tekanan yang
digunakan tidak cukup kuat.
f. Jika pulsasi femoralis tidak dapat dipalpasi, tekanan
yang digunakan cukup.
g. Teruskan kompresi hingga perdarahan bisa dikendalikan.
h. Jika kompresi aorta tidak menghentikan perdarahan
bersiaplah untuk membawa ibu ketempat rujukan
dengan segera.

Ingat !
1. Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada ibu yang
menderita anemia berat ibu dapat kehilangan darah 350-560
cc/menit, jika uterusnya tidak berkontraksi setelah kelahiran
plasenta.
2. Ibu dapat meninggal karena perdarahan postpartum dalam
waktu 1 jam setelah melahirkan. Karena itu penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama persalinan kala III dan IV
sangat penting.
3. Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus-menerus atau
perdarahan tiba-tiba adalah keadaan darurat, lakukan
tindakan secara dini dan proaktif.
4. Perdarahan post partum dan episiotomi atau laserasi mungkin
terjadi persamaan dengan atonia uteri, selain nilai keduanya
bila terjadi perdarahan postpartum.
5. Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus diganti.
6. Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya
yang akan menjadi donor darah.
7. Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan.
8. Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah sesudah bayi
lahir.
9. Ruptura uteri dapat terjadi dalam persalinan tanpa tampak
adanya perdarahan ke luar. Jangan panik menghadapi
perdarahan post partum.
8. Bagan alir -

9. Hal-hal yang Menjaga privasi ibu


perlu
diperhatikan
10. Unit terkait Ruang bersalin,rumah sakit

11. Dokumen Status pasien, informed consent


terkait

Anda mungkin juga menyukai