Anda di halaman 1dari 13

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBELAJARAN

KOMPRESI BIMANUAL INTERNA & EKSTERNA, KOMPRESI AORTA


ABDOMINALIS

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan penanganan perdarahan pos partum sekunder.

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tujuan kompresi bimanual interna dan eksterna.


2. Menjelaskan tahapan prosedur kompresi bimanual interna dan eksterna.
3. Menerapkan prosedur kompresi bimanual interna dan eksterna secara benar.

Pengertian

Perdarahan pada Masa Nifas/Perdarahan Post Partum Sekunder (late postpartum


hemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi lebih dari 24 jam dengan kehilangan
darah lebih dari 500 mL setelah persalinan vaginal atau lebih dari 1.000 mL setelah
persalinan abdominal.
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang akan keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali (APN, 2008).

Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghentikan


perdarahan secara mekanik.

Tujuan Kompresi Bimanual Interna Dan Eksterna: Aplikasi tekanan pada korpus
uteri sebagai upaya pengganti kontraksi miometrium (yang sementara waktu tidak
berkontraksi) yang dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang-cabang pembuluh
darah yang besar.

Tanda dan Gejala:


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus Atonia Uteri sangat banyak dan darah tidak
merembes. Peristiwa yang terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai
gumpalan. Hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai
anti pembeku darah.
2. Konsistensi rahim lunak
Merupakan gejala terpenting/ khas Atonia Uteri dan yang membedakan atonia
dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok: nadi cepat dan lemak, tekanan darah rendah, pucat,
keringat dingin, pernafasan cepat, gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran,
urin sedikit.

Etiologi:
1. Disfungsi uterus: atonia uteri primer merupakan difungsi intrinsic uterus
2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat kala III
dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga mengganggu mekanisme
fisiologis pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian
plasenta yang mengakibatkan perdarahan.
3. Anetesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi miometrium
yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan atonia uteri dan
perdarahan postpartum.
4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang kemungkinan
besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi miometrium jika dalam kala
III.
5. Overdistensi uterus: uterus yang mengalami distensi secara berlebihan akibat
keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar, polihidramnion, cenderung
mempunyai daya kontraksi yang jelek.
6. Kelemahan akibat partus lama: bukan hanya rahim yang lemah, cenderung
berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang keletihan kurang
bertahan terhadap kehilangan darah.
7. Grande-multipara: uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
8. Mioma iteri: dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu kontraksi dan
retraksi miometrium uteri.
9. Melahirkan dengan tindakan: keadaan ini mencakup prosedur operatif seperti
forsep dan versi ekstraksi.

Pencegahan:

Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen Aktif Kala III, yaitu:

1. Memberikan obat oksitosin 10 IU segera setelah bahu bayi lahir;


2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali;
3. Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap berkontraksi.
Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Mengkaji kemungkinan perdarahan pos partum


sekunder pada klien.

2 Mengkaji penyebab perdarahan pos partum


sekunder pada klien.

3 Mengkaji kekuatan kontraksi uterus.

4 Mengkaji letak fundus uteri.

5 Mengkaji adanya tanda dan gejala syok.

Diagnosa

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Nyeri Akut
 Perfusi Jaringan perifer tidak efektif
 Ansietas
 Intoleransi Aktifitas
 Resiko Syok Hipovolemik atau Hemoragik
 Risiko infeksi
Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Perlak pengalas
 O2 dan regulator
 Cairan infuse (kristaloid)
 Infuse set/blodd set
 Spuit 5ml dan jarum suntik no. 23
 Abocath ukuran 16 atau 18
 Kateter nelaton
 Povidon iodine 10%
 Kapas DTT
 Bengkok
 Korentang dan tempatnya
 Sarung tangan panjang DTT/steril 2 pasang
 Sarung tangan pendek DTT/steril 2 pasang
 Sarung tangan bersih untuk kompresi bimanual
eksterna, dan atau kompresi aorta abdominalis
 Tensimeter
 Stetoskop
 Lampu sorot
 Uterotonika (oksitosin 10 IU/ml dan ergometrin
0,20 mg/ml)
 Antibiotic
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan


tindakan

14 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja

15 Menjaga privacy dengan menutup tirai dan jendela


kamar klien
16 Mengatur posisi klien yang nyaman

17 Membaca ‘Basmallah’

18 Pasang sarung tangan

19 Bantu klien pada posisi dorsal recumbent untuk


kompresi bimanual interna dan eksterna, posisi
supinasi untuk kompresi aorta abdominalis

Kompresi Bimanual Interna

20 Pakai sarung tangan DTT atau steril, dengan lembut


masukkan secara obstetric (menyatukan kelima jari)
melalui introitus dan ke dalam vagina ibu.
21 Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban/
bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini
menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara
penuh.

22 Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks


anterior, tekan dinding anterior uterus ke arah tangan
luar yang menahan dan mendorong dinding posterior
uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari
arah depan dan belakang. Lakukan kompresi uterus
dengan mendekatkan telapak tangan luar dan
kepalan tangan dalam. Tekan kuat uterus di antara
kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah yang
terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus
dan juga merangsang miometrium berkontraksi.

