Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LIDYA KUSUMA PUTRI

KELAS : 1B

KOMPLIKASI PERSALINAN DAN PENATALAKSANAANNYA


1. Komplikasi Kala I dan Kala II
a) Persalinan macet (partus tidak maju)
Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul si ibu
yang terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan macet ini juga
bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang menyebabkan sang ibu kepayahan
mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal lain yang membuat proses persalinan macet
adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi mulut rahim, berat badan sang janin, gizi
ibu, psikis si ibu dan penyakit semisal anemia.
Penatalaksanaannya:
Jika proses persalinan berlangsung sangat lama, mungkin akan diberikan cairan
intravena untuk membantu mencegah dehidrasi. Jika rahim tidak cukup berkontraksi, akan
diberikan oxytocin, obat yang dapat mendorong kontraksi yang lebih kuat. Dan jika leher
rahim berhenti melebar padahal kontraksi rahim sudah menguat, operasi cesar mungkin
harus dilakukan oleh seorang dokter.

b) Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga,
kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
1) Distosia karena kelainan tenaga/his
His Hipotonic/ Inersia Uteri
His Hipertonic
His yang tidak terkordinasi
2) Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
3) Distosia karena jalan lahir

2. Komplikasi Kala lll Dan lV


a) Atonia uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes Jakarta;2002) Atonia uteri
adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan
memendek. Hal ini merupakan penyebab pendarahan post partum yang paling penting dan
biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atoria uteri dapat
menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovelemik.
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain : overdistention
uterus seperti : gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi, umur yang terlalu
muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran pendek, partus lama, malnutrisi,
dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus. Tanda dan gejala yang khas pada atonia uteri jika
kita menemukan : uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak
lahir (post partum primer).
Penatalaksanaannya :
 Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik). Masase
merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan masase sekaligus dapat dilakukan
penilaian kontraksi uterus.
 Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks dapat
menghalangi kontraksi uterus.
 Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan
katerisasi menggunakan teknik aseptik. Kandung kemih yang penuh akan
menghalangi kontraksi uterus.
 Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit. Kompresi ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi. Jika KBI selama 5 menit tidak berhasil diperlukan
tindakan lain.
 Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal. Keluarga
dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama penolong
melakukan langkah-langkah selanjutnya.Keluarkan tangan perlahan-lahan.
 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontra indikasi hipertensi) atau misoprostol 600-1000
mc g. ergometrin dan misoprostol akan bekerja dan menyebabkan uterus
berkontraksi.
 Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 dan 18 dan berikan 500 cc Ringer
laktat 20 unit oksitoksin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.
 Rujuk segera. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, hal ini
bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas
yang mampu melaksanakan tindakan bedah dan transfusi darah.

b) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi. Sewaktu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggalmaka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaaan ini dapat menimbulkan pendarahan. Secara
fungsional dapat terjadi karena His kurang kuat dan plasenta sukar terlepas karena
tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis),
dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir
setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang
muncul tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan.
Penatalaksanaannya :
 Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan, dan jika anda
dapat merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut
 Pastikan kandung kemih sudah kosongJika diperlukan lakukan katerisasi kandung
kemih
 Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum dilakukan dalam
penanganan aktif kala III
 Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus
terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali
 Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta
secara manualJika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan koagulapati
 Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan
antibiotik untuk metritis.
 Sewaktu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, akan menyebabkan
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif.
 Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus
menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk
mengeluarkan plasenta yang tidak keluar.
 Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar.
 Jika pendarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah

c) Embelio Air Ketuban


Ini merupakan komplikasi persalinan yang paling serius, namun sangat jarang terjadi,
yaitu ketika sejumlah kecil cairan ketuban yang melindungi janin dalam rahim masuk ke
aliran darah ibu, khusunya pada kasus persalinan yang sulit. Cairan ini beredar ke paru-paru
dan dapat menyebabkan pembuluh nadi paru-paru menyempit. Penyempitan ini dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, irama jantung yang tidak beraturan, syok,
bahkan henti jantung dan kematian. Pembekuan darah yang meluas juga merupakan
komplikasi yang umum terjadi dan membutuhkan perawatan emergensi. Adanya His yang
kuat dan terutama terus menerus, misalnya pada pemberian uteotonika yang berlebihan
dimana ketuban sudah pecah, biasanya pada akhir kala I atau segera setelah anak lahir.
Pertama-tama penderita tampak gelisah, mual, muntah, dan diserati takikardi dan
takipnea. Selanjutnya timbul dipsnea dan sianosis, tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah, kesadaran menurun, disertai nistagmus dan kadang-kadang timbul kejang tonik
klonik. Bila ada penyumbatan kapiler paru-paru akan menyebabkan edema paru yang luas
dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung kanan
Penatalaksanaannya :
Perawatan pertama ditujukan untuk mengatasi edema paru-paru dengan pemberian zat
asam dengan tekanan positif; digitalis dapat diberikan bila ada indikasi payah jantung; dapat
juga diberikan morphin 0.01-0.02 subcutan atau atropis 0.001-0.003 IV dan papaverin 0.004
IV. Perlahan-lahan pasang torniket pada lengan dan tungkai untuk meringankan sisi kanan
jantung, kembangkan antara tekanan sistolik dan diastolik, kalau perlu pasang vena sekti,
tidak boleh diberikan vasopresor

Anda mungkin juga menyukai