PRIMER No. Dokumen : No. Revisi : 00 SOP Tanggal : 15/05/2017 Terbit Halaman : 1/2
UPTD Puskesmas drg.Ellyanthi,MKM
Bogor Selatan NIP:196304141989032006
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan
1. Pengertian kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer/atonia uteri. Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan 2. Tujuan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan. SK Kepala Puskesmas Bogor Selatan No……….. 3. Kebijakan tentang…………… Buku Acuan pertolongan pertama dan gawat darurat 4. Referensi Obstetri dan Neonatal, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. 5. Prosedur Proses /Langkah- langkah Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum
primer. 2. Segera setelah placenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya berkontraksi, untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus uteri periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap. 3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum memeberikan perawatan. Gunakan sarung tangan DTT/ steril untuk semua pemeriksaan dalam, dan gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh. 4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik : Berikan 10 unit oksitosin IM Jika kandung kemih ibu bia dipalpasi, dengan menggunakan teknik aseptic, pasang kateter ke kandung kemih. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi dengan mengggunakan anastesi local menggunakan teknik aseptic. 5. Jika uterus mengalami atonia uteri, atau perdarahan terus terjadi : Berikan 10 unit oksitosin IM Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi apakah placenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung tangan DTT/ steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan placenta atau selaput ketuban yang tertinggal. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk memasang kateter kedalam kandung kemih. Gunakan sarung tangan DTT/ steril, lakukan kompres bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bias dikendalikan dan uterus bias berkontraksi dengan baik. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus dapat berkontraksi dengan baik : Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih. Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati. Pantau kala 4 persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan masase uterus untuk memeriksa atonia uteri, mengamati perdarahan dari vagina, tekanan darah, dan nadi. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal Keluarkan tangan dari vagina secara hati-hati Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu , berikan methergin 0,2 mg IM. Mulai IV Ringer Laktat 500 cc 20 unit oksitosin menggunakan jarum nerukuran besar (16 atau 18 G) dengan tejnik aseptic. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV Runger Laktat 20 unit oksitosika yang kedua. Jika uterus tetap atoni dan atau/perdarahan terus berlangsung. Ulangi kompresi bimanual internal Jika uterus berkontraksi , lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau pantau kala IV persalinan dengan cermat. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bias dilakukan. Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan infuse IV dengan kecepatan 500 cc/jam hingga ibu mendapatkan 1,5 lt kemudian teruskan dengan kecepatan hingga 125 cc. 6. Jika ibu menunjukan tanda dan gejala syok rujuk segera dan melakukan tindakan berikut ini : jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum diatas pantauan dengan cermat tanda-tanda vital ibu setiap 15 menit pada saat perjalanan ke tempat rujukan. Berikan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika ibu munyah. Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan. Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah yang kembali ke jantung. 7. Bila perdarahan tetap berlangsung kontraksi uterus tetap tidak ada maka kemungkinan terjadinya rupture uteri. Hal ini juga memerlukan rujukan segera ke rumah sakit 8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keeadaan darurat,sementara penyebab perdarahan sedang terjadi. 9. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah. 10. Buat catatan dengan seksam tentang semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan. 11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk keterlambatan akan berbahaya. 12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi.
Gejala dan Tanda Syok Berat
1. Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih) 2. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolok < 90 mmHg 3. Nafas cepat (Frekuensi pernafasan 30 kali/ menit atau lebih ) 4. Air seni kurang dari 30cc 5. Bingung, gelisah, atau pingsan 6. Berkeringat atau kulit menjadi dingin, basah 7. Pucat
Kompresi Bimanual Uterus (dari DAL)
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, lalu
keringkan dengan handuk bersih. Gunakan sarung tangan panjang yang steril/ DTT 2. Letakkan tangan kiri seperti di atas(menekan fundus uteri dari luar ) 3. Masukkkan tangan kanan dengan hati-hati ke dalam vagina buat kepalan tinju. 4. Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus. 5. Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila diperlukan. Prinsipnya adalah menekan uterus dengan cara manual agar terjadi hemostatis.
Kompresi Manual pada Aorta
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan jika kompresi luar serta tidak efektif. Kompresi manual pada aorta alternative untuk kompresi manual. Kompresi hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang di cari. Berikut ini adalah langkah-langkah kompresi manual pada aorta : - lakukan tekanan ke arah bawah dengan kepalan tangan langsung melalui dinding perut atas aorta abdominal. - Titik kompresi adalah tepat diatas pusar dan sedikit kea rah kiri - Pulsasi aorta bias dirasakan dengan mudah melalui dinding abdominal anterior pada periode postpartum segera.l - Dengan tangan yang lain, palpasi pulpasi femoralis un tuk memeriksa kekuatan kompresi - Jika pulsasi bias diraba selama kompresi, tekanan yang digunakan tidak cukup kuat - Jika pulsasi femoralis tidak dapat dipalpasi, tekanan yang digunakan sudag cukkup. - Teruskan kompresi hingga perdarahan bias dikendalikan. - Jika kompresi aorta tidak menghentikan perdarahan bersiaplah untuk membawa ibu ketempat rujukan dengan segera.
Ingat !
Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada
ibu yang menderita anemia berat ibu pada kehilangan darah 350-560 cc/ menit, jika uterusnya tidak berkontraksi setelah kelahiran plasenta. Ibu dapat meninggal karenaperdarahan postpartum dalam waktu 1 jam setelah melahirkan. Karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama persalinan kala III dan IV sangan penting Perdarahan postpartum dan episiotomy atau laserasi mungkin terjadi bersamaan dengan atonia uteri, selain nilai keduanya bila terjadi perdarahan post partum. Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus diganti. Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya yang akan menjadi donor darah. Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan. Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah bayi lahir. Ruptue uteri dapat terjadi dalam persalinan tanpa tampak adanyan perdarahan ke luar Jangan panic dalam menghadapi perdarahan postpartum. 6. Diagram Alir - 7. Hal-hal yang perlu - diperhatikan
8. Unit terkait PONED, RS PONEK
9. Dokumen Rekam Medis Pasien, Buku KIA, dan Partograf
terkait Isi Tanggal mulai No Yang Diubah 10. Rekaman Perubahan diberlakukan historis perubahan 6/2