23 Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti


dan uterus berkontraksi. Jika uterus sudah mulai
berkontraski, pertahankan dengan baik secara
perlahan lepaskan tangan dan pantau ibu secara
ketat.

Evaluasi keberhasilan :
a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan
berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit,
kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan
pantau ibu secara melekat selama kala 4.
b) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih
berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan
serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera
lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.
24 Jika uterus tidak berkontrasi setelah 5 menit. Lakukan
Kompresi bimanual eksternal (oleh asisten/keluarga).

25 Berikan ergometrin 0,2 mg IM, pasang infus dengan


20 unit oksitosin dalam 1 L cairan IV (NaCl atau
Ringer Laktat) 60 tetes permenit berjalan baik dan
metil ergometri 0,4 mg, tambahkan misoprostol jika
diperlukan 600-1000 mcg per rectal. Jangan berikan
ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena
dapat menaikkan tekanan darah.

26 Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat


tinggi dan ulangi KBI. Alasan : KBI dengan ergometrin
dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
27 Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan
tindakan KBI dan infuse cairan hingga ditempat
rujukan.
a) Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10
menit
b) Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di
tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang
diinfuskan mancapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan
dalam jumlah 125 cc/jam.
c) Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 mL
(botol kedua) cairan infuse dengan tetesan sedang
dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral
untuk rehidrasi.
28 KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
Kompresi manual pada aorta harus dilakukan hanya
pada kasus hemoragi yang berat, jika kompresi
internal dan eksternal pada uterus tidak efektif.
Kompresi aorta dilakukan hanya pada kondisi
kedaruratan saat penyebab perdarahan sedang
ditentukan.

29 Langkah tindakan
a) Baringkan ibu diatas ranjang, penolong
menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi
penolong sehingga pasien berada pada
ketinggian yang sama dengan pinggul
penolong.
b) Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak
memakai penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada
artikulasio koksae.
c) Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan
meletakkan ujung jari telunjuk dan tengah tangan
kanan pada lipat paha, yaitu pada perpotongan garis
lipat paha dengan garis horisontal yang melalui titik 1
sentimeter diatas dan sejajar dengan tepi atas
simfisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri teraba
dengan baik.

d) Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua


ujung jari dartitik pulsasi tersebut.
e) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian
punggung jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking
pada umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan
arah tegak lurus.

f) Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai


bagian yang keras di bagian tengah/ sumbu badan
ibu dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai
aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yang
dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah
tangan kanan) akan berkurang/ terhenti (tergantung
dari derajat tekanan pada aorta).
g) Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam
(kaitkan dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).
Perhatikan:
Tekanlah aorta abdominalis di atas uterus dengan
kuat dan dapat dibantu dengan tangan kiri, selama 5
sampai 7 menit.
Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik,
sehingga bagian lainnya tidak terlalu banyak
kekurangan darah.
Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak
berkontraksi dengan baik, usahakan pemberian
preparat prostatglandin. Bila bahan tersebut tidak
tersedia atau uterus tetap tidak dapat berkontraksi
setelah pemberian prostatglandin, pertahankan posisi
demikian hingga pasien dapat mencapai fasilitas
rujukan.
Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih
berlangsung, maka lakukan kompresi eksternal dan
pertahankan posisi demikian hingga pasien mencapai
fasilitas rujukan.
Bila kompresi sulit untuk dilakukan secara terus
menerus maka lakukan pemasangan tampon padat
uterovaginal, pasang gurita ibu dengan kencang dan
lakukan rujukan.
Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti
dan uterus berkontraksi dengan baik. Teruskan
pemberian uterotonika
h) Bila perdarahan berkurang atau berhenti,
pertahankan posisi tersebut dan lakukan pemijatan
uterus (oleh asisten) hingga uterus berkontraksi
dengan baik.
30 Rapikan klien dan lepas sarung tangan

Terminasi

31 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

32 Mengumpulkan dan membersihkan alat

33 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

34 Membaca hamdalah

35 Mengevaluasi respon klien


36 Memberi reinforcement positif

37 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

38 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien


membaca doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia,


hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya,
sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh,
tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan
mengucap salam pada pasien.

Evaluasi

39 Kondisi umum klien

40 Tanda dan gejala terjadinya syok

41 TTV setelah tindakan

42 Kekuatan kontraksi uterus

43 Jumlah perdarahan yang keluar pervaginam

44 Observasi adanya komplikasi dari perdarahan

Dokumentasi

45 Waktu dan tanggal tindakan dilakukan


46 Respon klien selama dan setelah dilakukan tindakan.

47 Jenis pertolongan yang telah dilakukan

48 Jumlah intake dan output pasien

49 Kondisi umum klien

50 Penemuan-penemuan penting saat dilakukan


tindakan

Keterangan :

Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
Evaluasi Diri/Penguji

.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
............................................
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

Anda mungkin juga menyukai